• Tidak ada hasil yang ditemukan

KKPRL Sebagai Upaya Menyeimbangkan Ekonomi dan Ekologi

N/A
N/A
027@ Alif Faqih Imani

Academic year: 2024

Membagikan "KKPRL Sebagai Upaya Menyeimbangkan Ekonomi dan Ekologi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KKPRL SEBAGAI UPAYA MENYEIMBANBKAN EKONOMI DAN EKOLOGI

LAPORAN AKHIR MAGANG

Disusun Oleh:

Alif Faqih Imani 230210200027

(2)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG RISET

Judul : KKPRL Sebagai Upaya Menyeimbangkan Ekonomi dan Ekologi Waktu : 28 September 2023 – 16 Januari 2024

Lokasi : Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Mahasiswa

Nama : Alif Faqih Imani NPM : 230210200027 Prodi : Ilmu Kelautan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Institusi : Universitas Padjadjaran

Pembimbing Universitas

Nama : Dra. Sri Astuty, M.Sc M.EP NIP : 195903161992032001 Institusi : Universitas Padjadjaran Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan

Pembimbing Instansi

Nama : Kastiyan Yudha Pratama NIP : 199111212015031002

Jabatan : Pengelola Ekosistem Peisisir dan Laut Pertama Institusi : Kementerian Kelautan dan Perikanan

Email :

(3)

Jakarta, 16 Januari 2024

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Magang, Pembimbing Instansi,

Dra. Sri Astuty, M.Sc M.EP Kastiyan Yudha Pratama NIP. 195903161992032001 NIP. 199111212015031002

Menyetujui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Dr. Yuniarti MS, S.Pi., M.Si NIP. 197706072006042001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME karena anugerah dan karunia dari-Nya lah kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan dengan judul “KKPRL Sebagai Upaya Menyeimbangkan Investasi dan Ekologi” untuk melengkapi Laporan Akhir Magang ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan penilaian dari Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan, yaitu tugas yang dikerjakan secara individu. Penulis menyadari bahwa laporan akhir magang ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan pada laporan ini, Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan akhir magang di Kementerian Kelautan dan Perikanan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, 16 Januari 2024

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...3

DAFTAR ISI ...4

DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ...7

ABSTRAK ...8

BAB I PENDAHULUAN ...9

1.1 Latar Belakang ...9

1.2 Tujuan ...9

1.3 Ruang Lingkup ...9

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan ...10

BAB II PROFIL INSTANSI ...11

2.1 Sejarah dan Profil Instansi ...11

2.2 Visi, Misi, dan Tujuan Instansi ...12

2.2.2 Misi ...12

2.2.3 Tujuan ...13

2.3 Tugas dan Fungsi ...14

2.4 Struktur Organisasi ...15

2.5 Lingkup Kerja ...15

BAB III ...16

3.1 Metode ...16

3.1.1 Studi literatur ...16

3.1.2 Metode pengumpulan data ...16

BAB IV ...17

4.1.1 Ruang Laut ...17

4.1.2 Pemanfaatan Ruang Laut ...18

4.2 KKPRL (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut) ...19

(6)
(7)
(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. LogBook Magang……….………24 Lampiran 2. Surat Pernyataan Magang………24

(9)

ABSTRAK

Ruang adalah “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak”. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Ruang laut memiliki potensi yang besar bagi pelaku usaha, terutama dalam sektor perikanan, transportasi laut, pariwisata maupun kegiatan berusaha seperti rumah makan terapung.

Pemanfaatan ruang laut menjadi aktivitas yang penting bagi hampir semua sektor kehidupan yang ada di dunia. Potensi yang ada di wilayah perairan laut, baik di atas maupun bawah permukaan air itu, bisa bermanfaat banyak bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya jika dikelola dengan baik. Dalam memanfaatkan ruang laut sebagai zona kawasan pemanfaatan umum, perlu diperhatikan bahwa pemanfaatan tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan aturan dan regulasi yang berlaku serta menjaga keberlanjutan sumber daya laut dan lingkungan laut. KKPRL adalah dokumen yang wajib dimiliki oleh setiap orang, baik untuk perusahaan, individu maupun pemerintah yang melakukan kegiatan berusaha atau non berusaha di ruang laut. Dokumen ini menjelaskan kesesuaian rencana kegiatan pemanfaatan ruang laut dengan rencana tata ruang dan zonasi yang berlaku. Dengan adanya KKPRL, penggunaan ruang laut dapat dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang atau zonasi.

Maka dapat memastikan pemanfaatan ruang laut dilakukan dengan menjaga keberlanjutan ekosistem laut serta melestarikan keanekaragaman hayati laut.

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) mencapai Rp346 miliar. PNBP KKPRL adalah salah satu contributor terbesar yaitu hingga 80% PNBP Ditjen PKRL. Tata cara pembuatan KKPRL pendaftaran, penilaian dokumen permohonan yang terdiri atad verifikasi administrasi, penilaian teknis, verifikasi lapangan dan konsultasi kepada Menteri, penentuan pemberian KKPRL yang berbatasan dengan daratan, pelaksanaan penilaian teknis dan verifikasi lapangan kepada unit pelaksana teknis lingkup Direktorat Jenderal, konsultasi pakar dan perguruan tinggi kemudian penerbitan.

Kata kunci: KKPRL, ruang laut, tata ruang

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program magang kegiatan pembelajaran yang dilakukan di lapangan dengan tujuan untuk meperkenalkan dan menumbuhkan kemampuan mahasiswa dalam dunia kerja nyata. Pada saat pelaksanakan kegiatan magang, mahasiswa akan dapat mengembangkan pengetahuan serta wawasan mereka mengenai suatu bidang atau jurusan yang ditempuhnya. Mahasiswa akan dapat mengembangkan soft skill dan hard skill yang tidak didapatkan selama masa perkuliahan. Dengan Hal ini maka dapat meningkatkan keterampilannya sebagai mahasiswa yang kritis, inovatif, adaptif, dan komunikatif. Mahasiswa juga dapat membangun relasi dengan berbagai orang dari berbagai latar belakang, usia, dan posisi.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan Lembaga Kementerian dalam Pemerintah Indonesia dalam bidang urusan kelautan dan perikanan. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 38 Tahun 2023 Tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan, KKP terbagi menjadi 5 Direktorat Jenderal salah satunya adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (PKRL). Direktorat Jenderal PKRL terbagi menjadi 4 direktorat, salah satunya adalah yaitu Direktorat Perencanaan Ruang Laut (PRL).

Tujuan dilakukannya magang di yaitu Direktorat Perencanaan Ruang Laut adalah untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan keterampilan di dunia kerja terutama yang berfokus pada ruang laut. Selain itu, untuk menemukan dan membangun relasi dengan berbagai orang dengan perbedaan latar belakang, usia, dan posisi.

Indonesia adalah Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas lebih dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah diberi nama. Tedapat 92 pulau terluar sebagai garis terluar wilayah perairan Indonesia ke arah laut lepas yang telah didaftarkan ke PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa. Indonesia memiliki garis pantai dengan panjang 95.181 km dan memiliki posisi sangat strategis yaitu terlentak di antara Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Indonesia memiliki luas daratan sekitar 2.012.402 km2 dan laut sekitar 5,8 juta km2 (75,7%), yang terdiri 2.012.392 km2 Perairan Pedalaman, 0,3 juta km2 Laut Teritorial, dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Sebagai Negara Kepulauan yang memiliki laut yang luas dan garis pantai yang panjang, sektor maritim dan kelautan menjadi sangat strategis bagi Indonesia ditinjau dari aspek ekonomi dan lingkungan, sosial-budaya, hukum dan keamanan. Potensi maritim dan kelautan yang begitu besar seharusnya dimanfaatkan untuk menyejahterakan masyarakat. Namun, kenyataannya potensi itu belum dimanfaatkan dengan optimal.

1.2 Tujuan

1) Untuk mengetahui tata cara pembuatan KKPRL

2) Untuk mengetahui kontribusi KKPRL dalam perekonomian

3) Untuk mengetahui dampak KKPRL dalam menjaga keseimbangan ekologi 1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada laporan magang ini mencakup pembuatan KKPRL serta dampak

(11)

KKPRL dalam kontribusinya meningkatkan prekonomian Indonesia dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut yang ada.

1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan

Kegiatan magang mahasiswa dilaksakan pada:

Waktu : 28 September 2023 – 16 Januari 2024

Tempat : Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gedung Mina Bahari III Kementerian Kelautan dan Perikanan, RT. 7 / RW. 1, Gambir, Kec. Gambir, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, 10110

(12)

BAB II

PROFIL INSTANSI

2.1 Sejarah dan Profil Instansi

Pembangunan Kelautan dan Perikanan ditandai oleh penetapan matra laut sebagai sektor tersendiri dalam GBHN 1993. Namun, pembentukan kelembagaannya baru ditandai dengan terbentuknya Departemen Eksplorasi Laut (DEL) pada Kabinet Persatuan Nasional Tahun 1999 saat masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid. Menteri pertama yang menjabat adalah Ir. Sarwono Kusumaatmaja. Tugas dan fungsi DEL tertuang dalam Keputusan Presiden No.136 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen.

Pada tahun yang sama, terjadi perubahan nomenklatur DEL menjadi Departemen Eksplorasi Laut dan Perikanan (DELP) melaui Keppres No.147 Tahun 1999. Kemudian di Tahun 2000, terjadi perombakan kabinet yang ikut merubah nomenklatur DELP menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) seperti yang tertuang di dalam Keppres No.165 Tahun 2000 dan disempurnakan dengan Keppres No.177 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen.

Dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan harapan bangkitnya suatu sumber ekonomi yang dapat diandalkan bagi pembangunan nasional. DKP merupakan salah satu bentuk langkah strategis memperkuat perekonomian nasional untuk mengatasi krisis ekonomi yang saat itu berlangsung dan menyiapkan bangsa menuju era globalisasi. Melalui Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan Perikanan No.03/Men-DELP/1999 dibentuklah unit kerja Direktorat Jenderal Urusan Pesisir, Pantai dan Pulau-pulau Kecil. Adanya perubahan DELP menjadi DKP merubah nomenklatur Direktorat Jenderal Urusan Pesisir, Pantai dan Pulau-pulau Kecil menjadi Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan. Selain itu, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga semakin lengkap dengan dibentuknya Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil ini diharapkan dapat mengatasi isu-isu strategis di wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil ini diharapkan dapat melakukan pemulihan ekonomi menuju bangsa yang maju, makmur, dan berkeadilan yang dibangun atas dasar keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki melalui penerapan IPTEK dan manajemen profesional.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.1 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil bertugas merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri. Pada awal berdirinya Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau kecil, lembaga didukung oleh staf yang masih terbatas dan umumnya merupakan alih tugas sementara/ dipekerjakan dari beberapa instansi/ departemen terkait. Pada tahun-tahun berikutnya terdapat penambahan pegawai dan untuk memenuhi kekurangannya ditutupi dengan penerimaan pegawai magang yang umumnya mahasiswa baru menyelesaikan pendidikannya. Untuk meningkatkan manajerial SDM, pegawai juga diikutsertakan pendidikan dan pelatihan ataupun kursus teknis dan nonteknis.

Tahun 2009, DKP kembali mengalami perubahan nomenklatur menjadi Kemeterian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Peraturan Presiden No.47 Tahun 2009. Seiring dengan itu, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil juga berubah menjadi Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K). Perubahan tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.7 Tahun 2005. Dilakukan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II. Disertasi Dr.Sjarif Tjitjip Soetardjo, S.H., M.H berjudul tentang Kajian Atas Zonasi Perairan Pesisir dalam Penanaman Modal Bidang Kelautan Dikaitkan dengan Izin Lokasi dan Izin Usaha Sebagai Upaya Pengembangan Perekonomian Indonesia yang sangat erat kaitannya dengan kelautan dan perikanan.

(13)

Tahun 2014, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K) berubah menjadi Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL). Perubahan tersebut tertuang di dalam Peraturan Presiden No.63 Tahun 2015. Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) saat ini terdiri atas empat direktorat teknis yaitu Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Jasa Kelautan, dan Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut serta dibantu satu Sekretariat Direktorat Jenderal. Untuk tugas dan fungsinya tertuang dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.6 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan.

2.2 Visi, Misi, dan Tujuan Instansi 2.2.1 Visi

Visi KKP tahun 2020-2024 adalah “Terwujudnya Masyarakat Kelautan dan Perikanan yang Sejahtera dan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan yang Berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Dalam rangka mendukung visi KKP, maka Visi Ditjen PKRL 2020 – 2024 adalah “Pengelolaan Ruang Laut Yang Mensejahterakan dan Berkelanjutan Menuju Terwujudnya Visi KKP”.

2.2.2 Misi

(14)

Untuk mewujudkan Visinya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut memiliki Misi sebagai berikut:

1.

Peningkatan Kontribusi Ekonomi Sub Sektor Kelautan, Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil

2.

Peningkatan Kelestarian Sumber Daya Kelautan, Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil;

3.

Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan di lingkungan Ditjen PKRL.

2.2.3 Tujuan

Menjabarkan misi di atas, Direktorat Jenderal PKRL merumuskan tujuan pengelolaan ruang laut 2020-2024 sebagai berikut:

Misi 1: Peningkatan Kontribusi Ekonomi Subsektor Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tujuan:

1. Meningkatkan tata kelola ruang laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil dengan menetapkan rencana zonasi untuk 102 kawasan pada tahun 2024, dari 14 kawasan pada tahun 2020.

2. Meningkatkan penataan dan pemanfaatan jasa-jaa kelautan, yang dicapai dengan:

- Meningkatkan nilai tukar Petambak Garam dari 102,75 pada tahun 2020 menjadi 103,75 pada tahun 2024.

- Meningkatkan produksi garam nasional dari 3 juta ton pada tahun 2020 menjadi 3,4 juta ton pada tahun 2024.

- Mengelola dan mengembangkan 4 ragam jasa kelautan setiap tahun dari tahun 2020 hingga tahun 2024.

- Membangun 20 kawasan sarana prasarana wisata bahari dan BMKT pada tahun 2024, dari 12 kawasan pada tahun 2020.

3. Meningkatnya pengendalian pemanfaatan ruang laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, yang dicapai dengan:

- Meningkatkan perizinan lokasi di wilayah perairan pesisir dan laut dari 10 lokasi pada tahun 2020 menjadi 18 lokasi pada tahun 2024.

4. Meningkatkan dayaguna wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan membangun dan memanfaatkan 22 kawasan per tahunnya sampai tahun 2024, yang dicapai dengan:

- Membantu penguatan dan perlindungan komunitas masyarakat hukum adat, masyarakat tradisional, dan masyarakat lokal di pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan target 30 komunitas pada tahun 2024, dari 5 komunitas pada tahun 2020.

Misi 2: Peningkatan Kelestarian Sumber Daya Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Tujuan:

1. Meningkatkan pengelolaan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati perairan, yang dicapai dengan:

- Meningkatkan luas kawasan konservasi dari 23,4 juta hektare pada tahun 2020 menjadi 26,9 juta hektare pada tahun 2024

- Meningkatkan kawasan konservasi yang dikelola secara berkelanjutan dari 10 juta hektare pada tahun 2020 menjadi 20 juta hektare pada tahun 2024

- Meningkatkan keanekaragaman hayati perairan yang dilindungi, dilestarikan, dan/atau dimanfaatkan dari 6 jenis pada tahun 2020 menjadi 20 jenis pada tahun 2024.

(15)

2. Meningkatkan upaya pencegahan dan pemulihan kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan pulihnya 26 kawasan yang rusak pada tahun 2024, dari 20 kawasan pada tahun 2020.

Misi 3: Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan di lingkungan Direktorat Jenderal PKRL Tujuan:

1. Meningkatkan kinerja reformasi birokrasi Direktorat Jenderal PKRL dengan meningkatkan Nilai PMPRB DJPRL dari 30 pada tahun 2020 menjadi 34 pada tahun 2024.

2.3 Tugas dan Fungsi

2.3.1 Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut 2.3.1.1 Tugas

Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan ruang laut, pengelolaan konservasi dan keanekaragaman hayati laut, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.

2.3.1.2 Fungsi

1. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional, zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil, serta jasa kelautan

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan tata ruang laut nasional, zonasi teluk, selat, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil, serta jasa kelautan;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil, serta jasa kelautan;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyusunan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, penataan dan pemanfaatan kawasan konservasi, perlindungan keanekaragaman hayati, pengelolaan pesisir terpadu, rehabilitasi, reklamasi, mitigasi bencana pesisir dan pulau-pulau kecil, serta jasa

(16)

2.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi Direktorat Konservasi dan Keanekaragamn Hayati Laut sebagai berikut.

2.5 Lingkup Kerja

2.5.1 Lokasi Unit Kerja Magang

Direktorat Perencanaan Ruang Laut, Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Alamat : Gedung Mina Bahari III Lt. 10, Jalan Medan Merdeka Timur No.16 RT7/RW 1, Jakarta Pusat.

No. Telp : (021)3519070 ext. 6106 Email : persuratan.djprl@kkp.go.id 2.5.2 Penjadwalan Magang

Jadwal kerja dilakukan Senin – Jumat mengikuti jadwal kerja karyawan Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan jam kerja 8.00 – 16.00 WIB. Jadwal Work From Home (WFH) diberikan 1-2 kali dalam seminggu.

(17)

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Metode

3.1.1 Studi literatur

Studi literatur atau kepustakaan dapat diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian (Zed, 2003). Kegiatan studi literatur dalam magang riset ini dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang laut serta KKPRL.

3.1.2 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam magang riset ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari arsip perusahaan atau pemerintah, dokumen resmi dan publikasi ilmiah.

(18)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Ruang Laut

Menurut D.A. Tisnaadmidjaja, ruang adalah “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak”. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara

Ruang laut menarik bagi pelaku usaha, selain memiliki potensi sumber daya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak, seperti pertambangan dan sumber daya perikanan yang melimpah. Negara memerlukan ruang laut untuk mendorong kemakmuran rakyat melalui pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik. Hal ini mendorong inovasi investasi yang tidak membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), dengan pola pelibatan investor swasta, baik luar maupun dalam negeri (Priyanta, 2021).

Rencana zonasi sebagai landasan hukum bagi setiap kegiatan pemanfaatan ruang laut saat ini menjadi dasar pemberian izin bagi setiap pelaku usaha yang akan melakukan pemanfaatan ruang laut.

Izin lokasi perairan yang diwajibkan kepada seluruh kegiatan yang menetap di ruang laut dan izin pengelolaan didasarkan pada izin lokasi perairan. Terlaksananya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini berarti dalam melakukan pembangunan, diterapkan asas kelestarian fungsi sumber daya alam dengan tidak merusak tata lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan. Upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan publik dalam laju pertumbuhan ekonomi dalam kerangka otonomi daerah ditempuh melalui profesionalisme pelayanan publik, termasuk di dalamnya penataan di bidang perizinan (Priyanta, 2021).

(19)

4.1.2 Pemanfaatan Ruang Laut

Ruang laut memiliki potensi yang besar bagi pelaku usaha, terutama dalam sektor perikanan, transportasi laut, pariwisata maupun kegiatan berusaha seperti rumah makan terapung. Pemanfaatan ruang laut menjadi aktivitas yang penting bagi hampir semua sektor kehidupan yang ada di dunia.

Potensi yang ada di wilayah perairan laut, baik di atas maupun bawah permukaan air itu, bisa bermanfaat banyak bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya jika dikelola dengan baik. Dalam memanfaatkan ruang laut sebagai zona kawasan pemanfaatan umum, perlu diperhatikan bahwa pemanfaatan tersebut harus dilakukan dengan memperhatikan aturan dan regulasi yang berlaku serta menjaga keberlanjutan sumber daya laut dan lingkungan laut. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no 28 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Laut menyebutkan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut diberikan kepada setiap orang (perorangan, pelaku usaha, instansi, lembaga) yang memanfaatkan ruang laut secara menetap (dilakukan terus menerus paling singkat 30 Hari). Kesesuaian pemanfaatan ruang laut merupakan salah satu aspek penting untuk menjamin pengelolaan yang berkelanjutan. Pendekatan penataan ruang menjadi landasan hukum utama bagi seluruh kegiatan pemanfaatan ruang laut, di mana kebijakan yang tertuang dalam penataan ruang laut memiliki kesamaan visi dan misi untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Banyaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menjaga keberlanjtan di wilayah pesisir perlu dirumuskan suatu konsep penataan ruang laut yang terintegrasi diantaranya dengan melakukan identifikasi penggunaan ruang laut dan kebutuhannya. Penggunaan ruang laut dapat diidentifikasi melalui pemetaan yang dilakukan dalam perencanaan tata ruang laut. Pemetaan dalam penataan ruang laut merupakan hal yang penting untuk memastikan bahwa pemanfaatan ruang laut dilakukan secara optimal dan berkelanjutan. Pemetaan ruang laut dapat menjadi acuan dan pedoman bagi semua pihak yang memanfaatkan ruang laut, seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya, pariwisata, kawasan konservasi, dan kegiatan berusaha lainnya. Pemetaan yang tepat dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dalam pemanfaatan ruang laut.

Lautan dan sumber daya kelautan memegang peranan sentral dalam upaya pembangunan

(20)

suhu lingkungan yang relatif rendah menciptakan kondisi yang mendukung perkembangan beragam jenis biota laut. Inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh dunia sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Dalam konteks ini, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengelola sumber daya kelautan dengan bijak, sehingga dapat menjalankan konsep ekonomi biru dengan sukses sambil menjaga keberlanjutan lingkungan laut dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan (Dewan Kelautan Indonesia, 2012).

Sumber daya laut dan pesisir ini memiliki potensi ekonomi dan ekologi yang tinggi, baik dalam konteks keanekaragaman hayati (biotik) maupun dalam hal sumber daya non-hayati (abiotik). Oleh karena itu, untuk menjaga keuntungan ekonomi tanpa merusak ekosistem, konsep ekonomi hijau menjadi suatu keharusan. Istilah "ekonomi biru" merupakan gagasan atau model yang menghadirkan konsep baru dengan tujuan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sambil tetap menjaga konservasi sumber daya dan melindungi lingkungan di sektor kelautan dan akuatik. Dengan pendekatan ini, kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan dan sumber daya laut, yang sangat penting untuk masa depan Indonesia (Sutradjo, 2012. Konsep blue economy telah dikembangkan sebagai respons terhadap tantangan yang dihadapi oleh sistem ekonomi global yang seringkali bersifat eksploitatif dan merusak lingkungan alam. Di tengah permasalahan ini, diperlukan adanya suatu paradigma ekonomi baru yang mendorong pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dengan merujuk kepada prinsip-prinsip ekosistem alam.

Penekanan konsep ini diperlukan sebagai tanggapan atas tantangan bahwa sistem ekonomi global saat ini seringkali bersifat eksploitatif dan merusak lingkungan akibat praktek keserakahan manusia.

Kerusakan lingkungan tidak hanya disebabkan oleh limbah yang dihasilkan oleh industri dan rumah tangga, melainkan juga oleh eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam yang melebihi kapasitas dan daya dukung alam. Dalam konteks ini, konsep blue economy diperkenalkan sebagai upaya untuk mengatasi tantangan ini dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara berkelanjutan. Dengan demikian, konsep ini tidak hanya menjadi landasan untuk pengembangan sektor perikanan yang berkelanjutan tetapi juga sebagai model untuk menghadapi masalah serupa di berbagai sektor ekonomi (Pauli, G. 2010).

4.2 KKPRL (Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut)

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut yang selanjutnya disingkat KKPRL adalah kesesuaian antara rencana kegiatan pemanfaatan ruang laut dengan rencana tata ruang dan/atau rencana Zonasi. Setiap orang yang melakukan kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut di Perairan Pesisir, wilayah perairan, dan/atau wilayah yurisdiksi secara menetap di sebagian Ruang Laut wajib memiliki Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR) Laut. Tujuan dari adanya KKPRL adalah untuk

(21)

mengukur kesesuaian suatu kegiatan pemanfaatan ruang laut dengan rencana tata ruang dan/ atau rencana zonasi yang telah ada. Dalam menjaga keseimbangan dalam ekosistem laut, hal ini sangat penting dikarenakan dapat meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan laut, serta dapat memastikan pelestarian demi keberlanjutan sumber daya alam yang ada. KKPRL sebagai alat yang dipergunakan untuk memastikan bahwa suatu kegiatan pemanfaatan ruang laut berjalan sejalan dengan peraturan yang berlaku. Dengan adanya KKPRL dapat membantu mencegah kerusakan lingkungan serta keberlanjutan sumber daya alam laut yang ada, dikarenakan KKPRL mempertimbangkan dampak lingkungan dan social dari adanya pemanfaatan ruang laut.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) melalui KKPRL atau Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut mencapai 346 miliar hingga bulan Oktober 2023. PNBP KKPRL adalah salah satu contributor terbesar yaitu hingga 80%

PNBP Ditjen PKRL.

4.2.1 Gambaran Umum KKPRL

Setiap orang yang melakukan kegiatan pemanfaatan ruang laut di perairan pesisir, wilayah perairan, dan/atau wilayah yurisdiksi secara menetap paling singkat 30 (tiga puluh) Hari di sebagian ruang laut wajib memiliki KKPRL. Sebagai keputusan tata usaha negara KKPRL bersifat:

1. konkret yaitu objek yang diputuskan dalam KKPRL tidak abstrak tetapi berwujud tertentu atau dapat ditentukan;

2. individual yaitu KKPRL itu tidak ditujukan untuk umum tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju; dan

3. final yaitu sudah definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat hukum.

KKPRL merupakan instrumen Perizinan Berusaha atau perizinan non berusaha yang tidak dapat beralih, tidak dapat dialihkan dan tidak dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebankan hak tanggungan. KKPRL digunakan oleh pemegang KKPRL dalam mengurus persyaratan dasar dan Perizinan Berusaha atau perizinan non berusaha. Dalam praktik pemberiannya, KKPRL dapat diberikan pada permukaan.

4.2.2 Tahapan Pemberian KKPRL.

Tahapan pemberian KKPRL dimaksud berupa:

1. Pendaftaran;

(22)

mendapatkan:

1. pemahaman mengenai tahapan dan kelengkapan persyaratan Pendaftaran;

2. informasi kondisi rencana lokasi yang akan didaftarkan, diantaranya meliputi data spasial dan non spasial;

3. informasi mengenai teknis pemetaan untuk memperhitungkan potensi pengguna pemanfaatan ruang laut;

4. informasi batas-batas spasial dan data status perizinan dan/atau non perizinan yang terbit atas suatu lokasi;

5. informasi potensi konflik (overlap) pemanfaatan ruang laut; dan/atau

6. informasi teknis penggunaan Sistem OSS dan/atau Sistem Elektronik Kementerian.

Pelaksanaan pendampingan permohonan KKPRL sebagaimana dimaksud dilakukan oleh:

1. direktorat yang menyelenggarakan tugas teknis di bidang perencanaan ruang laut;

2. unit kerja lingkup Direktorat Jenderal; dan/atau 3. unit pelaksana teknis lingkup Direktorat Jenderal.

Bentuk kegiatan pendampingan permohonan KKPRL berupa:

1. konsultasi, merupakan upaya Pemohon untuk mendapatkan data dan informasi awal terkait persyaratan Pendaftaran permohonan KKPRL dan pengenalan Sistem OSS dan/atau Sistem Elektronik Kementerian;

2. asistensi, merupakan pertemuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai:

a. informasi peruntukan dan/atau arahan pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang dan/atau rencana zonasi;

b. kelengkapan data spasial dan/atau non spasial yang disyaratkan dalam permohonan Pendaftaran KKPRL;

c. status perizinan dan/atau non perizinan yang telah dimiliki oleh Pemohon;

d. teknis penyusunan dokumen permohonan dan/atau pemetaan lokasi rencana yang akan dimohonkan; dan/atau

e. teknis penggunaan Sistem OSS dan/atau Sistem Elektronik Kementerian;

3. identifikasi lapangan, merupakan kegiatan kunjungan langsung ke lokasi yang direncanakan akan dimohonkan dengan maksud mengumpulkan data spasial dan/atau non spasial guna kepentingan penyusunan dokumen permohonan KKPRL. Hasil dari pelaksanaan kegiatan pendampingan permohonan KKPRL sebagaimana dimaksud dituangkan dalam berita acara pendampingan permohonan KKPRL.

(23)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari dilakukannya kegiatan magang ini yaitu:

1. Mahasiswa diberikan kesempatan untuk mencoba hal dan pengalaman baru, sehingga mahasiswa dapat merasakan dan beradaptasi di suasana perkantoran.

2.

KKPRL adalah dokumen yang wajib dimiliki oleh setiap orang, baik untuk perusahaan, individu maupun pemerintah yang melakukan kegiatan berusaha atau non berusaha di ruang laut. Dokumen ini menjelaskan kesesuaian rencana kegiatan pemanfaatan ruang laut dengan rencana tata ruang dan zonasi yang berlaku. Dengan adanya KKPRL, penggunaan ruang laut dapat dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang atau zonasi. Maka dapat memastikan pemanfaatan ruang laut dilakukan dengan menjaga keberlanjutan ekosistem laut serta melestarikan keanekaragaman hayati laut.

3. Direktorat Jenderal Perencanaan Ruang Laut (PRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat hingga Oktober 2023 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) mencapai Rp346 miliar. PNBP KKPRL adalah salah satu contributor terbesar yaitu hingga 80%

PNBP Ditjen PKRL.

4. Tata cara pembuatan KKPRL pendaftaran, penilaian dokumen permohonan yang terdiri atad verifikasi administrasi, penilaian teknis, verifikasi lapangan dan konsultasi kepada Menteri, penentuan pemberian KKPRL yang berbatasan dengan daratan, pelaksanaan penilaian teknis dan verifikasi lapangan kepada unit pelaksana teknis lingkup Direktorat Jenderal, konsultasi pakar dan perguruan tinggi kemudian penerbitan.

5.2 Saran Laporan

Saran yang dapat diberikan dari pembuatan laporan magang ini adalah:

5.3 Saran Magang

Saran yang dapat diberikan dari kegiatan magang ini adalah:

1. Menyediakan informasi yang jelas untuk kegiatan magang dan memperbaharui data instansi yang sudah menjalin kerja sama dengan FPIK

2. Menyamaratakan standarisasi untuk mendapatkan nilai setiap mata kuliah yang dikonversi.

(24)

Daftar Pustaka

22 D.A Tiasnaadmidjaja dalam Asep Warlan Yusuf. Pranata Pembangunan. Bandung:

Universitas Parahiayang 1997. hlm. 6. 23 Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

BPLHD. (2005). Laporan Pembangunan Sistem Deteksi Dini Red Tide. Jakarta: BPLHD Prov. DKI Jakarta.

Dewan Kelautan Indonesia. (2012). Kebijakan Ekonomi Kelautan dengan Model Ekonomi Biru [Dokumen].

Pauli, G. 2010. The blue economy.Paradigm Publications. Meksiko. 336 p

Priyanta, Maret. (2021). Implikasi Konsep Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Berkelanjutan. Wawasan Yuridika, 4(1), 20 – 39.

Sulistyono. (2013). Dampak tumpahan minyak (oil spill) di perairan laut pada kegiatan industri migas dan metode penanggulangannya. Forum Teknologi, 3(1), 49 – 57.

Sutradjo, S.C, 2012. “KKP ajak dunia pendidikan kembangkan Blue Economy”

http://puskita.kkp.go.id/i2/index.php/siaran-pers/69-kkp-ajak-duniapendidikan- kembangkan-blueeconomy.

Yudo, S. (2007). Kondisi pencemaran perairan Teluk Jakarta. Jurnal Hidrosfir, 2(3), 115 – 124.

(25)

LAMPIRAN

Lampiran 1. LogBook Magang

Lampiran 2. Surat Pernyataan Magang

(26)
(27)
(28)

Referensi

Dokumen terkait

Upaya-upaya yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Merauke dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah dengan mengembangkan sarana dan prasarana perikanan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA.. KELAUTAN

Untuk itu, dalam rangka mempromosikan potensi ekonomi dan bisnis perikanan budidaya dan sekaligus untuk menarik investor di bidang perikanan budidaya, Kementerian Kelautan

Pilar pembangunan bidang kelautan dan perikanan seperti tertuang dalam kebijakan Kementerian Kelautan Perikanan yaitu pembangunan kelautan dan perikanan nasional

Mata kuliah pada kelompok ini wajib diambil oleh seluruh mahasiwa Program Studi Sosio Ekonomi Perikanan Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Laporan Kinerja ini bertujuan untuk mengkomunikasikan pencapaian kinerja Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan pada Triwulan IV

Untuk itu, dalam rangka mempromosikan potensi ekonomi dan bisnis perikanan budidaya dan sekaligus untuk menarik investor di bidang perikanan budidaya, Kementerian Kelautan dan

Pengantar Ekonomi Ekologi Key words: - Model dasar supply-demand - Analisis utilitas konsumen - Produksi dan biaya dalam perusahaan - The nature of resources and the resources of