• Tidak ada hasil yang ditemukan

komposisi insekta di batang kuranji kota padang sumatera barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "komposisi insekta di batang kuranji kota padang sumatera barat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI INSEKTA DI BATANG KURANJI KOTA PADANG SUMATERA BARAT

Fristi Meza Putri1, Jasmi2, Ria Kasmeri2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat fristimezaputri94@gmail.com

ABSTRACT

The existence of aquatic insect can be used as body water determinan.

Some of humans activity in the rivers give impact to aquatic insect composition which live in the river. Research have been dore to get information about insecta composition and to know about water physical chemical factors in Batang Kuranji Padang City West Sumatera. Research dore by using descriptive surver methode by collecting insect which live in the water by using surber net. Collecting to three stations are station I in Lambung Bukit (there is agriculture activity), station II in Kalumbuk (there is sand mining activity), station III in Kp. Koto (there is human resistence). Collecting do on the right and left part. Sample identification do in Zoology Laboratorium STKIP PGRI West Sumatera. Insecta found consist from 10 familia including on 11 genera and 3 orders. Genus which has highest density relativety there is on station I is from Ischura (65,28%) and the lowest is on station II is Simulium (1,05%). Genera which has highest relative frequency are Octogomphus, Rhyothemis, Ischura, Neurobasis, Rhinocypha, Paraleptophlebia, Cloeon, Ephemerella, Chironomus, Simulium (10%), the lowest is on station II is Hagenius (3,20%). Diversity indeks of Batang Kuranji aroun 1,2891-1,728. Water temperature 23-25oC, water pH 7-7,25, dissolved oxygen 6-7 mg/l. Batang Kuranji including moderate waters.

Keywords: Composition, Insect, Batang Kuranji

PENDAHULUAN

Sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir yang mendapat masukkan dari semua buangan bagi kegiatan manusia di daerah pemukiman, pertanian, dan industri di daerah sekitarnya. Selain itu, sungai juga berfungsi sebagai tempat MCK (mandi, cuci, kakus), pencucian, penambangan pasir, dan menampung aliran-aliran air dari

pemukiman. Masuknya buangan kedalam sungai akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan.

Perubahan ini dapat menghabiskan bahan-bahan yang essensial dalam perairan sehingga dapat mengganggu lingkungan perairan (Handayani, Suharto dan Marsoedi, 2001).

Penurunan kualitas perairan sungai juga dapat menyebabkan kematian

(2)

biota air seperti bentos. Bentos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat dijadikan sebagai indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai (Suwondo, Elya, Dessy dan Mahmud, 2004).

Batang Kuranji digunakan oleh masyarakat untuk berbagai aktivitas. Beberapa aktifitas yang umum dilakukan oleh masyarakat di Batang Kuranji seperti MCK (mandi, cuci, kakus), membuang limbah rumah tangga, tempat memancing ikan, memandikan ternak, penambangan pasir, dan lain-lain.

Keadaaan tersebut berpeluang untuk terjadinya pencemaran air, baik berupa limbah padat yang tidak membusuk dan sampah cair yang mengandung bahan kimia seperti deterjen, dan bahan kimia lainnya.

Dengan adanya aktivitas masyarakat di Batang Kuranji baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan.

Dari satu sisi Batang Kuranji merupakan habitat dari berbagai biota air seperti bentos, plankton, ikan, dan insekta air.

Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Oktavia (2012) dengan judul penelitian “Komposisi Bentos di Sungai Siak Kelurahan Sri Meranti Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru”, teridentifikasi sebanyak 13 genus (8 familia, 2 ordo dan 2 kelas). Junita (2013) dengan judul penelitian “Komposisi dan Keanekaragaman Bentos di Sungai Batang Kuantan Kabupaten Sijunjung”, teridentifikasi 13 genus yang terdiri dari 3 kelas yaitu Gastropoda, Insekta dan Pelecypoda.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi Insekta yang ditemukan di Batang Kuranji Kota Padang Sumatera Barat dan mengetahui kondisi faktor fisika dan kimia air (suhu, pH dan DO) di Batang Kuranji Kota Padang Sumatera Barat dan diharapkan kepada masyarakat sekitar agar tidak membuang sampah, limbah dan kotoran lainnya serta pemanfaatan penambangan pasir yang tidak berlebihan di sungai karena dapat merusak organisme yang ada di Batang Kuranji tersebut.

(3)

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah survey deskriptif yaitu mengambil secara langsung di lapangan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di Batang Kuranji Kota Padang pada bulan Maret-April 2017. Daerah aliran sungai Batang Kuranji secara geografis terletak pada 00o 48’-00o 56’ LU dan 100o 34’ BT. Wilayah yang tercakup DAS Kuranji dari hulunya dibatas kota Padang dengan Kabupaten Solok sampai garis pantai Barat Sumatera, yang mencakup empat kecamatan yaitu: Kecamatan Pauh, Kuranji, Nanggalo, dan Padang Utara dengan ketinggian dari permukaan laut 1.858 m dpl – 94.9 m dpl dan luas 22.251 Ha. Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dan sore hari dari pukul 07.00-09.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Untuk koleksi sampel digunakan surber net, untuk pengukuran suhu digunakan termometer, untuk pengukuran pH digunakan pH meter dan untuk identifikasi sampel digunakan

mikroskop stereo. Koleksi dilakukan pada 3 stasiun. Stasiun I pada daerah Lambung Bukit, mewakili daerah kegiatan pertanian sawah dan ladang.

Stasiun II pada daerah Kalumbuk, mewakili lokasi aktivitas penambangan bahan galian-c dalam bentuk pasir, batu dan kerikil pada badan sungai. Stasiun III pada daerah Kp. Koto, mewakili daerah pemukiman masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang komposisi insekta di Batang Kuranji Kota Padang diperoleh hasil sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 1 di bawah dapat dilihat bahwa insekta yang ditemukan di Batang Kuranji Kota Padang diantaranya terdapat 3 Ordo yaitu ordo Odonata, ordo Ephemeroptera dan ordo Diptera.

Ordo Odonata yang ditemukan di Batang Kuranji Kota Padang terdapat 6 Genus, 5 Familia. Ordo Ephemeroptera yang ditemukan di Batang Kuranji terdapat 3 Genus, 3 Familia. Sedangkan Ordo Diptera yang ditemukan di Batang Kuranji terdapat 2 Genus, 2 Familia.

(4)

Tabel 1. Klasifikasi Insekta yang Ditemukan di Batang Kuranji Kota Padang Sumatera Barat

Classis Ordo Familia Genus

Insecta 1. Odonata 1.Gomphidae 2. Libellulidae 3. Coenagrionidae 4. Calopterygidae 5. Chlorocyphidae

1. Octogomphus 2. Hagenius 3. Rhyothemis 4. Ischura 5. Neurobasis 6. Rhinocypha 2.Ephemeroptera 6. Leptophlebiidae

7. Baetidae 8. Ephemerellidae

7. Paraleptophlebia 8. Cloeon

9. Ephemerella 3. Diptera 9. Chironomidae

10. Simuliadae

10. Chironomus 11. Simulium

Tabel 2. Komposisi Insekta di Batang Kuranji Kota Padang Sumatera Barat

No Taxa Stasiun I Stasiun II Stasiun III

KR (%)

FR (%)

Pi lnPi KR (%)

FR (%)

Pi lnPi KR (%) FR (%)

Pi lnPi 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Octogomphus Hagenius Rhyothemis Ischura Neurobasis Rhinocypha Paraleptophlebia Cloeon Ephemerella Chironomus Simulium

3,16 0 4,21 65,28

6,05 2,10 4,26 3,21 4,26 2,10 5,37

10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 10

-0,1115 0 -0,0489 -0,2655 -0,1958 -0,0831 -0,1581 -0,1361 -0,1581 -0,0831 -0,0489

1,77 1,77 8,91 50,08

5,54 8,46 5,37 1,77 1,77 13,50

1,05 9,68 3,20 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68 9,68

-0,0716 -0,0716 -0,2155 -0,3465 -0,1189 -0,1884 -0,1566 -0,0716 -0,0716 -0,2598 -0,1566

12,19 0 7,31 50,01

3,66 3,66 9,76 6,10 1,21 4,88 1,21

10 0 10 10 10 10 10 10 10 10 10

-0,0620 0 -0,0620 -0,3050 -0,1376 -0,1376 -0,2516 -0,1918 -0,0620 -0,0207 -0,0620

Jumlah 100 100 -1,2891 99,99 100 -1,7287 99,99 100 -1,2923

Indeks diversitas 1,2891 1,7287 1,2923

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang komposisi Insekta di Batang Kuranji Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2.

Kepadatan relatif (KR) tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 65,28%

dari ordo Odonata dengan genus Ischura. Genus ini ditemui pada setiap stasiun pengambilan sampel.

Hal ini diduga bahwa kondisi lingkungan perairan sesuai untuk

proses perkembangbiakan suatu organisme. Menurut Suin (2002) bahwa faktor lingkungan sangat menentukan penyebaran dan kepadatan populasi suatu organisme, apabila kepadatan suatu genus di suatu daerah sangat berlimpah, maka menunjukkan abiotik di stasiun itu sangat mendukung kehidupan genus tersebut. Banyaknya genus Ischura ditemukan diduga banyaknya telur

(5)

yang dihasilkan sehingga menyebabkan nimfa genus ini berkembang. Hal ini sesuai dengan penelitian Huang (2014) bahwa genus Ischura biasanya kawin beberapa kali selama masa hidup.

Pada saat bertelur, imago betina bertelur mengeluarkan sebanyak 100-876 telur dan telur tersebut siap menetas dalam waktu 10-21 hari.

Kepadatan relatif terendah terdapat pada stasiun II yaitu genus Simulium (1,05%).

Frekuensi relatif (FR) tertinggi terdapat pada stasiun I dan stasiun II yaitu 10% dilihat pada Tabel 2 yang terdapat pada genus Octogomphus, Rhyothemis, Ischura, Neurobasis, Rhinocypha, Paralepto phlebia, Cloeon, Ephemerella, Chiro nomus dan Simulium. Tingginya frekuensi genus-genus ini menunjukkan genus yang diperoleh mempunyai kisaran toleransi yang cukup tinggi terhadap faktor lingkungan. Mengacu pada Odum (1993) bahwa kehadiran dan keberhasilan hidup suatu organisme tergantung kepada kondisi lingkungan perairan. Frekuensi kehadiran dipengaruhi oleh nilai

keasaman pH yang merupakan salah satu parameter kimia perairan yang dapat mempengaruhi penyebaran nimfa-nimfa pada habitatnya, dari pengamatan kondisi perairan yang cenderung netral yaitu berkisar 7- 7,25. Hal ini cocok untuk kelangsungan hidup nimfa insekta.

Menurut Sinaga (2009), nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5.

Frekuensi relatif terendah terdapat pada stasiun II dapat dilihat pada Tabel 2 yang terdapat pada genus Hagenius yaitu 3,20%.

Rendahnya frekuensi relatif pada genus Hagenius karena pola penyebaran Hagenius tidak merata, hanya ditemukan pada stasiun II dengan menempati satu titik pengambilan. Genus yang memiliki frekuensi kehadiran terendah disebabkan karena hanya habitat tertentu saja yang bisa ditempati dan sesuai untuk kelangsungan hidupnya.

Menurut Omar et al., (2014) komposisi dan distribusi serangga air tergantung pada beberapa faktor seperti kualitas air, ketersediaan makan dan karakteristik habitat.

(6)

Berdasarkan analisis indeks keanekaragaman Shannow Weinner (H’) insekta di Batang Kuranji berkisar 1,2891-1,7287 (Tabel 2).

Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 1,7287 dan yang terendah pada stasiun II yaitu 1,2891.

Untuk jumlah indeks diversitas dari ketiga stasiun penelitian yaitu tergolong sedang. Menurut Nugroho

(2006) jika nilai H’ lebih dari 1 dan lebih kecil dari 3 maka dikategorikan memiliki keanekaragaman sedang.

Untuk melihat hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan yang terdapat di Batang Kuranji dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengukuran masing-masing stasiun penelitian relatif tidak berbeda.

Tabel 3. Pengukuran Parameter fisika, kimia peraiaran di Batang Kuranji Kota Padang Sumatera Barat

No Parameter Stasiun

I II III

Fisika

1. Suhu (oC) 25 23,5 24,5

Kimia

1. pH 7,25 7 7,2

2. Oksigen terlarut (mg/l) 7 6 7

Pada Tabel 3 hasil pengukuran faktor fisika kimia air yaitu untuk pengukuran suhu pada masing-masing stasiun berkisar antara 23-250C. Berdasarkan hal tersebut diduga suhu perairan pada stasiun pengamatan atau pengambilan sampel berkisar pada suhu yang sesuai untuk kehidupan bentos. Menurut James dan Evison (1979) dalam Simamora (2009) bahwa temperatur di atas 300C dapat menekan populasi hewan perairan.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lusianingsih (2011) kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan organisme akuatik antara 20-300C.

Nilai derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting untuk menentukan aktivitas kehidupan organisme perairan. Hasil pengukuran derajar keasaman (pH) yang telah dilakukan di Batang Kuranji berkisar 7-7,25. Kisaran pH yang di dapat pada pengukuran

(7)

faktor fisika kimia air diduga sesuai untuk kehidupan organisme perairan.

Mengacu pada Effendi (2003) menyatakan sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai derajat keasaman (pH) sekitar 7-8,5.

Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) yang telah dilakukan di Batang Kuranji Kota Padang berkisar 6-7 mg/l. Hasil pengukuran yang didapatkan pada lokasi penelitian bahwa perairan masih tergolong sesuai untuk kehidupan organisme air. Menurut Purwati (2016) kandungan oksigen terlarut mempengaruhi suatu perairan, semakin tinggi kadar oksigen maka semakin besar kandungan oksigen dalam ekosistemnya. Dengan demikian semakin baik pula kehidupan organisme yang mendiaminya.

Sedangkan menurut Effendi (2003) menyatakan bahwa perairan yang memiliki kadar oksigen terlarut (DO)

>5,0 sangat disukai oleh hampir semua organisme akuatik.

KESIMPULAN

Komposisi Insekta yang didapat pada penelitian ini yaitu 11 genus (10 famili, 3 ordo). Kepadatan relatif tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 65,28% yaitu pada genus Ischura. Kepadatan relatif terendah pada stasiun II terdapat pada genus Simulium yaitu 1,05%. Frekuensi relatif tertinggi yaitu Octogomphus, Rhyothemis, Ischura, Neurobasis, Rhinocypha, Paraleptophlebia, Cloeon, Ephemerella, Chironomus, Simulium (10%), frekuensi relatif terendah terdapat pada stasiun II yaitu genus Hagenius (3,20%).

Indeks keanekaragaman Batang Kuranji berkisar 1,2891-1,7287.

Pada pengukuran kualitas air didapatkan suhu 23-25oC, pH air 7- 7,25, oksigen terlarut 6-7 mg/l.

Batang Kuranji termasuk perairan yang tercemar sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Handayani S.T, Bambang S dan Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu Dengan Biomonitoring

Makrozoobentos: Tinjauan Dari Pencemaran Bahan Organik. Jurnal Biosain, 1(1): 31-32.

(8)

Odum, P.E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Suwondo, Febrita E, Dessy dan Alpusari M. 2004. Kualitas Biologi Perairan Sungai Senapelan Sago dan Sail di Kota Pekanbaru Berdasarkan Bioindikator Plankton Dan Bentos. Jurnal Biogenesis, 1(1): 15-16.

Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi.

Universitas Andalas . Padang Omar, S. A., A. E Rak., A.F.A.

Sanusi & .M. Yusoff. 2014.

Benthic Macroinvertebrates

Composition and

Distribution at Sungai Dawai and Sungai Dekong in Lojing Highland, Gua Musang, Kelantan.

Teknologi Faculty of Earth Science. University Malaysia Kelantan. Malaysia.

Simamora, D. R. 2009. Studi Keanekaragaman

Makrozoobentos di Aliran SungaiPadang Kota Tebing.

Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Lusianingsih, N. 2011.

Keanekaragaman

Makrozoobentos di Sungai Bah Balon Kabupaten Simamulung Sumatera Utara.

Skripsi. Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang didapat di lapangan bahwa fasilitas objek wisata pantai di Kota Padang yang terdapat pada 13 objek wisata pantai di Kota Padang yaitu pantai yang

The only controlled copy of this document is the original signed copy maintained in the Procurement Management Office – BAC Secretariat Section.. The reader must ensure that this or