• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATIFIKASI POHON DI BUKIT ACE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STRATIFIKASI POHON DI BUKIT ACE "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

STRATIFIKASI POHON DI BUKIT ACE

KELURAHAN GUNUNG SARIK KECAMATAN KURANJI PADANG

Nosmi Firmasari, Rizki, Elza Safitri

Program Studi Pendidikan Biologi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat

e-mail: Nozmifirmasari@gmail.com

ABSTRAK

Stratification or coating plant canopy is in vertical arrangement in a plant community or forest ecosystems. Each layer in the stratification called strata. A tree strata may form a continuous or discontinuous canopy. The tropical rain forest is formed by 5 strata stratum A, B, C, D and E. The study was conducted in Hill Mountain Village Ace Sarik Kuranji District of Padang. There are some problems in these hills are forest fires, illegal logging or illegal logging and conversion of forest into farmland by the public so that damage ecosystems that exist in this hill one of which is a tree. This research was conducted in September-October 2014 which aims to see stratification trees and environmental factors in the Hill District of Ace village Sarik Kuranji Mount Padang. Type a descriptive survey method used belt transect method that made the plot 10x10 m long transect 200 m.Pembuatan stratification of this tree is made with data retrieval diameter and height of a tree trunk with a scale of 1: 200 in paper millimeters. Based on the results of the study found 13 species with four strata knoll Mountain Village Ace Sarik Kuranji District of Padang ie stratum A, B, C and D. In the study area are found species that have a diameter of less than 10 cm are young trees, predicted that in the future tree will come in Bukit Ace will increase if the hill is kept preserved.

Keywords: Stratification Tree, Illegal Logging, Belt transec.

PENDAHULUAN

Hutan adalah komunitas tumbuhan yang di dominasi oleh (Misra, 1980). Whitmore (1982) dalam Partomihardjo (2014) mengatakan bahwa pohon merupakan kelompok tumbuhan mengayu dengan satu batang utama berdiameter setinggi dada (1, 3 m dat) ≥ 10 cm. Pohon dikelompokkan menjadi 5 yaitu (1) Seedling (semai) adalah pohon yang dimulai dari kecambah sampai tinggi 1, 5 meter dengan diameter batang kecil dari 2 cm. (2) Sapling (belta) adalah pohon yang mempunyai tinggi lebih dari 1, 5 meter dengan diameter <10 cm, (3) Pole (tiang) adalah pohon- pohon muda yang berdiameter 10-19 Cm, (4) Pohon adalah pohon dewasa yang mempunyai diameter 20-49 cm, (5) Tingkat pohon besar, apabila pohon- pohonnya mempunyai diameter > 50 cm.

Suatu strata pohon dapat membentuk suatu kanopi yang kontinu atau diskontinu.Menurut Indriyanto (2006) strata dikelompokkan menjadi 5 yaitu strara A yaitu lapisan pepohonan yang tingginya melebihi 30 m, strata B mempunyai tinggi pohon 20-30 m, strata C dengan tinggi pohon 4-20 m, strata D mempunyai tinggi pohon 1-4 m dan strata E dengan ketinggian 0-1 m.

Bukit Ace merupakan salah satu bukit yang ada di Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang. Pada tanggal 02 Agustus terjadi

kebakaran lahan di bukit ini, selain itu pembalakan liar atau ilegal logging juga terjadi di bukit ini sehingga dapat membuat vegetasi tumbuhan di bukit ini hilang, salah satunya yaitu vegetasi pohon.

Menurut Esti (2011) kebakaran dapat menyebabkan penurunan jumlah jenis pada tingkat pohon.

Kardiman (2011) pembalakan liar dapat merubah komposisi dan tegakan pohon dan dapat menyebabkan penurunan jenis dan tegakannya.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian “Stratifikasi Pohon di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik kecamatan Kuranji Padang”.

BAHAN dan METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji. Padang. Jenis penelitian ini yaitu penelitian survey deskriptif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi antara belt transect atau metode jalur dengan garis berpetak.

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei ke lapangan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai keadaan bukit. Survei dilakukan untuk menentukan area pengambilan sampel atau jalur transek yang akan dibuat.Dengan menggunakan kompas, terlebih dahulu dilakukan pembuatan garis rintisan (jalur) yang berfungsi 1

(2)

2

sebagai garis transek. Garis transek dibuat sebagai titik acuan untuk pengambilan sampel. Transek garis pada umumnya merupakan garis yang memotong ke arah seberang batas komunitas tertentu yang akan diamati (Fachrul, 2006).

Selanjutnya, dibuat petak contoh berbentuk jalur dengan arah tegak lurus kontur(gradien perubahan tempat tumbuh) dengan ukuran lebar 10 m dan panjang 200 m, dimana lebar jalur 10 m sebagai sumbu Y dan panjang 200 m sebagai sumbu X.

Pada masing-masing garis transek dibuat plot ukuran 10x10 meter.

Pengamatan yang akan di lakukan berupa pencatatan pada bentangan transek yang telah dibuat, secara vertikal berupa pembuatan gambar pohon beserta nama species, pengukuran diameter batang dan pengukuran tinggi pohon dengan menggunakan busur dan stik meter. Pengukuran tajuk pohon serta mengelompokkan pohon berdasarkan tinggi, diameter batang dan panjang tajuk pohon. Selain itu juga pengamatan pada faktor lingkungan yaitu kelembapan, pH tanah dan suhu.

Semua data diolah menjadi diagram dan digambarkan kedalam kertas milimeter, didasarkan pada tinggi dan panjang tajuk pohon yang akan diamati dengan skala 1:200 m. Berdasarkan stratifikasi pohon akan di kelompokkan menjadi beberapa strata yaitu stratum A yang mempunyai

tinggi m, strata B yang mempunyai tinggi 20-30 m, strata C yang mempunyai tinggi 4- 20 m, strata D dengan ketinggian 1-4 m dan strata E dengan ketinggian 0-1 m (Indriyanto, 2006).

Cara penghitungan tinggi pohon Tinggi pohon = Y + Z

Y = X tan α Keterangan:

Y = Tinggi pohon dari mata pengamat kepuncak X= Jarak pengamat dari pohon

Z= Tinggi pengamat (dari ujung kaki sampai mata)

Tan α= Sudut terbentuk setinggi mata pengukur dengan arah bidikan ke puncak pohon

Cara menghitung diameter pohon Keterangan :

D : diameter

: tetapan atau 3,14 K : keliling

HASIL dan PEMBAHASAN

Tabel 1. Species, tinggi dan strata pohon di bukit Ace N

o

Nama Species Tinggi Pohon Strata

1 Alstonia scholaris 6,1-19,5 m C

2 Anacardium occidantale 8,7-10,9 m C

3 Artocarpus elasticus 6,2-23,7 m B dan C

4 Xerospermum intermedium 4,6-25,3 m B dan C

5 Bellucia pentamera 5,5-9,4 m C

6 Evodia malayana 3,8-7,5 m C dan D

7 Phoebe sp 6,6-31,3 m A, B dan C

8 Garcinia sp 5,5-7,6 m C

9 Ixonanthes sp 4,8-22 m B dan C

10 Perenoma canescens 5,7-21,5 m B dan C

11 Rhodamnia cinera 6,3-20,5 m C dan B

12 Symplocos fasciculata 3,9-14,5 m B, C dan D

13 Vitex pinnata 4,1-9,1m C

Tabel 2. Pengururan Faktor Lingkungan

No Pengukuran Faktor Lingkungan Hasil

1 Kelembapan (%) 55%-71%

2 Suhu ( ) 31-330 C

3 pH tanah 6,9-7

Dari tabel 1. Dapat dilihat strata A yaitu Phoebe sp dari familia Lauraceae dengan ketinggian 31,3 M. Familia Lauraceae umumnya hidup berkelompok dan tersebar pada daerah

dataran rendah hingga pegunungan. Tumbuhan ini bisa hidup dalam berbagai iklim (Irwanto, 2007).

Hal ini menunjukkan bahwa jenis ini mempunyai kemampuan hidup yang lebih baik pada area

(3)

3

penelitian. Pada umumnya dalam masyarakat tumbuhan terjadi persaingan dari hasil persaingan tersebut hanya pohon yang kuat atau lebih berkuasa dibandingkan species lainnya. Bagi tumbuhan tinggi akan menjadi pemenang dan menguasai pohon-pohon yang rendah (Indriyanto, 2006).

Pada strata B ditemukan species Xerospermum intermedium Radlk, Phoebe sp, Perenoma cenescens Jack, Ixonanthes sp, Artocarpus elasticus Reinw. Ex. Blume, Symplocos cochinensis (Lour) S. Moore dan Rhodamnia cinera Jack. Sesuai menurut (Astuti, 2010), bahwa tajuk kedua biasanya dikuasai oleh Familia Lauraceae, Myrtaceae, Myristaceae dan Guttiferae, ini menandakan bahwa tipe hutan hujan dataran rendah. Pada area penelitian pengaruh lingkungan berdampak pada variasi pohon yang ditemukan. Pada area penelitian suhu berkisar 310 – 330 C. Sesuai dengan Arief (1994) dalam Nursal (2012) untuk hutan hujan tropis suhu udara yang baik bagi tumbuhan berkisar 220 – 330 C. Strata B ini biasanya bersifat toleran (tahan naungan) atau kurang memerlukan cahaya matahari. Strata B dalam suatu komunitas tumbuhan memerlukan naungan dari pohon yang lebih tinggi atau perlu pendamping dengan pohon lain sebagai penaung agar pertumbuhannya optimal (Indriyanto, 2006).

Pada strata C hampir semua species yang ada di area penelitian menduduki strata ini. Species Phoebe sp, Bellucia pentamera Naudin , Perenoma cenescens Jack, Ixonanthes sp, Vitex pinata L, Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume, Evodia malayana Ridl, Garcinia sp, Symplocos cochinensis (Lour) S. Mooredan Rhodomnia cinera Jack, dari familia Ixonantheceae, Moraceae, Melastomaceae, Rutaceae, Symplocacoae, Lauraceae, Piperaceae, Rutaceae, Guttiferae dan Myrtaceae. Hal ini sesuai yang dinyatakan Ewusie (1990) bahwa familia yang paling mudah dijumpai di hutan tropis dataran rendah yaitu familia Euphorbiaceae, Anacardiaceae, Dipterocapaceae, Rubiaceae, Moraceae, Lauraceae, Burceraceae dan familia Myrtaceae. Pada strata C yaitu lapisan tajuk ketiga dari atas dari pepohonan yang tingginya 4- 20 m. Pada area penelitian tinggi pohon pada strata ini mulai dari 4.4 m sampai dengan 19.5 m.

Pepohonan pada stratum C mempunyai bentuk tajuk yang berubah-ubah tetapi membentuk suatu lapisan tajuk yang tebal. Selain itu pepohonannya memiliki banyak percabangan yang tersusun rapat, sehingga tajuk menjadi rapat (Indriyanto, 2006).

Strata D pada area penelitian hanya dijumpai pada species Evodia malayana Ridl dan Symplocos cochinensis (Lour) S. moore. pada strata ini dibentuk oleh species pohon yang muda dari species pohon yang lebih besar. Pada area penelitian tinggi pohon yang di temukan 3.8 m dan 3.9 m. Species yang ditemukan merupakan species muda dari pohon yang lebih besar.

Perbedaan dalam tingkat strata berhubungan dengan lingkungan (tempat tumbuh) misalnya terjadi penghambatan pertumbuhan tegakan akibat penebangan dan pembukaan areal hutan. Perbedaan strata pada bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang membuktikan bahwa regenerasi dan adaptibiliti keragaman vegetasi penyusun formasi hutan mengindikasi sumber daya hayati vegetasi yang menjamin keberlangsungan ekosistem hutan. Di lapangan Tinggi strata tajuk sangat terkait dengan species, keadaan lingkungan dan umur pohon. Setiap species memiliki tinggi maksimum yang berbeda-beda. Namun jumlah species yang ditemukan sangat terbatas, seringkali perbedaan ketinggian strata disebabkan oleh umur dari pohon dan keadaan sisa pembalakan dan kebakaran hutan yang terjadi di bukit ini.

Keadaan lingkungan di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang suhu berkisar antara 31-33 0C.Kelembaban berkisar 55- 71%, pH tanah di bukit ini berkisar antara 6,9 sampai 7. Menurut Ewusie (1990) hutan hujan tropis memiliki kelembaban 80% dengan suhu (25- 260 C). Dapat di lihat bahwa faktor lingkungan dibukit Ace berpengaruh terhadap keanekaragaman pohon. Suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah di bukit Ace mempengaruhi tinggi pohon sehingga berpengaruh terhadap stratifikasi pohon.

Apabila suhu melampaui batas maksimum dan minimum maka pertumbuhan dan perkembangan akan terhenti.

Berdasarkan hasil pengukuran parameter lingkungan di Bukit Ace kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang suhu relatif tinggi.

Tetapi tiap tumbuhan memiliki daya optimal untuk tumbuh yang berbeda-beda. Pada lokasi penelitian tersebut banyak celah akibat penebangan yang memungkinkan cahaya matahari masuk lebih banyak ke lantai hutan. Banyaknya celah ini menyebabkan tingginya suhu udara dan rendahnya kelembaban udara di lokasi ini.

Pada area penelitian diameter batang yang besar dari 35 cm atau pohon dewasa hanya sedikit di temukan di area penelitian. Pohon dewasa adalah pohon masa lampau yang pernah ada diarea penelitian. Akibat kebakaran hutan dan pembalakan liar di bukit Ace maka pohon yang ditemukan merupakan sisa dari kebakaran dan pembalakan.

Pohon yang mempunyai diameter 10-35 atau pohon muda (Pole) banyak ditemukan pada area penelitian. Pohon muda merupakan pohon masa sekarang.

Pada bukit Ace kelurahan Gunung Sarik kecamatan Kuranji Padang, banyak tumbuhan muda yang tersebar di area penelitian yang mempunyai diameter batang kurang dari 10 cm.

Pohon yang memiliki diameter kurang dari 10 cm merupakan tingkat sapling (belta). Pohon ini nantinya akan menjadi menjadi pohon muda dan pohon inti atau pohon masa depan jika ekosistem di

(4)

4

bukit tersebut tidak rusak dan masyarakat sadar dan peduli terhadap keadaan bukit Ace. Jika masyarakat masih kurang peduli terhadap kelestarian bukit ini pada masa akan datang pohon di bukit ini akan mengalami penurunan jumlah.

KESIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan:

Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Padang di temukan 13 jenis pohon dengan 13 Familia, dengan 4 strata yaitu strata A, B, C dan D. Keadaan lingkungan di Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang suhu 31–350C.

Kelembaban berkisar 55%-71% dan pH tanah di Bukit ini berkisar antara 6,9 – 7. Disarankan kepada msyarakat diharapkan masyarakat mampu mempertahankan kondisi Bukit Ace Kelurahan Gunung Sarik Kecamatan Kuranji Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Esti, K. 2011. Komposisi dan Struktur vegetasi Pada Areal Hutan Bekas Terbakar (Di Areal UPT Taman Hutan Raya R. Soerjo, Malang). Disertation Abstract International. E44062865.

Ewusie, Y.1990. Ekologi Tropika. Bandung: ITB Fachrul, M.F. 2006. Metode Sampling Di

Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.

Irwanto. 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan.

Yogyakarta.

Kardiman. 2011. Struktur Tegakan Pohon Setelah 14 Tahun Penebangan di Plot Permanen Bukit Gajabuih. Unand. Padang.

Misra . 1980. Manual Of Plant Ecology Oxford And Publishing.New Delhi.

Nursal. 2012. Karakteristik Komposisi dan Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon di Kawasan Hutan Wisata Rimbo Tujuh Danau Kabupaten Kampar Provinsi Riau.

Skripsi. UNRI. Riau.

Partomihardjo, T. 2014. Jenis-jenis pohon di hutan Nusakambangan. Jakarta. LIPI press.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the theory and previous research, the following hypothesis is formulated as follows: H4: Independent commissioners weaken the effect of capital intensity on tax avoidance