• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konflik Kaum Padri dan Kaum Adat di Minangkabau

N/A
N/A
Enji

Academic year: 2024

Membagikan "Konflik Kaum Padri dan Kaum Adat di Minangkabau"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Hamada, Ivan, Jaki,

Rif'at

(2)

Kaum Padri: Dipimpin oleh Haji Abdul Rahman dan Haji Sulaiman, mereka berusaha menerapkan hukum Islam yang lebih ketat di Minangkabau.

Kaum Adat: Didukung oleh sebagian besar

masyarakat yang ingin mempertahankan tradisi lokal dan praktik adat.

(3)

(1830-1837):

Meskipun banyak pemimpin Padri ditangkap atau terbunuh, mereka

terus melakukan perlawanan.

Pertempuran terus berlanjut hingga 1837, dengan banyaknya

korban dari kedua belah pihak.

1821-1825):

Kaum Padri mulai menguasai beberapa daerah, menentang

kekuasaan kaum adat.

Pertempuran sporadis terjadi di berbagai tempat.

Pada tahun 1824, kaum Padri berhasil menguasai kota-kota

penting, termasuk Padang.

(1825-1830):

Belanda, yang ingin menguasai

perdagangan di Sumatera, mulai campur tangan dalam konflik ini dengan berpihak

pada kaum adat.

Berbagai pertempuran terjadi, dengan Belanda melakukan serangan besar untuk

menguasai daerah yang dikuasai kaum Padri.

Awal konflik

Intervensi

belanda

Perlawanan terakhir

(4)

Perang Padri berakhir dengan kemenangan belanda dan

penguasaan penuh atas wilayah Minangkabau. Banyak pemimpin Padri diasingkan, dan sistem pemerintahan adat mulai diubah.

Akhir Perang:

Dampak:

Perang ini mengakibatkan banyak kerugian jiwa dan hancurnya infrastruktur. Mengubah struktur sosial dan political di Sumatera Barat, dengan Belanda menguatkan posisi mereka di daerah

tersebut

(5)

Referensi

Dokumen terkait

BERGESERNYA FUNGSI DAN PERANAN PEMlMPlN ADAT Dl MINANGKABAU.. (Studi Kasus di Padang Pariaman- Sumatera

Berdasarkan hasil pembuatan busana pengantin putri adat Minangkabau ini dapat diambil kesimpulan bahwa busana pengantin putri adat Minangkabau terdiri dari baju kurung, songket,

Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. 3) Pihak-pihak yang melakukan perkawinan antara Adat Batak dengan

Setidaknya dapat dilihat dalam bentuk keluarga di Minangkabau yang dibangun oleh tiga kekuatan yang disebut “ Tungku Tigo Sajarangan “, yaitu terdiri dari kaum

Setelah mempelajari mata kuliah Hukum Adat Minangkabau , mahasiswa mengetahui dan menyadari bahwa Masyarakat Minangkabau mempunyai hukum yang unik yang berbeda

Bahasa Minangkabau atau dalam bahasa asal, Baso Minang adalah sebuah bahasa Austronesia yang digunakan oleh kaum Minangkabau di Sumatra Barat, di barat Riau, Negeri

Pengaruh intervensi hukum adat Minangkabau terhadap prinsip dan praktik hukum Islam dapat memberikan kontribusi dalam harmonisasi antara hukum adat dan hukum Islam di masyarakat

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa industri hiburan di Sumatera Barat saat ini melestarikan kearifan lokal dan nilai-nilai tradisi Minangkabau melalui kreasi tari Minangkabau dengan