Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas segala nikmat, karunia dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Konsentrasi Belajar dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Pada Mahasiswi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam” Keperawatan, Universitas Hasanuddin”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Fisioterapi di Universitas Hasanuddin. Hafid, S.Ft., Physio, M.Kes selaku Ketua Program Studi Sarjana Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, serta seluruh dosen yang memberikan bimbingan dan bantuan dalam proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
Judul Skripsi: Hubungan Konsentrasi Belajar dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore pada Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsentrasi belajar dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Untuk mengukur tingkat konsentrasi belajar siswi, penulis menggunakan Kuesioner Konsentrasi Belajar Siswa Versi Bahasa Indonesia (SLCQ-I), kemudian International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) untuk aktivitas fisik dan Visual Analogue Scale (VAS) untuk mengukur belajar. konsentrasi. tingkat dismenore.
Berdasarkan hasil analisis hubungan konsentrasi belajar dengan kejadian dismenore dengan menggunakan uji Spearman diperoleh p-value sebesar 0,082 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara konsentrasi belajar. dan kejadiannya. dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Sedangkan berdasarkan hasil analisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore diperoleh p-value sebesar 0,014 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian dismenore. dismenore. di kalangan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Judul : Hubungan Konsentrasi Belajar dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Pada Mahasiswa Keperawatan Fakultas Universitas Hasanuddin.
The aim of this study was to determine the relationship between study concentration and physical activity and the incidence of dysmenorrhea in students of Faculty of Nursing, Hasanuddin University.
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
- Tujuan Khusus
Adakah hubungan antara konsentrasi belajar dengan kejadian dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin? Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsentrasi belajar dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Diketahui adanya hubungan antara konsentrasi belajar dan aktivitas fisik dengan dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.
Manfaat Penelitian
- Bagi Pendidikan
- Bagi Fisioterapi
- Bagi Pemerintah
- Bagi Peneliti
- Definisi Konsentrasi Belajar
- Dampak Konsentrasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
- Pengukuran terhadap Konsentrasi Belajar
Pengenalan alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai konsentrasi belajar dan aktivitas fisik penderita dismenore di institusi keperawatan. Penelitian ini menambah wawasan tentang hubungan konsentrasi belajar dan aktivitas fisik dengan dismenore pada mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin. Konsentrasi adalah memusatkan pikiran pada suatu objek tertentu dengan mengesampingkan hal-hal yang tidak berhubungan dengan proses belajar mengajar yang dilaksanakan (Aguss, R.M., & Yuliandra, 2020). Hasil penelitian Aviana & Hidayah (2019), konsentrasi adalah memusatkan perhatian pada proses perubahan praktik perilaku berupa penguasaan dan penggunaan pengetahuan dari berbagai bidang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Semakin tinggi konsentrasi seorang siswa dalam belajar, maka proses belajar mengajar akan semakin efisien. Kebiasaan memiliki konsentrasi yang baik akan memudahkan dalam mengungkapkan ide-ide yang baru diperoleh selama proses belajar mengajar.
Hasil penelitian dari Malawi (2019) menjelaskan bahwa jika seseorang dapat berkonsentrasi dengan baik maka akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam proses pembelajaran, sehingga juga meningkatkan kinerja belajar yang baik. Menurut Slameto (2020), menjelaskan dampak negatif siswi yang tidak fokus belajar akan mengakibatkan proses belajar menjadi tidak maksimal. Kecacatan fisik seperti kebutaan, tuli, patah tangan dan patah kaki akan mengganggu proses pembelajaran dan pendidikan (Savitri, 2019). b) Intelijen.
Dalam proses belajar mengajar, siswi yang memiliki kecerdasan tinggi akan lebih berhasil dalam mengikuti proses pembelajaran dibandingkan siswi yang memiliki kecerdasan rendah (Savitri, 2019). c) Perhatian. Jika objek yang akan dipelajari tidak menarik maka timbul rasa bosan yang membuat siswa tidak dapat berkonsentrasi saat belajar (Savitri, 2019). d) Minat. Pentingnya kesiapan dalam proses pembelajaran akan menimbulkan konsentrasi yang baik ketika menerima informasi baru (Savitri, 2019). g) Kelelahan.
Kelelahan jasmani merupakan suatu reaksi obyektif yang dialami oleh tubuh manusia, hal ini terlihat dari lemahnya tubuh akibat kurangnya aliran darah pada bagian tertentu, sehingga menyebabkan kurangnya konsentrasi pada saat proses belajar mengajar. Jika sarana dan prasarana yang ada pada suatu instansi memadai maka akan tercipta konsentrasi yang baik ketika belajar (Savitri, 2019). Lembaga pendidikan wajib mempunyai sarana dan prasarana yang meliputi peralatan pengajaran, media pembelajaran, buku-buku dan sumber belajar lainnya untuk menunjang proses belajar mengajar.
Tinjauan Umum Aktivitas Fisik .1 Definisi Aktivitas Fisik .1 Definisi Aktivitas Fisik
- Prinsip Peningkatan Aktivitas Fisik
Frekuensi
Seseorang yang kebugarannya rendah dapat berolahraga dengan intensitas 3 METS (Metabolic Equivalent of Task Output) selama lima menit yang dapat dilakukan beberapa kali dalam sehari, seseorang dengan kapasitas 3 – 5 METS dapat melakukan 1 – 2 kali latihan dalam sehari. hari, dan seseorang yang kapasitasnya mencapai >5 METS dapat berolahraga tiga kali seminggu pada hari bergantian. Hal yang harus dihindari adalah latihan beban lebih dari lima kali seminggu, karena latihan beban lebih dari lima kali seminggu akan meningkatkan risiko cedera (Anggriawan, 2015).
Intensitas
Teknik/Jenis Aktivitas
- Klasifikasi Aktivitas Fisik
- Jenis Aktivitas Fisik
- Pengukuran Aktivitas Fisik
- Tinjauan Umum Dismenore .1 Definisi Dismenore .1 Definisi Dismenore
- Etiologi Dismenore
- Patofisiologi Dismenore
- Derajat Dismenore
- Pengukuran terhadap Dismenore
- Tinjauan Antara Konsentrasi Belajar dengan Dismenore
- Tinjauan Antara Aktivitas Fisik dengan Dismenore
- Kerangka Teori
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa aktivitas fisik intensitas sedang hingga tinggi dapat meningkatkan kinerja kognitif seseorang (Miko et al., 2020). Oleh karena itu, aktivitas fisik dapat melindungi terhadap penurunan kognitif, terutama pada orang lanjut usia yang lebih berisiko terkena kelainan genetik atau demensia. Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan kemungkinan seseorang terkena stroke dan risiko penyakit jantung.
Aktivitas fisik dapat membantu mencegah penambahan berat badan berlebihan atau membantu mempertahankan penurunan berat badan. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dan mengonsumsi makanan bergizi dapat membantu mengurangi lemak tubuh (Elmagd, 2016). d) Meningkatkan kekuatan otot dan tulang. Aktivitas fisik melibatkan serangkaian kontraksi otot yang terus menerus, durasi panjang dan pendek tergantung pada jenis aktivitas fisik.
Aktivitas fisik dapat mengurangi gejala psikologis berupa kecemasan dan stres, seperti sensitivitas kecemasan (Kdanola et al., 2018). Aktivitas fisik yang teratur dapat meningkatkan konsentrasi norepinefrin, neurotransmitter di otak yang merespons stres. Selain itu, aktivitas fisik juga dapat meningkatkan kualitas tidur guna menurunkan tingkat stres (Faktor Elmagd yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik a) Usia a) Usia.
Secara umum, aktivitas fisik secara bertahap menurun seiring bertambahnya usia seiring dengan hilangnya massa dan kekuatan otot. Pada proses penuaan, aktivitas fisik menurun sehingga meningkatkan kemungkinan individu mengalami gangguan metabolisme dan penyakit kronis lainnya (Suryadinata et al., 2020). Di sisi lain, individu yang lebih muda memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih aktif, yang berhubungan dengan produktivitas mereka dalam bekerja dan aktivitas lainnya (Abadini dan Wuryaningsih, 2018). b) Jenis Kelamin.
Responden akan melaporkan jumlah hari dan durasi aktivitas intensitas tinggi, aktivitas intensitas sedang, aktivitas intensitas ringan, dan total skor aktivitas fisik secara keseluruhan. Ini merupakan tingkat aktivitas fisik paling rendah, dan kategori ini mencakup individu yang tidak memenuhi kriteria kategori aktivitas fisik sedang dan berat. Aktivitas fisik merupakan faktor paling dominan yang berhubungan dengan dismenore pada penelitian tahun 2022 yang dilakukan Adinda dkk.
Hasil penelitian ini sejalan dengan berbagai penelitian eksperimental aktivitas fisik pada nyeri haid yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik efektif dalam meredakan nyeri. Selain itu, efek aktivitas fisik juga diwujudkan dalam peningkatan sirkulasi oksigen pada otot yang dapat mempengaruhi kelancaran metabolisme.