• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Konsep Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam.” Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "“Konsep Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam.” Skripsi"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

Menurut Ki Hadjar Dewantara, orang yang berpendidikan karakter menjadi orang yang mandiri (berpribadi) yang dapat memerintah dan mengendalikan dirinya (independent, self controlled). Bagaimana relevansi konsep pendidikan karakter perspektif Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan moral dalam Islam. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan relevansi konsep pendidikan karakter perspektif Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan moral dalam Islam.

10 Siti Bariroh, “Pendidikan Bisnis (Studi Banding Ki Hadjar Dewantara dan Muhamma d Athiya h Al Abrasyi) (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014).

Metodologi Penelitian

  • Pendekatan Dan Jenis Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpul Data
  • Analisis Data

Dari kajian penelitian terdahulu, persamaan dengan penelitian penulis ini terletak pada pembahasan konsep pendidikan Ki Hajdar Dewantara, sedangkan perbedaannya terletak pada penelitian Siti Bariroh sebelumnya yaitu studi banding Pendidikan Akhlak antara Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Athiyah Al. Abrasyi berdiskusi. Sedangkan penelitian saya membahas tentang konsep pendidikan karakter dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan akhlak dalam Islam. Kemudian dengan tesis Azmi Mustaqim perbedaannya terletak pada pembahasan konsep pendidikan humanisme Ki Hajar Dewantara dilihat dari perspektif Pendidikan Islam. Setelah itu, data yang diperoleh akan diolah dengan cara merangkum dan menjelaskan bab-bab yang relevan untuk diambil kesimpulan.

Data-data yang telah terkumpul, baik itu diambil dari buku, kitab, majalah, jurnal, skripsi, dan sebagainya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi, yaitu analisis isi dan pesan atau komunikasi.18 Analisis isi dalam hal ini Kajian dilakukan untuk mengungkap isi kitab yang menggambarkan kedudukan penulis dan masyarakatnya pada saat penciptaan kitab tersebut.

Sistematika Pembahasan

Bab keempat membahas tentang analisis, pada bab ini peneliti akan menganalisis konsep pendidikan karakter dari sudut pandang Ki Hajar Dewantar dan pentingnya pendidikan akhlak dalam Islam. Sedangkan pengertian pendidikan karakter menurut kurikulum kompetensi (2001) dapat dilihat secara konseptual dan operasional. A. Menurut Heri Gunawan, pengertian pendidikan moral adalah perilaku operatif yang tercermin dalam perkataan, tindakan, pikiran, sikap dan perasaan, keinginan dan perbuatan.

Secara umum tujuan pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai, sikap dan perilaku peserta didik.

Pendekatan analisis nilai (value analysis approach) merupakan pendekatan yang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir logis siswa dengan menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial. Pendekatan klarifikasi nilai (value statement approach) merupakan pendekatan yang menekankan pada upaya membantu siswa menelaah perasaan dan tindakannya sendiri, untuk meningkatkan kesadarannya terhadap nilai-nilai dirinya. Pendekatan pembelajaran tindakan merupakan pendekatan yang menekankan pada upaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tindakan moral, baik secara individu maupun kolektif dalam kelompok.

Kata ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti ajaran yang menanamkan atau menyampaikan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan.

آاَ

Kata al-ta'di>b berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta'di>ban, yang dapat berarti pendidikan (edukasi), disiplin (disiplin, ketaatan dan ketundukan pada aturan), punishment (peringatan atau hukuman) dan punishment. ( hukuman) - pemurnian). Kata al-ta’di>b berasal dari kata adab yang berarti beradab, santun, tata krama, tingkah laku, budi pekerti, akhlak dan etika. Sedangkan kata addaba yang berarti pendidikan menurut Ibnu Manzuri setara dengan kata 'alama dan menurut Az-Zajaz dikatakan sebagai cara Tuhan dalam mendidik para nabi-Nya.

Masdar addaba yaitu ta'di>b yang diterjemahkan menjadi pendidikan mempunyai arti yang sama dan padanan konseptualnya dapat kita temukan dalam istilah ta'li>m.42. Pengertian pendidikan menurut istilahnya cukup beragam dan beragam yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan Islam, begitu pula pendapat secara etimologis. Yang dimaksud dengan “proses” adalah penanaman pendidikan yang memuat metode dan sistem menyeluruh secara bertahap dan mantap.

Dan yang dimaksud dengan “sesuatu” disini adalah isi, nilai yang diperkenalkan, yaitu berupa nilai-nilai yang otentik dan diyakini kebenarannya sesuai dengan konsep-konsep yang ada dalam agama Islam yang tercermin dalam Alquran. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa segala ilmu pengetahuan bermula dan bersumber dari Allah SWT, sedangkan “diri manusia” adalah penerima proses dan isinya yang tidak lain adalah pembelajar. Sedangkan pengertian pendidikan Islam sebenarnya adalah suatu usaha membimbing, mengarahkan dan mendorong peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar berkembang kepribadian utamanya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab “akhlaq”, yang merupakan bentuk jamak dari kata “khulu>q” yang berarti budi pekerti, tata krama, adat istiadat.46 Kata “khulu>q” mengandung aspek kesesuaian dengan kata tersebut. khalqun” artinya kejadian, dan berkaitan erat dengan “Kha>liq”. pencipta) dan 'makhlu>q' (yang telah diciptakan). Artinya rumusan konsep ‘akhlaq’ muncul sebagai media yang memungkinkan terjadinya hubungan baik antara Khaliq dengan wujud, dan antara wujud yang satu dengan yang lain.

Dari pengertian pendidikan dan moralitas di atas dapat dipahami bahwa pendidikan moral adalah suatu proses pengembangan sifat manusia dengan dasar moralitas, keutamaan perangai dan budi pekerti yang diharapkan dimiliki dan diterapkan pada manusia serta menjadi kebiasaan. Memperkuat pendidikan akhlak tersebut dengan cara memperluas wawasan, berteman dengan orang-orang terpilih, membaca dan mempelajari para pahlawan yang mempunyai pemikiran yang luar biasa dan yang lebih penting lagi memberikan semangat untuk mendorong seseorang agar beramal shaleh. Pendidikan akhlak adalah suatu proses membina, membina dan mendidik manusia dengan tujuan untuk menciptakan dan mensukseskan tujuan tertinggi Islam, yaitu kebahagiaan di dua desa (dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa umat, tercapainya kesenangan, keamanan, rahmat, dan kenikmatan, yang telah dijanjikan oleh Allah SWT, yang berlaku bagi orang-orang yang baik dan bertakwa.

Landasan pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan al-Hadits, karena akhlak merupakan sistem akhlak yang berdasarkan ajaran Islam. Al-Qur'an dan al-Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan tentang kriteria baik dan buruknya suatu perbuatan. Sesungguhnya Rasulullah (dia) mempunyai teladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (datangnya) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. al -Ahzab: 21)53.

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa ada teladan yang baik, yaitu pada diri Nabi Muhammad SAW yang telah dikaruniai akhlak mulia dan mulia. Padahal, Rasulullah diutus untuk melengkapi akhlak yang baik, seperti yang disabdakan Nabi Muhammad SAW, bahwa.

ها ر

دما)

Konsep Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Ki Hajar Dewantara

  • Akhlak terhadap lingkungan, yakni hubungan manusia antara lingkungan hidup dan masyarakat disekitarnya. Dalam hal ini jika dilihat menurut

Telah dijelaskan pada kajian teori sebelumnya bahwa pendidikan karakter mempunyai makna upaya pendidikan untuk membentuk peserta didik menjadi individu utuh yang berakhlak mulia, melalui pembiasaan, pengajaran, pelatihan dan kegiatan keteladanan, sehingga mereka mau dan mampu untuk berprestasi. tugas hidupnya selaras, serasi, seimbang (jasmani dan rohani, rohani materi dan sosial individu) dalam segala peranannya sekarang dan yang akan datang. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan pendidik terhadap peserta didiknya dengan tujuan untuk menunjang kemajuan hidupnya, dalam arti melakukan perbaikan terhadap pertumbuhan seluruh kekuatan mental dan fisik peserta didik sesuai dengan yang diharapkan. sifat spiritual mereka sendiri. Dari pengertian di atas terlihat adanya perbedaan penyampaian dan maksud pendidikan moral antara teori pendidikan moral yang ada dengan pendidikan moral yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara, namun hakikatnya sama yaitu sama-sama pada akhirnya mengajarkan dan mendidik. kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan.Dan.

Menurut Ki Hajar Dewantara, materi pendidikan karakter (praktik dan isi pembelajaran) berkaitan dengan tingkat usia dan kemampuan siswa. Ketiga, di taman dewasa, siswa diajarkan hal-hal yang lebih kompleks dengan niat yang disengaja. Begitu juga dengan pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, dimana seseorang dididik tentang dasar-dasar kebangsaan dan kemanusiaan, agar kelak dapat hidup damai dengan bangsa dan negara.

Dalam hal ini menurut pandangan Ki Hajar Dewantara lebih menitikberatkan pada kebudayaan dan adat istiadat. Metode pengajaran pembentukan karakter yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara kemudian terdiri dari: memahami, merasakan dan berbuat. Selain itu, sistem pendidikan saat ini dilihat dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara telah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat.

Hal ini terlihat pada metode pendidikan karakter yang telah dikembangkan dan dibahas sebelumnya oleh para peneliti. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa segala bentuk metode yang dikembangkan pada hakikatnya sama dengan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, hanya saja metodenya saja.

Relevansi Pendidikan Budi Pekerti Perspektif Ki Hajar Dewantara dengan Pendidikan Akhlak dalam Islam

  • Tujuan Pendidikan
  • Dasar dan Landasan
  • Metode Pendidikan

Sesuai dengan yang telah kita bahas, terdapat relevansi antara pendidikan karakter yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan akhlak dalam pendidikan Islam. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesesuaian antara tujuan pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dengan tujuan pendidikan moral dalam pendidikan Islam. Jika dilihat dari dasar atau landasan pendidikan, maka terdapat perbedaan mendasar antara pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan pendidikan akhlak dalam Islam.

Asas kebudayaan, dimana pendidikan karakter dapat diberikan melalui bimbingan dan nasehat agar peserta didik terus mengembangkan kebudayaannya sendiri dan dapat menerima kebudayaan bangsa lain, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Prinsip kemanusiaan dalam hal ini pendidikan akhlak dapat diberikan dengan memberikan pemahaman dan penjelasan tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik, sehingga kedepannya peserta didik berorientasi pada kepentingan dan kemaslahatan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai agama. . Namun prinsip-prinsip tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam, keduanya menjadi landasan dalam melakukan pendidikan karakter dengan syarat dan ketentuan tertentu.

Sumber pendidikan karakter menurut Ki Hajar Dewantara dapat diambil dari apa saja yang ada di sekitar siswa. Bagi masyarakat Islam, adat istiadat tidak dilarang dijadikan sumber materi pendidikan karakter, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam yang terkandung dalam Al-Qur'an dan Hadits. Berdasarkan apa yang telah dijelaskan di atas, bahwa metode yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam mengajarkan akhlak pada hakikatnya sama dengan metode pendidikan yang digunakan dalam pendidikan akhlak, hanya saja menggunakan istilah yang berbeda.

Di pendidikan Tamansiswa yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara, pendidikan karakter menjadi dasar pelaksanaan pendidikan yang berlangsung di sana. Sumber yang mendasari pendidikan karakter di Tamansiswa adalah ajaran agama atau religiusitas, yaitu ajaran yang diberikan oleh tokoh agama dan masyarakat, termasuk teladannya.

PENUTUP

Saran

Referensi

Dokumen terkait

Bila ditinjau dari hasil observasi, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti materi berani hidup jujur melalui

Persamaan dari penelitian Devi Febriana adalah sama-sama menyatakan bahwa yang membentuk karakter anak bukan hanya guru namun kedua orang tua juga memiliki peran pembentukkan karakter