KONSEP UANG DARI PERSPEKTIF AL-GHAZA>LI> DAN AL-MAQRIZI>> SERTA RELEVANSINYA DALAM KONTEKS SAAT INI. Konsep uang dalam perspektif Al-Ghaza>li> dan Al-Maqrizi> serta relevansinya dalam konteks kekinian.
Rumusan Masalah
Al-Ghaza>li> dan Al-Maqrizi> dalam karyanya tentang sistem ekonomi Islam dan doktrin ekonomi, melakukan pembahasan serupa mengenai konsep uang dan relevansinya dalam konteks saat ini, sehingga hasil pemikiran kedua tokoh tersebut menjadi sangat jelas. Menarik untuk dipelajari dan dibandingkan. Bagaimana relevansi pemikiran Al-Ghaza>li> dan Al-Maqrizi> dalam konteks saat ini.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Telaah Pustaka
Pertama Bambang Sujatmikos yang menangani tahun 2013 dengan judul Kajian Pemikiran Al Ghaza>li> tentang Evolusi Uang dan Relevansinya dalam Konteks Saat Ini. 12 Bambang Sujatmiko, “Kajian Pemikiran Al Ghaza>li> Tentang Evolusi Uang dan Relevansinya dalam Konteks Kontemporer” afhandling (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2010).
Metode Penelitian
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan yaitu sumber data yang dipilih dari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu masalah uang. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitab Ihya Ulumiddin dan kitab al-Nuqud al-'Arbiyah wa' Ilmu al-Namyat.
Sistematika Pembahasan
Teknik verifikasi data dan keabsahan data Sebagai upaya untuk memverifikasi keabsahan data yang diperoleh, dilakukan teknik verifikasi data yaitu triangulasi. Dari beberapa jenis triangulasi, penulis menggunakan metode triangulasi sebagai alat untuk memeriksa keabsahan data.18.
PENDAHULUAN
PENUTUP
Pengertian Uang
Dari berbagai ungkapan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian uang adalah sebagai berikut: Uang adalah apa yang digunakan masyarakat sebagai tolok ukur nilai harga dan alat transaksi pertukaran. Kedua, pengertian uang dilihat dari ciri-cirinya, yaitu segala sesuatu yang diterima secara luas oleh setiap individu.
Sumber Hukum Uang
Maka suruhlah salah seorang daripada kamu pergi ke kota dengan membawa wang perak kamu, dan hendaklah dia melihat makanan apa yang terbaik, kemudian hendaklah dia membawakan makanan itu kepada kamu, dan hendaklah dia bersikap lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan kisah kamu kepada sesiapapun Kemudian bangun dari tidur yang panjang, salah seorang daripada mereka diminta oleh seorang lagi untuk mencari makanan sambil melihat keadaan.
Sejarah perkembangan uang
Bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu yang disebut aes (Aes Signatum Aes Rude) pada abad ke-3 SM. Mata uang yang tersebar luas di kalangan Persia adalah dirham perak dan benar-benar murni.
Fungsi Uang dan karakteristik uang
Uang, sebagai suatu nilai nominal yang dinyatakan di atas kertas atau logam, merupakan suatu nilai yang mempunyai daya beli yang sama dalam jangka waktu tertentu sampai harga-harga naik. Jika Anda mempunyai uang, akan lebih mudah bagi Anda untuk menetapkan standar pelunasan utang dan klaim secara akurat dan cepat baik secara tunai maupun mencicil. Selain itu, jika Anda mempunyai uang, Anda dapat dengan mudah menentukan berapa jumlah hutang dan piutang yang harus Anda terima atau bayar.
41 Agar uang dapat menjadi alat tukar, ia harus memenuhi syarat-syarat agar sesuatu yang dianggap sebagai uang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat dan digunakan sebagai alat tukar oleh pemiliknya. Uang harus memiliki fleksibilitas, seperti bentuk fisiknya tidak boleh terlalu besar, mudah dilipat dan mempunyai jumlah nominal mulai dari yang kecil sampai maksimal.45. Hal ini dimaksudkan agar uang dapat dengan mudah dibawa kemana-mana, dengan kata lain mudah untuk dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu tangan ke tangan yang lain walaupun dengan badan yang kecil dan jumlah nominal yang besar.
45 Ahmad Dimyati, Teori Keuangan Islam: Rekonstruksi Metodologis Teori Keuangan al-Ghaza>li (Yogyakarta: UII Press, 2008), 66. Uang dengan mudah dibagi menjadi satuan-satuan tertentu dengan nilai nominal yang berbeda-beda untuk kelancaran transaksi, dimulai dari yang kecil pecahan hingga nominal yang besar sekalipun. Artinya uang harus mampu memenuhi kebutuhan perekonomian untuk menyeimbangkan kegiatan usaha dan memperlancar transaksi.
Teori permintaan uang dalam ilmu ekonomi konvensional terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu teori permintaan uang pra-Keynesian, teori permintaan uang Keynesian, dan teori permintaan uang pasca Keynesian. Teori permintaan uang pra-Keynesian sering disebut sebagai teori permintaan uang klasik karena didasarkan pada asumsi klasik. Teori permintaan uang Pra-Keynesian mencakup teori permintaan uang Irving Fisher dan teori permintaan uang Cambridge.55.
Menurut Fisher, jika terjadi transaksi antara penjual dan pembeli maka akan terjadi pertukaran uang atas barang/jasa, sehingga nilai yang dipertukarkan harus sama dengan barang/jasa yang dipertukarkan Fisher berasumsi bahwa keberadaan uang pada hakikatnya merupakan konsep aliran, dimana keberadaan uang atau permintaan uang tidak dipengaruhi oleh etnis. Menurut teori permintaan uang Cambridge yang diwakili oleh Marshal dan Pigou, uang adalah alat penyimpanan kekayaan dan bukan alat pembayaran. Teori permintaan uang Cambridge menyatakan bahwa permintaan uang tunai dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, jumlah uang yang dimiliki, ekspektasi tingkat suku bunga di masa depan, dan tingkat harga. Apabila uang sering digunakan untuk tujuan transaksi, jumlah permintaan uang untuk transaksi ditentukan oleh tingkat pendapatan.
Para ekonom Cambridge menyadari bahwa permintaan uang tunai juga bergantung pada tingkat suku bunga dan ekspektasi terhadap harga di masa depan. namun, mereka tidak menganalisis faktor-faktor ini dalam teori mereka. Teori permintaan uang yang disampaikan Keynes dinilai kurang memuaskan sehingga ada beberapa ekonom yang menyempurnakan teori permintaan uang. Teori Keynes mengenai permintaan uang untuk tujuan spekulatif dinilai kurang memuaskan karena Keynes mengatakan bahwa seseorang hanya mempunyai dua pilihan untuk memegang kekayaan, yaitu menyimpannya seluruhnya dalam bentuk uang tunai atau menyimpannya seluruhnya dalam bentuk uang tunai. atau menyimpannya seluruhnya. bentuk surat berharga.
Pemikiran Al-Ghaza>li>
Al-Ghaza>li> menunjukkan bahwa fungsi uang adalah mikdâr (ukuran) dan wasîlah (alat perantara) yang dalam bahasa modern saat ini disebut dengan satuan hitung (unit of account) dan alat tukar (medium of exchange). Dalam teorinya tentang uang, Al-Ghaza>li juga berpendapat bahwa uang tidak memiliki harga tetapi dapat mencerminkan harga seluruh barang atau jasa. Fungsi utama uang menurut Al-Ghaza>li hanya sebatas sebagai satuan hitung. Semua barang dan jasa, uang juga berfungsi sebagai alat tukar.
Seperti yang telah disebutkan, Al-Ghaza>li> nampaknya sangat memahami berbagai fungsi uang. Lebih lanjut Al-Ghaza>li> menyatakan bahwa tujuan emas dan perak hanyalah untuk digunakan sebagai uang (dinar dan dirham). Al-Ghaza>li secara teori membolehkan peredaran uang yang tidak mengandung emas dan perak, asalkan pemerintah menyatakan uang tersebut sebagai alat pembayaran resmi.
Al-Ghaza>li berpendapat bahwa memperdagangkan dinar dengan dinar ibarat memenjarakan uang agar tidak dapat berfungsi lagi. Dalam penekanannya pada larangan riba dan jual beli uang, Al-Ghaza>li juga mempunyai pemahaman yang baik dengan meriwayatkan perumpamaan yang mudah dipahami. Al-Ghaza>li mengibaratkan uang dengan cermin yang tidak mempunyai warna, namun cermin dapat memantulkan semua warna, artinya bentuk uang tidak mempunyai nilai hakiki dan hanya mempunyai nilai bila digunakan dalam perdagangan.
Pemikiran Al-Maqrizi>
Sebagai seorang sejarawan, Al-Maqrizi mengungkapkan beberapa pemikirannya tentang uang dengan mempelajari sejarah mata uang. Menurut Al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun sesudah masuknya Islam, mata uang digunakan masyarakat untuk menentukan berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja. Pencetakan uang logam yang terbuat dari tembaga dimulai pada masa pemerintahan Dinasti Sultan Ayyubiyah.
Sementara itu, meski menekankan pentingnya penggunaan kembali mata uang yang terdiri dari emas dan perak, Al-Maqrizi>. Al-Maqrizi> menyatakan bahwa terciptanya mata uang yang berkualitas buruk akan menghilangkan mata uang yang berkualitas baik. Menurut Al-Maqrizi> tekanan mata uang harus dibarengi dengan perhatian yang lebih besar dari pemerintah terhadap
Lebih lanjut Al-Maqrizi menyatakan, kebijakan pemerintah ini berimplikasi pada keberadaan mata uang lainnya. Menurut Al-Maqrizi, kebijakan pencetakan uang secara besar-besaran sangat mempengaruhi turunnya nilai mata uang secara drastis. Analisis persamaan dan perbedaan peran pemerintah dalam menentukan nilai mata uang menurut Al-Ghaza>li> dan Al-Maqrizi.
Analisis persamaan dan perbedaan peran pemerintah dalam menentukan nilai mata uang menurut Al-Ghaza>li> dan Al-Maqrizi
- Relevansi pemikiran Al-Ghaza>li>
 - Relevansi pemikiran Al-Maqrizi>
 
Namun pada kenyataannya, pemerintah justru mendapatkan keuntungan dari permasalahan yang terkait dengan pencetakan mata uang. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan perekonomian ketika pasokan logam mata uang tidak mencukupi untuk memproduksi sejumlah unit mata uang. Menurut Al-Maqrizi, kegiatan tersebut semakin marak di saat ambisi pemerintah untuk meraup keuntungan besar dari pencetakan uang yang tidak memerlukan biaya produksi tinggi semakin tidak terkendali.
Jumlah uang yang dimiliki masyarakat bertambah dan peredarannya mengalami peningkatan yang sangat tajam sehingga uang menjadi mata uang yang dominan.98. Menurut Al-Maqrizi, kebijakan pencetakan uang secara besar-besaran mengakibatkan nilai mata uang anjlok drastis. Inflasi yang terjadi pada masa Al-Maqrizi salah satunya muncul akibat tidak meratanya peredaran mata uang, yaitu dengan mencetak uang yang nilai nominalnya tidak sama.
Jumlah uang yang dimiliki masyarakat semakin bertambah dan peredarannya mengalami peningkatan yang sangat kuat, sehingga uang menjadi mata uang yang dominan. Hal ini dikarenakan nilai suatu mata uang dapat bersifat internal (tercermin pada tingkat inflasi) maupun eksternal (nilai tukar), dimana pola inflasi penargetan saat ini banyak digunakan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia. Pemikiran Al-Maqrizi juga dapat dijadikan acuan oleh pemerintah, agar tidak meniru perilaku yang dilakukan pemerintah pada masa Al-Maqrizi, yaitu mencari keuntungan dengan mencetak uang.
Kesimpulan
Saran
Sahih Al-Bukhari, juz 3. Lebanon: Dar al-Ilm, t.th. Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Zaman Klasik hingga Kontemporer Jakarta: Granada Press, 2007. Kajian pemikiran Al Ghaza tentang evolusi uang dan relevansinya dalam konteks kontemporer. Maqrizi, Al Al-Nuqud Al-Qadimah Al-Islamiyah, dalam Anastas Mari Al-Kirmily, Buku al-Nuqud al-'Arbiyah wa 'Ilmu al-Namyat.
Kajian pemikiran Taqi> Al-Din> Al-Nabha>ni> tentang konsep uang dan relevansinya dalam konteks kekinian” Disertasi.