• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pro kontra penafsiran metode tafsir hermeneutik dalam kajian hukum islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pro kontra penafsiran metode tafsir hermeneutik dalam kajian hukum islam"

Copied!
331
0
0

Teks penuh

Quraish Shihab, Landasan Al-Qur'an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), 73. Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur'an Kajian Tematik Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur'an, (Jakarta : Penamadani, 2005), 3.

Teori Tentang Mentode Penafsiran Hermeneutik dan Klasik

Terkait hukum poligami, Fazlurrahmãn mengakui adanya poligami dalam Al-Qur'an, namun saat ini undang-undang tersebut sudah tidak berlaku lagi. Ia menjelaskan kondisi di Arab ketika Al-Quran diturunkan sebagai gerakan pertama teorinya.

Metode Penelitian Tafsir dan Analisis Data

Atas dasar apa dan dengan motif apa suatu ayat Al-Qur’an diturunkan, akan terjawab melalui pemahaman sejarah. Cita-cita moral Al-Qur’an lebih tepat diterapkan dibandingkan ketentuan hukum yang spesifik karena cita-cita moral bersifat universal.

SEPUTAR TENTANG TAFSIR AHKAM

Ruang Lingkup Tafsīr Al-Qur’ān

  • Pengertian Tafsīr Ahkam
  • Sejarah Tafsīr Al-Qur’ān
  • Periode-periode Tafsīr Al-Qur’ān

Al-Quran membahagikannya kepada tiga fasa: zaman mutaqaddimini (abad ke-1-4 Hijrah), zaman mutaakhirin (abad ke-4-12 Hijrah) dan zaman baharu (abad ke-12 hingga kini). Oleh itu, ayat-ayat al-Quran seharusnya lebih difahami dalam konteks mesej akhlak yang terkandung di dalamnya.

Seputar Tafsīr Ahkam

  • Pengertian Ayat-ayat Ahkam
  • Sejarah Perkembangan Tafsīr Ahkam
  • Karakteristik Tafsir Ayat-ayat Ahkam

Dan dari situlah muncul “Tafsīr Fiqh” yang khusus membahas tentang ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an. Tafsīr Fiqhy Ijamly, tafsir Al-Qur'ān melalui pendekatan fiqhi dengan metode penyajian ijmaly diwakili oleh kitab Ahkam al-Qur'ān.

Metode dan Corak Tafsīr Klasik

Dalam konteks pemahaman Al-Qur'an, metode berarti tata cara yang harus diikuti guna mencapai pemahaman yang benar terhadap makna ayat-ayat Al-Qur'an. Dengan kata lain, metode penafsiran Al-Qur'an adalah seperangkat aturan yang seharusnya digunakan oleh para penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Quraish Shihab dalam bukunya yang membenarkan Al-Qur'an berbagi tafsīr dengan pandangan tentang gaya dan metodenya pada tafsīr dengan pola ma'tsūr dan tafsīr itu.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka mencari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi, kemudian menafsirkannya sesuai keyakinannya, kemudian mengembangkan apa yang disebut tafsīr bi al-ra’yi (tafsīr melalui pikiran atau ijtihad). Sebagaimana kita ketahui Tafsīr bi ar-ra'yi menafsirkan Al-Qur'an dengan unsur penalaran dan keilmuan dunia Islam atau dengan kata lain satu orang. Imam Muchlas, MA menyebut yang namanya tafsīr isyariy, yaitu menafsirkan Al-Qur'ān dengan tafsīr bil ma'tsūr kemudian dikembangkan melalui ilmu tasawuf.

Seiring berkembangnya aliran sufi, mereka pun menafsirkan Al-Qur'an sesuai dengan ideologi sufi yang dianutnya. Pada umumnya kaum sufi memahami ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya dari permukaan yang tertulis saja, namun mereka memahaminya secara internal atau tersurat. Konsekuensinya, mufassir dalam tafsir sufinya tidak menawarkan penjelasan ayat-ayat Al-Qur'an melalui metode I'tibari dengan mengkaji makna harafiah ayat-ayat tersebut secara holistik.

Metode Tafsīr Berdasarkan Cara Penjelasan dalam Penafsirannya

Ada yang fokus pada bidang nahwu yaitu aspek i'rāb, seperti Imam az-Zarkasyi. Ada pula yang gaya tafsirnya ditentukan oleh kecenderungan pada bidang balāghah, seperti 'Abd al-Qahhar al-Jurjaniy dalam kitab tafsīr I'jāz al-Qur'ān dan Abu Ubaidah Ma'mar Ibnu al- Mustanna dalam kitab tafsīr al-Majaz yang mana beliau memperhatikan penjelasan ilmu-ilmu ma’āniy, bayān, badī’, haqīqah dan majāz.109. Dengan demikian, metode tafsīr muqārin adalah menafsirkan sekelompok ayat Al-Qur’an dengan cara membandingkan ayat dengan ayat, atau antara ayat dan hadis, atau antara pendapat para ahli tafsir melalui aspek-aspek tertentu yang berbeda dari objek yang dibandingkan, dari juga lampu

Objek kajian metode kajian tafsir muqāran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: perbandingan ayat Al-Qur'an dengan ayat lainnya. Contoh tafsir karena perbedaan redaksional namun peristiwa yang dibahas sama, antara lain terdapat pada QS al-An'ām, 6:151 dan QS al-Isrā', 17:31;. 109 Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur'ān Membangun Tradisi Ketakwaan Sejati, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 70.

Katakanlah: "Hendaklah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhanmu kepadamu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan, niscaya Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang nampak mahupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar". Penafsiran dengan editorial yang hampir sama (serupa) dengan pembahasan berbagai permasalahan, di antaranya terdapat QS. Dengan kaedah muqāran ini, kedudukannya sangat penting terutama dalam konteks mengembangkan gagasan tafsir yang rasional dan objektif, sehingga kita mendapat gambaran yang lebih menyeluruh tentang latar belakang lahirnya suatu tafsir dan pada masa yang sama boleh dijadikan sebagai perbandingan dan pengajaran dalam mengembangkan tafsir al-Quran pada kurun-kurun berikutnya.

Metode Tafsīr Secara Luas

Syarat tafsīr ijmāliy yang ringkas dan sederhana ini juga lebih cocok bagi mereka yang sibuk dengan pekerjaan rutin sehari-hari. Jadi, penggunaan metode tafsir ini sangat mendesak (penting) bagi mereka yang masih dalam tahap awal mempelajari tafsir dan bagi mereka yang sedang sibuk mencari kehidupan. Dalam keadaan seperti itu, Anda akan dapat merasakan betapa cocoknya tafsir ijmāliy ini bagi mereka untuk membimbing mereka ke jalan yang benar dan diridhai Allah.

Di antara kitab-kitab tafsīr yang menggunakan metode ijmāliy adalah: Tafsīr al-Jalālayn karya Jalal ad-Din as-Suyuthi dan Jalal ad-Din al-Mahalli, Shafwah al-Bayān Lima'āni al-Qurān karya Syekh Hasanain Muhammad Makhluf, Tafsīr al-Qurān al-'Azhīm, oleh Ustadz Muhammad Farid Wajdiy, Tafsīr al- Wasīth, oleh Majma' al- Buhûts al- Islāmiyyah (Lembaga Penelitian Islam) al- Azhar Tim Mesir.113. Kedua metode tafsīr ithNabi tersebut adalah tafsir dengan cara menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara rinci atau rinci dengan uraian yang panjang lebar sehingga tuntas dan jelas, yang banyak disukai oleh para intelektual. 114. Metode Tafsir Berdasarkan Sasaran dan Ayat Terurut. Metode Tafsir Dilihat dari Perspektif Sasaran dan Metode Tafsir Dilihat dari Sasaran dan Perspektif.

Metode Tafsīr Berdarkan Sasaran dan Tertib Ayat Metode tafsīr bila di tinjau dari segi sasaran dan Metode tafsīr bila di tinjau dari segi sasaran dan

Mufassir menggunakan metode ini dan menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana dalam pidatonya, memberikan idiom yang mirip, bahkan sama dengan Al-Qur'an. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan metode ini, mufassir juga mengkaji, menelaah dan memaparkan asbāb al-nuzūl atau peristiwa yang melatarbelakangi turunnya wahyu tersebut. Metode tafsir Maudhū’iy disebut juga dengan metode tematik, yaitu mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai tujuan yang sama, dalam artian sama-sama membahas satu topik permasalahan dan menyusunnya menurut kronologi dan alasan turunnya wahyu. dari Al-Qur'an. ayat.

Secara khusus, penafsir melakukan kajian tafsirnya dengan metode meudhū'iy, yaitu ia melihat ayat-ayat dari segala aspeknya dan melakukan analisis berdasarkan ilmu yang shahih, yang digunakan oleh pembahas untuk menjelaskan pokok permasalahan. agar dia mengerti permasalahannya. Tafsīr maudhū'iy dalam bentuk pertama ini sebenarnya telah diciptakan sejak lama oleh para ulama tafsīr masa klasik seperti Fakhred-Din al-Razi. Bentuk kedua inilah yang biasanya terlintas di benak kita ketika mendengar istilah tafsīr maudhū'iy diucapkan.

Upaya menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lain pada akhirnya akan mengantarkan penafsir pada suatu kesimpulan yang komprehensif tentang suatu permasalahan tertentu menurut pandangan Al-Qur’an. Melalui metode ini pun, mufassir dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di benaknya dan menjadikannya sebagai tema untuk dibicarakan dengan tujuan menemukan pandangan Al-Qur'an mengenai hal tersebut. Kitab-kitab tafsīr yang menggunakan metode maudhu'iy ini adalah: Al-Mar'ah fī al-Qur'ān dan Al-Insān fī al-Qur'ān al-Karīm karya Abbas Mahmud al-Aqqad; Ar-Ribā fī al-Qur'ān al-Karīm karya Abu al-'A'la al-Maududiy; Al- Washāyā al- ‘Asyr karya Syekh Mahmud Syalthut; Tema Besar Al-Qur'an oleh Fazlur Rahman; dan Wawasan Tafsīr Maudhū'iy dalam Berbagai Masalah Al-Qur'an karya M.

Corak Penafsiran Klasik

  • Corak Tafsīr Lughowi
  • Corak Tafsīr Ilmi
  • Corak Tafsīr Ahkam / Fiqhi
  • Corak Tafsīr Falsafi
  • Corak Tafsīr Sufi
  • Corak Tafsīr Ijtima’i
  • Corak Tafsīr Balaghi/ Bayani
  • Corak Tafsīr Haraki
  • Ibnu Katsir
  • Sayyid Quthb

Tafsir Lughawi adalah tafsir yang berupaya menjelaskan makna Al-Qur'an dengan menggunakan kaidah kebahasaan. Alasan yang melahirkan tafsir ilmiah adalah karena seruan Al-Qur’an pada dasarnya adalah seruan ilmiah. Ini adalah seruan yang didasarkan pada kebebasan nalar dari keraguan dan prasangka, bahkan Al-Quran pun mengajak.

Tafsīr fiqhī lebih populer dengan sebutan tafsīr ahkam karena lebih berorientasi pada ayat-ayat hukum Al-Qur'an. Tafsīr al-Falāsifa menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an berdasarkan pemikiran atau pandangan filosofis, seperti tafsīr bi al-ra`y. Ia dianggap sebagai ulama tafsir Sufi Nazari yang mendasarkan beberapa teori tasawufnya pada Al-Qur'an.

Jami'Al-Bayan fi Ta'wil ai Al-Qur'ān yang lebih dikenal dengan At-tafsīr Ath-Thabary. Yang dimaksud dengan nuansa ra’yu disini adalah Ibnu Katsir dalam tafsīrnya menafsirkan Al-Qur’an dengan ijtihad. Seleksi dan seleksi riwayat, baik dari Nabi, Sahabat dan Tābi'īn untuk menafsirkan Al-Qur'an.

Ini adalah penjelasan periwayatan al-Quran dan bacaan yang diterima daripada ahli bacaan yang dipercayai. Dalam pendahuluan, Sayyid Qutb mengemukakan kesan-kesan hidup di bawah naungan al-Quran.

Metode Tafsīr Hermeneutik

  • Pengertian dan Ruang Lingkup Hermeneutik Hermeneutik seringkali kita terapkan dalam Hermeneutik seringkali kita terapkan dalam
  • Sistem Kerja Hermeneutik
  • Tokoh-Tokoh Pengguna Metode Hermeneutik dalam Tafsir
    • Fazlurrahman
    • Hassan Hanafi
    • Muhammad Syahrur

Seperti halnya Alquran, ia harus tetap menjadi solusi dan alternatif atas permasalahan kemanusiaan yang melampaui ruang dan waktu. Diantara reformasi yang digagas Fazlurrahman adalah merujuk pada bidang hukum Islam yang dirumuskan berdasarkan pemahaman Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Setiap umat Islam sejak masuknya Islam telah meyakini dan wajib mengimani bahwa Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Konsep Rahman mengenai Al-Qur'an pada dasarnya berkisar pada tiga hal, yaitu hakikat, fungsi dan peraturan perundang-undangan Al-Qur'an. Bagi Al-Quran sendiri dan akibatnya juga bagi umat Islam, Al-Quran adalah kalam Allah (kalam Allah). Substansi lain ini, melalui suatu saluran, mendiktekan Al-Qur'an dengan otoritas absolut.

Menurut Rahman, ruh mendasar ajaran Al-Qur'an adalah ruh moral yang menekankan pada ajaran tauhid dan keadilan sosial. Dalam kitab ushul fiqh dan kitab hadits, secara umum ditegaskan dua otoritas sunnah, yaitu sebagai bayan al-Qur’ān dan sebagai tasyri’. Ijma' itulah yang menentukan sunnah Nabi bahkan tafsir Al-Qur'an yang benar.

Karena ini adalah analisis terakhir, baik Al-Qur'an maupun Sunnah ditegaskan melalui ijma. Gerakan ganda ini terdiri dari tiga langkah dalam upaya mencapai pemahaman Al-Qur'an dan Sunnah Nabi di zaman modern.

Referensi

Dokumen terkait

— Tell Someone Who Cares: The Irrelevance of Remorse in Sentencing, Bagaric and Amarasekara argue that “there is no justifiable doctrinal basis for according a sentencing discount to