• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI PEMAHAMAN PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI SISWA KELAS XI MIPA DI MAN 1 JEMBER TAHUN AJARAN 2021/2022 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "KORELASI PEMAHAMAN PADA MATERI SISTEM REPRODUKSI DENGAN PERILAKU MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI SISWA KELAS XI MIPA DI MAN 1 JEMBER TAHUN AJARAN 2021/2022 SKRIPSI"

Copied!
265
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Nur Kumala Adiniyah NIM : T20188110

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(2)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Biologi

Oleh:

Nur Kumala Adiniyah NIM : T20188110

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JUNI 2022

(3)
(4)
(5)

ٓجَرَد َمْلِعْلا اوُتْوُا َنْيِذَّلاَو ْْۙمُكْنِم اْوُنَمٓا َنْيِذَّلا ُهٓ للا ِعَفْرَي ا ْوُز ُشْناَف ا ْوُز ُشْنا َلْيِق اَذِاَو ٍۗ ت

ٌرْيِبَخ َن ْوُلَمْعَت اَمِب ُهٓ للاَو -

١١

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

“Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S al-Mujadalah/58:11).

(6)

kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengangkat derajat manusia. Dengan segenap hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu Mistiatun dan Bapak Moh. Afdoli selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan kasih sayang, untaian doa restu dan segala pengorbanan yang luar biasa. Semoga skripsi ini menjadi langkah awal kesuksesan agar ibu dan bapak bangga.

2. Saudara perempuan Nur Imamah, adik kandung satu-satunya yang saya sayangi

3. Teman-teman seperjuangan yang ikut serta memberi dukungan serta motivasi.

(7)

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya. Teriring shalawat dan salam bagi kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember dengan judul “Korelasi Pemahaman pada Materi Sistem Reproduksi dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MIPA di MAN 1 Jember Tahun Ajaran 2021/2022”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah mendukung dan memfasilitasi kami selama proses kegiatan pembelajaran di lembaga ini.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

3. Ibu Dr. Indah Wahyuni, M.Pd selaku ketua dan sekretaris jurusan sains

(8)

Biologi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah memberi kesempatan untuk memaparkan gagasan dalam bentuk skripsi, memberikan motivasi, ilmu, arahan dan membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis kuliah.

6. Bapak Drs. Anwaruddin, M.Si selaku kepala MAN 1 Jember yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Dra. Eny Purwati, M.Pd dan Bapak Drs. Rico Asikin, M.Pd selaku guru biologi dan siswa-siswi kelas XI MIPA di MAN 1 Jember yang telah membantu pada saat penelitian.

Jember, 12 Juni 2022

Penulis

(9)

Kata kunci : Pemahaman, sistem reproduksi, perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

Permasalahan yang dialami remaja saat ini cukup kompleks adanya. Mulai dari masalah prestasi belajar di sekolah, pergaulan, perilaku pacaran yang tidak sehat dan lain sebagainya. Berdasarkan Survei Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Jember memiliki angka kasus HIV/AIDS yang tertinggi ke tiga setelah Surabaya dan Banyuwangi. Melihat kasus HIV/AIDS yang cukup tinggi di kabupaten Jember, membuktikan bahwa kesehatan reproduksi seringkali kurang diperhatikan dan menjadi masalah yang cukup besar terutama di kalangan remaja.

Pemerintah telah memberi upaya preventif gangguan kesehatan reproduksi pada remaja salah satunya melalui pembelajaran formal yaitu pembelajaran biologi pada materi sistem reproduksi yang diajarkan di sekolah kelas XI MIPA yang terdapat pada uraian KD.3.12 dan KD. 3.13.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi kelas XI MIPA di MAN 1 Jember? 2) Bagaimanakah perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember? 3) Adakah korelasi antara pemahaman pada materi sistem reproduksi terhadap perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 jember?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional non eksperimen. Populasi meliputi seluruh siswa kelas XI MIPA yang berjumlah 167 siswa. Penentuan jumlah sampel dengan rumus Slovin diperoleh 118 siswa sebagai jumlah minimal sampel dengan menggunakan teknik cluster random sampling maka diambil sebanyak empat kelas yang berjumlah 128 siswa. Namun, dikarenakan ada beberapa siswa yang tidak masuk sekolah dengan berbagai macam alasan jumlah sampel sebanyak 121 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda dan angket serta analisis data menggunakan uji korelasi Product moment.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember tahun ajaran 2021/2022 dengan perolehan t hitung (0,864) < t tabel (1,657) yang artinya Ha ditolak dan H0 diterima. Hal ini juga dapat dilihat dari keeratan hubungan antara ke dua variabel diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,079 yang terletak pada interval 0,00-0199 artinya “sangat lemah”. Jadi, tinggi rendahnya pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi tidak menunjukkan tinggi atau rendahnya perilaku siswa menjaga kesehatan reproduksi. Perilaku sebagai Nurturant Effect tidak langsung dapat terekam dan memiliki tahapan.

(10)

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

F. Definisi Operasional... 12

G. Asumsi Penelitian ... 14

H. Hipotesis ... 15

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 17

A. Penelitian terdahulu ... 17

B. Kajian teori ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

A. Pendekatan dan jenis penelitian ... 62

B. Populasi dan sampel ... 63

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 66

D. Analisis Data ... 88

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 95

A. Gambaran Objek Penelitian ... 95

(11)

A. Kesimpulan ... 122

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. 129

LAMPIRAN………. 130

(12)

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 20

Tabel 3.1 Penyebaran Populasi Siswa Kelas XI MIPA MAN 1 Jember ... 63

Tabel 3.2 Kisi-kisi Tes Pemahaman Pada Materi Sistem Reproduksi ... 69

Tabel 3.3 Pemberian Skor pada Skala Likert ... 74

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi ... 75

Tabel 3.5 Kriteria Validitas ... 77

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Tes Pemahaman Materi Sistem Reproduksi ... 80

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Angket Perilaku... 81

Tabel 3.8 Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha ... 83

Tabel 3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 84

Tabel 3.10 Kriteria Interprestasi Daya Beda ... 85

Tabel 3.11 Hasil Analisis Uji Daya Beda ... 85

Tabel 3.12 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 87

Tabel 3.13 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran... 87

Tabel 3.14 Tingkat Pencapaian Skor Variabel Pemahaman (X)... 89

Tabel 3.15 Tingkat Pencapaian Skor Variabel Perilaku Menjaga (Y) ... 90

Tabel 3.16 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 94

Tabel 4.1 Data Sebaran Siswa di MAN 1 Jember ... 96

Tabel 4.2 Data Hasil Penelitian ... 100

Tabel 4.3 Prosentase Nilai Tes Pemahaman Materi Sistem Reproduksi ... 104

(13)

Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi ... 109

(14)

Gambar 3.2 Anatomi Reproduksi Wanita ... 34

Gambar 3.3 Mekanisme Spermatogenesis dan Oogenesis ... 38

Gambar 4.1 Diagram Pemahaman Siswa pada Materi Sistem Reproduksi ... 111

Gambar 4.2 Diagram Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi ... 115

(15)

Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan (Rahayu, dkk. 2017: 1). Sebagaimana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014, mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi mulai dari penjaminan pemenuhan hak kesehatan reproduksi, penyediaan sarana pelayanan kesehatan reproduksi, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan ibu dan bayi baru lahir dan berbagai aspek kesehatan reproduksi lainnya seperti penyakit menular seksual (PMS). Di Indonesia sendiri, dalam kebijakan Nasional kesehatan reproduksi yang terdiri dari lima komponen atau program yang terkait, hanya ada empat program yang diprioritaskan, yaitu : Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS (Rahayu, dkk. 2017 : 2)

Seperti yang diketahui, permasalahan yang dialami remaja saat ini cukup kompleks adanya. Mulai dari masalah prestasi belajar di sekolah, pergaulan, perilaku pacaran yang tidak sehat, dan lain sebagainya.

Menurut World Health Organization (WHO) usia remaja ini meliputi usia

(16)

12-24 tahun, sehingga pada usia tersebut dapat dikatakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang artinya pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi dimulai sejak usia ini. Namun, banyak orang tua merasa tidak nyaman jika membicarakan hal tersebut pada anak usia remaja, sebab masalah reproduksi memberi kesan yang tabu untuk diperbincangkan. Menurut data hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dalam jurnal Amaylia, dkk (2020: 109) seperempat remaja menyatakan telah mulai berpacaran saat usia 15 tahun. Adapun perilaku seksual yang paling banyak dilakukan remaja usia 15-19 tahun yaitu perilaku berpegangan tangan, kissing, dan ada remaja yang mengaku pernah meraba bagian tubuh yang sensitive pasangannya, serta 3,6% pria mengaku pernah melakukan hubungan seksual layaknya suami istri.

Kondisi tersebut cenderung mengkhawatirkan karena perilaku seksual berisiko menimbulkan berbagai macam dampak negatif seperti kehamilan yang tidak diinginkan pada usia remaja, meningkatkan abortus, infeksi penyakit menular seksual, serta meningkatkan prevalensi HIV dan AIDS.

Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik, Penyakit Menular Seksual (PMS) di Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat ke tiga dan ditetapkan sebagai wilayah dengan prevalensi HIV dari lima provinsi lainnya dengan penderita HIV mencapai 36.881 dan penderita AIDS sejumlah 17.249 orang (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2021 : 62).

Berdasarkan tempat tinggalnya, sebagian besar ditemukan di wilayah kabupaten Jember menduduki tingkat ke tiga setelah Surabaya dan

(17)

Banyuwangi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2022). Kaliwates merupakan salah satu kecamatan yang memiliki risiko kejadian HIV/AIDS dalam kategori tinggi (Arif, dkk. 2016: 5). Hal ini juga dibuktikan dengan data kasus HIV Kabupaten Jember dalam artikel Anggraini, dkk (2016: 2) mencatat bahwasanya kecamatan Kaliwates merupakan kecamatan dengan kasus HIV-AIDS remaja tertinggi di Kabupaten Jember. Melihat angka kasus HIV/AIDS yang masih tinggi, membuktikan bahwa kesehatan reproduksi di daerah Jember, seringkali kurang diperhatikan dan menjadi masalah yang cukup besar terutama pada usia remaja.

Lubis dalam artikel Lestari, dkk (2016: 1) menjelaskan bahwa salah satu hak reproduksi remaja laki-laki dan perempuan yaitu memperoleh informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disahkan melalui Peraturan Presiden no.7 tahun 2005, program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi. Namun pada kenyataanya, masih banyak instansi/sekolah yang belum menyelenggarakan program tersebut secara khusus, salah satunya di Madrasah Aliyah Negeri 1 Jember.

Terkait dengan kesehatan reproduksi, di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Jember materi tersebut dikemas menjadi kesatuan materi biologi

(18)

yaitu sistem reproduksi yang diajarkan di kelas XI MIPA yang tertera dalam kurikulum 2013 KD.3.12 dan KD.3.13. Keterbatasan materi sistem reproduksi di bangku sekolah menengah atas masih berorientasi pada standar isi kurikulum yang masih terpaku pada kebijakan desentralisasi tanpa meninjau terjadinya perubahan lingkungan. Adapun pembahasan dalam materi sistem reproduksi meliputi: struktur dan fungsi organ reproduksi laki-laki dan perempuan, hormon kelamin, gametogenesis dan oogenesis, siklus menstruasi pada wanita, fertilisasi, kehamilan dan persalinan, laktasi, gangguan pada sistem reproduksi, teknologi sistem reproduksi, metode kontrasepsi dan KB, pendidikan seks bagi remaja dan cara menjaga kesehatan sistem reproduksi. Tidak berhenti pada materi tersebut, informasi yang akurat dan benar terhadap pembahasan reproduksi juga bisa dijadikan sumber untuk memenuhi rasa ingin tahu tentang seksualitas dan reproduksi untuk peserta didik. Dengan pengetahuan yang telah guru berikan terkait materi sistem reproduksi yang didapatkan di kelas, guru berharap bahwasannya peserta didik mampu memahami pentingnya penerapan prinsip reproduksi pada manusia, terutama dalam hal menjaga serta merawat kesehatan reproduksi.

Pemahaman peserta didik mengenai materi sistem reproduksi penting dilakukan, karena ketika peserta didik mampu mempelajari dan memahami konsep dari suatu materi sistem reproduksi, maka secara tidak langsung juga akan mempengaruhi pola pikirnya. Sikap atau tingkah laku yang dimunculkan oleh setiap orang merupakan hasil dari pemahamannya

(19)

atas pengetahuan yang telah didapatkan. Saat seseorang dalam proses belajarnya mampu mencapai tingkat pemahaman dalam suatu materi yang telah didapatkan, maka ia akan mampu mengontrol segala tingkah lakunya sesuai dengan apa yang telah dipelajarinya. Anas Sudijono dalam jurnal Hasanah (2016: 2) menjelaskan bahwa seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan bahasa sendiri. Hal ini juga dikemukakan Purwanto (2012: 44) bahwa pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta faktor yang diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal cara verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan. Kedua teori tersebut dapat mengartikan bahwa pemahaman merupakan penguasaan sesuatu dengan pikiran dan mampu memahami maknanya.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa seorang manusia harus berpikir dan memahami. Pemahaman menjadi salah satu tugas kita sebagai makhluk hidup yang diberi keistimewaan akal. Salah satunya terdapat pada surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20 :

ْْۗتَقِلُخ َفْيَك ِلِبِ ْلْا ىَلِا َن ْو ُرُظْنَي َلََفَا -

ْْۗتَعِف ُر َفْيَك ِءۤاَمَّسلا ىَلِا َو ٧١ -

٧١

ْْۗتَب ِصُن َفْيَك ِلاَب ِجْلا ىَلِا َو -

ْْۗتَحِطُس َفْيَك ِض ْرَ ْلْا ىَلِا َو ٧١ -

٠٢

Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan lagit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung

(20)

Dari ayat tersebut dapat kita pahami secara bersama bahwasannya Allah telah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa memperhatikan, berpikir dan memahami semua ciptaan-Nya. Selain itu, dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa ayat 66 yang berbunyi :

٦٦ – ا ًتْيِبْثَت َّدَشَا َو ْمُهَّل ا ًرْيَخ َناَكَل ٖهِب َن ْوُظَع ْوُي اَم ا ْوُلَعَف ْمُهَّنَا ْوَل َو

Artinya : “Dan sesungguhnya jika mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)”.

Dari ayat tersebut, manusia diperintah Allah untuk mengamalkan apa yang telah dipelajari. Pengetahuan yang telah didapatkan dari proses belajar akan memahamkan pada suatu materi. Bentuk pengamalan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah pelaksanaannya, dengan kata lain sebagai hasil belajar secara afektif (sikap) dan psikomotorik (tindakan).

Kedua hasil belajar tersebut sangat berkesinambungan dengan hasil belajar kognitif yang didapatkan oleh seseorang. Dalam ayat tersebut juga berisi anjuran utama untuk memahami materi ketika seseorang sedang mempelajari sesuatu, karena dengan semakin tingginya tingkat pemahaman seseorang maka hal tersebut juga berdampak pada sikap dan perilaku yang akan dilakukan.

Hal ini selaras dengan studi korelasi yang dilakukan oleh Qudsiyah (2021) tentang hubungan tingkat pemahaman materi sistem indra mata dengan sikap menjaga kesehatan mata selama sistem pembelajaran daring siswa kelas XI MIPA di SMA Negeri Rambipuji. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Amalina (2019) juga mengungkapkan bahwa terdapat

(21)

korelasi antara tingkat pemahaman siswa pada materi sistem pencernaan terhadap perilaku pemilihan makanan oleh siswa. Amalina (2019) mengatakan siswa yang telah menerima dan memahami materi sistem pencernaan lebih memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi, terutama saat sedang membeli jajanan ataupun makanan yang dijual di tempat yang terbuka ataupun ditempat umum. Oleh sebab itu, berdasarkan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi di MAN 1 Jember Tahun Ajaran 2021/2022.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi kelas XI MIPA di MAN 1 Jember ?

2. Bagaimanakah perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember ?

3. Adakah korelasi antara pemahaman pada materi sistem reproduksi terhadap perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(22)

1. Untuk mendeskripsikan pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi di kelas XI MIPA MAN 1 Jember.

2. Untuk mendeskripsikan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember.

3. Untuk mengetahui korelasi antara pemahaman pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian antara lain : 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga mampu memberikan kontribusi keilmuan khususnya dibidang pendidikan biologi tentang pemahaman konsep materi sistem reproduksi terhadap perilaku reproduksi sehat dalam kehidupan sehari- hari.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperkaya pustaka dan sumber rujukan khususnya bagi mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan program studi tadris biologi mengenai korelasi pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

(23)

b. Bagi guru dan Orang tua

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan rujukan guru/orang tua dalam memotivasi siswa untuk menerapkan perilaku hidup sehat terutama menjaga kesehatan reproduksi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi mengenai pentingnya perilaku reproduksi sehat agar dapat menanggulangi risiko terjadinya gangguan dan kerusakan pada organ reproduksi.

c. Bagi Lembaga MAN 1 Jember

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada seluruh warga madrasah tentang hubungan pemahaman materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga lembaga pendidikan tersebut mampu memiliki sumber daya manusia yang sehat dan bermutu.

d. Bagi peneliti

Peneliti diharapkan mampu mempraktikkan teori yang telah dipelajari pada masa perkuliahan dan juga menambah pengetahuan serta pengalaman. Penelitian ini juga diharapkan bisa mengembangkan wawasan pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya serta dapat meningkatkan pemahaman peneliti terhadap korelasi pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi.

(24)

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013 : 38). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih yaitu Korelasi Pemahaman pada Materi Sistem Reproduksi dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MIPA di MAN 1 Jember Tahun Ajaran 2021/2022 maka penulis menggolongkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi dua kelompok variabel yaitu variabel independen (variable bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel yang akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (X) sering disebut sebagai variabel pengaruh karena dapat mempengaruhi variabel yang lain. Menurut Bungin (2005 : 72) Variabel bebas merupakan variabel yang menentukan arah atau perubahan tertentu pada variabel tergantung (terikat). Adapun variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi. Pemahaman siswa ini digunakan untuk melihat sejauh mana siswa paham

(25)

terhadap materi sistem reproduksi yang telah diajarkan pada semester genap di kelas XI MIPA MAN 1 Jember.

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (Y) merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi variabel akibat dari perlakuan variabel bebas. Variabel terikat juga disebut dengan variabel hasil atau variabel terpengaruh. Menurut Bungin (2005: 72) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah perilaku menjaga kesehatan reproduksi. Perilaku menjaga kesehatan reproduksi diperoleh berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh siswa dalam menjaga kesehatan reproduksi.

2. Indikator Variabel

Setelah variabel penelitian terpenuhi kemudian dilanjutkan dengan mengemukakan indikator-indikator variabel yang merupakan rujukan empiris dari variabel yang diteliti. Indikator empiris ini nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket, wawancara, dan observasi (Tim Penyusun IAIN Jember, 2020: 39). Adapun indikator-indikator dari variabel penelitian ini adalah :

(26)

Tabel 1.1 Indikator Variabel

No Variabel Indikator Variabel

1. Pemahaman (Trianggono, 2017)

a. Menafsirkan (interpreting)

b. Memberikan contoh (exemplifying) c. Mengklasifikasikan (classifying) d. Meringkas (summarizing) e. Menarik inferensi (inferring) f. Membandingkan (comparing) g. Menjelaskan (explaining) 2. Perilaku Menjaga Kesehatan

Reproduksi (Y) (Imran dalam skripi Ariyani, 2016)

a. Menjauhi sumber-sumber penyakit kelamin

b. Menghindari perilaku yang menyebabkan kehamilan tidak dikehendaki

c. Tidak menyakiti / merusak kesehatan orang lain

d. Memiliki akses informasi tentang kesehatan reproduksi

e. Memiliki kemampuan adaptasi f. Memiliki kemampuan toleran

dengan nilai yang diyakini orang lain

g. Menunjukkan kesesuaian antara nilai yang diyakini dengan sikap (mempunyai integritas)

h. Menunjukkan rasa percaya diri

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan perbedann penafsiran yang berkaitan dengan istilah- istilah dalam judul skripsi. Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Korelasi Pemahaman pada Materi Sistem Reproduksi dengan Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MIPA di MAN 1 Jember”, maka disajikan definisi operasional sebagai berikut :

(27)

1. Korelasi

Korelasi adalah hubungan antara suatu hal dengan hal yang lain yang dapat memberikan dampak atau gejala sehingga memberikan perubahan pada lingkungan disekitarnya. Korelasi yang dimaksud disini adalah keterkaitan antara pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku pemilihan sikap menjaga dan merawat kesehatan reproduksi yang dapat memberikan pengaruh terhadap kasus gangguan sistem reproduksi pada anak sekolah usia remaja.

2. Pemahaman

Pemahaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif yang dimiliki siswa kelas XI MAN 1 Jember dalam memahami materi sistem reproduksi yang diajarkan pada mata pelajaran biologi di semester genap KD 3.12 dan KD 3.13. Setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda, sehingga pemahaman yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep pada materi sistem reproduksi yang dapat dilihat dari jawaban peserta didik melalui instumen tes pilihan ganda.

3. Perilaku Menjaga Kesehatan Reproduksi

Menurut Poerwadarmanto dalam artikel Aziz (2019: 201) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dari gerak (sikap) tidak hanya dari badan atau ucapan. Perilaku dapat diartikan sebagai tindakan atau reaksi yang terjadi akibat adanya rangsangan dari dalam dirinya sendiri atau dari lingkungannya. Dapat

(28)

disimpulkan bahwa perilaku merupakan gerak motorik yang terapresiasi dalam bentuk perilaku ataupun aktivitas. Menjaga kesehatan reproduksi dapat diartikan sebagai perilaku perwujudan reproduksi sehat. Menurut Ariyani (2016: 8) kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sehat yang dimiliki oleh individu secara fisik, mental dan sosial yang berhubungan dengan sistem reproduksi, tidak hanya terhindar dari gangguan atau penyakit namun juga sehat secara mental dan sosial kultural. Jadi, perilaku menjaga kesehatan reproduksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah respon atau reaksi seseorang berupa sikap dan tindakan dari siswa kelas XI MIPA MAN 1 Jember yang mencerminkan kebiasaan diri dalam menjaga kesehatan reproduksi yang diukur dengan angket perilaku reproduksi sehat.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian biasa disebut juga sebagai anggapan dasar atau postulat, yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti (Tim Penyusun IAIN Jember, 2020 :41). Asumsi harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melangkah mengumpulkan data.

Selain sebagai pijakan suatu masalah yang diteliti, asumsi berfungsi untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian dalam merumuskan hipotesis. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemahaman pada materi sistem

(29)

reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember.

H. Hipotesis

Bungin (2005: 85) menyatakan bahwa hipotesis merupakan kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu melalui penelitian. Dari penjelasan tersebut belum sempurna artinya pernyataan yang sifatnya masih sementara. Menurut Sugiyono (2017: 63) dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan pengertian tersebut, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember.

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman siswa pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA di MAN 1 Jember.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah rangkuman sementara dari isi skripsi yang bermaksud untuk mengetahui secara keseluruhan pembahasan yang sudah ada. Sistematika pembahasan ini bertujuan untuk menunjukkan cara pengorganisasian dalam penelitian ini sehingga

(30)

memudahkan dalam meninjau dan menanggapi isinya. Masing-masing bab disusun dan dirumuskan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab satu, bagian pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah penelitian tentang korelasi pemahaman pada materi sistem reproduksi dengan perilaku menjaga kesehatan reproduksi siswa kelas XI MIPA MAN 1 Jember, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian (variabel penelitian dan indikator variabel), definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis, dan sistematika pembahasan.

Bab dua, bagian kajian kepustakaan yang berisikan penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab tiga, bagian yang berisi tentang pembahasan metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrument pengumpulan data dan diakhiri analisis data.

Bab empat, merupakan bagian penyajian data dan analisis yang meliputi: gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis dan penguraian hipotesis dan diakhiri pembahasan.

Bab lima, bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dari hasil penelitian dan saran. Kemudian setelah bab lima terdapat daftar pustaka serta lampiran-lampiran penelitian.

(31)

Penelitian terdahulu merupakan penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan untuk mencari perbandingan dan menemukan inspirasi baru untuk penelitian selanjutnya. Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah terpublikasikan atau belum terpublikasikan (skripsi, tesis, disertasi, artikel jurnal ilmiah, dan sebagainya). Dengan melakukan langkah ini, maka akan dapat dilihat sampai sejauh mana orisinalitas dan perbedaan penelitian yang hendak dilakukan (Tim Penyusun IAIN Jember, 2020: 40). Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Devi Qudsiyah (2021) dengan judul “Korelasi Tingkat Pemahaman Materi Sistem Indra Mata dengan Sikap Menjaga Kesehatan Mata Selama Sistem Pembelajaran Daring Siswa Kelas XI MIPA SMA NEGERI RAMBIPUJI Tahun Ajaran 2020/2021”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat pemahaman materi sistem indera mata dengan sikap menjaga kesehatan mata selama pembelajaran daring siswa kelas XI MIPA SMA NEGERI RAMBIPUJI. Hal tersebut didasarkan pada perolehan hasil uji analisis korelasi Product moment

(32)

yang menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang artinya H0

ditolak dan Ha diterima. Keeratan antara kedua variabel hasil uji korelasi adalah 0,851 yang artinya sangat kuat.

2. Artikel yang ditulis oleh Shela Wulandari (2021), jurnal fakultas ilmu kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember dengan judul

“Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 pada Penderita Tuberkulosis di Rumah Sakit Paru Jember”.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan covid-19 pada penderita tuberculosis di Rumah Sakit Paru Jember. Hal tersebut berdasarkan hasil uji statistik yang menunjukkan hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan Covid-19 pada penderita tuberkulosis (p value = 0,000; a = 0,05; r = 0,518) dan ada hubungan sikap dengan perilaku pencegahan Covid-19 pada penderita tuberculosis (nilai p value = 0,000; a = 0,05; r = 0,637).

3. Artikel yang ditulis oleh Siti Mutia Arofah (2020), jurnal pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Lingkungan dengan Sikap Peduli Lingkungan pada Peserta Didik”. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara Hubungan Pengetahuan Lingkungan dengan Sikap Peduli Lingkungan pada Peserta Didik di SMA Alfa Sanah. Hal tersebut berdasarkan hasil analisis regresi linier (uji t) yang

(33)

menunjukkan nilai rxy (1,28) > rtabel (1,18) dan hasil uji analisis hipotesis thitung (192,19) > ttabel (0,19).

4. Skripsi yang ditulis oleh Lina Nur Amalina (2019) dengan judul

“Korelasi Tingkat Pemahaman Siswa Kelas XI MIPA SMA pada Materi Sistem Pencernaan terhadap Perilaku Pemilihan Makanan”.

Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman siswa pada materi sistem pencernaan dengan perilaku pemilihan makanan pada siswa kelas XI MIPA SMAN 3. Hal tersebut didasarkan pada perolehan hasil uji analisis korelasi Product moment yang menunjukkan nilai signifikan 0,004 < 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Keeratan antara kedua variabel hasil uji korelasi adalah 0,246 yang menunjukkan keeratan hubungan diantara kedua variabel tergolong rendah.

5. Artikel yang ditulis oleh Elsa Yuniarti, dkk (2017) dengan judul

“Analisis Upaya Preventif Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Materi Sistem Reproduksi pada Buku IPA Terpadu SMP” Dari hasil analisis peneliti menunjukkan, persentase aspek pengetahuan tentang organ reproduksi yang dianalisis pada tiga buku yang digunakan sebagai bahan pembelajaran biologi materi sistem reproduksi masih kurang menyajikan upaya preventif kesehatan reproduksi remaja dengan prosentase <70%. Adapun teknik analisis yang digunakan peneliti ialahdengan melakukan pengetesan reliabilitas pengamatan menurut Arikunto dengan melalui checklist

(34)

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu No. Nama, Tahun dan

Judul

Persamaan Perbedaan

1 Devi Qudsiyah, 2021,

“Korelasi Tingkat Pemahaman Materi Sistem Indra Mata dengan Sikap Menjaga Kesehatan Mata Selama Sistem Pembelajaran Daring Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri

Rambipuji Tahun Ajaran 2020/2021”

a. Pendekatan penelitian kuantitatif b. Salah satu teknik

pengumpulan data menggunakan angket/kuesioner c. Teknik analisis

data penelitian menggunakan analisis korelasi Product Moment

a. Variabel bebasnya tingkat

pemahaman

sedangkan variabel bebas penelitian ini pemahaman

b. Variabel terikatnya sikap sedangkan pada penelitian ini variabel terikatnya perilaku

c. Lokasi penelitian terdahulu di SMA Negeri Rambipuji d. Teknik

pengambilan sampel penelitian terdahulu

menggunakan simple random sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan cluster random

sampling e. Teknik

pengumpulan data penelitian terdahulu menggunakan angket dan dokumentasi, sedangkan penelitian ini menggunakan instrument tes menggunakan angket

f. Materi yang dikaji dalam pada

penelitian terdahulu adalah indra

(35)

No. Nama, Tahun dan Judul

Persamaan Perbedaan

penglihatan sedangkan pada penelitian ini fokus materi sistem reproduksi 2. Shela Wulandari,

2021, “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Covid-19 Pada Penderita

Tuberkulosis di Rumah Sakit Paru Jember

a. Jenis pendekatan kuantitatif b. Jenis penelitian

korelasional c. Variabel terikat

(Y2) Perilaku

a. Teknik sampling penelitian terdahulu menggunakan Simple random sampling, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Cluster random sampling b. Teknik analisis

data penelitian terdahulu

menggunakan Uji Spearman Rho, sedangkan pada penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment

c. Variabel bebas penelitian

terdahulu adalah pengetahuan, sedangkan pada penelitian ini pemahaman d. Lokasi penelitian

terdahulu adalah rumah sakit paru Jember

e. Fokus penelitian terdahulu adalah mengkaji materi virus jenis Covid- 19

3. Siti Mutia Arofah, 2020, “Hubungan

a. Pendekatan penelitian

a. Variabel bebas penelitian

(36)

No. Nama, Tahun dan Judul

Persamaan Perbedaan

Pengetahuan

Lingkungan dengan Sikap Peduli

Lingkungan pada Pesera Didik”.

kuantitatif b. Jenis penelitian

korelasional c. Salah satu teknik

pengumpulan data menggunakan angket/kuesioner

terdahulu pengetahuan, sedangkan pada penelitian ini pemahaman

b. Variabel terikatnya sikap, sedangkan pada penelitian ini perilaku

c. Teknik analisis data pada penelitian terdahulu

menggunakan uji Chi Kuadrat, sedangkan pada penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment

d. Lokasi penelitian terdahulu di SMA ALFA SANAH e. Fokus materi yang

dikaji dalam penelitiam ini yaitu sistem reproduksi, sedangkan

penelitian terdahulu pengetahuan lingkungan

(37)

No. Nama, Tahun dan Judul

Persamaan Perbedaan

4. Lina Nur Amalina, 2019, “Korelasi Tingkat Pemahaman Materi Sistem

Pencernaan Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Siswa Kelas XI IPA SMAN 3 Jember”

a. Pendekatan penelitian kuantitatif

b. Variabel terikatnya perilaku

c. Teknik analisis data penelitian menggunakan analisis korelasi Product Moment d. Salah satu teknik pengumpulan data menggunakan angket/kuesioner dan tes

a. Variabel bebasnya tingkat

pemahaman sedangkan pada penelitian ini pemahaman b. Lokasi penelitian

terdahulu di SMAN 3 Jember c. Teknik

pengambilan sampel penelitian terdahulu

menggunakan Simple random sampling, sedangkan pada penelitian ini menggunakan Cluster random sampling

d. Fokus materi yang dikaji pada

penelitian terdahulu adalah sistem pencernaan, sedangkan pada penelitian ini sistem reproduksi e. Teknik

pengumpulan data penelitian

terdahulu menggunakan angket, tes, dokumentasi.

Sedangkan pada penelitian saat ini menggunakan tes dan angket.

(38)

No. Nama, Tahun dan Judul

Persamaan Perbedaan

5 Elsa Yuniarti, dkk, 2017, “Analisis Upaya Preventif Kesehatan Reproduksi pada Buku IPA Terpadu SMP

a. Objek

penelitiannya membahas sistem reproduksi dengan perilaku reproduksi sehat.

b. Salah satu instrument menggunakan angket

a. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, sedangkan penelitian yang digunakan sekarang adalah

kuantitatif non eksperimental b. Lokasi

penelitian terdahulu SMP di kota

Padang, sedangkan penelitian sekarang di MAN 1 Jember B. Kajian Teori

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman merupakan salah satu aspek kognitif yang menunjukkan kemampuan siswa dalam menangkap suatu konsep.

Pemahaman lebih menekankan pada pengubahan informasi yang diterima oleh siswa ke bentuk yang lebih mudah dipahami. Menurut Bloom dalam jurnal Darmawan dan Sujoko (2017 : 32) taksonomi Bloom ranah kognitif mencakup ke dalam 6 tingkatan yang terdiri dari tingkatan pertama adalah mengingat dan tingkatan kedua

(39)

memahami, tingkatan ketiga mengaplikasikan, tingkatan keempat menganalisis, tingkatan kelima mengevaluasi dan tingkatan keenam yaitu mencipta.

Pada tingakatan tersebut aspek memahami kedudukannya lebih tinggi satu tingkat dari aspek mengingat. Sehingga aspek memahami ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang melebihi dari aspek mengingat. Hal ini juga dijelaskan oleh Sukardi dalam skripsi Rahayu (2011 : 9) pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu dapat dilihat dari kemampuannya menyerap suatu materi, kemudian mengkomunikasikannya dalam bentuk lainnya dengan kata-kata sendiri. Karena pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari menghafal maka pada tingkat pemahaman memerlukan kemampuan untuk menangkap makna dari arti sebuah konsep.

Sebagaimana yang dijelaskan Juhanda dalam Novitasari (2020: 155) pemahaman konsep termasuk kedalam ranah kognitif dimana dapat mengingat informasi atau konsep tertentu. Kemudian, taksonomi Bloom dibagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi proses dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses terdiri dari mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari factual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Artinya, diperlukan adanya

(40)

hubungan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut (Sudjana, 2013: 51). Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa untuk memahami sesuatu, maka perlu terlebih dahulu untuk mengetahui. Oleh sebab itu, pengetahuan sangat diperlukan sebelum siswa memahami suatu konsep materi.

Sudjana dalam skripsi Qudsiyah (2021: 31) mengelompokkan pemahaman menjadi tiga kategori, yaitu :

a. Pemahaman rendah (menerjemah), yaitu kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misal, memahami kalimat bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan lambing negara, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain.

b. Pemahaman sedang (menafsirkan), yakni menghubungkan bagian-bagian dari pengetahuan terdahulu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya. Misalnya, memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c. Pemahaman tinggi (ekstrapolasi), yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau melepas wawasan. Misalnya kemampuan menggambarkan, menaksir atau memprediksi akibat dari tindakan tertentu (Jusman dan Hajeriati, 2020:57)

(41)

Adapun perbedaan tingkat pemahaman tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, guru, siswa, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi (Qudsiyah, 2021 : 32).

Siswa dinyatakan paham akan suatu materi ketika siswa tersebut telah menangkap makna atau arti dari suatu konsep materi. Seorang guru dapat mengukur pemahaman siswanya dengan indikator pemahaman konsep. Menurut Kuswana dalam skripsi Anisa (2015), pemahaman termasuk dalam tujuan dan perilaku atau respon, yang merupakan pemahaman dari literal yang terkandung dalam komunikasi untuk mencapainya. Sementara itu konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstrak tentang benda atau peristiwa yang ada di dalam. Sehingga konsep dapat diartikan sebagai ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek.

Pemahaman konsep merupakan proses perbuatan untuk mengerti benar tentang suatu rancangan suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu kejadian atau objek yang dapat diperoleh melalui proses belajar. Menurut Anderson dan Krathwol dalam jurnal Trianggono (2017) berpendapat bahwa siswa dapat memahami suatu konsep jika dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, yang bersifat lisan, tulisan, grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar computer. Pada taksonomi Bloom yang sudah direvisi

(42)

diberikan tujuh indikator pemahaman konsep, meliputi: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi/menyimpulkan (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

a. Menafsirkan (interpreting), yaitu mengubah dari suatu bentuk informasi ke bentuk informasi lainnya, misalnya dari kata-kata ke grafik atau gambar, dari kata-kata ke angka, maupun dari kata-kata ke kata-kata, misalnya meringkas atau membuat paraphrase;

b. Memberikan contoh (exemplifying), yaitu memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum. Memberikan contoh ini menuntut kemampuan mengidentifikasi ciri khas suatu konsep dan selanjutnya menggunakan ciri tersebut untuk membuat contoh;

c. Mengklasifikasikan (classifying), yaitu mengenali bahwa suatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu;

d. Meringkas (summarizing), yaitu membuat suatu pernyataan yang mewakili seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuah tulisa;

e. Menarik inferensi (inferring), yaitu menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau fakta;

(43)

f. Membandingkan (comparing), yaitu mendeteksi persamaan dan perbedaan yang dimiliki dua objek, ide ataupun situasi;

g. Menjelaskan (explaining), yaitu mengkonstruk dan menggunakan model sebab-akibat dalam suatu sistem.

(Hendawati dan Kurniati, 2017: 17) 2. Sistem Reproduksi

a. Pengertian Sistem Reproduksi

Menurut Rohan dan Siyoto dalam skripsi Ibrahim ( 2019 : 10), sistem reproduksi merupakan suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Semua makhluk ciptaan Tuhan mengalami reproduksi untuk menjaga keberlangsungan jenisnya. Namun Tuhan memberikan manusia keistimewaan berupa akal dan hati untuk berpikir, sehingga manusia memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada makhluk lainnya. Reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generatif atau seksual. Para ahli berpendapat bahwa sistem reproduksi adalah suatu rangkaian interaksi zat dan organ reproduksi pada pria dan wanita melalui reproduksi seksual yang akan membentuk individu baru.

Pemahaman konsep mengenai sistem reproduksi telah diberikan kepada anak pada mata pelajaran biologi kelas XI.

Pengetahuan mengenai sistem reproduksi sangat penting untuk diberikan kepada remaja sedini mungkin sebagai bentuk persiapan

(44)

peralihan dari fase anak menuju dewasa. Remaja membutuhkan pengetahuan untuk menjaga kesehatan reproduksinya (Ibrahim, 2019 :19). Namun, materi kesehatan reproduksi dikemas menjadi materi sistem reproduksi. Adapun materi sistem reproduksi di kelas XI, dalam kurikulum 2013 membahas mengenai pengertian sistem reproduksi, struktur dan fungsi alat-alat reproduksi pada pria dan wanita, proses pembentukan sel kelamin, ovulasi dan menstruasi dan kelainan atau penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi. Dengan pengetahuan yang telah diberikan tersebut, tentunya guru berharap agar siswa mampu memahami dan bisa menerapkan perilaku reproduksi sehat dengan cara menjaga dan merawat sistem reproduksi pada diri sendiri dan orang disekitarnya.

b. Anatomi dan Fisiologi Reproduksi Manusia

Struktur dan fungsi alat reproduksi pada wanita dan pria memiliki perbedaan. Adapun perbedaan tersebut diuraikan dalam penjelasan berikut :

1) Sistem Reproduksi Pria

Sistem reproduksi pada pria meliputi organ-organ reproduktif, spermatogenesis dan hormon-hormon pada pria (Irdalisa, dkk. 2019). Organ reproduksi pada pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu reproduksi internal dan eksternal. Kedua bagian tersebut saling berhubungan satu sama lain.

(45)

(Campbell et al., 2008: 173)

Gambar 3.1

Anatomi Reproduksi Pria

Pada bagian reproduksi internal terdiri dari gonad yang menghasilkan sperma dan hormone reproduktif dan kelenjar- kelenjar aksesoris yang menyekresikan produk-produk esensial untuk pergerakan sperma dan sekresi kelenjar (Campbell et al, 2008 :172). Adapun organ reproduksi internal, terdiri dari :

a) Testis

Menurut Kimball dalam modul Irdalisa (2019), testis memiliki dua fungsi sebagai penghasil sperma dan juga merupakan organ endokrin. Testis dikelilingi oleh beberapa lapis jaringan ikat dan terdiri dari banyak saluran yang menggulung seperti tubulus seminiferus yang memiliki fungsi sebagai lokasi pembentukan sperma. Menurut Campbell.,et al ( 2008 :172), dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel Leydig yang menyebar dan berfungsi menghasilkan testosterone dan andogren lainnya.

(46)

b) Duktus (saluran reproduksi)

Duktus merupakan saluran reproduksi dari tubulus seminiferus testis, sperma melewati saluran-saluran menggulung yang disebut epididymis (Ibrahim, 2019 : 14). Menurut Syaifuddin dalam modul Irdalisa (2019) Duktus meliputi epididymis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra. Sperma pada manusia memerlukan waktu 3 minggu untuk melewati saluran sepanjang 6 meter setiap epididymis. Epididymis memiliki panjang 6 cm yang terletak disepanjang atas tepi dan belakang testis. Adapun fungsi dari epididymis yaitu sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma jadi matang dan bergerak menuju vas deferens. Fungsi vas deferens sebagai saluran tempat keluarnya sperma dari epididymis menuju vesikula seminalis. Vesikula seminalis dan vas deferens bergabung dalam satu tempat membentuk duktus ejakulasi. Adapun fungsi saluran ejakulasi sebagai tempat keluarnya sperma menuju uretra. Uretra menjadi saluran terakhir reproduksi yang terdapat dalam penis (Campell et al., 2008:172).

c) Kelenjar Aksesoris

Kelenjar aksesoris yang terdiri dari vasikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretra menghasilkan sekresi yang berkombinasi dengan sperma untuk membentuk semen, cairan yang diejakulasikan (Campbell et al., 2008 : 173). Vesikula

(47)

seminalis merupakan kelenjar dengan panjang 5-10 cm berupa kantong seperti huruf S berbelok-belok. Adapun cairan yang berada di kelenjar ini bersifat kental, kekuningan dan basa yang mengandung mucus, gula fruktosa, enzim penggumpal, asam askorbat dan regulator lokal yang disebut prostaglandin. Adapun kelenjar yang terletak di bawah vesika urinaria melekat pada dinding bawah vesika urinaria di sekitar uretra bagian atas yaitu kelenjar prostat. Cairan ini memiliki sifat encer dan mirip dengan susu serta mengandung enzim-enzim antikoagulan dan sitrat.

Kelenjar yang memiliki fungsi menetralisir suasana asam dalam saluran uretra yaitu kelenjar bulbouretra. Menurut Campbell et al (2008 : 173) kelenjar bulbouretra merupakan sepasang kelenjar kecil di sepanjang uretra di bawah prostat. Adapun organ reproduksi eksternal pada pria, terdiri dari :

a) Penis

Menurut Syaifuddin dalam modul Irdalisa (2019), letak penis menggantung di depan skrotum. Penis dapat diartikan sebagai alat yang mempunyai jaringan erektril yang satu sama lain dilapisi jaringan fibrosa yang terdiri dari rongga-rongga seperti karet busa.

b) Skrotum

Skrotum merupakan suatu lipatan dinding yang mempertahankan suhu testis 20 C dibawah suhu di dalam rongga

(48)

perut (Campbell et al., 2008 : 172). Skrotum merupakan kantong yang di dalamnya berisi testis

2) Sistem Reproduksi Wanita

Sebagaimana yang dijelaskan Irdalisa dalam modulnya (Irdalisa, 2019) bahwa sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduktif dan proses oogenesis. Adapun organ reproduktif pada wanita dibagi menjadi dua yaitu eksternal dan internal. Berikut gambar anatomi reproduksi pada wanita :

(Campbell et al.2008 : 172)

Gambar 3.2

Anatomi Reproduksi Wanita

Dari gambar di atas, organ reproduksi wanita bagian internal terdiri dari :

a) Ovarium

Ovarium merupakan gonad pada perempuan, lapisan luar ovarium disarati dengan folikel yang masing-masing terdiri dari satu oosit ( Ibrahim, 2019 : 13 ). Menurut Syaifuddin dalam modul Irdalisa (2019) ovarium memiliki bentuk seperti buah kenari yang

(49)

terletak di kiri dan kanan uterus. Setiap bulan sebuah folikel akan berkembang dan melepaskan ovum pada saat hari ke-14 siklus menstruasi. Jika sel telur (ovum) tidak dibuahi, maka korpus luteum akan hancur dan folikel baru akan matang selama siklus berikutnya (Campbell et al.,2008 : 171)

b) Saluran reproduksi

Saluran reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu oviduk atau tuba fallopi dan uterus. Oviduk membentang dari uterus ke arah masing-masing ovarium (Irdalisa, 2019 ). Adapun fungsi dari oviduk yaitu menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus. Menurut Campbell et al (2008: 171) organ yang tebal dan berotot yang dapat mengembang selama masa kehamilan untuk mengakomodasi fetus seberat 4 kg. Uterus juga memiliki lapisan endometrium yang memiliki banyak pembuluh darah. Lapisan ini akan meluruh pada saat menstruasi dan mengalami penebalan pada saat ovulasi. Uterus memiliki bagian leher membuka ke dalam vagina yang disebut serviks.

c) Vagina

Vagina adalah ruang yang berotot namun elastis yang merupakan tempat untuk menyisipkan penis dan menampung sperma (Ibrahim, 2019 : 13). Sebagai saluran reproduksi paling akhir bagian dalam wanita, vagina memilki peran yaitu sebagai saluran lahiran. Vagina juga memiliki dinding yang berlipat-lipat

(50)

dengan bagian terluar yaitu selaput berlendir yang menghasilkan lendir oleh kelenjer bartholin berperan pada saat rangsangan seksual (Irdalisa, 2019) .

Organ reperoduksi wanita secara eksternal terdiri dari : a) Dua pasang labia

Labiya mayora membungkus dan melindungi bagian vulva (Campbell et al., 2008: 172). Adapun bentuk dari labia mayora dan minora seperti sepasang lipatan kulit tipis. Gabungan dari kedua labia tersebut pada bagian atas labium akan membentuk tonjolan kecil yang diasa disebut dengan klitoris.

b) Klitoris

Klitoris merupakan salah satu titik rangsangan seksual paling atas vulva wanita. Menurut Ibrahim ( 2019: 13) sebagian besar klitoris terdiri dari jaringan erektil dan batang pendek yang mendukung glans atau kepala yang ditutupi tudung kulit kecil yang disebut prepusium.

c. Mekanisme Pembentukan Gamet (Gametogenesis)

Hasil akhir pembelahan meiosis biasanya tidak langsung berupa gamet, melainkan memerlukan sedikit waktu untuk berkembang menjadi gamet (Suryo, 2012: 46). Mekanisme pembentukan gamet, atau biasa disebut dengan gametogenesis terbagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis yang terjadi pada pria dan oogenesis yang terjadi pada wanita.

(51)

1) Mekanisme spermatogenesis

Spermatogenesis merupakan pembentukan gamet pada hewan jantan dan berlaku juga untuk manusia (laki-laki).

Pembentukan gamet terjadi di tubulus seminiferus di dalam testis.

Pada dinding tubulus seminiferus telah tersedia calon sperma (spermatogonia). Selama pertumbuhan, sel ini membentuk spermatosit primer (diploid) yang kemudian membelah secara meiosis dan hasilnya berupa dua sel spermatosit sekunder yang haploid. Selanjutnya mengalami meiosis II dan menghasilkan 4 spermatid haploid (Suryo, 2012: 47).

2) Mekanisme oogenesis

Oogenesis merupakan pembentukan gamet pada perempuan yang terjadi di ovarium. Di ovarium tersedia calon-calon sel telur (oosit primer) yang terbentuk sejak bayi lahir. Saat pubertas, oosit primer melakukan pembelahan meiosis ( Astutik, 2012: 13).

Pada meosis I jumlah kromosom diparuh, kemudian sel membelah menjadi oosit sekunder dan badan kutub perimer. Badan kutub mengalami degenerasi dan tidak ikut mengambil bagian dalam pembuahan.

Pada meiosis II dari oosit dihasilkan dua buah sel yang memiliki ukuran yang berbeda. Ukuran yang besar disebut ootid sedangkan yang kecil adalah badan kutub sekunder. Setelah mengalami pertumbuhan, ootid menjadi gamet betina yang disebut

(52)

sel telur atau ovum (Suryo, 2012 : 48). Berikut ini gambar mekanisme gamtogenesis pada manusia :

(Suryo, 2012 : 47).

Gambar 3.3

Mekanisme Spermatogenesis dan Oogenesis d. Menstruasi, Fertilisasi dan Kehamilan

1) Menstruasi

Anak perempuan dilahirkan sengan seluruh telur sekitar 750.000 yang dimiliki seumur hidupnya (Briyan, dkk. 2021 : 10). Tubuh anak perempuan mulai matang secara seksual, ketika ovariumnya mulai memompa keluar estrogen dan hormone-hormon lainnya seperti progesteron. Siklus menstruasi pada wanita terdiri dari tiga fase, yaitu fase aliran menstruasi, fase poliferase dan fase sekresi (Astutik, 2012: 13).

(53)

(a) Fase poliferasi

Fase poliferasi dikendalikan oleh hormone estrogen, sehingga disebut juga fase estregonic. Fase ini dimulai pada hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus. Adapun fungsi dari estrogen adalah membangun endometrium sehingga rahim menebal hingga 5-7 cm. Estrogen akan menghambat pengeluaran FSH dan memacu pengeluaran LH yang dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Pada tahap akhir, dengan pecahnya folikel graaf, ovum terlepas yang disebut dengan ovulasi yaitu kira-kira hari ke-14 dari suatu siklus.

(b) Fase sekresi (progesterone)

Fase ini terjadi pada hari ke-14 sampai hari ke-28 dari siklus. Folikel graaf yang pecah pada saat ovulasi. Selama fase sekresi, endometrium terus menebal diakibatkan oleh pengaruh hormone estrogen dan progesterone yang disekresikan oleh korpus luteum setelah ovulasi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum akan rusak sehingga progesterone dan estrogen menurun bahkan sampai hilang.

(c) Fase menstruasi

Pada fase ini, produksi estrogen dan progesteron berhenti, sehingga endometrium mengalami degenerasi. Darah, mucus dan sel-sel epitel dikeluarkan sebagai darah haid dari rongga uterus ke vagina. Akibat penurunan produksi

(54)

progesterone dan estrogen, FSH aktif diproduksi lagi dan siklus mulai kembali. Selama menstruasi, sekelompok folikel ovarium baru mulai tumbuh (Campbell et al. 2008 :180).

2) Fertilisasi, Kehamilan dan Kelahiran

Sperma yang berhasil menyusuri uterus dan masuk oviduk, maka sperma tersebut akan bertemu dengan ovum yang keluar dari ovarium dan bergerak menuju uterus. Sebagian besar sperma yang mengarungi uterus mati di tengah jalan, sedangkan yang berhasil mencapai oviduk, hanya satu sel sperma yang berhasil menembus membrane sel telur. Ketika sperma berhasil memasuki sel telur, maka akan terjadi pembuahan. Proses pembuahan disebut juga fertilisasi (Surtiretna, dkk. 2018 : 24).

Setelah terjadi fertilisasi, maka akan terjadi kehamilan.

Menurut Astutik (2012: 15) kehamilan adalah proses berkembangnya embrio di dalam uterus sejak terjadi fertilisasi hingga dilahirkan. Adapun waktu kehamilan manusia rata-rata 266 hari atau 38 minggu.

(a) Fase perkembangan embrio di dalam rahim

Telur yang dibuahi oleh sperma membentuk zigot.

Zigot mengalami pembuahan membentuk morula. Morula kemudian membentuk bola berongga yang disebut blastosit.

Blastosit kemudian turun ke uterus dan tertanam di

(55)

endometrium atau melakukan implantasi. Setelah terjadi implantasi, sisi blastosis yang berdinding tebal tumbuh menjadi massa sel-sel dalam (Priadi, 2010: 169). Bagian sel itulah yang akan tumbuh menjadi embrio. Implantasi terjadi pada hari ke-7 atau ke-8.

Setelah membentuk blastula, stadium selanjutnya adalah grastula. Pada stadium grastula terbagi menjadi beberapa lapisan sel-sel yang berlainan sifatnya, yaitu membentuk ekstoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm (lapisan dalam)

(b) Pembentukan membran embrio

Membran embrio terbentuk selama periode embrionik.

Adapun fungsi dari membran embrio adalah melindungi dan memberi makan embrio. Membran-membran tersebut terdiri dari sakus vitelinus (kantong kuning telur), amnion, korion dan atlantois (Priadi, 2010: 169)

Masa kehamilan seorang ibu berkisaran 38 minggu atau 9 bulan 10 hari (terhitung sejak terjadinya pembuahan). Kepala fetus calon bayi akan berputar dan menekan ke arah daerah pelvis ibu ketika bulan terakhir kehamilan. Bagian saluran serviks ibu melebar selama proses kelahiran untuk memudahkan fetus bergerak dari uterus melewati vagina hingga fetus keluar sebagai bayi yang baru dilahirkan. Adapun

(56)

hormon yang bekerja saat kelahiran yaitu relaksin, estrogen, prostaglandin, dan oksitosin (Priadi, 2010: 170).

e. Hormon kelamin laki-laki dan wanita

Hormon kelamin laki-laki diproduksi oleh testis, hipofisis, dan hipotalamus. Menurut Irnaningtyas dalam bukunya (2013: 404) hormone testiskular terdiri dari testosterone, androstenedion, dihidrotestosteron, inhibrin dan protein pengikat androgen. Hormone hipofisis terdiri dari FSH dan LH. Sedangkan hormon hipotalamus terdiri dari GnRH.

Irnaningtyas menjelaskan dalam bukunya (2013: 411), yakni hormon wanita terdiri dari estrogen, progesterone, LH, FSH, GnRH, HCG, Laktogen Plasenta, Tirotropin korionik, Relaksin, Prolaktin, Oksitosin, CRH dan Prostaglandin.

f. Siklus menstruasi

Menurut Sulistiyowati, dkk (2016: 415) Ada tiga fase yang terjadi selama siklus menstruasi berlangsung (28 hari), diantaranya:

1) Fase folikel 2) Fase ovulasi 3) Fase luteal

g. Gangguan pada Sistem Reproduksi Manusia

Berikut ini macam-macam gangguan pada sistem reproduksi manusia :

(57)

1) Infertilitas, yaitu ketidakmampuan menghasilkan keturunan yang dapat terjadi pada pria dan wanita. Menurut Priadi (2010: 173) infertile pada pria disebabkan karena minimnya jumlah sperma atau ketidaknormalan struktur pada sperma.

Sedangkan infertile pada wanita bisa disebabkan karena tersumbatnya saluran telur atau endometriosis.

2) Kriptorkidisme, yaitu kelainan pada pria yang tidak memiliki buah pelir pada organ reproduksinya atau hanya memiliki satu buah pelir di dalam kantong pelir.

3) Mikropenis, yaitu kelainan pada pria yang memiliki ukuran penis yang kecil atau penis yang tidak berkembang.

4) Vagina tidak sempurna, yaitu kelainan pada perempuan yang tidak memiliki lubang pada vaginanya atau tidak memiliki vagina.

5) Kanker leher rahim, yaitu kondisi yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan abnormal pada jaringan epitel leher rahim.

6) Penyakit menular seksual (PMS), merupakan penyakit pada organ reproduksi yang ditularkan melalui hubungan seksual dengan penderita. Menurut Bryan, dkk (2021: 25) hubungan kelamin/seksual merupakan cara yang sangat potensial bagi bakteri dan virus penyebab infeksi untuk

(58)

berpindah dari satu inang ke inang lain. Beberapa contoh penyakit menular seksual yaitu :

(a) HIV/AIDS, HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA yang spesifik menyerang sistem/kekebalan tubuh manusia (Matahari dan Utami, 2018: 10). Akibat dari penurunan kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai macam infeksi yang menyebabkan AIDS. AIDS (Acquaired Immuno Deficiency Virus) merupakan sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan karena penurunan sistem imun. Penderita HIV memiliki imun tubuh yang lemah, sehingga mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, bakteri dan parasit. Orang yang terinfeksi HIV kebanyakan akan berlanjut menjadi AIDS jika tidak diberi pengobatan dengan antiretrovirus ( Matahari dan Utami, dkk. 2018: 11)

(b) Sifilis, merupakan infeksi yang terjadi pada organ kelamin bagian luar disebabkan oleh bakteri (Treponema pallidum). Secara umum sifilis dibedakan menjadi dua, yaitu sifilis kongenital (ditularkan ibu ke janin selama dalam kandungan) dan sifilis yang

Gambar

Tabel 4.7   Hasil Uji Korelasi  ............................................................................
Tabel 1.1  Indikator Variabel
Tabel 3.5  Kriteria Validitas
Tabel 3.6  Hasil Uji Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mendiskripsikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa tunagrahita remaja tentang kesehatan reproduksi pada saat

benar. Materi : Pentingnya pelayanan kesehatan reproduksi. 2) Konselor membina hubungan baik dengan siswa. 4) Konselor menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan ini dilakukan.

Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Beresiko di SMA Negeri 4 Yogyakarta.. Yogyakarta: Fakultas

Penelitian hubungan perilaku kesehatan gigi dengan karies gigi oleh menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan murid sekolah dasar dengan

Latar belakang penelitian ini diadakan adalah untuk mengetahui Korelasi antara Pemahaman Materi Pendidikan Agama Islam dengan Perilaku Beragama Siswa Kelas XI di

Hasil penelitian ini, membuktikan ada hubungan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual anak jalanan remaja di Kota Yogyakarta dengan

Karena nilai lebih kecil dari 0,05 (sig&lt;0,005), Maka Ho dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi

Adapun hasil deskripsi dan analisis data di atas dapat diketahui bahwa adanya perbedaan pemahaman siswa dalam materi sistem reproduksi pada tumbuhan dan hewan dengan model pembelajaran