HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAPREMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKUSEKSUAL
DI SMABAYU PERTIWI SUNGGAL TAHUN 2015
1
Desy Ramayanty,Sri Rahayu Sanusi
2,Maya Fitria
21
Alumni Mahasiswa Dapertemen Kependudukan dan Biostatistik FKM – USU
2
Staf Pengajar FKM – USU ABSTRACT
According to National Family Planning Coordination Board obtained that 51 % teenagers in Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi (JABODETABEK) have performed intercourse before marriage. The same problem is also happened other cities in indonesia such as 54% in Surabaya, 47% in Bandung, 52% in Medan.
The research aims to know the correlation of knowledge and attitude in reproduction health on teenagers with sexual behaviour at Bayu Pertiwi High School in Sunggal in year 2014. This research is an analytic descriptive using Cross Sectional Study approach. The population in this research were all students of Bayu Pertiwi High School from grade X, XI, XII, and the number of responden were 114 students. Giving questionaire was the methode to collect some data, and then conducting statistic experiment using Chi-Square test with level of significance Alpha = 0,05
From bivariate analysis was obtained the results that knowledge of reproduction health correlates sexual behaviour on teenagers with p value=
0,001 and attitude on sexual behaviour on teenagers with p value= 0,007 and from the variable of knowledge and intercourse attitude with sexual behaviour on teenagers, it is very important to improve their knowledge about reproduction health and intercourse.
Key word : Knowledge, attitude, reproduction health, and sexual behaviour
PENDAHULUAN
Masa remaja adalah masa yang diliputi dengan berbagai pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan mereka kelak. Masa remaja penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. Masa remaja disebut juga masa pubertas yaitu masa transisi yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa ini terjadi juga
perubahan organobiologik yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan mental emosional atau kejiwaan (Pinem, 2009).
Perilaku seksual pada remaja
dapat diwujudkan dalam tingkah
laku yang bermacam-macam, mulai
dari perasaan tertarik, berkencan,
berpegangan tangan, mencium pipi,
berpelukan, mencium bibir,
memegang buah dada di atas baju,
memegang buah dada dibalik baju,
memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama (Sarwono, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Planned Parenthood Federation Of America Inc (2004) dalam Julianty (2011) bahwa dari 1038 remaja berumur 13-17 tahun tentang hubungan seksual menunjukkan 16% remaja menyatakan setuju dengann hubungan seksual, 43% menyatakan tidak setuju dengan hubungan seksual, dan 41% menyatakan boleh-boleh saja melakukan hubungan seksual.
Berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa : sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks, 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan, 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi (Eman, 2008).
Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010), diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota- kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52% di Medan.
Menurut Astuti (2008) Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat mempengaruhi perilaku remaja untuk hidup sehat, khususnya yang
terkait dengan kesehatan reproduksi, sehingga pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi sangat penting dalam pembentukan perilaku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya. Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman- teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua.
Menurut Ismayuca (2010) berdasarkan informasi dari mulai tahun 1984 sampai tahun 2009 di SMK Bina Harapan Sinduharjo Sleman Yogyakarta setiap tahunnya terdapat kasus yang mengalami kehamilan di luar nikah sedikitnya 1 sampai 3 kasus. Hasil penelitian tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada siswa SMK Bina Harapan Sleman Yogyakarta sebagian besar (40,8%) termasuk kategori cukup, sikap terhadap perilaku seks sebagian besar 74,6%menunjukkan sikap tidak mendukung. Ada hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pengetahuan tenang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap perilaku seksual bebas pada siswa.
Penelitian yang dilakukan
Lourenta 2010 di SMA
Negeri 2 Binjai hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan remaja putri tentang
dampak perilaku seks terhaap
kesehatan reproduksi mayoritas
berpengetahuan kurang sebanyak 20
siswi (50%) dan minoritas
berpengetahuan baik sebanyak 8
siswi (20%).
Hasil wawancara dari pembimbing BK didapatkan bahwa terdapat kasus kehamilan di luar nikah yaitu tahun 2010 terdapat 1 kasus, 2011 terdapat 2 kasus dan 2012 terdapat 2 kasus, sedangkan data dari wawancara 10 remaja putrid dididapatkan hasil bahwa 6 dari 10 remaja putri mengatakan tidak mengetahui tentang kesehatan reproduksi dan bagaimana dampak perilaku seks terhadap kesehatan reproduksi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan perilaku seksualpada remaja di SMA Bayu Pertiwi Sunggal, yang meliputi pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui
“Bagaimanakah Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual di SMA Bayu Pertiwi Sunggal”.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di SMA Bayu Pertiwi Sunggal.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seksual pada Remajadi SMA Bayu Pertiwi Sunggal.
2. Mengetahui Hubungan Sikap remaja Tentang Kesehatan
Reproduksi Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja di SMA Bayu Pertiwi Sunggal.
Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sabagai referensi/
sumber informasi bagi pihak sekolah dalam membina remaja sehingga dapat memahami pentingnya kesehatan reproduksi agar tidak melakukan hubungan seks sehingga tercipta reproduksi sehat bagi remaja.
2. Bagi Remaja
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi remaja agar dapat mengantisipasi perilaku seksual yang tidak baik.
3. Bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja.
METODE PENDAHULUAN Jenis penelitian adalah survei yang bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional study dimana pengambilan data dilakukan hanya satu kali saja pada waktu tertentu (Hidayat, 2007).
Penelitian dilaksanakan di SMA Bayu Pertiwi Sunggal.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2014 – Februari 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas X, XI, XII SMA
Bayu Pertiwi yang berjumlah 114
orang. Sampel dalam penelitian
ini adalah semua populasi.
Metode pengumpulan data diambil secara primer dan sekunder, dimana data primer diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuisioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari kantor tata usaha SMA Bayu Pertiwi Sunggal.
Pada instrumen penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana kuesioner dapat mengukur dan menunjukkan sejauh mana kuisioner dapat dipercaya atau dapat diandalkan dalam suatu penelitian. Kriteria penilaian pengetahuan yaitu benar diberi nilai 1 dan salah nilainya 0. Penilaian sikap dengan menggunakan skala likert dengan pernyataan positif dan negatif. Penilaian perilaku bila menjawab “ya” diberi nilai 1 dan menjawab “tidak” nilainya 0. Teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah pemeriksaan data (Editing), pemberian kode (coding) dan penyusunan data (tabulasi).
Analisis data dilakukan dengan cara bertahap yaitu dengan analisis univariat yang dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan dengan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan masing- masing variabel dalam penelitian ini variabel x (pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi) dan variabel y ( perilaku seksual remaja), sehingga uji yang digunakan adalah chi-square dengan = 0,05 dan tingkat kepercayaan (confident interval) 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengumpulan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti pada bulan februari 2015 di SMA Bayu Pertiwi Sunggal. Adapun hasil penelitian sebagai berikut.
Analisis Univariat
Tabel Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015
Pengetahuan %
1. Baik 30 26,3
2. Cukup 69 60,5
3. Kurang 15 13,2
Jumlah 114 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 114 responden pengetahuan siswa/siswi terhadap kesehatan reproduksi mayoritas pada kategori pengetahuan cukup yaitu 69 siswa/siswi (60,5%), dan minoritas pada kategori pengetahuan kurang yaitu 15 siswa/siswi (13,2%).
Tabel Distribusi Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seks Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015
Sikap n %
1. Baik 21 18,4
2. Cukup 39 34,2
3. Kurang 54 47,4
Jumlah 114 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 114 responden, sikap remaja terhadap perilaku seksual mayoritas pada kategori kurang yaitu 54 siswa/siswi (47,4%) dan minoritas pada kategori baik yaitu 21 siswa/siswi (18,4%).
Tabel Distribusi Jenis Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015
Jenis Perilaku
Seksual
Pernah Tidak Pernah
n % n %
Kissing 20 17,5 94 82,5 Necking 0 0,0 0 0,0 Petting 0 0,0 0 0,0 Intercourse 0 0,0 0 0,0 Onani 5 4,4 109 95,6
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden berdasarkan jenis perilaku seksual yang pernah dilakukan berupa kissing yaitu 20 siswa/siswi (17,5%) menjawab pernah melakukan, dalam bentuk onani yaitu 5 siswa/siswi (4,4%), sedangkan dalam bentuk necking, petting, intercourse yaitu 114 siswa/siswi (100,0%) menjawab tidak pernah melakukan.
Tabel Distribusi Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015
Sikap n %
1.Tidak beresiko KTD 89 78,1 2.Beresiko KTD 25 21,9 Jumlah 11 100,
4 0 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi perilaku seksual mayoritas pada kategori tidak beresiko KTD yaitu 89 siswa/siswi (78,1%) dan minoritas pada kategori perilaku seksual beresiko KTD yaitu 25 siswa/siswi (21,9%).
Analisis Bivariat
Tabel Hubungan
Pengetahuan Remaja Dengan Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Tahun 2015
Dari hasil analisis tabel bahwa dari 30 siswa/siswi yang berpengetahuan baik seluruhnya memiliki perilaku seksual tidak beresiko KTD yaitu 30 siswa/siswi (100,0%), dari 84 siswa/siswi yang memiliki pengetahuan cukup dan kurang memiliki perilaku seksual beresiko KTD 25 siswa/siswi (18,4%) dan yang tidak memiliki perilaku seksual beresiko 59 siswa/siswi (65,6%). Secara statistik dibuktikan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku seksual siswa/siswi (p=0,001).
P E N G E T A H U A N
Perilaku Seksual Total P
Beresiko KTD
Tidak Beresiko
KTD
n % n %
Baik 0 0,0 30 23, 4
30 100,0
0,001 Cukup
Kurang
25 18,4 59 65, 6
84 100,0
Tabel Hubungan Sikap Remaja Terhadap Perilaku Seksual Di SMA Bayu Pertiwi Sunggal Tahun 2015
S I K A P
Perilaku Seksual Total p
Beresiko KTD
Tidak Beresiko
KTD
n % n %
Baik 0 0,0 21 16,4 21 100,0
0,007 Cukup
Kurang
25 20,4 68 72,6 68 100,0