• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA PEMBELAJARAN MATERI BERBUSANA MUSLIM/MUSLIMAH DENGAN PERILAKU BERBUSANA

PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 TAKALAR HALAMAN SAMPUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

HIKMAWATI NIM: 20100118048

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Hikmawati

Nim : 20100118048

Tempat, Tanggal Lahir : Untia, 31 Desember 2000 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Untia, Desa Barammamase, Kec. Galesong Selatan, Kab. Takalar

Judul : Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupkan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 24 Agustus 2022

Penulis,

Hikmawati

NIM. 20100118048

(3)

iii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal Skripsi berjudul, “Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar”, yang disusun oleh Hikmawati, NIM: 20100118048, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam siding Ujian Kualifikasi Proposal Skripsi yang diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 11 April 2022 M, bertepatan dengan 10 Ramadhan 1443 H, dinyatakan telah dapat diterima dan diteruskan pada tahap penelitian selanjutnya.

11 April 2022 M 10 Ramadhan 1443 H.

DEWAN PENGUJI:

Nomor: 1181 Tahun 2022 Ketua :Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I.

Sekretaris :Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I.

Munaqisy I :Dr. Nuryamin, M.Ag.

Munaqisy II :Dr. Kamsinah, M.Pd.I.

Disahkan Oleh:

A.n. Dekan FTK UIN Alauddin Mengetahui

Wakil Dekan Bidang Akademik, Ketua Jurusan PAI,

Dr. M. Shabir U., M.Ag. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A.

NIP 196609281993031002 NIP 197212052002121012 Samata-Gowa,

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah swt atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan tepat waktu.

Salawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat,dan umat-Nya hingga akhir zaman.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar”. Penulis menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini, dari awal hingga akhir tidak luput dari adanya kekurangan, dan hambatan atau rintangan yang dialami oleh penulis. Namun, hal tersebut dapat teratasi berhak bantuan dari beberapa pihak yang dengan senang hati membantu penulis dalam proses penulisan ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besar, terkhusus untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda Abd. Azis dan Ibunda Hasnia yang telah ikhlas mengasuh, membesarkan, membimbing, mendidik, dan selalu mendoakan demi kesuksesan penulis dalam meraih cita-cita, serta telah bersusah payah banting tulang untuk membiayai penulis selama menempuh pendidikan sampai selesainya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dan pengorbanan dari kedua orang tua, penulis tidak akan sampai ke tahap ini. Semoga beliau mendapatkan balasan, dan rida Allah swt, serta selalu berada dalam perlindungan, pertolongan dan diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah swt. Aamiin.

Penyusun menyadari betapa banyaknya bantuan dan partisipasi yang penulis terima, sehingga penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih yang sebasar-besarnya kepada:

(5)

v

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A.,Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, beserta Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr. H. Wahyuddin, M.Hum., selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam M.Ag., selaku Wakil Rektor III, dan Dr. H. Kamaluddin M.Ag., selaku Wakil Rektor IV UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan bantuan secara fisik masupun material, serta menyediakan fasilitas pendukung dalam perkuliahan.

2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, beserta Dr. M. Shabir U., M.Ag., selaku Wakil Dekan I, Dr.M. Rusdi, M.Ag., selaku Wakil Dekan II, Dr. H. Ilyas, M.Pd.,M.Si., selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar, dan para staf yang memberikan bantuan yang sangar berarti bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S.,M.A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, beserta Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar, serta staf jurusan atas pelayanan, kesempatan, petunjuk, dan arahannya selama penyelesaian studi kuliah.

4. Dr. Besse Ruhaya, M.Pd.I., Selaku Pembimbing I, dan Dr. Muhammad Rusmin B, M.Pd.I., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Dr. Nurymin, M.Ag., selaku Penguji I, dan Dr. Kamsinah, M.Pd.I., selaku Penguji II, yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik dan benar sesuai prosedur penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berlaku di UIN Alauddin Makassar.

(6)

vi

6. Drs. H. Muhammad Hajir Donggala selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Takalar, beserta jajarannya yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk meneliti tentang perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar, beserta para guru agama, dan peserta didik SMK Negeri 3 Takalar yang telah bersedia menjadi responden dan informan dalam penelitian ini.

7. Saudara kandung Muhammad Arsyad dan Muhammad Ahmad yang senantiasa memotivasi dan selalui mendoakan yang terbaik untuk penulis.

8. Teman-teman seperjuanganku mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas 1-2 angkatan 2018 yang telah mendoakan, membantu, serta memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Samata-Gowa, 24 Agustus 2022 Penulis,

Hikmawati

NIM. 20100118048

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN... xii

ABSTRAK ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latarbelakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Hipotesis ...7

D. Definisi Variabel ...8

E. Kajian Pustaka ...10

F. Tujuan Dan Kegunaan ...15

BAB II TINJAUAN TEORETIS ...17

A. Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimh ...17

B. Perilaku Berbusana Peserta Didik ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...38

A. Jenis Dan Lokasi Penelian ...38

B. Pendekatan Penelitan ...38

C. Populasi Dan Sampel ...39

D. Metode Pengumpulan Data ...41

E. Instrumen Penelitian...42

F. Validitas Dan Reliabilitas ...45

G. Teknik Ppengolahan Dan Analisis Data ...48

(8)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51

A. Hasil Penelitiian ...51

B. Pembahasan ...65

BAB V PENUTUP ...76

A. Kesimpulan ...76

B. Implikasi Penelitian ...77

DAFTAR PUSTAKA ...78

LAMPIRAN ...87

RIWAYAT HIDUP ...111

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 :Populasi Penelitian ... 39

Tabel 3.2 :Sampel Penelitian ... 40

Tabel 3.3 :Alternatif Jawaban ... 42

Tabel 3.4 :Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah ... 43

Tabel 3.5 :Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket Perilaku Berbusana Peserta Didik ... 44

Tabel 3.6 :Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 46

Tabel 3.7 :Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach ... 47

Tabel 4.1 : Memahami Makna Berbusana Muslim/Muslimah ... 53

Tabel 4.2 : Proses Pembelajaran Menggunakan Metode yang Bervariatif ... 53

Tabel 4.3 : Tingkat Partisipasi Peserta Didik dalam Mengikuti Pelajaran ... 54

Tabel 4.4 : Ketekunan Peserta Didik dalam Mengikuti Pelajaran ... 54

Tabel 4.5 : Menganalisis dan Memahami Dalil Perintah Berbusana Muslim/Muslimah ... 54

Tabel 4.6 : Hikmah Menggunakan Busana Muslim/Muslimah ... 55

Tabel 4.7 : Evaluasi Hasil Belajar Peserta Didik ... 55

Tabel 4.8 : Hasil Angket Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah ... 55

Tabel 4.9 : Tabel Distribusi Frekuensi ... 56

Tabel 4.10 : Tabel Bantuan untuk Mencari Nilai Standar Deviasi ... 57

Tabel 4.11 : Persentase Skor Angket Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah ... 57

Tabel 4.12 : berbusana muslim/muslimah di sekolah ... 59

Tabel 4.13 : berusana muslim/muslimah di luar sekolah ... 59

Tabel 4.14 :Hasil Angket Perilaku Berbusana Peserta Didik ... 60

(10)

x

Tabel 4.15: Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 60

Tabel 4.16 :Persentase Skor Angket Perilaku Berbusana Peserta Didik ... 61

Tabel 4.17 :Hasil Uji Normalitas ... 62

Tabel 4.18 : Akumulasi Anava Uji Linearitas Variabel X dan Y ... 63

Tabel 4.19: Akumulasi Angka Indeks Korelasi Variabel X dan Y ... 63

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Hasil Analisis Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah .. 55 Gambar 4.2: Hasil Analisis Perilaku Berbusana Peserta Didik ... 57

(12)

xii

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN A. Transliterasi Arab-Latin

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

ṡa es (dengan titik di atas)

ج

Jim J Je

ح

ḥa H ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha Kh ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Żai Ż zet (dengan titik di atas)

ر

Ra R Er

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy es dan ye

ص

ṣad es (dengan titik di bawah)

ض

ḍad de (dengan titik di bawah)

ط

ṭa te (dengan titik di bawah)

ظ

ẓa zet (dengan titik di bawah)

ع

„ain apostrof terbalik

غ

Gain G Ge

ؼ

Fa F Ef

ؽ

Qaf Q Qi

ؾ

Kaf K Ka

ؿ

Lam L El

ـ

Mim M Em

ف

Nun N En

ك

Wau W We

ق

Ha H Ha

hamzah Apostrof

م

Ya Y Ye
(13)

xiii

Hamzah (

) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

ى

fatḥah A A

ً

Kasrah I I

ي

ḍammah U U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

ىْ ىػ

fatḥah dan yā‟ Ai a dan i

ىْ ىػ

fatḥah dan wau Au a dan u

Contoh:

ى ىْ ى

: kaifa

ىؿىْ ى

: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Huruf dan Harakat

Nama Huruf dan Tanda Nama

ل ̄ ... │ ̄ ...

fatḥah dan yā‟ Ā a dan garis di atas

ً ػ

kasrah dan yā‟ Ī i dan garis di atas

ي ػ

ḍammah dan wau Ū u dan garis di atas
(14)

xiv Contoh:

مَا مَ = māta ىمَ مَر = ramā مَ مْ مِ = qīla مُا مْ مُي = yamūtu 4. Tā’marbūṭah

Transliterasi untuk tā‟marbūṭah ada dua, yaitu: tā‟marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

sedangkan tā‟marbūṭah yang mati atau mendapatkan harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan tā‟marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-, serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā‟marbūṭah itu ditransliterasi dengan ha (h).

Contoh:

ًؿ ى ىْ ىىْا ي ى ىْكىر

= rauḍah al-aṭfāl

ي لَّ ً ى ىْا ي ى ىْػ ً ى ىْاى

= al-madīnah al-fāḍilah

ي ى ىْ ًىْ ى

= al-ḥikmah

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( مّ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

Contoh:

ى لَّػبىر

= rabbanā

ى ىْػ لَّىنَ

= najjainā

قُّ ىىْ ى

= al-ḥaqq

ى ً ي

= nu‟‟ima
(15)

xv

وٌّكي ى

= „aduwwun

Jika huruf

ل

ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (

ى ًػ

), maka ia ditransliterasi, seperti huruf maddah menjadi ī.

Contoh:

وٌّ ً ى

= „Alī (bukan „Aliyy atau „Aly)

وًٌّ ى ى

= „Arabī (bukan „Arabiyy atau „Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

ؿ

(alif lam ma‟arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa (al-), baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-)

ي ىْ لَّلاى

= al-syamsu (bukan asy-syamsu)

ي ىاىلىْالَّلاى

= al-zalzalah (az-zalzalah)

ىْ ى ى ىْ ى ىْاى

= al-falsafah

يد ى ى ىْاى

= al-bilādu

7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (`) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contoh:

ىفىْكي ي ىْ ى

= ta‟murūna

يعىْ لَّػ اى

= al-nau‟

ه ىْ ى

= syai‟un

يتىْ ً ي

= umirtu
(16)

xvi

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qur‟ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn 9. Laf al-Jalālain (

)

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ي ىْ ًد

ًﷲ

dῑnullāh

ًﷲ ًب

billāh

Adapun tā‟marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al- jalālain, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ً ىىْ ىر ىًْ ىْ ي

ًﷲ

hum fῑ raḥmatillāh 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (all Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya digunakan unuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh

(17)

xvii

kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-).

Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi‟a linnāsi lallażῑ bi Bakkata mubārakan Syahrul Ramaḍān al--lażῑ unzila fih al-Qur‟ān

Naṣῑr al-Dῑn al-Ṭūsῑ Abū Naṣr al-Farābῑ Al-Gazālῑ

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abū al-Walῑd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walῑd Muḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walῑd Muḥammad Ibnu)

Naṣr Hāmid Abū Zaῑd, ditulis menjadi: Abū Zaῑd, Naṣr Hāmid (bukan: Zaῑd, Naṣr Hāmid Abū)

B. Daftar Singkatan

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

Swt. = Subḥānahū Wa Ta‟ālā Saw. = Ṣallallāhu „Alaihi Wasallam a.s. = „Alaihi Al-Salām

H = Hijriah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang-orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS .../...:4 = QS Al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli-„Imrān/3: 4

HR = Hadis Riwayat

(18)

xviii ABSTRAK

Nama : Hikmawati

NIM : 20100118048

Jurusan/Fakultas : Pendidikan Agama Islam

Judul :Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar

Skripsi ini membahas tentang “Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar” yang bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah di SMK Negeri 3 Takalar, (2) mengetahui perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar, (3) menganalisis korelasi antara pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dengan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar.

Penelitin ini berbentuk kuantitatif yang bersifat ex post facto dengan menggunakan regresi linear sederhana untuk menguji tingkat kebenaran hipotesa yang dibuat. Pengambilan data penelitian ini dilakukan pada sampel sebanyak 20%=56 peserta didik dari 275 populasi menggunakan teknik proportionate random sampling. Adapun instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah 1). Pedoman observasi untuk mengetahui terkait pelaksanaan pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah, pemilihan metode pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik, serta keadaan lingkungan peserta didik yang mendukung pelaksanaan berbusana muslim/muslimah; 2). Angket digunakan untuk mengukur variabel penelitian yang berisi beberapa pernyataan;, dan 3). Format dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengeni kegiatan pembeajaran materi berbusana muslim/muslimah di SMK Negeri 3 Takalar berupa tata tertib sekolah, nama peserta didik dan dokumentasi lainnya yang mendukung. Data yang diperoleh dari instrumen kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah bagian 1 dan 2, serta analisis inferensial untuk mengukur atau memperoleh jawabana rumusan masalah bagian 3.

Berdasarkan hasil analisis stratistik deskriptif, diperoleh hasil penelitian pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 89,29%. Sedangkan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 94,64%. Adapun hasil analisis menggunakan korelasi product moment pada taraf signifikan 0,05% diperoleh Thitung (3,823) ≥ t tabel (2,003) yang dapat diartikan bahwa terdapat korelasi antara pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dengan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar secara signifikan.

Pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah pada penelitian ini memberikan implikasi bagi peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar untuk meningkatkan cakrawala berfikir mengenai pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dan menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam berbusana sesuai dengan syariat, bagi sekolah dengan memberikan informasi kepada kepala sekolah SMK Negeri 3 Takalar mengenai perilaku berbusana peserta didik di lingkungan sekolah, dan bagi peneliti agar dapat meningkatkan cakrawala berfikir dan penelitian ini dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Secara signifikan, perilaku berbusana mengalami perubahan dan perkembangan mengikuti arus modernisasi. Perubahan perilaku terjadi tidak terlepas dari adanya stimulus yang merangsang manusia untuk melakukan perubahan. Tidak hanya itu, perubahan juga terjadi pada mode busana yang relatif lebih cepat dibandingkan perubahan kebudayaan secara keseluruhan.

Sebagaimana diketahui bahwa pada zaman prasejarah, manusia hidup sebagai makhluk primitif dengan memanfaatkan hasil alam dan hewan untuk bertahan hidup termasuk membuat pakaian.

Di Benua Eropa, manusia menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang berbulu ketika musim dingin untuk menghangatkan tubuhnya.

Sedangkan di Benua yang beriklim tropis, manusia menggunakan kulit kayu, dedaunan, dan rerumputan sebagai bahan dasar pakaian atau busana mereka, seperti fuya (kain yang terbuat dari kulit kayu) yang ditemukan di wilayah Indonesia (Sulawesi Tengah, Kalimantan, dan Irian Jaya).1

Dalam Islam, kebutuhan berbusana tidak hanya dikenal oleh manusia generasi alpha saja, akan tetapi telah ada sejak Nabi Adam as dan istrinya diutus ke muka bumi karena adanya aturan yang dilanggar, sehingga Allah swt memberikan hukuman dengan mengeluarkan mereka dari surga, dan busana yang dikenakan telah tersingkap. Sebagaimana telah dikisahkan dalam QS. Al-A‟rāf/7:

27, yaitu sebagai berikut:

1Putri Malinda dan Ratna Suhartini, “Penerapan Patcwork dan Payet pada Busana Pesta Malam dengan Tema Vie Ancienne”, Fashion & Textile Design Unesa 1, (2020), h. 83.

(20)

هلَّ ً ى ًًتِٰ ىْ ىس ى يهىػ ًييًُا ى يهىس ى ًا ى يهىْػ ى يعًلىْ ىػ ً لَّ ىىْلْ ى ِّ ىْ ي ىْ ى ىػبى ىجى ىْخى ْۤ ى ى ي ٰطىْ لَّلا ي ي لَّ ىػ ًتىْ ىػ ىلَ ىـىدٰ ْۤىًْنى ٰػ ىفىْ يػ ً ىْؤيػ ىلَ ى ىْ ًذلَّ ًا ى ْۤ ى ًاىْكى ىىْيًْطٰ لَّلا ى ىْ ى ىج لَّ ً ىْ يهىػ ىْكى ىػ ىلَ يثىْ ىح ىْ ً هي ىْػ ً ىقىك ى ي ىْ ي ىٰ ىػ (

٢٧ )

Terjemahnya:

(27) Wahai keturunan Adam! Janganlah sampai kamu terperdaya oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah menyingkirkan ibu bapakmu dari surga, dengan melepaskan pakaian keduanya untuk menunjukkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya mampu melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak mampu melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah membuat setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.2

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Nabi Adam dan Istrinya telah terperdaya setan dengan melalaikan aturan yang telah ditetapkan kepadanya, sehingga Allah swt memberikan hukuman dengan mengeluarkan mereka dari surga, dan munculnya rasa malu sebab pakaian yang menutupi auratnya telah tersingkap, padahal sebelumnya selalu dalam keadaan tertutup, serta dia sendiri tidak dapat melihatnya. Dari ayat tersebut, dapat juga dipahami bahwa manusia telah mengenal istilah “busana” sebagai pakaian atau sesuatu yang dapat menutup aurat.

Sehingga dapat dipahami bahwa berbusana adalah menggunakan pakaian lengkap mulai dari kepala hingga ujung kaki.3

Pakaian lengkap yang dimaksud adalah jilbab/kerudung (bagi perempuan), baju, celana, dan lainnya. Adapun busana muslim/muslimah adalah corak/bentuk busana yang disesuaikan atas kaidah kehidupan pemeluk agama Islam, yaitu busana yang dapat menutup aurat penggunanya. Bagi kaum hawa, bagian tubuh yang wajib ditutup adalah seluruh anggota tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki, kecuali wajah dan telapak tangan. Sedangkan bagian tubuh kaum adam yang wajib ditutup, yaitu antara pusar hingga lutut. Busana

2Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Cet. XXIII; Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2018), h. 154.

3Tafsir Ibnu Katsir, “Tafsir Surat Al-A‟raf, Ayat 26”, Situs Resmi Tafsir Ibnu Katsir.

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-araf-ayat-24-25_13.html ( 31 Maret 2022).

(21)

muslim/muslimah juga merupakan perwujudan keyakinan terhadap Allah swt atas anjuran agama-Nya dalam tatacara berbusana. Tidak hanya itu, kepribadian seseorang juga dapat terpancar melalui cara pemilihan bentuk, maupun model atau gaya busana yang dikenakan.4

Gaya busana muslim/muslimah sedikit berbeda dengan tren busana global.

Busana global dapat berbentuk pakaian sopan maupun feminim, sedangkan bentuk busana muslim/muslimah sebagian besar berbentuk sederhana. Seiring perkembangan zaman, populasi muslim/muslimah di dunia juga semakin bertambah sehingga pasar untuk busana muslim/muslimah sangat luas.

Indonesia sebagai negara mayoritas muslim diharapkan dapat memberikan pengaruh mode busana tanpa meninggalkan nilai-nilai syariat Islam. Berdasarkan data The State of Global Islamic Economy Report 2020/2021, Indonesia berhasil meraih peringkat ke tiga sebagai negara pengembang mode busana muslimah terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki.5 Kemudian, pada tahun 2021 telah diselenggarakan peragaan busana “Muslimah Fashion Festival (MUFFEST)”. Dalam peragaan tersebut, para desainer tidak dilarang untuk menampilkan karya menariknya. Sehingga peragaan tersebut diharapkan mampu memberikan tren berbusana pada masyarakat.

Pengaruh tren berbusana juga mengalami perkembangan secara signifikan dan mudahnya proses penyebaran tren melalui teknologi jejaring sosial, seperti youtube, facebook, instagram, dan aplikasi lainnya. Diketahui bahwa saat ini, masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja sedang mengikuti sebuah tren berbusana dari bangsa Barat, baik dari segi baju, gamis maupun outfit lainnya.

4“Busana_Muslim”, Wikipedia Ensiklopedia Bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Busana_

Muslim (20 September 2021).

5Ghani Nurcahyadi, “Industri Fesyen Muslim Indonesia Punya Peluang Tembus Pasar Global”, Blog Ghani Nurcahyadi. https://mediaindonesia.com/hiburan/398073/industri-fesyen- muslim-indonesia-punya-peluang-tembus-pasar-global (27 September 2021).

(22)

Remaja generasi alpha menjadikan mode busana Korea sebagai rujukan dari gaya berbusana mereka. Sejak tahun 2021, mode busana Korea telah mendominasi gaya berpakaian remaja karena memiliki pesona tersendiri. Adapun model busana tersebut, yaitu kemeja sofie, kemeja syal, jeans, pakaian feminim, gamis dengan blezer dan beberapa bentuk lainnya.6

Tren berbusana tidak hanya merambah di daerah perkotaan saja, akan tetapi telah merambah pula keberbagai pelosok daerah. Salah satunya di daerah Takalar yang menjadi daerah lokasi yang diteliti oleh peneliti. Selain proses penyebaran tren yang sangat cepat, ternyata proses memperoleh busana melalui transaksi pasar online juga merupakan salah satu faktor pendukung tren tersebut.

Hal tersebut dapat berpengaruh pada masyarakat sebagai objek pemasaran menjadi kurang cermat dalam memilih busana yang sesuai kriteria busana muslim/muslimah, seperti dapat menutup aurat, tidak tipis (tembus pandang), tidak menyerupai lawan jenis dan tidak sempit. Masyarakat cenderung lebih memilih busana yang sedang tren, hanya memikirkan agar kelihatan tidak kuno, dan adanya rasa gengsi jika tidak mengikuti tren tersebut. Akibatnya, masyarakat menjadi keliru diantara tuntunan berpakaian dan tuntunan menutup aurat.7

Untuk mengatasi masalah tersebut, bidang pendidikan memiliki peranan yang sangat penting sebagaimana telah dirumuskan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyebutkan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan, dan membentuk, watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

6Alfira Nurul, “Fenomena Korean Wave, Menjadi Tren Fashion Ala Korea Remaja Indonesia”, Blog Alfira Nurul. https://www.hipwee.com/narasi/tren-fashion-ala-korea-remaja- indonesia/ (21 April 2022).

7Lihat Ansharullah, “Pakaian Muslimah dalam Perspektif Hadis dan Hukum Islam”, Diktum 17, No 1 (Juli 2019): h.76.

(23)

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.8

Dari rumusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan diharapkan dapat membentuk karakter individu yang bermartabat, meningkatkan potensi diri peserta didik menjadi manusia yang patuh dan taat menjalankan perintah agama, bermoral, memiliki akhlak mulia, kreatif, mandiri, peduli pada masyarakat, bangsa dan negara, berjiwa demokratis, serta memiliki rasa tanggung jawab.

Pembinaan karakter manusia yang bermartabat dan memiliki akhlak khususnya dalam hal penggunaan busana yang telah disebutkan pada UU RI No.

20 Tahun 2003. Hal tersebut juga didukungan oleh pemerintah Kabupaten Takalar dengan merumuskan aturan berbusana muslim/muslimah melalui Perda Kabupaten Takalar Nomor 2 Tahun 2006, tentang berpakaian muslim dan muslimah di Kabupaten Takalar, bab III pasal 5, menyebutkan bahwa:

Setiap karyawan/karyawati daerah, mahasiswa/mahasiswi perguruan tinggi, siswa SMA, SMK, Madrasah Aliah, pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang beragama Islam diwajibkan berpakaian muslim dan muslimah, sedangkan bagi masyarakat umum yang beragama Islam bersifat himbauan.9

Dari rumusan diatas, dapat disimpulkan bahwa berbusana muslim/muslimah diterapkan di wilayah kabupaten Takalar, seperti kantor-kantor pemerintah, BUMN dan Swasta, Sekolah Negeri dan Swasta, mulai dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), dan Perguruan Tinggi, serta menghimbau masyarakat setempat untuk tetap

8Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” dalam Visimedia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet. II; Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka, 2008), h.5.

9Pemerintah Kabupaten Takalar, Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 2 Tahun 2006, Bab III, pasal 5.

(24)

menggunakan pakaian muslim/muslimah meskipun mode busana cenderung berubah mengikuti perkembangan.

Penggunaan busana muslim/muslimah merupakan salah satu perwujudan manusia yang berakhlak mulia. Sehingga akhlak mulia harus dimiliki setiap individu, karena akhlak merupakan perilaku yang melekat pada diri seseorang yang secara impulsif dapat terwujud dalam tingkah laku atau perbuatan.

Pembinaan akhlak atau perilaku harus dilakukan oleh pendidik terutama dalam lingkungan sekolah kejuruan yang sering dikenal masyarakat luas sebagai sekolah dengan perilaku peserta didik yang bandel terutama dalam berbusana.10

Salah satu pembinaan akhlak yang dapat dilakukan adalah mengenalkan agama kepada peserta didik. Pendidik dapat memberikan pendekatan keagamaan kepada peserta didik melalui Pembelajaran Agama Islam. Salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang dapat membina perilaku berbusana peserta didik sesuai anjuran syariat Islam adalah materi bab II berbusana muslim dan muslimah merupakan cermin kepribadian dan keindahan diri.

Berdasarkan hasil observasi awal di lokasi penelitian pada tanggal 16 September 2021 di SMK Negeri 3 Takalar, dapat diketahui bahwa perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar sebagian telah memenuhi kriteria berbusana muslim/muslimah, seperti menutup aurat yang wajib ditutupi, dan seragam yang digunakan tidak tembus pandang. Adapun bentuk seragam sekolah yang digunakan bagi peserta didik perempuan adalah jilbab (penutup kepala), baju lengan panjang berwarna putih/batik/coklat/baju olahraga/baju praktikum dan rok panjang berwarna abu-abu/coklat (non-span). Sedangkan peserta didik laki-laki diharuskan menggunakan seragam sekolah, seperti baju

10Irma Garnesia, “Persoalan SMK: Stigma, Putus Sekolah, hingga Pengangguran”, tirto.id Online, 17 Juli 2018, https://tirto.id/persoalan-smk-stigma-putus-sekolah-hingga-perguruan-cPhn (27 September 2021).

(25)

lengan pendek/panjang berwarna putih/batik/coklat/baju olahraga dan celana panjang yang longgar.

Peneliti memilih SMK Negeri 3 Takalar sebagai lokasi penelitian, karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang memiliki peserta didik terbanyak di wilayah Kabupaten Takalar, yakni sebanyak 827 peserta didik. Sehingga kemugkinan terjadinya pelanggaran aturan berbusana yang telah ditetapkan sekolah memiliki presentase yang lebih besar dibandingkan sekolah sederajat lainnya. Tidak hanya itu, letak sekolah yang berada di area persawahan dan jauh dari pemukiman juga memiliki potensi bagi peserta didik melakukan pelanggaran.

Berdasarkan data yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait masalah tersebut, dengan judul penelitian “Korelasi antara Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah dengan Perilaku Berbusana Peserta Didik di SMK Negeri 3 Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian yang akan dibahas pada proposal ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah di SMK Negeri 3 Takalar?

2. Bagaimana perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar?

3. Apakah terdapat korelasi antara pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dengan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar?

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan sementara mengenai suatu masalah dan harus dibuktikan kebenaran datanya secara ilmiah. Hipotesis juga berfungsi untuk mengevaluasi suatu kebenaran dan teori, serta memperkuat

(26)

wawasan peneliti terhadap permasalahan yang sedang dipelajari dan diteliti.

Hipotesis harus dirumuskan terlebih dahulu sebelum melakukan pengumpulan data, agar hipotesis yang dibuat memiliki gambaran yang jelas terkait hubungan antar variabel dan memberikan petunjuk pelaksanaan uji hipotesis mengenai masalah yang sedang diteliti.

Dalam penelitian kuantitatif, pengajuan hipotesis sangat penting dilakukan oleh seorang peneliti agar memperoleh gambaran terkait kondisi populasi dari sampel penelitian yang dapat digunakan untuk menarik suatu kesimpulan.

Kesimpulan tersebut dapat berupa penolakan atau penerimaan yang diasumsikan dalam hipotesis. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah terdapat korelasi yang signifikan antara pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dengan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih (overlopping) dalam penulisan dan penyimpangan dalam menafsirkan variabel yang terdapat pada judul, maka penulis menegaskan bahwa definisi operasional variabel pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah (Variabel X) Pembelajaran merupakan kombinasi antara dua aksi, yakni mengejar dan belajar. Pembelajaran juga diartikan sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa komponen dasar yang saling berkaitan satu sama lain untuk menggapai tujuan yang diharapkan. Komponen-komponen tersebut, yaitu tujuan, isi/materi, metode, media dan evaluasi.11

11Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet.

XII; Jakarta: Prenadamedia Group, 2016) h. 59.

(27)

Pembelajaran materi yang akan diteliti pada penelitian ini adalah materi berbusana muslim/muslimah. Pelaksanaan proses pembelajaran juga tidak terlepas dari adanya faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme pembelajaran, baik internal maupun eksternal, dan adanya tindakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kualitas pembelajaranyang telah dilaksanakan. Sehingga pada variabel ini terdapat tiga perihal yang akan diteliti, yaitu aktivitas kelas, pemahaman materi berbusana muslim/muslimah, dan evaluasi. Adapun indikator pada masing-masing aspek, yaitu:

a. Indikator Aktivitas Kelas adalah proses pembelajaran dilakukan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif, tingkat partisipasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran, dan ketekunan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

b. Indikator pemahaman adalah memahami makna berbusana muslim/muslimah, menganalisis dan memahami dalil perintah berbusana muslim/muslimah, serta mengungkapkan hikmah bebusana muslim/muslimah.

c. Indikator aspek evaluasi adalah cara guru menilai hasil belajar peserta didik.

2. Perilaku Berbusana Peserta Didik (Variabel Y)

Dalam psikologi, perilaku setiap insan muncul setelah diberi rangsangan terhadapnya.12 Sedangkan perilaku dalam Islam disebut juga akhlak. Akhlak adalah perilaku yang jelas terlihat, baik dalam berargumen maupun tindakan yang termotivasi dari adanya sugesti karena Allah.13

12Adnan Achiruddin Saleh, Pengantar Psikologi (Makassar: Penerbit Aksara Timur, 2018), h. 138.

13Muhammad Arifin, Akhlak dan Etika (Jakarta Selatan: Unindra Press, 2020), h. 2.

(28)

Adapun perilaku berbusana adalah sikap atau tindakan yang dilakukan individu dalam berpakaian, sedangkan peserta didik adalah individu yang melakukan aktivitas belajar, sehingga memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian yang berakhlak, serta bagian struktural pelaksanaan pendidikan.

Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi berbusana muslim/muslimah merupakan cermin kepribadian dan keindahan diri juga bertujuan untuk membiasakan berbusana dan perilaku berbusana sesuai syariat Islam. Jadi, perilaku berbusana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah etika peserta didik dalam menggunakan pakaian. Adapun indikator perilaku berbusana peserta didik ada dua, yaitu: a.) Berbusana muslim/muslimah di sekolah, dan b.) Berbusana muslim/muslimah di luar sekolah.

Ruang lingkup penelitian bermanfaat untuk memberikan batasan dan cakupan penelitian, baik dari segi periode maupun jangkauan area sasaran penelitian.14 Adapun ruang lingkup penelitian dalam proposal skripsi ini hanya menggambarkan korelasi pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dan perilaku berbusana peserta didik.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah beberapa bahan pustaka yang telah dianalisis dan dapat dijadikan landasan teori sesuai dengan objek atau permasalahan yang diteliti. Oleh karena itu, peneliti mendeskripsikan beberapa literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

1. Sinta Dewi Lestari dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlakul Karimah Siswi di SMP Al-Imam Metro

14Muljono Damopolii, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi dan Laporan Penelitian, Edisi Revisi. Makassar: Alauddin Press. 2013, h.13.

(29)

Kibang Lampung Timur”. Hasil penelitian tersebut membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y yang dapat diketahui melalui hasil analisis angket diperoleh rhitung (0,44)> rtabel (0,432) pada taraf signifikan 5%.15

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Sinta Dewi Lestari dengan yang peneliti teliti adalah keduanya menerapkan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan datanya.

Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan, yaitu busana muslimah sebagai variabel X. Sedangkan variabel X pada penelitian yang peneliti teliti adalah kualitas pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah peserta didik.

2. Ahmad Nur Yasin dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku Berbusana Muslimah di SMK Makarya 1 Jakarta”. Hasil penelitian tersebut membuktikan adanya perilaku berbusana muslimah di SMK Makarya 1 Jakarta dilakukan berlandaskan kesadaran sendiri dan merasa malu jika auratnya terbuka. Hal ini diperoleh dari hasil angket, dan diperoleh data dari informan sebanyak hampir 90%

peserta didik pada sekolah tersebut menggunakan busana sesuai syariat Islam, serta hasil analisis angket diperoleh rhitung (0,489) > rtabel (0,294) yang berarti cukup atau sedang. Sedangkan koefisien determinan variabel X terhadap variabel y adalah sebesar 23,91%.16

15Sinta Dewi Lestari, “Pengaruh Berbusana Muslimah terhadap Akhlakul Karimah Siswi di SMP Al-Imam Metro Kibang Lampung Timur”, Skripsi (Metro Lampung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2018), h. 64.

16Ahmad Nur Yasin, “Pengaruh Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap Perilaku Berbusana Muslimah di SMK Makarya 1 Jakarta”, Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2019), h.81.

(30)

Persamaan penelitian yang dilakukan Ahmad Nur Yasin dengan yang akan peneliti teliti adalah keduanya menerapkan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dan fokus penelitian ini, yaitu terkait materi berbusana muslim.

Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti, yaitu variabel X pada penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nur Yasin adalah pembelajaran PAI dan perilaku berbusana muslimah sebagai variabel Y.

Sedangkan variabel X yang akan diteliti oleh peneliti adalah pembelajaran khusus mengenai materi berbusan muslim/muslimah dan variabel Y adalah perilaku berbusana peserta didik.

3. Mirza Diana Istivadah dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Etika Berbusana di Luar Sekolah Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Blawi Karangbinangun Lamongan”. Hasil penelitian tersebut membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat yang dapat diketahui melalui hasil nilai ujian akhir semester (UAS) peserta didik dan hasil analisis angket diperoleh thitung ≥ ttabel yaitu 7,3935 ≥ 2,07387 pada taraf signifikan 5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dan penelitian ini dinilai signifikan.17

Persamaan penelitian yang dilakukan Mirza Diana Istivadah dengan yang akan peneliti teliti adalah keduanya menerapkan jenis penelitian kuantitatif dan aspek variabel dependen (variabel bebas), yaitu perilaku berbusana.

17Mirza Diana Istivadah, “Pengaruh Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Etika Berbusana di Luar Sekolah Siswa-Siswi Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Blawi Karangbinangun Lamongan”, Skripsi (Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel, 2018), h.

124-125.

(31)

Perbedaan penelitian ini terletak pada aspek variabel independen, sasaran penelitian, dan lokasi penelitian. Variabel independen penelitian tersebut adalah pengaruh hasil pembelajaran Aqidah Akhlak, sedangkan variabel independen yang digunakan peneliti adalah pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah. Sasaran penelitian pada penelitian tersebut adalah peserta didik Madrasah Aliyah, sedangkan sasaran pada penelitian ini adalah peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang tentu memiliki perbedaan kondisi lingkungan yang mendukung pelaksanaan penggunaan busana muslim/muslimah. Lokasi penelitian tersebut adalah Madrasah Aliyah Bahrul Ulum Blawi Karangbinangun Lamongan, sedangkan lokasi yang penelitian teliti adalah di SMK Negeri 3 Takalar.

4. Yeni Malasari dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Materi Berbusana Muslimah terhadap Cara Berbusana Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Garuda Sakti Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampang Pekanbaru”. Hasil penelitian tersebut membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel X dan variabel Y dengan nilai korelasi sebesar 0,657> rtabel 0,232% pada taraf signifikan 5%.18 Tidak hanya itu, hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,432.

Persamaan penelitian yang dilakukan Yeni Malasari dengan yang peneliti teliti adalah keduanya menerapkan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasional dan fokus penelitian ini, yaitu terkait dan cara berbusana peserta didik.

Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti, yaitu variabel X pada penelitian yang dilakukan oleh Yeni Malasari adalah

18Yeni Malasari, “Pengaruh Pemahaman Materi Berbusana Muslimah terhadap Cara Berbusana Siswi di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Garuda Sakti Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru”, Skripsi (Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Syarif Kasim, 2018), h. 78.

(32)

pemahaman materi berbusana muslimah dan cara berbusana siswa sebagai variabel Y. Pemahaman yang dimaksud pada penelitian tersebut adalah ketika peserta didik mampu memberikan penjelasan terkait materi berbusana muslimah, sedangkan variabel X yang diteliti oleh peneliti adalah pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dan variabel Y adalah perilaku berbusana peserta didik. Adapun pembelajaran yang dimaksud pada penelitian yang peneliti teliti bukan semata-mata hanya menguasai materi saja, akan tetapi peserta didik mampu mendiskusikan dan mengamalkan perilaku berbusana yang sesuai dengan syariat, serta dapat dilakukan evaluasi belajar terkait materi tersebut.

5. Hardianti dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Etika Berbusana Muslimah Sekolah MTs DDI Taqwa Parepare”. Penelitian ini menerapkan jenis penelitian kuantitatif assosiatif karena bersifat menanyakan korelasi antar dua variabel atau lebih.

Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan, yaitu total sampling.

Hasil penelitian tersebut membuktikan adanya pengaruh antara variabel X dan variabel Y dari akumulasi nilai rapor peserta didik pada kategori tinggi sebanyak 12%, kategori sedang 41% dan kategori rendah 5%, serta hasil akumulasi angket pada kategori tinggi sebesar 11%, kategori sedang 44%

dan kategori rendah 3%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa korelasi antar komponen belajar berada pada kategori sedang. Selain itu, Hardianti juga menggunakan aplikasi SPSS versi 21. Adapun hasil penelitian menggunakan SPSS diperoleh data sebesar 0,953 yang menunjukkan kategori sangat kuat. Hal tersebut diperoleh dari variabel X sebesar 90,825 , dan sisanya sebesar 9,18% dipengaruhi oleh variabel Y.19

19Hardianti, “Pengaruh Hasil Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Etika Berbusana Muslimah Sekolah MTs DDI Taqwa Parepar”, Skripsi (Parepare: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Parepare, 2020), h. 73.

(33)

Persamaan penelitian yang dilakukan Hardianti dengan yang akan peneliti teliti adalah keduanya menggunakan jenis penelitian kuantitatif.

metode korelasional dan fokus penelitian ini, yaitu terkait materi berbusana muslimah.

Perbedaan penelitian ini terletak pada variabel yang diteliti yaitu variabel X pada penelitian yang dilakukan oleh Hardianti adalah hasil pembelajaran Aqidah Akhlak dan etika berbusana muslimah sebagai variabel Y. Pembelajaran yang diteliti oleh Hardianti adalah pembelajaran Aqidah Akhlak. Sedangkan variabel X yang diteliti oleh peneliti adalah pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah dan variabel Y adalah perilaku berbusana peserta didik. Adapun pembelajaran yang dimaksud pada penelitian yang peneliti teliti adalah pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah yang merupakan salah satu topik bahasan pelajaran PAI.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kualitas pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah di SMK Negeri 3 Takalar.

b. Untuk mengetahui perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar c. Untuk menganalisis korelasi antara pembelajaran materi berbusana

muslim/muslimah dengan perilaku berbusana peserta didik di SMK Negeri 3 Takalar.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat bermanfaat, baik secara ilmiah maupun praktis. Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

(34)

a. Kegunaan ilmiah. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu pendidikan umum dan Pendidikan Agama Islam (PAI) secara khusus, yaitu perilaku berbusana muslim/muslimah.

b. Kegunaan praktis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, peserta didik, dan peneliti.

1) Bagi sekolah. Diharapkan dapat memberikan informasi kepada pimpinan SMK Negeri 3 Takalar mengenai perilaku berbusana peserta didik di lingkungan sekolah.

2) Bagi peserta didik. Diharapkan dapat meningkatkan cakrawala berfikir mengenai pembelajaran materi berbusana muslim/muslimah, dan menumbuhkan kesadaran peserta didik dalam berbusana sesuai dengan syariat.

3) Bagi peneliti. Diharapkan dapat meningkatkan cakrawala peneliti dan hasil analisis penelitian dapat dijadikan pijakan untuk mengembangkan penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.

(35)

17 BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah

1. Pembelajaran

Pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai sebuah aksi yang melibatkan seorang pendidik dan peserta didik melalui pola interaksi maupun media pembelajaran. Hal itu disebabkan karena dalam proses pembelajaran terdapat elemen pemberi dan penerima yang saling berinteraksi, seperti pendidik dan peserta didik. Proses interaksi tersebut, diharapkan dapat menunjang pembelajaran yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menggapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.1

Pembelajaran dapat juga diartikan sebagai sebuah reaksi perubahan sikap sebagai akibat adanya reaksi antar komponen pembelajaran (peserta didik, pendidik, materi pembelajaran serta lingkungan), sehingga pendidik dan peserta didik mampu menciptakan suasana yang baik selama aktivitas pembelajaran.2

Dalam rana pendidikan, pembelajaran telah ditegaskan dalam perundang- undangan yang diberlakukan pada setiap instansi kependidikan. Rumusan undang- undang tersebut, yaitu Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 bab I pasal 1 ayat 20 tentang sistem pendidikan nasional, mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik (objek pendidikan) dengan pendidik sebagai tenaga pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (subyek pendidikan).3

1Regina Ade Darman, Belajar dan Pembelajaran (Padang: Guepedia, 2020), h. 16.

2Roberta Uron Hurit, dkk., Belajar dan Pembelajaran (Jawa Barat: Media Sains Indonesia, 2021), h. 8.

3Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,” dalam Visimedia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

(36)

Dari beberapa opini tentang definisi pembelajaran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran merupakan kombinasi antara keaktifan seseorang dalam mencari ilmu dengan orang yang mentransfer pengetahuan. Pembelajaran juga terorganisasi atas beberapa komponen dasar yang saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Komponen-komponen tersebut, yaitu: tujuan, isi/materi, metode, media dan evaluasi. 4

a. Tujuan Pembelajaran

Dalam merancang sebuah program pembelajaran, pendidik diharapkan mampu merumuskan tujuan pembelajaran dengan baik. Tujuan pembelajaran dibuat untuk mendeteksi kualitas aktivitas belajar peserta didik dalam mempelajari bahan ajar dan pemahaman peserta didik dalam mengasosiasikan materi yang dapat mempengaruhi pola pikirnya.

Ada beberapa alasan perlunya perumusan tujuan dalam merancang suatu program pembelajaran, yaitu:

1) Sebagai indikator untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan pendidik dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

2) Sebagai panduan aktivitas belajar peserta didik.

3) Dapat membantu pendidik dalam mendesain sistem pembelajaran dengan memilih materi pelajaran, program pembelajaran, instrumen, sumber belajar, dan alat yang digunakan untuk menilai.

4) Pendidik dapat mengontrol proses pembelajaran, dan menentukan batas- batas, serta kualitas pembelajaran sesuai kurikulum yang berlaku.5

Berdasarkan uraian di atas, tujuan pembelajaran dapat dipahami sebagai sebuah pedoman yang dapat berupa indikator pencapaian pendidik dalam proses

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Cet. II; Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka, 2008), h. 4.

4Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi II (Cet. VI; Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h.1.

5Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. XII;

Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 63.

(37)

pembelajaran yang dapat mengontrol dan menginterpretasikan kualitas pelaksanaan pembelajaran dari awal hingga akhir.

b. Isi/Materi Pembelajaran

Materi adalah bahan ajar yang diberikan pendidik kepada peserta didik ketika mengajar. Terdapat sejumlah permasalahan yang harus diperhatikan pendidik dalam menentukan bahan ajar, yaitu:

1) Sesuai dan dapat membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2) Dalam perencanaan pembelajaran, bahan ajar hanya berbentuk garis besar (pokok bahasan).

3) Selaras dengan urutan tujuan.

4) Bahan ajar disusun berdasarkan kategori tingkat kesulitan dalam memahami materi, dan

5) Sifat materi dapat berupa fakta maupun konseptual.6

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas materi pembelajaran yang disusun dalam bahan ajar merupakan hal paling utama yang harusdiperhatikan pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran, karena dapat menimbulkan dampak negatif terhadap peserta didik, seperti sulit memahami materi yang sedang dipelajari.

c. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah kaidah-kaidah untuk merealisasikan strategi pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata, sehingga tujuan yang telah ditetapkan secara optimal dapat tercapai.

Adapun metode pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik untuk menyalurkan ilmu kepada peserta didik, yaitu 1). Metode ceramah adalah cara pendidik dalam menyalurkan informasi atau ilmu pengetahuan melalui penuturan kata-kata secara lisan atau penjelasan langsung kepada peserta didik; 2). Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan pendidik untuk mengutarakan pelajaran melalui peragaan suatu proses, konteks atau entitas tertentu, baik

6Agus Pahrudin, Strategi Belajar Mengajar Pendidikn Agama Islam di Madrasah Pendekatan Teoritis dan Praktis (Bandarlampung: Pusaka Media, t.th.), h. 23.

(38)

sebenarnya atau hanya sekedar tiruan kepada peserta didik; 3). Metode diskusi adalah kaidah mengajar yang diterapkan melalui pemberian suatu masalah terkait materi yang sedang dipelajari dan dapat dipecahkan melalui proses tanya jawab dalam suatu kelompok belajar; 4). Metode simulasi merupakan salah satu bentuk metode mengajar dengan cara membuat situasi replikasi sebuah teori, prinsip, atau kompetensi tertentu; 5). Metode pemberian tugas dan resitasi adalah pendidik memberikan sebuah pekerjaan tanpa terikat tempat tertentu, sehingga peserta didik dapat mengingat materi yang telah dipelajari; dan 6). Metode team games tournament (TGT) adalah salah satu metode yang digunakan pendidik dalam proses belajar mengajar dengan cara bermain dan mengikutsertakan seluruh peserta didik yang bertindak sebagai tutor sebaya tanpa adanya perbandingan status.7

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dibutuhkan metode pembelajaran yang bervariatif dengan tetap menyesuaikan pada kondisi/keadaan peserta didik maupun lingkungan belajar, agar peserta didik dapat lebih aktif dalam aktivitas pembelajaran di kelas.

Adapun metode/strategi mengajar yang dominan digunakan pendidik, yaitu:

metode ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, penugasan & resitasi, dan metode bermain (TGT).

d. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat atau sarana yang digunakan pendidik sebagai saluran dalam menyampaikan informasi yang dapat meransang pemikiran, perasaan, dan progres peserta didik, serta dapat mendukung terjadinya proses pembelajaran.8

7Lihat Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h.

103-122.

8Sulaiman, Metodo logi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) (Kajian Teori dan Aplikasi Pembelajaran PAI) (Banda Aceh: Pena, 2017) , h.23.

(39)

Terdapat sejumlah model media pembelajaran yang dapat digunakan pendidik selama proses pembelajaran, yaitu: a). Berdasarkan sifatnya, media pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: media auditif (hanya berbentuk audio, seperti radio dan rekaman suara), media visual (hanya berbentuk gambar, seperti film slide, foto, dan sejenisnya), serta media audio visual (berbentuk unsur gambar dan suara seperti tv dan sebagainya); b). Berdasarkan kemampuan jangkuannya, media pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu: media dengan kualifikasi yang umum dan sinkron (contoh: radio dan televisi) dan media dengan kualifikasi yang khusus/terbatas oleh ruang dan waktu (contoh: video, dan sebagainya); dan c). Berdasarkan cara atau teknik penggunaannya, media pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: media yang diproyeksikan (contoh: power point dan sebagainya), dan media yang tidak diproyeksikan (foto, lukisan, gambar dan sebagainya).9

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa dalam proses pembelajaran, alat/sarana yang digunakan pendidik dalam menyampaikan materi tidak hanya berupa buku saja, akan tetapi ada beberapa macam sarana yang dapat digunakan, seperti radio, rekaman suara, foto, televisi, video dan sarana lainnya yang dapat menunjang proses penyaluran ilmu kepada peserta didik.

e. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah mekanisme penentuan interpretasi hasil belajar dan pembelajaran. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen penilaian, seperti ujian, observasi, tugas individual/kelompok, dan bentuk instrumen lainnya yang sesuai dengan karakter, penguasaan, dan kualitas progres peserta didik.10

9Lihat Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, h.

172-173.

10Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran, ed. Bunga Sari Fatmawati (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2019), h.18.

(40)

Ada beberapa aspek yang harus dinilai oleh pendidik selama proses pembelajaran, yaitu 1). Penilaian afektif dilakukan untuk mengetahui perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik. Adapun teknik penilaian sikap yang dapat diterapkan pendidik adalah teknik observasi dengan menggunakan instrumen observasi atau buku jurnal, dan teknik lainnya yang relevan, seperti penilaian diri dan penilaian antar teman; 2). Penilaian kognitif dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir untuk peserta didik dengan tahapan dasar ke tinggi seperti mengingat, menginterpretasi, mengimplementasi, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta). Adapun teknik penilaian ini adalah tes tertulis, tes lisan, penugasan, dan hasil yang diperoleh disampaikan dalam bentuk angka maupun deskripsi; dan 3). Penilaian psikomotorik dilakukan untuk menilai kinerja peserta didik dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan mengerjakan tugas tertentu yang disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi. Adapun teknik penilaian ini, yaitu penilaian praktik, produk, proyek dan portofolio.11

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa pelaksanaan proses pembelajaran terorganisir dari sejumlah komponen yang dirancang dan diaplikasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik dapat diketahui setelah melakukan evaluasi belajar sehingga diperoleh tingkat kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik, serta dapat mengetahui keberhasilan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Namun secara operasional, pelaksanaan proses pembelajaran tidak serta merta terlaksana dengan baik tanpa adanya faktor yang dapat menghambat keberhasilan suatu pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang dapat

11 Lihat Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran, ed. Bunga Sari Fatmawati, h. 14-15.

(41)

mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu a). Faktor internal adalah faktor yang timbul dalam diri setiap individu yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran.

Menurut Mawardi dan Sri Handayani, faktor internal terdiri atas dua, yaitu faktor kondisi fisik atau jasmani individu (faktor biologis), dan faktor mental individu (faktor psikologis), seperti inteligensi (tingkat pemahaman), minat belajar, motivasi dalam belajar, bakat, day

Gambar

Gambar 4.1: Hasil Analisis Pembelajaran Materi Berbusana Muslim/Muslimah ..   55  Gambar 4.2: Hasil Analisis Perilaku Berbusana Peserta Didik .............................
Tabel 3.1  Populasi Penelitian
Tabel 3.2  Sampel Penelitian
Tabel 3.3  Alternatif Jawaban
+4

Referensi

Dokumen terkait

kelayakan alat pengumpulan data angket penelitian. Ada dua angket yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu angket gaya mengajar guru dan sikap peserta didik. Angket sebagai

Pada bagian ini diuraikan dan dijelaskan mengenai objek penelitian dalam hal ini adalah peserta didik kelas XI SMAN 1 Terbanggi Besar. Sebelum dilakukannya

Berdasarkan data penyebaran angket, hasil wawancara pra penelitian, observasi lapangan terhadap pendidik dan peserta didik di tiga sekolah maka

Mengingat alat ukur yang digunakan adalah angket, maka peneliti membagikan angket kepada seluruh responden untuk memperoleh data mengenai Tingkat Kepatuhan Peserta Didik

ANGKET PENELITIAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG MAPEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang berisikan pernyataan tertulis, angket tersebut disebarkan kepada siswa yang ditetapkan sebagai

Hasil Analisis Data Angket Instrumen Penelitian Hasil Peserta didik yang belajar dirumah 100% Peserta didik yang menyukai belajar di rumah 75% Peserta didik yang menyempatkan

Kategori ini sesuai dengan analisis yang telah dilakukan melalui pembagian angket yang mana ada beberapa peserta didik yang bisa mengetahui emosinya sendiri, namun ada sebagian peserta