BERITA ACARA
Konsultasi Publik 2
Penyepakatan Alternatif Perbaikan dan Rekomendasi Perbaikan Kebijakan, Rencana, dan Program (KRP)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2023-2043 Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara
Nomor :………..
Pada hari Jumat, tanggal Lima Belas bulan September tahun Dua Ribu Dua Puluh Tiga, bertempat di ruang aula dinas Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Perhubungan (PUTRHUB), telah dilaksanakan Konsultasi Publik Ke-2 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2023-2043 Kabupaten Pakpak Bharat. Konsultasi Publik ini dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat, perwakilan asosiasi, dan perwakilan masyarakat sebagaimana terlampir dalam daftar hadir pelaksanaan kegiatan.
Hal-hal yang menjadi bahan diskusi dalam Konsultasi Publik Ke-2 ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta Konsultasi Publik sepakat untuk mendukung upaya penyelesaian penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2023-2043 Kabupaten Pakpak Bharat.
2. Beberapa poin yang menjadi catatan untuk perbaikan muatan KLHS antara lain : a. Perlu memperhatikan hasil analisis KRP dengan 6 muatan KLHS dalam
menentukan alternatif rekomendasi perbaikan KLHS.
b. Sudah ada data LSD terverifikasi hasil penyepakatan yang dapat digunakan untuk perbaikan KLHS Revisi RTRW Kabupaten Pakpak Bharat.
3. Masukan tertulis dapat disampaikan setelah acara konsultasi publik Ke-2 ini selesai
dilaksanakan.
Tabel 1. Alternatif Penyempurnaan dan Rekomendasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Struktur Ruang dan Pola Ruang
No. Bentuk
KRP Jenis
Program KRP Lokasi
KRP Isu
Prioritas Potensi
Dampak KRP Rumusan Alternatif
Penyempurnaan KRP Rekomendasi
Perbaikan KRP 1. Pembangunan Jalan Kolektor Primer :
Sibongkaras – Batas Tapanuli Tengah
Salak - Tele
Simpang
Sukaramai – Salak – Ulu Merah – Batas Kabupaten Humbahas Kolektor Sekunder :
Pagindar – Lae Mbentar – Sibongkaras Jalan Lokal :
Salak - Kuta Liang – Pegga
1. Kabupaten
Pakpak Bharat 1. Alih fungsi lahan 2. Aktifitas pertambangan
di Kawasan Hutan dan Sungai
3. Kawasan rawan bencana
4. Terjadinya kerusakan lahan utamanya pada kawasan hutan 5. Pengelolaan sampah
belum terpadu dan optimal
6. Rendahnya akses sanitasi dan
penanganan limbah cair
Peningkatan kebisingan serta
penurunan kualitas udara
terutama konsentrasi SO2, CO, NO2 dan TSP akibat peningkatan bangkitan kendaraan
Potensi peningkatan emisi
kendaraan, partikel debu dan
kebisingan
Meningkatnya air limpasan hujan karena menjadi lahan terbuka
Melintasi Kawasan Hutan yang berdampak dapat menurunkan biodiversitas alami
Melintasi kawasan home range habitat satwa Orang Utan yang berdampak terhadap aktivitas dari jalur satwa
Melintasi kawasan konservasi hutan kemenyan yang berdampak dapat menurunkan biodiversitas alami
Membuat rambu dan Informasi jalan terkait adanya perlintasan satwa di beberapa titik jalan
Manajemen transportasi melalui pengaturan kecepatan dan menghindari kemacetan serta pemantauan kualitas udara dan kebisingan
Pengembangan jalur hijau di sepanjang jaringan jalan sebagai sempadan untuk serapan karbon, purifikasi udara dan peredam kebisingan
Peningkatan kerapatan vegetasi pada kawasan RTH untuk meningkatkan resapan karbon dan
perlindungan keanekaragaman hayati
Pembangunan sistem drainase yang terintegrasi antara saluran drainase dengan kolam retensi dan embung untuk menampung limpasan air
Jalur jalan diusahakan untuk tidak melewati saluran irigasi
RTH sempada jalan dengan
tanaman penyerap polutan dan peredam kebisingan di sepanjang sempadan jalan
Melakukan kajian lebih lanjut dangan perizinan dokumen seperti AMDAL dan sejenisnya secara terperinci pada suatu rencana kegiatan jalan dan sebelum pelaksanan harus sudah mendapat izin dari KLHK terkait lahan Kawasan Hutan yang masuk rencana pembangunan jalan
Tidak mendirikan bangunan pada pinggir jalan yang melewati Kawasan Hutan dan Hutan Konservasi
Membuat rambu-rambu dan papan Informasi di beberapa titik lokasi jalan dari perlintasan satwa dan memberikan peringatan di beberapa titik jalan yang terlintasi satwa agar kecepatan dari alat transportasi bisa di perlambat atau di kurangi
Membuat jalur satwa di beberapa titik dengan model jembatan canopy atau fly over khusus perlintasan satwa karena Melintasi Kawasan home range satwa orang utan
No. Bentuk
KRP Jenis
Program KRP Lokasi
KRP Isu
Prioritas Potensi
Dampak KRP Rumusan Alternatif
Penyempurnaan KRP Rekomendasi
Perbaikan KRP
2. Listrik Pengembangan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT);
Pengembangan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR);
Seluruh Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat
1. Alih fungsi lahan 2. Aktifitas
pertambangan di Kawasan Hutan dan Sungai
3. Kawasan rawan bencana
4. Terjadinya kerusakan lahan utamanya pada kawasan hutan 5. Pengelolaan sampah
belum terpadu dan optimal
Melintasi kawasan home range habitat satwa Orang Utan yang berdampak terhadap aktivitas dari jalur satwa
Melintasi Kawasan Konservasi Hutan Lindung yang berdampak dapat menurunkan biodiversitas alami
Melintasi Kawasan
Pemberian pagar pembatas pada area bangunan SUTT, SUTR agar satwa tidak dapat masuk ke lokasi yang membahayakan satwa itu sendiri
Sebisa mungkin agar menara SUTT dan SUTR tidak berdekatan dengan pepohonan yang tinggi agar satwa khususnya Orang Utan tidak bisa melintasi atau masuk kawasan listrik bertegangan tinggi
Apabila jalur SUTT dan SUTR masih bisa dipindah, jalurnya sebisa mungkin di keluarkan saja dari Kawasan Konservasi Siranggas seperti contonya sebagai berikut :
KRP Program KRP KRP Prioritas Dampak KRP Penyempurnaan KRP Perbaikan KRP 6. Rendahnya akses
sanitasi dan
penanganan limbah cair
Konservasi Suaka Marga Satwa Siranggas yang berdampak
terganggunya aktivitas satwa terutama Orang Utan karena jenis Orang Utan yang ada di Suaka Marga Satwa Siranggas pada umumnya tidak turun ke lantai hutan tetapi aktifitasnya berada di atas pepohonan, yang memiliki resiko bahaya aktivitas Orang Utan dengan adanya jalur listrik bertegangan tinggi
3 Persampahan Pembangunan TPA
(Sanitary Landfill) Kecamatan Siempat Rube, Desa Siempat Rube IV
1. Alih fungsi lahan 2. Aktifitas
pertambangan di Kawasan Hutan dan Sungai
3. Kawasan rawan bencana
4. Terjadinya kerusakan lahan utamanya pada kawasan hutan 5. Pengelolaan sampah
belum terpadu dan
Peningkatan polusi udara
akibat residu yang mudah
terbawa angin
Pencemaran air tanah di sekitar TPA
Penurunan kesuburan tanah di sekitar area landfill
Munculnya banyak lalat yang akan mengganggu di kawasan permukiman penduduk
Pengelolaan TPA dengan memperhatikan kaidah sanitary landfill dan pengelolaan TPS 3R sesuai dengan Standar dan Regulasi
Penanaman tanaman penyerap bau di dekat area landfill dan sekitar TPS 3R
Pengolahan gas metan yang dihasilkan dari landfill
Pengelolaan TPA dengan memperhatikan kaidah sanitary landfill dengan baik yang disertai peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan;
Pengembangan buffer, yakni vegetasi tegakan tinggi;
Perumusan kebijakan terpadu untuk penyediaan
Pengelolaan TPA dengan memperhatikan kaidah sanitary landfill dan pengelolaan TPS 3R sesuai dengan Standar dan Regulasi
Penanaman tanaman penyerap bau di dekat area landfill dan sekitar TPS 3R
Pengelolaan TPA dengan memperhatikan kaidah sanitary landfill dengan baik yang disertai peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan;
Perumusan kebijakan terpadu untuk penyediaan TPS 3R, Bank Sampah juga TPA/ TPST yang sesuai standar dan regulasi
Mengalokasikan ruang kawasan terdampak Sistem Persampahan(TPA) untuk kawasan ruang
No. Bentuk
KRP Jenis
Program KRP Lokasi
KRP Isu
Prioritas Potensi
Dampak KRP Rumusan Alternatif
Penyempurnaan KRP Rekomendasi
Perbaikan KRP optimal
6. Rendahnya akses sanitasi dan
penanganan limbah cair
Meningkatnya bau sampah di kawasan permukiman
Peningkatan timbunan sampah di TPA akan meningkatkan resiko terjadinya bencana banjir karena sistem drainase yang tidak berjalan secara optimal
Peningkataan pencemaran air permukaan akibat dari adanya timbunan sampah
Air tanah dangkal (air bersih) di sekitar lokasi TPA akan tercemar dan tidak dapat
dimanfaatkan
Peningkatan
pencemaran udara (bau sampah) akibat dari adanya timbunan sampah
TPS 3R, Bank Sampah juga TPA/ TPST yang sesuai standar dan regulasi
Menetapkan radius minimal dari lokasi TPA untuk pembangunan kawasan permukiman
Optimalisasi sistem drainase
Melakukan pengolahan sampah secara benar agar tidak menimbulkan pencemaran
Tidak melakukan pengambilan air dalam tanah di sekitar kawasan TPA, mengupayakan peningkatan fungsi resapan air
Pengaturan/penerapan sistem drainase sesuai limpasan air
Pengendalian sistem air secara regional
Rencana sistem persampahan (TPA) diupayakan dilengkapi dengan studi kelayakan, analisis detail dan dokumen lingkungan
Pengembangan kawasan rencana sistem persampahan (TPA) yang direncanakan sebagai kawasan budidaya harus disesuaikan dengan syarat ketentuan teknis dan memperhatikan aspek keseimbangan lingkungan
Peningkatan ruang terbuka hijau di Sistem
persampahan (TPA) dengan tanaman tegakan tinggi atau tanaman tegakan sedang atau dengan jenis tanaman yang dapat menyerap CO2 dan dapat meningkatkan Keanekaraman Hayati
Rekayasa teknis rencana Sistem Persampahan(TPA)
Peningkatan fungsi-fungsi lindung di Sistem Persampahan (TPA)
terbuka hijau yang berfungsi sebagai area resapan
Pengembangan Sistem Persampahan (TPA) dilengkapi dengan studi kelayakan, analisis detail dan dokumen lingkungan
Pembangunan dan pengembangan jaringan drainase secara terpadu dan terintegrasi dengan pengembangan Sistem Persampahan (TPA)
Pengembangan Sistem Persampahan (TPA) sebagai kawasan terbangun harus mengacu ketentuan pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang serta syarat ketentuan teknis lainnya dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan
Produksi sampah rumah tangga dan industri harus diminimalkan dengan diolah di hulu
Perluasan lokasi TPA
Pengurangan sampah dari hulu (3R)
Memaksimalkan bank sampah yang ada di Kabupaten Pakpak Bharat sehingga volume sampah yang diangkut ke TPA menjadi lebih sedikit
Perubahan pengelolaan dari business oriented menjadi social oriented (kumpul-olah-angkut- buang)
Meningkatkan TPS dan TPST sehingga pembuangan di TPA hanya residu saja
Intervensi kelompok wanita untuk memilah sampah di bagian hulu (PKK)
4 Perwujudan Kawasan Pertanian
Pembangunan dan Pengembangan Food Estate
Kecamatan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan STTU Julu dan
Kecamatan Salak.
1. Alih fungsi lahan 2. Aktifitas
pertambangan di Kawasan Hutan dan Sungai
3. Kawasan rawan bencana
4. Terjadinya kerusakan lahan utamanya pada kawasan hutan 5. Pengelolaan sampah
Terjadi hilangnya dan berkurangnya biodiversitas alami
Terganggunya habitat satwa endemik
Adanya perubahan fungsi lahan yang terjadi pembukaan canopy di hutan menjadi lahan terbuka yang
menyebabkan run off atau air larian menjadi
Pengaturan pola tanam pada budidaya tanaman
Pengelolaan tanah berwawasan konservasi tanah dan air
Pengembangan integrated farming
Pembangunan unit pengolah Limbah
Kegiatan pengendalian terpadu
Pengaturan pola tanam pada setiap blok penananaman
Tidak melakukan kegiatan pembakaran pada
Pengelolaan intergrated farming untuk mendukung pengelolaan tanah berwawasan konservasi tanah dan air;
Pembangunan embung untuk kegiatan pengairan tanaman;
Pembangunan unit pengolahan limbah untuk mencegah pencemeran badan air akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida
Pembuatan penyusunan dokumen perizinan
KRP Program KRP KRP Prioritas Dampak KRP Penyempurnaan KRP Perbaikan KRP belum terpadu dan
optimal
6. Rendahnya akses sanitasi dan
penanganan limbah cair
tinggi
Berkurangnya area resapan air tanah
Terkontaminasinya tanah terhadap pupuk kimia yang
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah
Menjadi tempat dimana satwa endemik tertuju ke lokasi tanaman pangan yang menjadi lokasi satwa untuk mengambil hasil tanaman dan mengakibatkan timbulnya konflik masyarakt dan satwa
kegiatan penyiapan lahan;
Pembuatan SOP penggunaan bahan pestisida dalam pemberantasan hama tanaman, dengan batas minimal 10 meter dari badan air dan lahan basah;
Pemberian air sesuai fase pertumbuhan tanaman dan kebutuhan air tanaman
Pembangunan embung untuk menjadi cadanga air permukaan yang digunakan untuk kegiatan pengairan tanaman
Pembangunan area buffer zone untuk lahan dengan vegetasi
Pembangunan sistem drainase dalam area pertanian
Pelarangan untuk menembak satwa liar dalam pemberantasan gangguan dari satwa endemik
Pemilihan jenis vegetasi untuk lahan yang miskin hara dan agar tanaman dengan mudah beradaptasi
Perlunya adanya organisasi atau Lembaga yang memastikan hasil tani dapat terdistribusi dengan baik
Membuat kajian tersendiri dan khusus terhadap satwa endemik sekitaran lokasi tanaman pangan
Pengelolaan limbah B3 baik dikelola sendiri maupun kerjasama dengan pihak ketiga;
lingkungan yang sudah dapat persetujuan lingkungan dari kewenangan penilaian sesuai peraturan yang berlaku
Membuat buffer zone untuk area dengan jenis vegetasi spesies kunci dan area yang berbatasan dengan habitat satwa liar endemik yang menjadi spesies kunci
Pengembangan integrated farming dan
pengendalian terpadu (integrated pest control) untuk pengelolaan berwawasan konservasi tanah dan air;
Pembangunan unit pengelolaan limbah kimia dan padatan yang dihasilkan dari kegiatan pembangunan dan pengembangan food estate
Pembangunan kolam endapan untuk menghidari pencemaran air akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida menuju ke perairan umum
5 Perwujudan Kawasan Pemukiman
1. Permukiman Perkotaan 2. Pemukiman
Pedesaan
Kabupaten
Pakpak Bharat 1. Alih fungsi lahan 2. Aktifitas
pertambangan di Kawasan Hutan dan Sungai
3. Kawasan rawan bencana
4. Terjadinya kerusakan lahan utamanya pada kawasan hutan 5. Pengelolaan sampah
belum terpadu dan optimal
6. Rendahnya akses
Peningkatan populasi dan
permukiman meningkatkan timbulan sampah
Pembukaan lahan untuk kebijakan kawasan permukiman merubah tutupan lahan yang berfungsi sebagai area resapan berpengaruh terhadap penurunan kuantitas air dan peningkatan limpasan
Pengelolaan sampah melalui TPS 3R dan
pengurangan pada sumbernya dan dapat dilakukan pengintegrasian
Peningkatan layanan sampah dari sumber serta penyediaan fasilitas penanganan sampah seperti TPS, TPST dan TPS 3R
Penyediaan IPAL individual dengan teknologi biofilter baik aerob maupun anaerob atau lumpur aktif pada masing-masing rumah dengan kebutuhan lahan sekitar 0,16 m2 per rumah yang secara reguler di buang ke IPLT
Penyediaan jaringan air bersih perpipaan yang bersumber dari air permukaan yang dapat
Pengelolaan sampah melalui TPS 3R serta pengurangan pada sumbernya dan dilakukan pengintegrasian pengomposan di
lingkungan warga
Setiap pengembang perumahan (developer) harus mengantongi ijin lingkungan (UKL UPL/ AMDAL) dengan syarat/ kewajiban sebagai berikut :
o menyediakan prasarana sanitasi berupa IPAL Komunal dan TPST.
o Mewajibkan adanya RTH privat di setiap rumah dan RTH publik dalam perumahan dengan jenis vegetasi yang tidak hanya
No. Bentuk
KRP Jenis
Program KRP Lokasi
KRP Isu
Prioritas Potensi
Dampak KRP Rumusan Alternatif
Penyempurnaan KRP Rekomendasi
Perbaikan KRP sanitasi dan
penanganan limbah cair
air yang berpotensi menimbulkan banjir
Pembukaan lahan untuk kebijakan kawasan permukiman akan merubah tutupan lahan yang berkonstribusi terhadap pencemaran udara dan perubahan iklim
Meningkatnya produksi sampah dan air limbah domestik
Kebijakan kawasan permukiman dalam waktu yang lama akan berkontribusi terhadap adanya degradasi lahan akibat kegiatan
budidaya dan
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan masyarakat
memenuhi seluruh pemukiman
Pemanfaatan secara optimal mata air dan air permukaan yang ditangkap untuk pemenuhan kebutuhan air domestik
Setiap pengembang perumahan (developer) harus mengantongi ijin lingkungan (UKL UPL/ AMDAL) dengan harus syarat/ kewajiban sebagai berikut:
o Menyediakan prasarana sanitasi berupa IPAL Komunal dan TPST.
o Mewajibkan adanya RTH privat di setiap rumah dan RTH publik dalam perumahan dengan jenis vegetasi yang tidak hanya sebagai fungsi estetika namun juga peneduh dan konservasi air tanah;
sebagai fungsi estetika namun juga peneduh dan konservasi air tanah;
o Penyediaan IPAL individual dengan teknologi biofilter baik aerob maupun anaerob atau lumpur aktif pada masing-masing rumah dengan kebutuhan lahan sekitar 0,16 m2 per rumah yang secara reguler di buang ke IPLT o Upaya konservasi air tanah berupa biopori di
setiap rumah dan sumur resapan di beberapa titik perumahan.
o Penyediaan saluran drainase dengan konsep pengawetan air (sustainable drainage).
Pembuatan artificial catchment berupa kolam retensi, sumur resapan dan biopori
Peningkatan RTH publik maupun privat melalui KDB, KLB, dan KDH pada areal perumahan
Demikian Berita Acara Konsultasi Publik 2 ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Lampiran daftar hadir peserta, notulensi kegiatan, dan dokumentasi kegiatan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Berita Acara ini. Seluruh pihak yang menandatangani berita acara ini akan bekerjasama dan menindaklanjuti kesepakatan ini berdasarkan tanggungjawab dan kewenangan masing-masing.
Dibuat di Kabupaten Pakpak Bharat Pada Hari Jumat, Tanggal : 15 - 09 - 2023
Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Lingkungan Hidup
(……….) NIP………..
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang dan Perhubungan
(……….) NIP………..
Tembusan disampaikan kepada Yth, :
Bupati Kabupaten Pakpak Bharat, (Sebagai Laporan)