• Tidak ada hasil yang ditemukan

K a t a p e n g a n t a r

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "K a t a p e n g a n t a r"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

K a t a p e n g a n t a r

Permukiman kumuh menurut definisinya adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat, sedangkan perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian (UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).

Pada saat ini kawasan permukiman yang teridentifikasi sebagai kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga terdapat sebanyak 63 lokasi yang terbagi atas Lokasi Pencegahan Tumbuh dan Berkembangnya Permukiman Kumuh sebanyak 54 kawasan dengan luas 231,82 Ha Hal tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Salatiga No. 658/440/2016 tentang Lokasi Penetapan Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Salatiga. Di dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh maka perlu adanya dokumen perencanaan sebagai acuan pemerintah kota dalam rangka penyusunan strategi dan rencana penanganan permukiman kumuh di Kota Salatiga.

Dan laporan akhir ini merupakan tahap akhir dari keseluruhan rangkaian penyusunan dokumen perencanaan tersebut. Laporan akhir ini berisi tentang pemahaman, kajian kebijakan pembangunan, profil permukiman kumuh, identifikasi kekumuhan dan kebutuhan penanganan serta konsep strategi.

Terima kasih atas bantuan dan masukannya sehingga laporan akhir ini dapat tersusun dengan baik

Salatiga, November 2018

Tim penyusun

(2)

D a f t a r I s i

Kata pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Gambar ... v

BAB 1 PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Maksud Dan Tujuan ... 6

1.2.1 Maksud Kegiatan ... 6

1.2.2 Tujuan Kegiatan ... 6

1.3 Sasaran Kegiatan ... 7

1.4 Dasar Hukum ... 7

1.5 Lingkup Kegiatan ... 7

1.6 Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... 8

1.7 Metode Yang Digunakan dalam Pelaksanaan Kegiatan ... 8

1.7.1 Persiapan. ... 9

1.7.2 Survey dan Verifikasi ... 11

1.7.3 Kajian dan Perumusan ... 22

BAB 2 PEMAHAMAN PENANGANAN KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH PERKOTAAN . 27 2.1 Pemahaman Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Berdasakan kebijakan/peraturan ... 27

2.1.1 Amanat Undang-Undang No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman ... 27

2.1.2 Amanat Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah ... 29

2.1.3 Pemahaman Berdasarkan Permen PU dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018 ...32

2.2 Pemahaman Berdasarkan Pedoman Penyusunan RP2KPKP ...35

2.2.1 Pemahaman Dasar RP2KPKP ...35

2.2.2 Muatan Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Dalam Konteks RP2KPKP ...36

2.2.3 Kedudukan RP2KPKP Dalam Kerangka Pembangunan Kabupaten / Kota ...37

2.2.4 Pendekatan RP2KPKP Dalam Skema Program Penanganan Permukiman Kumuh ...40

BAB 3 KAJIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN PERKOTAAN ... 41

3.1 Gambaran Permukiman Kumuh Kota Salatiga ...41

3.2 Isu Strategis Pembangunan perumahan dan Kawasan Permukiman Perkotaan ...46

3.2.1 Isu Strategis Pembangunan Permukiman Nasional ...46

3.2.2 Isu Strategis Pembangunan Permukiman Daerah ...48

3.3 Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Kawasan Permukiman Perkotaan ...49

3.3.1 Rencana Pembangunan ...49

3.3.2 Rencana Tata Ruang ...65

3.4 Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh ...68

BAB 4 PROFIL PERMUKIMAN KUMUH KOTA SALATIGA ... 70

4.1 profil lokasi peningkatan permukiman kumuh ...70

4.1.1 kalicacing 1 ...71

4.1.2 kalicacing 2 ...74

4.1.3 kutowinangun kidul 1 ...77

4.1.4 kutowinangun lor 1 ...80

4.1.5 kutowinangun lor 2 ...83

4.1.6 salatiga 1 ...86

4.1.7 salatiga 2 ...89

(3)

4.1.8 salatiga 3 ... 92

4.1.9 salatiga 4 ... 95

4.2 Profil Lokasi Pencegahan Tumbuh dan berkembangnya Permukiman Kumuh ... 98

BAB 5 IDENTIFIKASI KEKUMUHAN DAN KEBUTUHAN PENANGANAN ... 100

5.1 Identifikasi Kekumuhan Dan Kebutuhan Penanganan Lokasi Peningkatan Permukiman Kumuh ... 100

5.1.1 kalicacing 1 ... 101

5.1.2 kalicacing 2 ... 103

5.1.3 kutowinangun kidul 1 ... 106

5.1.4 kutowinangun lor 1 ... 109

5.1.5 kutowinangun lor 2 ... 112

5.1.6 salatiga 1 ... 114

5.1.7 salatiga 2 ... 117

5.1.8 salatiga 3 ... 121

5.1.9 salatiga 4 ... 123

5.2 Identifikasi Kekumuhan Dan Kebutuhan Penanganan Lokasi Pencegahan Tumbuh Dan Berkembangnya Permukiman Kumuh ... 127

BAB 6 KONSEP DAN STRATEGI PENANGANAN ... 130

6.1 KONSEP DAN STRATEGI PENANGANAN LOKASI KUMUH PENINGKATAN ... 130

6.1.1 kawasan salatiga 1 ... 131

6.1.2 kawasan kutowinangun lor 1 ... 135

6.1.3 kawasan kutowinangun lor 2 ... 139

6.2 KONSEP DAN STRATEGI PENANGANAN LOKASI KUMUH PENCEGAHAN ... 143

(4)

D a f t a r Ta b e l

Tabel 1-1 Kebutuhan Data ... 9

Tabel 1-2 Rencana Kerja dan Metodologi Pekerjaan ... 9

Tabel 1-3 Indikator dan Penilaian Lokasi Kumuh ... 13

Tabel 1-4 Formulasi Penentuan Skala Prioritas Penanganan ... 18

Tabel 2-1 Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Permukiman Kumuh Sesuai UU No 1 Tahun 2011 ... 27

Tabel 2-2 Kriteria Permukiman Kumuh... 32

Tabel 2-3 Penanganan Fisik Infrastruktur menurut Pola Penanganan Permukiman Kumuh ... 34

Tabel 2-4 Muatan Pencegahan Terjadinya Permukiman Kumuh ... 36

Tabel 2-5 Muatan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh ... 37

Tabel 3-1 Lokasi Pencegahan Tumbuh dan Berkembangnya Permukiman Kumuh ... 42

Tabel 3-2 Lokasi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh ... 45

Tabel 3-3 Visi dan Misi RPJP Kota Salatiga ... 52

Tabel 3-4 Sasaran Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Kedungsepur Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018 ... 57

Tabel 3-5 Sasaran Angka Kemiskinan Wilayah Kedungsepur Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018 ... 57

Tabel 3-6 Sasaran TPT Wilayah Kedungsepur Per Kabupaten/Kota Tahun 2017-2018 ... 57

Tabel 3-7 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kedungsepur ... 58

Tabel 3-8 Strategi Pada RPJMD Kota Salatiga ... 61

Tabel 3-9 Arah Kebijakan Pada RPJMD Kota Salatiga... 62

Tabel 3-10 Program Perwujudan Kawasan Permukiman RTRW Prov. Jateng ... 67

(5)

D a f t a r G a m b a r

Gambar 2-1 Skema Kedudukan RP2KPKP dalam Kerangka Perencanaan Pembangunan ... 39

Gambar 2-2 Keterkaitan RP2KPKP dengan Program-program Penanganan Permukiman Kumuh Lainnya ... 40

Gambar 3-1 Persentase Permukiman Kumuh Salatiga Berdasarkan Tingkat Kekumuhan ... 41

Gambar 3-2 Jumlah Permukiman Kumuh Salatiga Berdasarkan Luas ... 41

(6)

B A B 1

P E N D A H U L U A N

Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, dasar hukum serta lingkup

kegiatan

1 . 1 L A T A R B E L A K A N G

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengamanahkan bahwa Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak, terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam mewujudkan fungsi permukiman, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap permukiman kumuh dilakukan guna meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni serta menjaga dan meningkatkan kualitas dan fungsi perumahan dan permukiman berdasarkan pada kepastian bermukim dan menjamin hak bermukim menurut ketentuan peraturan dan perundang-undangan. Undang-undang No.1 Tahun 2011 juga menjelaskan bahwa perumahan kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Dalam rangka tahapan penangan kawasan kumuh, UU No.1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman mengamanatkan pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan memiliki tugas: (i) menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman (RP3KP), (ii) menyusun rencana kawasan permukiman (RKP) sebagai pelaksanaan tahapan perencanaan dalam penyelenggaraan permukiman, dan (iii) menetapkan kawasan perumahan/permukiman kumuh berdasarkan indikator dan kriteria sesuai karakteristik di wilayah masing masing.

Pada saat ini kawasan permukiman yang teridentifikasi sebagai kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga terdapat sebanyak 63 lokasi yang terbagi atas Lokasi Pencegahan Tumbuh dan

Berkembangnya Permukiman Kumuh sebanyak 54 kawasan dengan luas 231,82 Ha dan Lokasi Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Sebanyak 9 kawasan dengan luas 19,20 Ha sehingga total kawasan kumuh di Kota Salatiga sebesar 251,02 Ha. Hal tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Salatiga No. 658/440/2016 tentang Lokasi Penetapan Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Salatiga. Luasan dan lokasi tersebut menjadi baseline data pemerintah kota untuk ditangani menjadi nol luasan kumuh. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan keterlibatan dan keterpaduan penanganan dari berbagai pemangku kepentingan termasuk peran serta kelompok swadaya masyarakat.

Di dalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh maka perlu adanya dokumen perencanaan sebagai acuan pemerintah kota dalam rangka penyusunan strategi dan rencana penanganan permukiman kumuh di Kota Salatiga. Dokumen tersebut diharapkan menghasilkan rencana penyelenggaraan pembangunan kawasan permukiman perkotaan sebagai bagian dari peningkatan kualitas lingkungan permukiman bagi kawasan permukiman kumuh perkotaan yang diselenggarakan sebagai aksi sinergitas antar pemangku kepentingan dan pendampingan secara berkelanjutan.

1 . 2 M A K S U D D A N T U J U A N

1.2.1 MAKSUD KEGIATAN

Maksud dari kegiatan penyusunan Dokumen (RP2KPKP) Kota Salatiga adalah sebagai acuan / pedoman dalam rangka pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di Kota Salatiga.

1.2.2 TUJUAN KEGIATAN

Tujuan dari kegiatan penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Salatiga adalah mewujudkan Kota Salatiga yang bebas dari permukiman kumuh, melalui tahapan:

1. Melakukan identifikasi potensi dan akar permasalahan kawasan permukiman kumuh dalam penyajian suatu profil kawasan yang mengacu kepada hasil penetapan Surat Keputusan Walikota terkait penetapan lokasi Program Kota Tanpa Kumuh Kota Salatiga;

2. Merumuskan keterpaduan program sektor ke-Cipta Karya-an didalam upaya pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh; dan

(7)

3. Merumuskan strategi penanganan kumuh secara spasial dan tipologikawasan, indikasi program dan kegiatan penanganan kawasankumuh perkotaan oleh seluruh pelaku selama jangka waktu berjalanperencanaan yang ditentukan.

1 . 3 S A S A R A N K E G I A T A N

Sasaran dari penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Salatiga adalah:

1. Tersedianya Dokumen Perencanaan Kawasan Kumuh Perkotaan sebagai acuan pelaksanaan penanganan kawasan kumuh perkotaan bagi seluruh pelaku (stakeholders) pelaksana penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan yang menyeluruh, tuntas, dan berkelanjutan (konsep delivery system).

2. Tersedianya strategi penanganan kumuh secara spatial dan tipologi kawasan serta indikasi program kegiatan penanganan kawasan kumuh perkotaan oleh seluruh pelaku (stakeholders) pelaksana penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan dalam pengendalian pembangunan bersama selama jangka waktu perencanaan yang ditentukan.

3. Tersedianya Dokumen Rencana Aksi (Action Plan) rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.

1 . 4 D A S A R H U K U M

Dasar hukum untuk melaksanakan pekerjaan penyusunan DokumenRencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman KumuhPerkotaan (RP2KPKP) Kota Salatiga antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan ;

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuanganantara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ; 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup ;

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman;

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 TentangDesa;

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun2014 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang- Undang;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang PeraturanPelaksanaan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2014 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman;

14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas terhadap Permukiman Kumuh;

15. Peraturan Daerah Kota Salatiga No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga tahun 2010 – 2030;

16. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Bangunan Gedung Kota Salatiga.

1 . 5 L I N G K U P K E G I A T A N

Ruang lingkup substansi pada penyusunan pekerjaan ini antara lain:

1. Kajian Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

Bagian ini menceritakan karakteristik penanganan kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga. Bagian ini menggambarkan dan memaparkan penanganan kumuh yang terdiri dari isu strategis, kebijakan pembangunan permukiman perkotaan, kebijakan penanganan permukiman kumuh perkotaan.

2. Penyusunan Profil Permukiman Kumuh

Merupakan penjabaran kondisi lebih mutakhir dari profil permukiman kumuh yang akan dilakukan penanganannya. Penajaman profil ini mencakup sebaran dan gambaran umum kawasan-kawasan kumuh kota.

3. Konsep dan Strategi Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan

Merupakan rumusan konsep dan strategi penanganan permukiman kumuh perkotaan di Kota Salatiga, yang mencakup:

a. konsep dan strategi penanganan;

(8)

b. skenario pelaksanaan kegiatan penanganan;

c. penentuan kawasan pembangunan prioritas.

4. Rumusan Program dan Kegiatan Penanganan Kumuh Perkotaan

Bagian ini merupakan rumusan konsep dan strategi penanganan kumuh perkotaan dan memorandum program sesuai dengan perkembangan lokasi perencanaan dan implementasi kegiatan yang telah terlaksana.

5. Rencana Aksi Penanganan Kumuh Perkotaan

Merupakan bagian yang akan memuat rumusan Rencana Aksi Penanganan Kumuh Perkotaan (memorandum program) berupa rencana program dan rencana investasi pada lingkup penanganan skala lingkungan, kawasan dan kota secara bersama oleh seluruh stakeholders.

1 . 6 P E N D E K A T A N P E L A K S A N A A N K E G I A T A N

Pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh merupakan bagian dari upaya perwujudan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, dimana dalam hal ini tidak dapat dilepaskan dari upaya pencapaian target pembangunan sebagaimana yang diamantkan dalam RPJMN. Dalam implementasinya, upaya ini dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan utama pembangunan dalam bidang Cipta Karya yakni membangun sistem, memfasilitasi Pemerintah Daerah, dan membangun kapasitas masyarakat. Ketiga pendekatan ini yang menjadi prinsip pembangunan dan pengembangan permukiman yang mengarah pada pencapaian gerakan 100-0-100 pada tahun 2019.

Dalam penyusunan RP2KPKP paling tidak memuat 4 (empat) prinsip perencanaan, penanganan dan pencegahan permukiman kumuh yaitu:

1. Perencanaan yang komprehensif dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan perencanaan penanganan permukiman kumuh secara menyeluruh meliputi aspek sosial, ekonomi, fisik lingkungan;

2. Pembangunan yang terintegrasi dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan perencanaan pembangunan tersistem dari skala lingkungan, kawasan dan kota;

3. Keterpaduan program (Kolaboratif dan Sinergitas) dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana investasi pembangunan yang melibatkan semua sumber pembiayaan dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan swasta;

4. Keberlanjutan dalam penyusunan RP2KPKP adalah melakukan penyusunan rencana pengelolaan paska pembangunan; dan

5. Pembangunan Hijau.

Terkait dengan pemenuhan unsur tersebut, maka dari sisi penyusunannya, proses penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) ini didasarkan pada tiga (3) pendekatan, yaitu: (1) pendekatan normatif, (2) pendekatan fasilitatif dan partisipatif, serta (3) pendekatan teknis-akademis, dengan penjelasan untuk tiap pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan Normatif adalah suatu cara pandang untuk memahami permasalahan atau kondisi dengan berdasarkan pada norma-norma yang ada atau pada suatu aturan yang menjelaskan bagaimana kondisi tersebut seharusnya terjadi. Dalam pendekatan ini, perhatian pada masalah utama serta tindakan yang semestinya dilakukan menjadi ciri utama. Kondisi atau situasi yang terjadi tersebut dijelaskan, dilihat, dan dibandingkan karakteristiknya dengan kondisi yang seharusnya, dimana dalam konteks pembangunan kondisi yang seharusnya tersebut didasarkan pada produk legal peraturan perundangan, baik untuk nasional maupun daerah.

2. Pendekatan Fasilitatif dan Partisipatif digunakan dengan dasar pertimbangan bahwa proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan penanganan dan pencegahan permukiman kumuh.. Hal ini dimaksudkan agar hasil penyusunan dapat dirasakan dan dimiliki oleh seluruh pemangku kepentingan terkait di daerah.

3. Pendekatan Teknis-Akademis merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, baik itu dalam pembagian tahapan pekerjaan maupun teknik-teknik identifikasi, analisis, penyusunan strategi maupun proses pelaksanaan penyepakatan. Dalam pendekatan ini, proses penyusunan RP2KPKP ini menggunakan beberapa metode dan teknik studi yang baku yang sebelumnya telah disepakati bersama.

1 . 7 M E T O D E Y A N G D I G U N A K A N D A L A M P E L A K S A N A A N K E G I A T A N

Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan disusun dalam pemenuhan beberapa unsur sebagai berikut:

(9)

1. Percepatan penanganan permukiman kumuh perkotaan secara menyeluruh dan tuntas bagi kawasan kumuh perkotaan yang telah ditetapkan melalui Keputusan Walikota, yang direncanakan selesai selama 5 (lima) tahun dengan luasan luasan deliniasi minimal 5 (lima) tahun dengan kewenangan pemerintah pusat menangani kawasan kumuh minimal 15 ha, kewenangan pemerintah provinsi meneangani kawasan kumuh minimal 10-15 ha, dan kewenangan pemerintah kabupaten/kota menangani kawasan kumuh minimal < 10 ha.

Dalam hal ini perlu adanya review deliniasi luasan kawasan kumuh.

2. Terwujudnya rencana dan strategi penanganan melalui pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, dimana pencegahan mutlak menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintahkabupaten/kota.

3. Keterpaduan program/kegiatan dalam penyelesaian permasalahan permukiman kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke-Cipta Karya-an

4. Meningkatkan kesadaran, pemahaman dan komitmen bersama tentang tugas dan wewenang masing-masing pemangku kepentingan dalam upaya melakukan pengurangan dan/atau penghapusan luasan kawasan permukiman kumuh perkotaan.

5. Perkuatan pemerintah kabupaten/kota melalui pelibatan aktif dalam proses penanganan permukiman kumuh perkotaan guna mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan.

6. Peningkatan kapasitas bagi komunitas permukiman kumuh perkotaan (kelompok masyarakat KSM/BKM) untuk lebih berperan dan memampukan diri dalam menangani permukiman kumuh perkotaan dilingkungannya, melalui penyusunan rencana aksi yang partisipatif (community action plan/CAP).

7. Keberlanjutan penanganan kawasan kumuh perkotaan yang dapat diselenggarakan sendiri oleh kelompok swadaya masyarakat bersama dengan pemerintah kabupaten/kota setempat baik dalam skala lingkungan/kawasan dan skala kota.

Adapun lingkup kegiatan penyusunan Dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kota Salatiga meliputi:

1.7.1 PERSIAPAN.

Melakukan persiapan pelaksanaan pekerjaan, termasuk melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan data dan peta dasar, sampai dengan pengumpulan data dan informasi. Capaian kegiatan pada tahap persiapan berupa:

1. Rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan;

2. Data dan Peta dasar yang diperlukan;

3. Desain pengumpulan data dan informasi;

4. Kesepahaman tahapan dan prosedur Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan Kota Salatiga.

Berikut kebutuhan data untuk survey:

Tabel 1-1 Kebutuhan Data

No Kebutuhan Data Sumber Data

1 Data Kebijakan

 RTRW Kota Salatiga (perda dan dokumen teknis)

 RDTR Kota Salatiga (dokumen teknis)

 RPJMD Kota Salatiga (perda dan lampiran dokumen) Data Rencana teknis/sektoral

 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

 Rencana Terpadu Dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Kota Salatiga

 Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)

 Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten

 Bapelitbangda Kota Salatiga

 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Salatiga

2 Data Kawasan Permukiman Kumuh:

 Surat Keputusan Walikota Salatiga No. 658/440/2016 tentang Lokasi Penetapan Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Salatiga

 Baseline KOTAKU

 Profil Kawasan Permukiman Kumuh

 Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman ( RPLP)

 Bapelitbangda Kota Salatiga

 KOTAKU

Sumber: Tim Penyusun, 2018

Tabel 1-2 Rencana Kerja dan Metodologi Pekerjaan

Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan

Persiapan

Melakukan persiapan dan pemantapan rencana kerja

 Rencana Kerja

 Pendekatan dan metodologi pelaksanaan kegiatan

Menyusun Desain Survey dan format

kegiatan Desain survey dan format kegiatan

Survey dan Verifikasi

Menyiapkan data profil permukiman kumuh yang terdiri dari baseline data

Data awal profil permukiman kumuh

(10)

Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan kumuh atau data statistic terkait

verifikasi readiness criteria RP2KPKP yang meliputi:

 Keputusan dan permukiman kumuh

 Peta Dasar

 Keputusan Kumuh, dan Peta Dasar

 Peta Dasar Skala 1 : 25.000 untuk Kota

 Peta skala 1:5.000 untuk skala kawasan

 Peta skala 1:1.000 untuk skala kawasan prioritas

Bersama dengan pemangku kepentingan melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi data kumuh baik data primer maupun data sekunder

hasil sinkronisasi data kumuh (primer dan sekunder)

Melaksanakan survei dan mengolah data permukiman kumuh

Hasil survei berupa profil permukiman kumuh kota dan hasil pengolahan data permukiman kumuh terdiri dari:

Deliniasi kawasan;

 Luasan;

 Data cakupan pelayanan;

 Kriteria dan indikator dalam penatapan kumuh; dan

 Menentukan kawasan prioritas penanganan

Kajian dan Perumusan

Overview kebijakan daerah dan identifikasi kesesuaian permukiman terhadap rencana tata ruang kota

 Hasil overview dokumen perencanaandan kebijakan daerah

 Peta kesesuaian permukiman terhadap rencana pola ruang kota Salatiga (peruntukan kawasan permukiman)

Menilai klasifikasi kekumuhan kawasan berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

Daftar peringkat permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan

Merumuskan arahan distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman kumuh

Menghasilkan arahan pola kolaborasi dalam penanganan permukiman kumuh Bersama dengan pemangku

kepentingan mengkoordinasikan peran masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh

Pembagian peran dalam penanganan permukiman kumuh

Merumuskan kebutuhan penanganan kawasan permukiman kumuh

Kebutuhan penanganan kawasan permukiman

Lingkup Kegiatan Capaian Kegiatan

pencegahan dan peningkatan kualitas kumuh

peningkatan kualitas permukiman kumuh

Merumuskan skenario pentahapan pencapaian 0% kumuh dan desain kawasan

Desain kawasan dan skenarjo pentahapan pencapaian 0% kumuh Merumuskan rencana aksi dan

memorandum keterpaduan program untuk skala kota dan skala kawasan

 Rencana aksi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk skala kota dan skala kawasan

 Rencana Investasi dan pembiayaan permukiman kumuh prioritas

 Memorandum keterpaduan program pencegahan dan peningkatan kualitaspermukiman kumuh

Menentukan skala prioritas penanganan permukiman kumuh berdasarkan readiness criteria dan pertimbangan lain

skala prioritas penanganan permukiman kumuh

Mermuskan konsep tematik & skenarjo pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan kumuh prioritas

Konsep tematik dan skenarjo pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh prioritas Menyusun Rencana Investasi &

Pembiayaan kawasan kumuh prioritas

Rencana Investasi dan pembiayaan kawasan permukiman kumuh prioritas Bersama Pemangku Kepentingan

perencanaan partisipatif di kawasan prioritas dengan memperhatikan RPLP

Terselenggaranya perencanaan partisipatif (pelaksanaan RKM dan penyepakatan komponen DED) di kawasan permukiman kumuh prioritas

Sumber: Tim Penyusun, 2018

Kegiatan persiapan adalah kegiatan untuk menyiapkan pelaksanaan kegiatan baik teknis maupun non-teknis yang akan melandasi rangkaian pelaksanaan kegiatan RP2KPKP secara keseluruhan. Lingkup kegiatan persiapan ini akan diselesaikan pada 1 (satu) bulan pertama pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP, terhitung sejak diterbitkannya SPMK. Dalam lingkup kegiatan persiapan ini berupa:

(11)

1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan RP2KPKP ini dari awal sampai akhir antara tim penyusun dan Tim teknis Kota.

Tujuan :  Koordinasi antara tim ahli pendamping dengan Pokjanis

 Menyepakati rencana dan metodologi penyusunan RP2KPKP

 Menyediakan peta dasar skala kota dan kawasan kumuh yang diperlukan dalam penyusunan RP2KPKP

 Mengumpulkan data dan informasi kota mengenai permukiman kumuh (baseline dan profil kumuh)

Metode : Diskusi dan Koordinasi

Langkah :  Diskusi kesiapan tim ahli pendamping dalam menjalankan lingkup pekerjaan dan kebutuhan penyiapan pekerjaan

 Penyamaan pemahaman lingkup tugas tim penyusun dan Tim teknis dalam kegiatan penyusunan RP2KPKP

 Penyusunan dan penyepakatan rencana kerja dan metodologi yang akan digunakan

 Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan informasi terkait dengan pembangunan

Output :  Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati

 Data dan informasi terkait pembangunan dan pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan permukiman, permukiman kumuh perkotaan dan infrastruktur permukiman perkotaan

 Peta Dasar Skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi kota dan peta dasar skala 1:50.000 untuk wilayah administrasi kabupaten

 Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan

*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau penyediaan peta sesuai dengan ketentuan dalam penyusunan RP2KPKP

Durasi : 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama atau sejak diterbitkannya SPMK

2. Penyusunan Desain Survey dan Format Kegiatan

Penyusunan desain survey pada awal kegiatan yang mencakup kebutuhan-kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan RP2KPKP.

Tujuan :  Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk keperluan penyusunan RP2KPKP

 Menyusun format – format untuk kebutuhan baik dilapangan maupun pengelohan data dan informasi terkait dengan kondisi kawasan

Metode : Diskusi

Langkah :  Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar yang sudah ada

 Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam penyusunan RP2KPKP

 Penyiapan desain survey

 Penyiapan format untuk survey dan kegiatan Output :  Data Awal (sekunder)

 Desain survey

 Format – format survey dan kegiatan Durasi : 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau sejak diselesaikannyasub kegiatan persiapan dan pemantapan rencana kerja

3. Penyiapan Data Profil Permukiman Kumuh

Pengumpulan atau kompilasi data dan informasi dasar terkait dengan kawasan permukiman kumuh yang nantinya digunakan sebagai dasar dalam penyusunan RP2KPKP.

Tujuan : Menyiapkan data dasar profil kawasan permukiman kumuh Metode : Diskusi dan Koordinasi

Langkah :  Koordinasi internal terkait profil permukiman kumuh yang ada di kota sesuai dengan Keputusan Walikota penetapan lokasi permukiman kumuh

 Koordinasi dengan pihak terkait (P2KKP) untuk Kota yang telah memiliki baseline

 Penyamaan persepsi dan kesepatan terkait data dasar yang akan dipakai dalam profile kawasan permukiman kumuh

Output : Peta sebaran permukiman kumuh perkotaan Profil kawasan permukiman kumuh perkotaan Durasi : 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu ketiga bulan pertama atau sejak diselesaikannya sub kegiatan penyusunan desain survey dan format kegiatan

1.7.2 SURVEY DAN VERIFIKASI

1. Tahap Survey

Tahap Survei dan Identifikasi, merupakan tahap pengumpulan data primer dan sekunder, untuk mendapatkan gambaran atas kondisi eksisting kawasan perencanaan yang sudah ditetapkan, baik yang bersifat kondisi fisik maupun non fisik. Pengumpulan data ini menggunakan beberapa metoda survei digabung dengan Metoda Community Based Development (CBD). Tahap Survei dan Identifikasi merupakan tahapan penting bagi konsultan untuk mendapat informasi aktual kondisi lapangan melalui 2 (dua) kegiatan utama, yaitu:

(12)

a. Survei Primer, pengamatan secara langsung ke lapangan bersama masyarakat/wakil masyarakat (community self survey). Pada proses ini dilakukan dengan cara mensosialisasikan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuannya dan hasil/keluaran/output dari pekerjaan ini. Kemudian melakukan survei lapanganbersama masyarakat, wawancara langsung dengan masyarakat tentang kondisi lapangan, potensi dan permasalahan, kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam peningkatan aspek fisik (infrastruktur) dan non fisik kawasan (sosial, ekonomi dan budaya).

b. Survei Sekunder, dilakukan melalui survei instansional dan literatur yang terkait dengan kebijakan, strategi, rencana dan program perumahan dan permukiman.Survey sekunder ini bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder tentang kawasan perencanaan, kebijakan-kebijakan kota yang mengatur kawasan perencanaan secara langsung maupun tersirat dalam kebijakannya. Studi literatus dilakukan pada dinas/instansi terkait secara langsung atau tidak langsung dengan pekerjaan ini

Tujuan survey dan identifikasi adalah tersusunnya data dan informasi lapangan mengenai:

a. Sebaran kawasan permukiman kumuh sesuai Surat Keputusan Walikota Salatiga No.

658/440/2016 tentang Lokasi Penetapan Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Salatiga;

b. Konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota;

c. Tipologi kawasan permukiman kumuh;

d. Isu-isu strategis permukiman kumuh; dan

e. Potensi dan permasalahan (karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan).

2. Verifikasi dan justifikasi lokasi permukiman kumuh sesuai Surat Keputusan Walikota Salatiga No. 658/440/2016 tentang Lokasi Penetapan Program Kota Tanpa Kumuh di Kota Salatiga:

a. Deliniasi kawasan;

b. Luasan;

c. Data cakupan pelayanan;

d. Kriteria dan indikator dalam penatapan kumuh; dan e. Menentukan kawasan prioritas penanganan

Verifikasi dan justifikasi menggunakan PermenPUPERA Nomor 14/PRT/M/2018, Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah dilakukan terhadap aspek berikut:

a. Kondisi Kekumuhan

Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas klasifikasi:

1) Kumuh kategori ringan;

2) Kumuh kategori sedang; dan 3) Kumuh kategori berat

b. Legalitas Lahan

Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:

1) Status lahan legal; dan 2) Status lahan tidak legal c. Pertimbangan Lain

1) Pertimbangan lain kategori rendah;

2) Pertimbangan lain kategori sedang; dan 3) Pertimbangan lain kategori tinggi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(13)

Tabel 1-3 Indikator dan Penilaian Lokasi Kumuh

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data

A. Identifikasi Kondisi Kekumuhan (Fisik) 1. Kondisi Bangunan

Gedung

Ketidakteraturan Bangunan  Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR, meliputi pengaturan bentuk, besaran, perletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona; dan/atau

 Tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dan tata kualitas lingkungan dalam RTBL, meliputi pengaturan blok bangunan, kapling, bangunan, ketinggian dan elevasi lantai, konsep identitas lingkungan, konsep orientasi lingkungan dan wajah jalan

76%-100% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

5 Dokumen RDTR & RTBL, Format Isian, Observasi, Profil Kawasan Permukiman Kumuh

51%-75% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

3

25%-50% bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan

1

Tingkat Kepadatan Bangunan  KDB melebihi ketentuan RDTR, dan/atau RTBL

 KLB melebihi ketentuan dalam RDTR, dan/atau RTBL; dan/atau

 Kepadatan bangunan yang tinggi pada lokasi, yaitu:

 Untuk kota metropolitan dan kota besar >

250 unit/ha

 Untuk kota sedang dan kota kecil > 200 unit/ha

76%-100% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

5

51%-75% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

3

25%-50% bangunan memiliki kepadatan tidak sesuai ketentuan

1

Ketidaksesuaian dengan Persyaratan Teknis Bangunan

Kondisi bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan:

 Pengendalian dampak lingkungan

 Pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana / sarana umum

 Keselamatan bangunan gedung (BG)

 Kenyamanan BG

 Kemudahan BG

76%-100% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

5 Wawancara, format isian, dokumen IMB, Observasi 51%-75% bangunan pada

lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

3

25%-50% bangunan pada lokasi tidak memenuhi persyaratan teknis

1

2. Kondisi Jalan

Lingkungan

Cakupan pelayanan jalan lingkungan

Sebagian lokasi perumahan atau permukiman tidak terlayani dengan jalan lingkungan yang sesuai dengan ketentuan teknis

76%-100% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

5 Wawancara, format isian, peta lokasi, Observasi

51%-75% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

3

25%-50% area tidak terlayani oleh jaringan jalan lingkungan

1

(14)

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data Kualitas permukaan jalan

lingkungan

Sebagian atau seluruh jalan lingkungan terjadi kerusakan permukaan jalan pada lokasi perumahan atau permukiman

76%-100% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

5 Wawancara, format isian, peta lokasi, Observasi

51%-75% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

3

25%-50% area memiliki kualitas permukaan jalan yang buruk

1

3. Kondisi Penyediaan Air

Minum Ketidaktersediaan akses aman air

minum Masyarakat pada lokasi perumahan dan

permukiman tidak dapat mengakses air minum yang memiliki kualitas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa

76%-100% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

5 Wawancara, format isian, observasi

51%-75% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

3

25%-50% populasi tidak dapat mengakses air minum yang aman

1

Tidak terpenuhinya kebutuhan air minum

Kebutuhan air minum masyarakat pada lokasi perumahan atau permukiman tidak mencapai minimal sebanyak 60 liter/orang/hari

76%-100% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

5

Wawancara, format isian, observasi

51%-75% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

3

25%-50% populasi tidak terpenuhi kebutuhan air minum minimalnya

1

4. Kondisi drainase lingkungan

Drainase lingkungan tidak tersedia saluran tersier dan/atau salura local tidak tersedia, dan/atau terhubung dengan saluran drainase pada hierarki diatasnya sehingga menyebakan air tidak dapat mengalir dan menimbulkan genangan

76%-100% area tidak tersedia drainase lingkungan

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area tidak tersedia drainase lingkungan

3

25%-50% area tidak tersedia drainase lingkungan

1

Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga menimbulkan genangan

Jaringan drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air sehingga menimbulkan genangan dengan tinggi lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam dan terjadi lebih dari 2 kali setahun

76%-100% area terjadi genangan > 30 cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

5 Wawancara, format isian, observasi

51%-75% area terjadi genangan > 30 cm, > 2

3

(15)

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data 25%-50% area terjadi

genangan > 30 cm, > 2 jam dan > 2 x setahun

1

Kualitas konstruksi drainase Kualitas konstruksi drainase buruk, karena berupa galian tanah tanpa material pelapis atau penutup maupun karena telah terjadi kerusakan

76%-100% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan yang buruk

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan yang buruk

3

25%-50% area memiliki kualitas konstruksi drainase lingkungan yang buruk

1

5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Sistem pengelolaan air limbah tidak sesuai standar teknis

Pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman tidak memiliki sistem yang memadai, yaitu kakus/kloset yang tidak terhubung dengan tangki septik baik secara individual/

domestik, komunal maupun terpusat

76%-100% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

3

25%-50% area memiliki sistem air limbah yang tidak sesuai standar teknis

1

Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak sesuai dengan persyaratan teknis

Kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah pada lokasi perumahan atau permukiman dimana:

 Kloset leher angsa tidak terhubung dengan tangki septik

 Tidak tersedianya sistem pengolahan limbah setempat atau terpusat

76%-100% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

3

25%-50% area memiliki sarpras air limbah tidak sesuai persyaratan teknis

1

6. Kondisi Pengelolaan Persampahan

Prasarana dan sarana persampahan tidak sesuai dengan persyaratan teknis

Prasarana dan sarana persampahan pada lokasi perumahan atau permukiman tidak sesuai dengan persyaratan teknis, yaitu:

 Tempat sampah dengan pemilahan sampah pada skala domesti atau rumah tangga;

 Tempat pengumpulan sampah (TPS) atau TPS 3R (reduce, reuse, recycle) pada skala lingkungan;

 Gerobak sampah dan/atau truk sampah pada

76%-100% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan

3

(16)

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data skala lingkungan; dan

 Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) pada skala lingkungan

teknis

25%-50% area memiliki sarpras pengelolaan persampahan yang tidak memenuhi persyaratan teknis

1

Sistem pengelolaan persampahan yang tidak sesuai standar teknis

Pengelolaan persampahan pada lingkungan perumahan atau permukiman tidak memenuhi persyaratan sebagai berikut:

 Pewadahan dan pemilahan domestik;

 Pengumpulan lingkungan

 Pengangkutan lingkungan

 Pengolahan lingkungan

76%-100% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

3

25%-50% area memiliki sistem persampahan tidak sesuai standar

1

7. Kondisi proteksi kebakaran

prasarana proteksi kebakaran tidak tersedia

Tidak tersedianya prasarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu:

 Pasokan air;

 Jalan lingkungan;

 Sarana komunikasi;

 Data sistem proteksi kebakaran lingkungan;

 Bangunan pos kebakaran

76%-100% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

3

25%-50% area tidak memiliki prasarana proteksi kebakaran

1

Ketidaktersediaan sarana proteksi kebakaran

Tidak tersedianya sarana proteksi kebakaran pada lokasi, yaitu:

 Alat pemadam api ringan (APAR);

 Mobil pompa;

 Mobil tangga sesuai kebuutuhan; dan

 Peralatan pendukung lainnya

76%-100% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

5 Wawancara, format isian, peta RIS, observasi

51%-75% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

3

25%-50% area tidak memiliki sarana proteksi kebakaran

1

B. Identifikasi Legalitas Lahan

1. Legalitas Lahan Kejelasan status penguasaan lahan

Kejelasan terhadap status penguasaan lahan berupa:

Kepemilikan sendiri, dengan bukti dokumen sertfikat hak atas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya yang sah; atau Kepemilikan pihak lain (termasuk milik adat/ulayat) dengan bukti ijin pemanfaatan tanah

Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

(+) Wawancara, format isian,

dokumen pertanahan, observasi

Sebagian atau keseluruhan lokasi tidak memiliki

(-)

(17)

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data dalam bentuk perjanjian tertulis antara pemegang

hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pihak lain

penguasaan lahan, baik milik sendiri atau milik pihak lain

Kesesuaian RTR Kesesuaian terhadap peruntukan lahan dalam rencana tata ruang (RTR), dengan bukti izin mendirikan bangunan atau surat keterangan rencana kabupaten/kota (SKRK)

Keseluruhan lokasi berada pada zona peruntukan perumahan/ permukiman sesuai RTR

(+) Wawanacara, format isian, RTRW, observasi

Sebagian atau keseluruhan lokasi berada bukan pada zona peruntukan perumahan/ permukiman sesuai RTR

(-)

C.Identfikasi Pertimbangan Lain

1. Pertimbangan Lain Nilai strategis lokasi Pertimbangan letak lokasi perumahan atau permukiman, pada:

 Fungsi strategis kabupaten/kota, atau

 Bukan fungsi strategis kabupaten/kota

Lokasi terletak pada fungsi strategis kabupaten/kota

5 Wawancara, format isian, RTRW, RDTR, observasi

Lokasi tidak terletak pada fungsi strategis kabupaten/kota

1

Kependudukan Pertimbangan kepadatan penduduk pada lokasi perumahan atau permukiman dengan klasifikasi:

 Rendah yaitu kepadatan penduduk di bawah 150 jiwa/ha

 Sedang yaitu kepadatan penduduk antara 151- 200 jiwa/ha

 Tinggi yaitu kepadatan penduduk antara 201- 400 jiwa/ha

 Sangat padat yaitu kepadatan penduduk di atas 400 jiwa/ha

Untuk metropolitan dan kota besar:

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar >400 jiwa/ha

Untuk kota sedang dan kota kecil:

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar >200 jiwa/ha

5 Wawancara, format isian, statistik, observasi

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar 151-200 jiwa/ha

3

Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <150 jiwa/ha

1

Kondisi sosial, ekonomi dan budaya

Pertimbangan potensi yang dimiliki lokas perumahan atau permukiman berupa:

 Potensi sosial yaitu tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung pembangunan

 Potensi ekonomi yaitu adanya kegiatan

Lokasi memiliki potensi sosial, ekonomi dan

budaya untuk

dikembangkan atau dipelihara

5 Wawancara, format isian, observasi

(18)

No Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai Sumber Data ekonomi tertentu yang bersifat strategis bagi

masyarakat setempat

 Potensi budaya yaitu adanya kegiatan atau warisan budaya tertentu yang dimiliki masyarakat setempat

Lokasi tidak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya tinggi untuk dikembangkan atau dipelihara

1

Sumber: Lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 14/PRT/M/2018 Tentang Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Terhadap Permukiman Kumuh

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan berdasarkan formula penilaian tersebut di atas, selanjutnya lokasi Permukiman Kumuh dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi prioritas sebagaimana ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 1-4 Formulasi Penentuan Skala Prioritas Penanganan

Nilai Keterangan Berbagai Kemungkinan Klasfikasi

A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4 C5 C6

Kondisi Kekumuhan

60 - 80 Kumuh Berat X X X X X X

38 - 59 Kumuh Sedang X X X X X X

16 - 37 Kumuh Ringan X X X X X X

Legalitas Lahan

(+) Status Lahan Legal X X X X X X X X X

(-) Status Lahan Tidak Legal X X X X X X X X X

Pertimbangan Lain

7-9 Pertimbangan lain tinggi X X X X X X

4-6 Pertimbangan lain sedang X X X X X X

1-3 Pertimbangan lain rendah X X X X X X

SKALA PRIORITAS PENANGANAN 1 1 4 4 7 7 2 2 5 5 8 8 3 3 6 6 9 9

Sumber: Permenpupera Nomor 14 Tahun 2018

(19)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa:

1. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:

a. kumuh berat bila memiliki nilai 60-80;

b. kumuh sedang bila memiliki nilai 38-59;

c. kumuh ringan bila memiliki nilai 16-37;

2. Berdasarkan pertimbangan lain, suatu lokasi memiliki:

a. pertimbangan lain tinggi bila memiliki nilai 11-15;

b. pertimbangan lain sedang bila memiliki nilai 6-10;

c. pertimbangan lain rendah bila memiliki nilai 1-5;

3. Berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi memiliki:

a. status tanah legal bila memiliki nilai positif (+);

b. status tanah tidak legal bila memiliki nilai negatf (-).

Berdasarkan penilaian tersebut, maka dapat terdapat 18 kemungkinan klasifikasi Permukiman Kumuh, yaitu:

1. A1 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status tanah legal;

2. A2 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahan tidaklegal;

3. A3 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahanlegal;

4. A4 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahantidak legal;

5. A5 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahanlegal;

6. A6 merupakan lokasi kumuh berat, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahantidak legal;

7. B1 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahanlegal;

8. B2 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahantidak legal;

9. B3 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahanlegal;

10. B4 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahantidak legal;

11. B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahanlegal;

12. B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahantidak legal;

13. C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahanlegal;

14. C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi, dan status lahantidak legal;

15. C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahanlegal;

16. C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang, dan status lahantidak legal;

17. C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahanlegal;

18. C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah, dan status lahantidak legal.

Berdasarkan berbagai klasifikasi tersebut, maka dapat ditentukan skala prioritas penanganan,sebagai berikut:

1. Prioritas 1 yaitu untuk klasifikasi A1 dan A2;

2. Prioritas 2 yaitu untuk klasifikasi B1 dan B2;

3. Prioritas 3 yaitu untuk klasifikasi C1 dan C2;

4. Prioritas 4 yaitu untuk klasifikasi A3 dan A4;

5. Prioritas 5 yaitu untuk klasifikasi B3 dan B4;

6. Prioritas 6 yaitu untuk klasifikasi C3 dan C4;

7. Prioritas 7 yaitu untuk klasifikasi A5 dan A6;

8. Prioritas 8 yaitu untuk klasifikasi B5 dan B6;

9. Prioritas 9 yaitu untuk klasifikasi C5 dan C6

Tahap verifikasi lokasi serta perumusan konsep dan strategi merupakan tahapan proses pemutakhiran profil permukiman kumuh agar diperoleh data dan informasi permukiman kumuh yang detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh sesuai dengan kebutuhan lokasi permukiman kumuh. Tahapan ini terbagi menjadi beberapa rangkaian kegiatan diskusi,

(20)

penyusunan, serta penyepakatan terhadap proses rencana pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan. Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai dilakukan.

A. Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh

Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar verifikasi lokasi dan pemutakhiran profil permukiman kumuh yang telah ditetapkan di dalam Keputusan Walikota.

Tujuan :  Untuk mengidentifikasi kondisi permukiman kumuh berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang skala kota/perkotaan, mengidentifikasi tipologipermukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan yang terkait dengankarakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan.

Hasil dari kegiatan survey dan pengolahan data kumuh ini akan menjadi basis informasi awal untuk verifikasi permukiman kumuh yang telah ditetapkan didalam Keputusan Walikota.

Metode :  Survey dan Observasi

 Konsolidasi dan Analisis data

 Pemetaan isu strategis, potensi, dan permasalahan

 Diskusi

Langkah :  Mengidentifikasi sebaran permukiman kumuh skala kota (berdasarkan SK)

 Mengidentifikasi konstelasi permukiman kumuh terhadap ruang kota/perkotaan.

 Mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh kota untuk mendapatkan pola penanganan yang tepat

 Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman kumuh

 Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)

 Mengolah basis data permukiman yang ada di Kota menjadi profil permukiman kumuh kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang bisa dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)

Output :  Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala kota/perkotaan (berdasarkan SK)

 Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan permukiman kumuh perkotaan.

 Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang didalamnya memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan, konstelasi terhadap ruang kota/perkotaan;

 Kesesuaian KEPUTUSAN dengan profil kumuh hasil survey dan pengolahan data kumuh

Durasi : 2 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

B. Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh

Merupakan kegiatan diskusi dalam rangka mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperoleh dari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman kumuh.

Tujuan : Untuk mengkonsolidasikan hasil identifikasi terhadap data profil permukiman kumuh yang telah diperoleh dari hasil survey sekunder maupun primer serta hasil pengolahan data permukiman yang diperolehdari data baseline maupun data statistik lainnya yang menjadi rujukan data permukiman kumuh.

Metode : Diskusi

Langkah : Melakukan koordinasi dan sinkronisasi data permukiman kumuh, baik itu data hasil olahan maupun data hasil survey

Output : Hasil sinkronisasi data permukiman kumuh

Basis data permukiman kumuh sebagai dasar verifikasi lokasi permukiman kumuh Durasi : 1 minggu terhitung dari minggu pertama bulan kedua

C. Verifikasi Lokasi dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh

Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman kumuh untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan penanganan.

Tujuan :  Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman kumuh berdasarkan hasil survey dan pengolahan data permukiman kumuh.

 Untuk memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan kebutuhan penanganan.

Metode :  Survey - observasi lapangan

 Cek silang dengan hasil identifikasi awal

 FGD

Langkah :  Verifikasi data terhadap profil yang telah ada

 Pemutakhiran KEPUTUSAN berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan

(21)

 Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh

 Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh :

 Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota (skala 1: 25.000).

 Peta Profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan prasarananya

 Melakukan dokumentasivisual (foto, video drone) untuk seluruhpermukiman kumuh perkotaan

Output :  Data hasil pemutakhiran SK

 Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi

 Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara lain:

 Lokasi

 Deliniasi

 Luasan

Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)

 Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang mencakupdata fisik yang terkait dengan 7 indikator kumuh dan data nonfisik lingkungan permukiman (by name by address).

 Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :25.000 – 1 : 10.000

 Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada skala 1 :5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis

 Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk seluruhpermukiman kumuh perkotaan

 Berita Acara Verifikasi Lokasi

Durasi :  2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

Pemutakhiran profil kumuh kota/perkotaan dilakukan untuk menyusun profil permukiman kumuh pada kawasan perkotaan dalam bentuk :

1. Pemutakhiran hasil verifikasi kebutuhan data dan peta yang perlu dilengkapi dalam penyusunan Profil Permukiman Kumuh.

2. Pemutakhiran data dan peta hasil kegiatan survey terhadap SK Penetapan lokasi permukiman kumuh (contoh : adanya perubahan luasan, perubahan unit lingkungan RT, ataupun redeliniasi kawasan).

3. Kelengkapan peta yang dibutuhkan dalam penyusunan peta profil sebagai berikut:

a. Peta orientasi wilayah administratif kota pada wilayah Kota skala 1 : 25.000 b. Peta rencana tata guna lahan kota skala 1 : 25.000

c. Peta arah pengembangan wilayah kota skala 1 : 25.000 d. Peta infrastruktur eksisting pada wilayah kota skala 1 : 25.000 e. Peta sebaran lokasi permukiman kumuh kota skala 1 : 25.000

f. Peta deliniasi permukiman kumuh kota skala 1 : 5.000

g. Peta status legalitas lahan pada kawasan kota skala 1 : 5.000

D. Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan

Merupakan tahapan untuk menilai lokasi permukiman kumuh berdasarkan kriteria, indikator dan parameter kekumuhan yang telah ditetapkan di dalam Permen PUPR No.14/PRT/M/2018 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman

Tujuan : Untuk mendapatkan klasifikasi tingkat kekumuhan dan daftarurutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan hasil penilaian terhadap kompleksitas permasalahan sebagai landasan penetapan strategi dan pola penanganan.

Metode : Observasi lapangan, analisis kondisi kawasan, analisis petaspasial, pemetaan masalah, diskusi melalui Focus GroupDiscussion (FGD)

Langkah :  Menentukan daftar urutan (rangking) permukiman kumuh berdasarkan kompleksitas permasalahan

 Skoring permukiman kumuh sesuai dengan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan didalam Permen PUPR No.14/PRT/M/2018 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

 Melakukan diskusi untuk menyepakati kolaborasi pola penanganan dan kontribusi program penanganan permukiman kumuh ataupun penanganan yang dapat ditindaklanjuti melalui program-program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

 Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan kategorinya.

Output :  Daftar kawasan permukiman kumuh prioritas.

 Peta kawasan permukiman kumuh prioritas

 Profil detail permukiman kumuh prioritas

Durasi : 2 minggu terhitung dari minggu kedua bulan kedua

E. Overview Kebijakan Daerah dan Identifikasi Kesesuaian Permukiman Eksisting Terhadap Rencana Tata Ruang Kota

Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan penataan ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas, RTRW, Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait dengan kawasan permukiman kumuh).

Tujuan :  Mengidentifikasi dan melakukan kajian terhadap kebijakan dan strategi pembangunan, serta rencana tata ruang yang telah tersedia maupun yang

(22)

sedang disusun terkait dengan pembangunan permukiman dan kawasan permukiman kumuh; dan

 Mengidentifikasi dan melakukan kajian sinkronisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota, termasuk didalamnya kajian terhadap dokumen-dokumen sektoral.

 Mengidentifikasi dan melakukan kajian kesesuaian permukiman (kumuh) terhadap rencana tata ruang

Metode : Content Analysis (Analisis Isi), Desk Study, Overlay peta

Langkah :  Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan kabupaten/kota,khususnya yang terkait pengembangan permukiman kumuhperkotaan, terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD,SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya;

 Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan strategipembangunan terkait penanganan kawasan permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor lainnya

 Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan dan strategipembangunan yang terkait pengembangan permukiman terutamanyaterdapat di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, danrencana sektor lainnya

Melakukan superimpose/overlay peta permukiman eksisting dengan peta rencana pola ruang kota (guna lahan permukiman)

Output :  Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota

 Peta kesesuaian guna lahan permukiman

 Peta rencana pengembangan sektor permukiman Durasi : 1 (satu) minggu *

*) Terhitung sejak minggu keempat bulan pertama atau sejak

diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil kawasan kumuh

1.7.3 KAJIAN DAN PERUMUSAN

Merupakan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk skala kota dan skala kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi. Strategi skala kota/perkotaan diperlukan dalam hal menangani kondisi-kondisi permukiman yang tidak sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang. Rumusan strategi diarahkan untuk mengembalikan fungsi ruang sesuai dengan peruntukannya. Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman diwujudkanmelalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata ruang, SPM, aturan dan standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta Karya.

Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman

tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan bencana (relokasi/resettlement).

Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman kumuh sesuai dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi kebutuhan penanganannya. Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.

Sumber: Buku Pedoman Penyusunan RP2KPKP Tahun 2016

Gambar 1-1 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2011 dan Permen PUPR

No.14/PRT/M/2018 tentang Peningkatan Kualitas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kajian dan perumusan terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Kajian Kebijakan Pembangunan Permukiman Perkotaan

Melakukan overview terhadap dokumen-dokumen perencanaan dan peraturan. Capaian dari kegiatan ini berupa:

a. Overview permukiman kumuh kawasan perkotaan;

b. Overview kebijakan dan strategi pembangunan pada kawasan permukiman prioritas serta sinkronisasi antara kebijakan dan strategi pembangunan;

c. Overview spatial plan terkait penetapan kawasan perkotaan dan peruntukan

· Penyiapan lahan

· Rehabilitasi/perbaikan bangunan hunian

· Rehabilitasi/perbaikan infrastruktur permukiman

· Rehabilitasi/perbaikan proteksi kebakaran

· Penyiapan lahan

· Peningkatan kapasitas bangunan hunian

· Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman

· Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran

· Penyiapan lahan

· Pembangunan kembali bangunan hunian

· Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran PEMUGARAN

PEREMAJAAN

PEMUKIMAN KEMBALI KONSEP/POLA

PENANGANAN RUMUSAN STRATEGI

KONDISI KEKUMUHAN

· Ringan

· Legal

· Sedang

· Legal

· Berat

· Legal

· Penegakan kesesuaian perizinan

· Action plan program pencegahan (sosialisasi, public campaign, penyuluhan)

· Pemeriksaan berkala kelaikan fungsi

· Pendampingan dan pelayanan informasi

· PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

· PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Permukiman kumuh

baru PENCEGAHAN

PENINGKATAN KUALITAS

PEMUKIMAN KEMBALI

· Ringan

· Tidak legal

· Penyiapan lahan

· Pembangunan kembali bangunan hunian

· Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

· Sedang

· Tidak legal

· Penyiapan lahan

· Peningkatan kapasitas bangunan hunian

· Peningkatan kapasitas infrastruktur permukiman

· Peningkatan kapasitas proteksi kebakaran PEREMAJAAN

· Berat

· Tidak legal

PEMUKIMAN KEMBALI · Penyiapan lahan

· Pembangunan kembali bangunan hunian

· Pembangunan/penyediaan infrastruktur permukiman

· Pembangunan/penyediaan proteksi kebakaran

Gambar

Tabel 1-4 Formulasi Penentuan Skala Prioritas Penanganan
Gambar 2-2 Struktur Pembagian Peran Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat
Gambar 2-3 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengembangan  Kawasan Permukiman
Tabel 2-1 Pembagian Urusan Pemerintah Terkait Penanganan Permukiman Kumuh  No  Sub Urusan  Pemerintah Pusat  Pemerintah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Capaian target kinerja (1) Tersedianya angkutan umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kabupaten 100% (2) Rasio jumlah pelayanan

Fokus kegiatan pemasaran domestik yang akan dilakukan adalah: (a) pengembangan kelembagaan pasar dalam bentuk Sub Terminal Agribisnis (STA) komoditas tanaman pangan

dirasiokan dengan nilai statistiknya dan dinyatakan dalam persen maka disebut dengan Relative Standard Error (RSE).... Menurut Soedarti dkk (2007),

Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Bergas adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Semarang yakni sebesar 2,91 persen, sedangkan yang terendah

dan bidang pengolahan limbah sebesar 35%; 3) Ditingkat desa, semua desa tidak memiliki regulasi terkait sanitasi dan air minum, dimana pelayanan dan pengelolaan

Seiring dengan kebutuhan pembangunan perkotaan yang dikeluarkan Pemerintah Kota Jambi, maka salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan pemahaman persepsi dan

Di wilayah eks Pembantu Bupati Driyorejo hampir semua kecamatan di wilayah ini memiliki laju pertumbuhan penduduk diatas angka laju pertumbuhan penduduk kabupaten, hanya

Persentase putusan yang menarik perhatian masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari sejak diputus 99% 0% 0% 3 Meningkatnya Akses Peradilan bagi Masyarakat