Kritik Sastra Siber
(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sastra Siber) Dosen Pengampu: Khomisah, M.Ag
Disusun Oleh:
Iyul Julpadlillah 1205020205 Dian Indri Agistiani 1205020044 Parhan Abdul Jalal 1205020145 Afika Muhaladika 1205020009 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIRA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji serta syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memeberikan kemudahan bagi kami dalam menyusun makalah dan menyelsaukan makalah ini.
Shalawat serta Salam kami panjatka kepada Nabi kita Nabi Muhannad SAW dann juga kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin tabiatnya, serta mudah-mudahan kepada kita selaku umatnya yang senantiasa taat dan patuh kepada ajaranya hingga hari akhir kelak amiiin.
Adapun maksud dari tujuan kami adalah untuk mengajukan makalah yang berjudul Kritik Sastra Siber dengan Dosen pengampu yaitu Ibu Khomisah M.Ag yang menjadiv tugas dari Mata Kuliah Sastra Siber.
Kami sadar mungkin makalah yang kami bbuat maaih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami mohon bimbinganya dan Saranya dari teman-teman semua.
Harapnya makalah yang kami susun bisa memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Bandung, 19 September 2023
Kelompok 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Berbagai macam faktor menentukan adanya ciri, fungsi, peran bunyi, gambar, dan aksara yang mengalami pergeseran dari satu wahana ke wahana lain. Kemajuan teknologi yang menunjang kita untuk mengalihwahanakan sesuatu menjadi lebih mudah dan praktis.
Kemajuan alat tulis adalah hasil teknologi yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhan berkomunikasi dan berekspresi” (Damono, 2012:17). Sastra yang sepanjang sejarahnya selalu erat hubungannya dengan media komunikasi dan informasi, tentunya mendapat tantangan baru yang dihadapi, baik dalam masalah penyampaian atau penyajiannya, maupun dalam masalah kreatifitas para pelakunya. Apabila perjalanan sejarah diamati, perubahan bentuk dan konsepsi artistik karya-karya seni selalu berdampingan dengan pencapaian teknologi pada zamannya.
Dalam dunia sastra sebelum berkembangnya media menulis, sastra dilakukan secara lisan, atau diabadikan pada kulit binatang, batu, dan daun lontar. Setelah kertas ditemukan oleh Tsai’Lun, karya-karya sastra diabadikan pada media tipis ini, sejak dengan tulisan tangan yang indah sampai dengan teknologi cetak yang canggih. Penemuan teknologi cetak oleh Johann Gutenberg telah membuka wilayah baru dokumentasi dan sosialisasi karya sastra secara revolusioner. Karya-karya sastra besar yang semula ditulis tangan dan memakan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu eksemplar saja, melalui teknologi cetak dapat diperbanyak sampai ratusan atau ribuan eksemplar. Ketika media komunikasi digital telah merambah kehidupan masyarakat postmodern, dan sastra cetak mulai menampakkan tanda- tanda kejenuhan, sastra pun merembes dan berdenyut di jagat maya (virtual) itu. Dengan demikian, karya sastra dapat disebarluaskan dengan sangat cepat dan mudah.
Munculnya sastra siber di Indonesia ditanggapi secara beragam. Ada sebagian pihak yang mengapresiasi secara positif dan ada juga yang mengapresiasi secara negatif keeksistensian sastra siber. Pihak yang mengapresiasi secara positif berargumen bahwa melalui media siber, keberadaan dan perkembangan sastra dapat diakses oleh kalangan secara luas, tidak hanya masyarakat Indonesia saja, tetapi juga masyarakat seluruh dunia. Dengan demikian, sastra menjadi milik semua orang karena mereka bisa mencintai dan mengapresiasinya. Sementara itu, pihak yang mengapresiasi mengenai keberadaan sastra siber, yakni berkait dengan kualitas karya yang dihasilkan, karena tidak ada proses seleksi dari pengelola, sehingga semua karya yang bagus dan yang tidak, bisa muncul dalam situs tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian kritik Sastra Siber?
2. Apa Keunggulan Kritik Sastra Siber?
3. Apa Saja Corak Dalam Kritk Sastra Siber?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Apa Pengertian kritik Sastra Siber 2. Untuk Mengetahui Keunggulan Kritik Sastra Siber 4. Untuk Mengetahui Corak Dalam Kritk Sastra Siber
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kritik Sastra Cyber
Kritik sastra siber atau yang lebih dikenal sebagai kritik sastra digital merupakan cabang dari studi sastra yang fokus pada analisis dan pemahaman karya sastra dalam konteks teknologi digital, internet, media sosial, dan dunia maya secara umum. Kritik sastra siber merupakan wadah bagi seseorang untuk mengkritik karya sastra secara terbuka dan umum karena pada dasarnya karya yang dipublikasikan di media internet merupmeru karya yang bersifat umum atau terbuka. Cara kerja kritik sastra siber dapat dilihat melalui polemik kesusastraan yang terjadi oleh sastrawan muda yang menuliskan karyanya di media internet dengan sastrawan senior atau mereka yang lebih dulu terjun ke dunia sastra indonesia. Ini adalah pendekatan yang memungkinkan para peneliti sastra untuk menggali bagaimana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memengaruhi cara kita menciptakan, membaca, mengonsumsi, dan menginterpretasikan karya sastra.
Kritik sastra cyber mencakup analisis terhadap karya-karya sastra yang mencerminkan dan merespons dunia digital. Ini meliputi penelitian tentang pengaruh internet, media sosial, realitas maya, dan teknologi terkait lainnya terhadap penciptaan dan interpretasi karya sastra.
Kritik sastra cyber juga membahas isu-isu seperti identitas online, privasi, dan keterhubungan sosial dalam konteks sastra.
Seperti dikemukakan oleh Tanaka dalam Damono (1993:103) terdapat dua macam kritik sastra, yaitu kritik sastra akademis dan kritik sastra umum. Kritik akademis bersifat tertutup yang mencakup para kritikus profesional, pengajar di perguruan tinggi, dan mahasiswa yang menulis untuk lingkungan sendiri, sedangkan kritik umum bersifat terbuka yang mencakup para kritikus umum--adalah mereka yang biasa menulis di surat kabar, majalah, dan media lain dan dibaca oleh khalayak ramai. Kritik akademis berfungsi sebagai pencari keterangan dan penyusunan kembali konsep konsep, sedangkan sistem kritik umum berfungsi sebagai penyaring dan pemilih yang membantu arus informasi dengan cara menyaring tipe-tipe karya tertentu dari sejumlah besar karya yang ditawarkan kepada pembaca. Meskipun kritik akademis relatif tertutup, secara tidak langsung dapat memengaruhi pembaca terutama jika ia dibaca dan memengaruhi kritikus umum.
Mengacu pada pendapat Tanaka inilah, kritik sastra yang terdapat dalam sastra cyber dikatakan sebagai kritik umum. Secara sederhana kritik yang terdapat dalam media internet
tersebut adalah berupa ulasan atau tanggapan ringkas dan sederhana mengenai masalah sastra yang sedang tren dalam masyarakat. Di samping itu, ada pula informasi tentang buku baru, baik buku terjemahan maupun buku asli yang sudah diluncurkan (semacam timbangan buku), dan yang menarik adalah adanya polemik yang mendapat perhatian dari khalayak.
B. Keunggulan dan Kekurangan Kritik Sastra Siber 1. Keunggulan kritik sastra siber
Kritik sastra multimedia memiliki keunggulan yang tidak akan didapatkan di media lain jika dibandingkan dengan kritik sastra konvensional, artinya kritik sastra yang lazim dipublikasikan melalui media massa cetak, seperti koran dan majalah. Keunggulan itu adalah memiliki komunikasi bebas dan langsung. Model interaksi bebas dan langsung inilah yang menjadi ciri utama komunikasi melalui media cyber. Proses komunikasi pun terjadi lebih cepat dan lebih kaya. Dikatakan lebih cepat karena sifat cyber yang tidak terbatas waktu dan disebut lebih kaya karena sifat penyampaian opini yang langsung dan tidak terbatas ruang. Lebih kaya juga dapat ditafsirkan sebagai banyaknya masukan yang mengomentari pada satu masalah.
Kekayaan masukan ini disebabkan oleh beragamnya individu yang memberikan masukan, beragamnya opini, komentar/kritik atas sebuah karya yang diberikan dari berbagai sudut pandang, perbedaan usia, gender, tingkat pendidikan, dan latar belakang pekerjaan.
Peningkatan tentang jumlah karya yang beredar di internet atau media sosial atas hal tersebut juga peningkatan penulis baru pun turut ikut bersamaan. Meskipun dikatakan sebagai genre baru, kritik sastra siber telah memberikan wadah baru kepada kritikus yang ingin menyajikan hasil penilaiannya terhadap suatu karya. Kritik sastra siber juga dapat berpengaruh terhadap penciptaan sastra.
2. Kekurangan Kritik Sastra Siber
a. Kritik sastra siber merupakan kritik sastra di dunia digital masa kini yang terbilang masih baru ketimbang kritik sastra konvensional b. Kekhawatiran adanya anarkisme puitik sastra internet dikarenakan
adanya kritik sastra siber
c. Kritik sastra siber yang tertulis dikhawatirkan mengundang kesalahpahaman perspektif dari kalangan penikmat suatu karya yang di kritik
d. Penulis yang berkecimpung di dalam siber sastra adalah penulis yang sedang coba-coba atau main-main dan menjadikan sastra siber sebagai modus karena sulitnya menerbitkan karya sastra cetak.
C. Corak Kritik Sastra Cyber 1. Polemik dalam Multimedia
Kegiatan kritik sastra multimedia bisa digambarkan dari rangkaian polemik yang terjadi di antara sastrawan muda yang mendominasi tulisannya dalam multimedia dengan satrawan senior atau mereka yang lebih dahulu ada dalam kehidupan sastra Indonesia. Pada dasarnya yang dipertentangkan dua generasi itu adalah hadirnya sastra dalam internet.
Salah seorang penyair muda yang banyak menulis dalam internet mengatakan bahwa hadirnya sastra multimedia dapat memberikan perkembangan positif dalam kehidupan sastra Indonesia. Perkembangan positif sastra yang disumbangkan oleh teknologi dapat dilihat dari gejala yang ada, berikut ini.
a. Kualitas: peningkatan mutu karya sastra digital secara jelas terbaca dari hasil karya dari hari ke hari. Kemudian, apabila media cetak konvensional seperti koran dan majalah masih dianggap sebagai satu-satunya alat ukur mutu karya, peningkatan mutu karya sastra digital juga dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah karya sastra digital yang berhasil menembus barikade redaktur sastra koran dan majalah.
Sebut saja nama-nama penyair baru seperti Rukmi Wisnu Wardani, Anggoro Saronto, Herri Latief, dan T.S. Pinang berhasil menembus koran bahkan telah menerbitkan buku. Para penyair ini mengakui bahwa mereka lahir, tumbuh, dan berkembang berkat media digital.
b. Kuantitas: secara kuantitas perkembangan sastra digital Indonesia diindikasikan dari meningkatnya jumlah karya yang beredar di dunia cyber dan jumlah penulis yang terus bertambah. Hitungan ini belum termasuk para pengamat atau pelaku sastra pasif;
c. Wilayah: peningkatan wilayah jangkauan dapat dijadikan acuan. Yang dimaksud wilayah di sini adalah posisi geografis dan wilayah pribadi. Wilayah geografis dapat menjangkau berbagai sudut dunia secara cepat, sedangkan wilayah pribadi memudahkan individu dari berbagai wilayah pribadi bergabung;
d. Jenis: meskipun tidak dapat dikatakan sebagai genre baru, sastra digital telah memberikan alternatif lain dalam penyajian sastra, misalnya penyajian dalam bentuk poetry tree, kolaborasi, multimedia, dan dan sastra computer geeks.
2. Tanggapan/Ulasan Karya
Yang menarik dalam kritik sastra multimedia selain polemik adalah tulisantulisan yang berupa tanggapan atau ulasanulasan mengenai berbagai karya sastra atau genre sastra yang sedang aktual di masyarakat, misalnya, tentang hebohnya novel Supernova karya Dewi Lestari, novel-novel Ayu Utami Saman dan Larung yang sering disebut sebagai contoh karya dengan ciri "keterbukaan baru" dalam membaca seksualitas, dan tentang novelnovel chicklit dan teenlit yang "meledak" di pasaran.
Yang paling banyak mendapat tanggapan dalam sastra internet yang datang dari khalayak ramai adalah tentang novel-novel chiklit dan teenlit.
Kehadiran chicklit dan teenlit di masyarakat ternyata dimbangi dengan maraknya tanggapan/ulasan ringkasnya melalui internet. Meskipun mereka yang menulis di internet itu bukan kritikus profesional, melainkan kritikkus-kritikus umum, novel chicklit dan teenlit tetap hidup dengan kritik. Beberapa kritik yang dipublikasikan di internet pada umumnya menanggapi tema atau isi cerita novel yang dianggap sangat menarik untuk dibaca. Tampaknya ada semangat dan gairah di kalangan muda untuk menulis kritik. Dari sekian kritik sastra terhadap novel chicklit dan teenlit, beberapa tanggapan berikut dapat dijadikan contoh.
Tanggapan berikut ditulis oleh Sandra: Kemaren-kemaren baru baca novel baru (jenis chicklit gitu lho...) judulnya Cintapuccino dari Icha Rahmanti, alumni ITB. Bagus banget ceritanya, it's about finding your 'Nimo'. Jadi itu tuh ceritanya gini...
Dijamin ga bakalan nyesel deh... Ceritanya ringan banget seperti kehidupan sehari-hari aja, bahasanya juga gampang banget dimengerti.
Pernyataan Sandra (penulis kritik), pertama adalah bahwa jenis novel chicklit yang berjudul Cintapuccino, "bagus banget ceritanya" menunjukkan bahwa penulis sangat tertarik novel jenis chicklit. Sikap penulis terhadap novel itu jelas positif yang
didukung dengan pernyataan-pernyataan bahwa bahasanya gampang dan mudah dimengerti dan ceritanya ringan seperti yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa cuplikan tanggapan tentang karya yang telah dikemukakan tampaknya yang menonjol dan mudah dikenali dari penulis internet yang membedakannya dengan penulis kritik sastra dalam media konvensional adalah pemakaian bahasanya. Dari beberapa contoh yang dikemukakan tampak bahwa bahasa yang digunakan dalam internet adalah bahasa Indonesia ragam lisan yang diwarnai dengan interferensi bahasa Betawi dan bahasa Inggris atau dalam istilah orang muda pemakaian "bahasa gaul". Hal itu dapat dipahami mengingat sifat media itu yang bebas, artinya tidak ada aturan yang mengharuskan pemakaian bahasa tertentu dan siapa saja boleh menulis di internet.
BAB III PENUTUP Kesimpulan
Kritik Sastra Siber merupakan bentuk analisis terhadap karya-karya sastra yang mencerminkan dunia digital. Kritik sastra cyber mencakup isu-isu seperti pengaruh internet, media sosial, realitas maya, identitas online, privasi, dan keterhubungan sosial dalam konteks sastra. Kritik sastra cyber memiliki keunggulan utama dalam bentuk komunikasi yang bebas dan langsung melalui media digital. Proses komunikasi terjadi lebih cepat dan lebih kaya karena tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Kritik sastra cyber juga mencakup ulasan dan tanggapan terhadap berbagai karya sastra yang sedang populer di masyarakat, dengan penulis kritik umum memberikan pandangan mereka tentang kualitas dan tema karya-karya tersebut.
Sastrawan muda melihat sastra dalam internet sebagai perkembangan positif dalam kehidupan sastra Indonesia, dengan peningkatan mutu dan kuantitas karya sastra digital. Kritik sastra cyber juga mencakup variasi dalam bahasa yang digunakan, dengan bahasa informal dan gaul yang lebih umum dalam media internet.
Dengan demikian, kritik sastra cyber menjadi wadah penting untuk mengeksplorasi dan mendiskusikan sastra dalam era digital, serta memberikan suara kepada berbagai individu dengan beragam sudut pandang dan latar belakang yang ingin berpartisipasi dalam pembicaraan sastra.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-sunan-kalijaga- yogyakarta/eg-aka-tholeism/41672-kritik-sastra-cyber-fd420b10/62829382
Demam Novel Ringan Gaya Chicklit". Femina, No.51/XXXII 23-29 Desember 2004.
Rejo, U. (2014). MEMOSISIKAN SASTRA SIBER SEBAGAI LAHAN BARU DALAM PENELITIAN SASTRA MUTAKHIR DI INDONESIA. Paramasastra, 1(2).
https://doi.org/10.26740/parama.v1i2.1494