• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUIS HUKUM ACARA PERADILAN KHUSUS Semester Enam Fakultas Ilmu Hukum

Khilda Ishmah Fauziyah

Academic year: 2024

Membagikan "KUIS HUKUM ACARA PERADILAN KHUSUS Semester Enam Fakultas Ilmu Hukum"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

KUIS

1. Sebutkan tindak pidana yang termasuk dalam lingkup peradilan umum dan peradilan khusus?

Tindak Pidana Umum : semua tindak pidana yang ada didalam KUHP (UU no 1/1946), contoh tindak pidana penipuan, pencurian, penggelapan, pembunuhan, pemerkosaan, dll.

Tindak Pidana Khusus : semua tindak pidana yang diatur diluar KUHP, misal tindak pidana anak, tindak pidana terorisme, tindak pidana Hak Asasi Manusia, Korupsi, Hubungan industrial, pajak, dll.

2. Sebutkan dasar hukum KPK, Jelaskan tugas dan kewenangannya?

Dasar Hukum KPK : UU No 30/2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi & UU No 19/2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Tugas KPK : Pasal 6 UU KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi bertugas melakukan:

a. tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak Pidana Korupsi;

b. koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan publik;

c. monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara;

d. supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

e. penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap Tindak Pidana Korupsi; dan f. tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap.

Kewenangan KPK : terdapat dalam pasal 7 yang mana dalam setiap tugasnya disertai dengan wewenang, misalnya Tugas Pencegahan, maka KPK berwenang untuk melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan penyelenggara negara;

menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi; menyelenggarakan program

(2)

pendidikan anti korupsi pada setiap jejaring pendidikan dan lainya. Dalam Tugas Koordinasi maka KPK berwenang melakukan koordinasi penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; meminta informasi tentang kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi kepada instansi yang terkait dan lainnya.

Dalam Tugas Monitor, KPK berwenang melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua lembaga negara dan lembaga pemerintahan, dan lainnya. Dalam melaksanakan Tugas Supervisi KPK berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

3. Jelaskan kualifikasi kejahatan apa saja yang termasuk dalam kejahatan HAM?

Kejahatan yang termasuk HAM berat adalah Genosida dan Kejahatan Kemanusiaan.

Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok;

menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya; memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain) sedangkan Kejahatan Kemanusiaan (salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil berupa, pembunuhan, pemusnahan.

4. Jelaskan penjatuhan sanksi terhadap anak menurut Undang-undang Perlindungan Anak?

Menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana, bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke atas.

Sanksi Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA) Pengembalian kepada orang tua/Wali; Penyerahan kepada seseorang; dan Perawatan di

(3)

rumah sakit jiwa. Sedangkan Sanksi Pidana terbagi atas Pidana Pokok (Pidana peringatan, pidana dengan syarat, pelatihan kerja, pembinaan dalam lembaga, penjara) dan Pidana Tambahan (Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana dan Pemenuhan kewajiban adat) (Pasal 71 UU SPPA):

5. Jelaskan alur sistem peradilan pidana dalam tindak pidana perikanan?

Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan, dan Upaya Hukum dalam peradilan pidana perikanan pada dasarnya didasarkan pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Secara spesifik :

Penyelidikan di darat, laut, dan udara didasari oleh surat perintah penyidikan ditindaklanjuti oleh direktur yustisi -> Penyidikan oleh Satgas 115 (polisi, perwira TNI- AL, PNS di bidang, perikanan) -> Penuntutan terhadap tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh penuntut umum yang ditetapkan oleh Jaksa Agung -> Penerimaan tersangka dan barang bukti -> Pemeriksaan di sidang pengadilan terdiri atas hakim karier dan hakim ad hoc. Pemeriksaan di sidang pengadilan dapat dilaksanakan tanpa kehadiran terdakwa -> putusan -> Upaya Hukum (banding, kasasi, atau peninjauan kembali)

6. Jelaskan alur sistem peradilan pidana apabila ada seorang anggota TNI melakukan tindak pidana umum ( misal: pembunuhan, pemerkosaan, penipuan dst. )!

Pasal 65 ayat (2) UU No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ketentuan itu berbunyi “Prajurit tunduk kepada kekuasaan peradilan militer dalam hal pelanggaran hukum pidana militer dan tunduk pada kekuasaan peradilan umum dalam hal pelanggaran hukum pidana umum yang diatur dengan undang-undang.”

Dari pasal ini terlihat bahwa seorang militer dapat diadili di pengadilan umum dengan merujuk pada KUHAP, akan tetapi harus memenuhi syarat dan ketentuan yang ada, namun memang pada kenyataannya kebanyakan diadili oleh Pengadilan Militer karena dirasa hukumannya lebih komprehensif seperti adanya pecopotan jabatan dan pemecatan keanggotaan. Namun secara lebih rinci peradilan pidana militer dapat dilihat :

(4)

Penyidikan dapat dilakukan oleh Atasan yang Berhak Menghukum, Polisis militer, atau oditur (dilakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan)-> Oditur pelajari hasil penyidikan. -> Jika Perwira Penyerah Perkara dan Oditur berbeda pendapat tentang penyelesaian perkara (di luar pengadilan atau diajukan ke pengadilan), Oditur dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Militer Utama untuk memutus perbedaan pendapat tersebut -> Jika Pengadilan Militer Utama memutuskan perkara harus diajukan ke pengadilan militer atau umum, Perwira Penyerah Perkara segera menyerahkan perkara setelah menerima berkas perkara dari Pengadilan Militer Utama -> Kepala Pengadilan Militer/Kepala Pengadilan Militer Tinggi segera mempelajarinya, apakah perkara termasuk wewenang Pengadilan yang dipimpinnya -> Jika Tidak Berwenang, Kepala Pengadilan buat penetapan berisi alasan dan kembalikan berkas perkara ke Oditurat Militer/Tinggi untuk dilimpahkan ke Pengadilan Militer/Tinggi lain yang berwenang atau Jika Berwenang, Kepala Pengadilan tunjuk Majelis Hakim untuk menyidangkan perkara tersebut -> Penuntutan dilakukan oleh oditur militer -> Persidangan di pimpin oleh hakim dengan jumlah ganjil -> pemeriksaan saksi – pemeriksaan terdakwa ->

pemeriksaan barang bukti -> tuntutan dan pembelaan -> musyawarah majelis hakim ->

putusan -> upaya hukum.

Referensi

Dokumen terkait

menyelesaikan penyusunan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “ STUDI KOMPARASI HUKUM WEWENANG DAN FUNGSI PRA PERADILAN MENURUT HUKUM ACARA PIDANA INDONESIA

peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada pengadilan dalam.. Iingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus

Oleh sebab itu, jika peradilan khusus pilkada yang dimaksud berada pada lingkungan badan peradilan umum, maka kewenangan dari peradilan khusus pilkada tersebut

Berbeda dengan hukum acara perdata maka dalam hukum acara tata usaha negara, badan/pejabat tata usaha negara itu selalu berkedudukan sebagai pihak yang mempertahankan keputusan

Penyusunan proposal tesis yang berjudul Konsep Restorative Justice Dalam Sistem Peradilan Pidana Upaya Pembaharuan Hukum Acara Pidana Indonesia ini membutuhkan data, baik data

Kehadiran buku ini merupakan upaya Penulis dalam melengkapi kebutuhan materi perkuliahan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha N egara, karena telah disesuaikan pembahas

Mahasiswa mampu berpikir kritis untuk menjelaskan tentang Asas - Asas Peradilan Administrasi, Kekhususan Hukum Acara Peradilan Administrasi, Kemudahan dalam

Pengertian  Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara HAPTUN adalah Peraturan Hukum yg mengatur proses penyelesaian perkara TUN melalui pengadilan hakim, sejak pengajuan gugatan