• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA

N/A
N/A
faidah farihatul fajriyah

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN KASUS BRONKOPNEUMONIA"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

Pembimbing :

dr. Dian Rahma Ekowati, Sp.A., M.Sc.

Disusun oleh : Anggie Kharissa Mihadie

2018730114

KEPANITERAAN KLINIK STASE PEDIATRI RSUD SEKARWANGI KABUPATEN SUKABUMI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Kasus ini. Tugas Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. Dian Rahma Ekowati, Sp.A.,M.Sc. sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penilis sehingga bisa menyelesaikan tugas ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan rekan-rekan sejahwat yang telah memberikan dukungan, kritik, dan saran terkait tugas ini.

Keberhasilan penyusunan ini tidak akan tercapai tanpa adanya bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak tersebut.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Sukabumi, 29 Oktober 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB 1 STATUS PASIEN...1

1.1 IDENTITAS PASIEN...1

1.2 ANAMNESIS...1

1.3 PEMERIKSAAN FISIK...5

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG...9

1.5 RESUME...10

1.6 DIAGNOSIS...11

1.7 DIAGNOSIS BANDING...11

1.8 TATALAKSANA...11

1.9 PROGNOSIS...12

1.10 FOLLOW UP...12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...14

BAB III ANALISA KASUS...23

TINJAUAN PUSTAKA...28

(4)

BAB 1 STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. A

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Tanggal lahir : 9 November 2018

 Usia : 4 tahun 11 bulan

 No. Rekam Medis : 707***

 Alamat : Sukamaju, Sukabumi

 Agama : Islam

 Tanggal Masuk RS : 25 Oktober 2023

 Ruang Rawat : Ruang AIS lantai 1

Identitas Orang Tua (Ayah) Identitas Orang Tua (Ibu) Nama : Tn.H

Usia : 27 Tahun Alamat : Sukamaju Agama : Islam Suku : Sunda

Hubungan : Ayah kandung Pekerjaan : Buruh

Penghasilan : 1-2 juta / bulan

Nama : Ny.J Usia : 27 Tahun Alamat : Sukamaju Agama : Islam Suku : Sunda Hubungan : Ibu kandung Pekerjaan : Ibu rumah tangga Penghasilan : -

1.2 ANAMNESIS

Alloanamnesis dilakukan pada ibu kandung pasien tanggal 26

(5)

Keluhan Utama Sesak napas.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Sekarwangi dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan sesak napas. Sesak napas dirasakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak memberat ketika pasien batuk dan setelah menangis.

Sesak tidak dipengaruhi cuaca maupun aktivitas dan tidak disertai suara napas berbunyi ngik-ngik (mengi).

Keluhan disertai dengan demam. Demam sejak 3 hari yang lalu.

Demam dirasakan cukup tinggi dan naik turun, memberat di sore menjelang malam hari dan membaik di pagi hari. Demam tidak disertai kejang, penurunan kesadaran, mimisan, gusi berdarah, muntah. Demam sempat turun ketika diberikan obat penurun panas yang dibeli dari klinik namun tidak mengalami perbaikan.

Keluarga pasien mengatakan demam disertai dengan batuk sejak 1 hari yang lalu. Batuk terdapat dahak tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan.

Awalnya batuk frekuensi jarang tetapi semakin lama frekuensi batuk semakin memberat setiap harinya. Kadang pasien merasakan mual dan napas cepat setelah batuk yang terus-menerus dan dahak yang sulit dikeluarkan.

Keluhan muntah disangkal. Keluhan gangguan BAB dan BAK disangkal. Keluhan keringat dingin saat demam disangkal, penurunan berat badan dalam dua bulan terakhir, tampak lemas dalam 2 minggu terakhir disangkal. Riwayat perdarahan dan trauma disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

(6)

Pasien tidak pernah merasakan keluhan yang sama. Riwayat penyakit asma disangkal. Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena keluhan nyeri perut sekitar 3 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang merasakan keluhan serupa. Pada keluarga tidak terdapat riwayat alergi, penyakit asma.

Riwayat Pengobatan

Pasien sudah mendapatkan pengobatan di klinik dan diberikan obat demam dan obat batuk 1 hari SMRS. Ibu pasien mengaku tidak ingat nama obat yang diberikan. Selain itu pasien tidak dalam pengobatan apapun.

Riwayat Alergi

Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan ataupun cuaca. Untuk alergi obat keluarga pasien tidak mengetahuinya.

Riwayat Psikososial

Pasien merupakan anak satu-satunya. Pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tuanya dalam satu rumah. Keluarga pasien mengatakan rumahnya terdapat ventilasi cukup baik. Sumber air untuk memasak dan

(7)

sebagai buruh dan kadang tidak pulang ke rumah dalam waktu beberapa hari, dengan penghasilan per bulan sekitar 1-2 juta rupiah, cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu pasien mengatakan melakukan ANC sebanyak 6 kali selama kehamilan. Tidak ada keluhan mual, muntah, kejang, hipertensi, diabetes pada saat hamil. Imunisasi TT sebanyak 2 kali. Persalinan dilakukan secara SC (sectio caesarea) di rumah sakit dengan berat lahir 3800 gram dan panjang badan 47 cm.

Riwayat Imunisasi

Ibu pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat imunisasi lengkap sesuai umur.

(8)

Riwayat Pola Makan

- Usia 0-6 bulan: ASI ekslusif, sehari biasanya lebih dari 8 kali dengan lama menyusui 10 menit

- Usia 6-9 bulan: ASI dan MPASI (bubur serelac 2-3 kali dalam sehari + cemilan atau selingan 1-2 kali)

- Usia 9 bulan – 12 bulan: ASI dan MPASI (Nasi + Lauk + Sayur 2-4 kali makan setengah mangkuk + cemilan atau selingan 1-2 kali)

- 12 bulan – saat ini piring + cemilan: Makanan keluarga 3 kali sehari satu mangkuk + cemilan

Riwayat Tumbuh Kembang

Pasien memiliki riwayat perkembangan sesuai dengan usianya. Pasien dapat

mengangkat kepala usia 3 bulan, tengkurap usia 4 bulan, bolak-balik usia 6 bulan, duduk usia 7 bulan, merangkak usia 9 bulan, bicara usia 10 bulan,

(9)

berdiri usia 12 bulan, berjalan usia 16 bulan. Saat ini pasien berusia 4 tahun 11 bulan. Pasien tidak ada gangguan perkembangan dalam mental dan emosi saat sebelum sakit. Interaksi dengan orang sekitar baik, namun saat sakit pasien cenderung malas berinteraksi.

Berdasarkan milestone Denver, sesuai usianya (4 tahun 11 bulan) adalah sebagai berikut:

Personal sosial Motorik halus

Mengambil makan Gosok gigi tanpa bantuan Bermain ular tangga kartu

Mencontoh □ Menggambar orang Mencontoh □ ditunjukkan

Memilih garis yang lebih panjang

Bahasa Motorik kasar

Mengartikan 7 kata Menghitung 5 kubus Mengetahui 3 kata sifat

Berdiri 1 kaki 6 detik Berjalan tumit ke jari kaki

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : tampak sakit sedang

(10)

 Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

 Tanda tanda vital HR : 135x/menit RR : 35x/menit SpO2 : 99%

Suhu : 38,6

 Antropometri

BB : 11 kg

TB : 94 cm

LK : 47 cm

IMT : 12,6 kg/m2

 Status Gizi (Interpretasi menggunakan kurva WHO 2007)

- Panjang badan menurut umur (PB/U) Z-score <–3 SD perawakan sangat pendek

(11)

- Berat badan menurut umur (BB/U) Z-score <-3 SD berat badan sangat kurang

(12)

- Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Z-score antara -3 dan -2 gizi kurang

- Lingkar kepala menurut umur (LK/U) z-score -2 maka normal

(13)

- IMT menurut umur (IMT/U) Z-score antara -3 dan -2 gizi kurang

(14)

 Pemeriksaan Generalis

o Kepala : Normocephal, rambut rontok (-), ubun-ubun datar o Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

refleks cahaya (+/+), mata cekung (-/-)

o Hidung : Epistaksis (-/-), sekret hidung (-/-), deviasi septum (-), cuping hidung (+)

o Telinga : Deformitas (-/-), sekret (-/-).

o Mulut : Mukosa bibir kering, bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), lendir dari mulut (-).

o KGB : Tidak ada perbesaran KGB pada leher, axilla dan inguinal

o Kulit : Tidak ada eflorosensi o Paru

Inspeksi : Gerak napas simetris, retraksi (+) interkosta, deformitas (-)

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, vokal fremitus

(15)

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-). gallop (-) o Abdomen

Inspeksi : Datar, distensi abdomen (-), benjolan (-) Auskultasi : Bising usus 15x/menit

Perkusi : Timpani (+)

Palpasi : Supel, lembut, tidak terdapat perbesaran hepar dan spleen

o Ekstremitas

Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium (25 Oktober 2023)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hb 12,5 Gr% 12-14

Jumlah Leukosit 12.900 /mm3 4.000-11.000

Trombosit 222.00

0 /mm3 150.000 - 400.000

Hitung Jenis Eosinofil Basofil Batang Segmen Limfosit

0 0 0 75

(16)

Monosit 19 6

Hematokrit 37 % 36-46

Rontgen Thorax Ap/Lat (26 Oktober 2023)

Expertise:

Kolom udara trakhea tampak baik Daerah mediastinum tidak melebar

Cor tidak membesar, CTR <50%, pinggang jantung normal. Apex pada diafragma

Sinuses dan Diafragma normal Pulmo:

(17)

Tampak infiltrat di lapang bawah paru kanan.

KESAN FOTO THORAX : Bronkopneumonia kanan Cor dalam batas normal

1.5 RESUME

An. A usia 4 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS yang memberat ketika batuk dan setelah menangis. Keluhan disertai demam naik turun sejak 3 hari SMRS. Demam turun ketika diberikan obat demam. Pasien juga batuk sejak 1 hari SMRS dengan dahak tetapi sulit dikeluarkan. Frekuensi batuk semakin lama semakin memberat hingga pasien kadang merasakan mual dan napas cepat setelah batuk terus- menerus.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh meningkat, napas dan nadi cepat, status gizi kurang. Status generalis didapatkan napas cuping hidung, retraksi interkosta, ronkhi basah halus (+/+).

Pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap didapatkan peningkatan jumlah leukosit dan segmen. Pada pemeriksaan radiologi rontgen thorax didapatkan kesan bronkopneumonia kanan.

1.6 DIAGNOSIS

 Diagnosa klinis: Bronkopneumonia

 Diagnosa gizi: Gizi buruk

 Diagnosa imunisasi: Imunisasi dasar lengkap sesuai usianya

(18)

 Diagnosa tumbuh kembang: tumbuh kembang sesuai usia

1.7 DIAGNOSIS BANDING

 Bronkhiolitis

1.8 TATALAKSANA

 O2 nasal kanul 2 lpm

 Nebu combivent + NaCl 0,9% 3cc/ 8 jam

 IVFD D1/2 NS 28 cc/jam

 Paracetamol drip 10-15 mg/kgBB/kali dengan dosis 4x sehari. 10- 15 mg x 11 kg = (110-165 mg) x 4 → 4x120 mg IV

 Cefotaxime 3x500 mg IV

 Diet lunak

 Edukasi keluarga terkait keluhan yang dialami pasien.

 Minum air putih yang cukup, memberikan asupan nutrisi yang cukup, memberikan informasi terkait komplikasi yang dapat terjadi, menjaga kebersihan lingkungan dari asap rokok dan debu, menginformasikan faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya gejala.

(19)

 Ad sanationam : Dubia ad bonam

1.10 FOLLOW UP

27 Oktober 2023 (Bangsal AIS lantai 1) S

Ibu pasien berkata keluhan sudah membaik. Sesak sudah berkurang, batuk berkurang, demam masih naik turun (demam tinggi saat sore hingga malam hari), mual, nyeri badan.

O

Keadaan umum tampak sakit sedang, Kesadaran Composmentis

HR : 126x/menit RR : 28x/menit T : 36,8 oC SpO2 : 99%

Normocephal, Ca (-/-), SI (-/-), KGB (-), retraksi (-), BJ I & II Reguler, rhonki (+), abdomen supel, Bising usus (+)

A

Bronkopneumonia

P

(20)

Advice:

IVFD D1/2 20 cc/jam Cefotaxim 3 x 350 mg IV Paracetamol 4 x 120 mg IV

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.

2.2. Epidemiologi

Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak < 5 tahun di negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun.

Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara berkembang.

2.3. Etiologi

Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain virus, jamur, dan bakteri. S. pneumoniae merupakan penyebab tersering pneumonia bakterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV) merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus juga ditemukan. Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih sering ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa Streptococcus pneumonia dan Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang

(22)

paling sering ditemukan pada apusan tenggorok pasien pneumonia umur 2-59 bulan.

2.4. Faktor Risiko

Beberapa faktor meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER (gastroesophageal reflux), aspirasi, gizi buruk, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan air susu ibu (ASI), imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan kamar tidur yang terlalu padat penghuninya.

2.5. Patogenesis

Saluran nafas bagian bawah dapat tetap steril dengan mekanisme pertahanan fisiologis seperti mekanisme mukosiliaris, sekresi IgA, dan mekanisme batuk untuk membersihkan saluran nafas. Pertahanan imun membatasi invasi oleh patogen seperti dengan adanya makrofag, IgA, dan immunoglobulin lainnya. Mikrooganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran pernafasan. Mikroorganisme yang masuk tersebut menyebabkan kerusakan epitel dan penurunan kemampuan pembersihan dari mikrosiliaris.

Mikoorganisme yang masuk akan berhadapan dengan sistem pertahanan lokal seperti fagositosis oleh makrofag yang berusaha melindungi paru dari patogen. Proses fagositosis oleh makrofag ini memicu sitokin profinlamasi (TNF-a, IL-8, dan IL-1) yang merekrut sel inflamasi seperti neutrofil sehingga terjadinya inflamasi pada alveoli.

Inflamasi pada aleveoli akan menyebabkan terjadinya edema karena reaksi jaringan yang akan terjadi pembentukan eksudat fibrinopurulen.

Terisinya alveoli dengan cairan ini dapat mengganggu proses pertukaran udara

2.6. Diagnosis

(23)

- Demam

- Kesulitan makan/minum - Tampak lemah

- Serangan pertama atau berulang, untuk membedakan dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi bronkus, atau asma

Pemeriksaan Fisik

- Penilaian keadaan umum anak, frekuensi napas, dan nadi harus dilakukan pada saat awal pemeriksaan sebelum pemeriksaan lain yang dapat menyebabkan anak gelisah atau rewel.

- Penilaian keadaan umum: kesadaran, kemampuan makan/minum.

- Gejala distress pernapasan: takipnea, retraksi subkostal, batuk, krepitasi, dan penurunan suara paru.

- Demam dan sianosis.

- Anak di bawah 5 tahun mungkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yang klasik. Pada anak yang demam dan sakit akut, terdapat gejala nyeri yang diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda, terdapat gejala pernapasan tak teratur dan hipopnea.

Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan Radiologi

- Pemeriksaan foto dada dan tidak direkomendasikan secara rutin pada anak dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan tanpa komplikasi

- Pemeriksaan foto dada direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan

- Pemeriksaan foto dada follow up hanya dilakukan bila didapatkan adanya kolaps lobus, kecurigaan terjadinya komplikasi,

pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak respons terhadap komplikasi

- Pemeriksaan foto dada tidak dapat mengidentifikasi agen penyebab

(24)

- Foto toraks tidak dapat menentukan penyebab pneumonia secara pasti namun gambaran radiologi yang klasik dapat memberikan petunjuk etiologi pneumonia. Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari:

- Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat

Pneumoccocus. Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut sebagai pneumonia lobaris, atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas tidak terlalu tegas, dan menyerupa lesi tumor paru. Dikenal sebagai round pneumonia.

- Infiltrat interstisial, biasanya disebabkan oleh virus atau mikoplasm. Ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.

- Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan

peningkatan corakan peribronkial.

- Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit perlu dilakukan untuk membantu menentukan pemberian antibiotik - Pemeriksaan kultur dan pewarnaan Gram sputum dengan kualitas

yang baik direkomendasikan dalam tata laksana anak dengan pneumonia yang berat

- Kultur darah tidak direkomendasikan secara rutin pada pasien rawat jalan, tetapi direomenadikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan pada setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia bakterial

(25)

- Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan pemeriksaan mikroskop, kultur, serta deteksi antigen bakteri (jika fasilitas tersedia) untuk penegakkan diagnosis dan menentukan mulainya pemberian antibiotik

- Pemeriksaan C-reactive protein (CRP), LED, dan pemeriksaan fase akut lain tidak dapat membedakan infeksi viral dan bacterial dan tidak direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin.

- Pemeriksaan uji tuberculin selalu dipertimbangkan pada anak dengan riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa.

- Pemeriksaan Lain: pada setiap anak yang dirawat inap karena pneumonia, seharusnya dilakukan pemeriksaan pulse oxymetry.

2.7. Klasifikasi

WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang. Namun demikian, kriteria tersebut mempunyai sensitivitas yang buruk untuk anak malnutrisi dan sering overlapping dengan gejala malaria.

 Bayi kurang dari 2 bulan

- Pneumonia berat : napas cepat atau retraksi yang berat

- Pneumonia sangat berat : tidak mau menetek/minum, kejang, letargis, demam atau hipotermia, bradipnea atau pernapasan ireguler

 Anak umur 2 bulan-5 tahun

- Pneumonia ringan: nafas cepat - Pneumonia berat: retraksi

- Pneumonia sangat berat: tidak dapat minum/makan, kejang, letargis, malnutrisi

2.8. Tatalaksana Kriteria Rawat Inap Bayi:

 Saturasi oksigen ≤92%, sianosis

 Frekuensi napas >60 x/menit

(26)

 Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting

 Tidak mau minum/menetek

 Keluarga tidak bisa merawat di rumah Anak:

 Saturasi oksigen 50 x/menit

 Distres pernapasan

 Grunting

 Terdapat tanda dehidrasi

 Keluarga tidak bisa merawat di rumah Tata laksana umum

Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat bernapas dengan udara kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, hed box, atau sungkup untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%

 Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan dilakukan balans cairan ketat

 Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan pneumonia

 Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk

 Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance

 Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen

Pemberian Antibiotik

 Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun karena efektif melawan sebagian besar patogen yang

(27)

M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka antibiotik golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak ≥ 5 tahun

 Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumonia dicurigai sebagai penyebab

 Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumoniae sangat mungkin sebagai penyebab.

 Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin

 Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat

 Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.

 Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah mendapat antibiotik intravena.

Rekomendasi UKK Respirologi

Antibiotik untuk community acquired pneumonia:

 Neonatus - 2 bulan: Ampisilin + gentamisin

 > 2 bulan:

 Lini pertama Ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol

 Lini kedua Seftriakson

Bila klinis perbaikan antibiotik intravena dapat diganti preparat oral dengan antibiotik golongan yang sama dengan antibiotik intravena sebelumnya.

Usia Derajat

Pneumonia

Terapi Durasi

Anak-anak  Tidak ada retraksi

Oral amoksisilin: 40 mg/kgbb/12 jam (80

5 hari

3 hari di

(28)

dinding dada

 Tidak ada tanda bahaya

mg/kgbb/hari), dosis maksimal 3 gram/hari

daerah prevalensi HIV rendah 2-59 bulan Ada retraksi

dinding dada

Oral amoksisilin: 40 mg/kgbb/12 jam (80 mg/kgbb/hari)

5 hari

2-59 bulan Pneumonia berat HIV (-)

Lini pertama

 Ampicillin: 50 mg/kg, atau benzyl

penicillin:

50.000

unit/kgbb/6 jam IM/IV

 Gentamicin:

7,5 mg/kgbb/24 jam IM/IV Lini kedua:

 Ceftriaxone 50- 100

mg/kgbb/hari tiap 12-24 jam, dosis maksimal 2 gram/hari

Minimal 5 hari

(29)

Nutrisi

 Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.

 Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretic

Kriteria pulang

 Gejala dan tanda pneumonia menghilang

 Asupan per oral adekuat

 Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)

 Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol

 Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah

(30)

BAB III ANALISA KASUS

Teori Temuan pada pasien

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian

besar disebabkan oleh

mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal lain seperti aspirasi, radiasi dan lain sebagainya.

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.

Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, anpas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

An. A usia 4 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS yang diperberat ketika pasien batuk. Sesak tidak meringan pada saat pasien tidur dan memperberat ketika pasien batuk dan setelah menangis..

Keluhan disertai demam (+) 3 hari SMRS. Keluhan demam naik turun.

Demam turun ketika diberikan obat demam. Pasien juga batuk sejak 1 hari SMRS, didapatkan dahak (+) tetapi sulit dikeluarkan. Frekuensi batuk sering dan memberat.

Teori Temuan pada pasien

Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan pengukuran tanda-tanda vital dan kesadaran. Pada pneumonia ditemukan tanda klinis seperti pekak

Kepala: Normocephal, rambut rontok (-)

Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya (+/+)

(31)

Mulut: Mukosa bibir kering, bibir sianosis (-), gusi berdarah (-), lendir dari mulut (-).

Leher: KGB tidak membesar Kulit: Tidak ada eflorosensi Paru

Inspeksi: Gerak napas simetris, retraksi (+) interkosta, deformitas (-) Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, vokal fremitus baik

Perkusi: Tidak dilakukan

Auskultasi: Rhonki basah halus (+/+), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat Palpasi: Iktus kordis tidak teraba Perkusi: Tidak dilakukan

Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur (-). gallop (-)

Abdomen

Inspeksi: Datar, distensi abdomen (-), benjolan (-)

Auskultasi: Bising usus 15x/menit Perkusi: Timpani (+)

Palpasi : Supel, lembut, hepatomegali (-), splenomegali (-), turgor kulit baik Ekstremitas

Atas: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

Bawah: Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-)

(32)

Teori Temuan pada pasien Pada pemeriksaan penunjang

pneumonia dapat dilakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, CRP, uji serologis, pemeriksaan mikrobiologis, dan pemeriksaan rontgen thorax.

Bronkopneumonia pada tanda radiologi, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

Pemeriksaan laboratorium Hb: 12,5 Gr%

Leukosit: 12.900 /mm3 Trombosit: 222.000 /mm3 Hitung jenis

Eosinofil: 0 Basofil: 0 Batang: 0 Segmen: 75 Limfosit: 19 Monosit: 6 Hematokrit: 37%

Pemeriksaan rontgen thorax : Expertise :

Kolom udara trakhea tampak baik Daerah mediastinum tidak melebar Cor tidak membesar, CTR <50%, pinggang jantung normal. Apex pada diafragma

Sinuses dan Diafragma normal Pulmo:

Corakan paru bertambah.

Hilli normal

Tampak penebalan fissura minor.

Tampak infiltrat di lapang bawah paru kanan.

(33)

1.11 Dasar Terapi

Teori Pemberian pada pasien

Pada pneumonia penggunaan antibiotik merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.

Antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris atau kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis dan faktor epidemiologis.

1. Tindakan suportif : cairan IV, oksigen, koreksi gangguan asam basa, elektrolit, dan gula darah.

Demam dapat diberikan antipiretik.

2. Antibiotik pilihan utama adalah golongan beta- laktam

 Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat menerima obat per oral (misal karena muntah) atau termasuk dalam derajat pneumonia berat

 Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah:

ampisilin dan

kloramfenikol, co-

 O2 nasal kanul 2 lpm

 Nebu combivent + NaCl 0,9% 3cc/ 8 jam

 IVFD D1/2 NS 28 cc/jam

 Paracetamol drip 10-15 mg/kgBB/kali dengan dosis 4x sehari. 10-15 mg x 11 kg = (110-165 mg) x 4 → 4x120 mg IV

 Cefotaxime 3x500 mg IV

 Diet lunak

 Edukasi keluarga terkait keluhan yang dialami pasien.

 Minum air putih yang cukup, memberikan asupan nutrisi yang cukup, memberikan informasi terkait komplikasi yang dapat terjadi, menjaga kebersihan lingkungan dari

asap rokok dan debu,

menginformasikan faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya gejala.

(34)

amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime.

3. Nutrisi

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

IDAI. (2009). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Tatalaksana Pneumonia Balita di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama. Jakarta: Kemenkes RI.

Huether, S., & McCance, K. L. (2017) . Buku Ajar Patofisiologi. Elsevier.

Jain, V., Vashisht, R., Yilmaz, G., & Bhardwaj, A. (2022). Pneumonia Pathology.

StatPearls Publisher

Referensi

Dokumen terkait

N berhubungan dengan ketidakmamp uan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit Setelah dilakukan intervensi dengan 2 kali kunjungan masalah bersihan

Resusitasi pada bayi prematur sering membutuhkan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi daripada resusitasi pada bayi cukup bulan untuk mencapai target saturasi yang

Setelah 15 menit, telapak tangan dan kaki bayi nampak kebiruan, nafas sesak, tidak aktif, dan tangis merintih.. Tetap dilakukan pemberian oksigen dan pencegahan

Riwayat Hipertensi sebelumnya (+) dibenarkan oleh keluarganya, tapi pasien tidak sering minum obat, hanya beberapa minggu saja dalam sebulan pasien mengkonsumsi obat.. Keluarga

60 09.15 1 Menyiapkan alat bahan rosemary sesuai indikasi yaitu pemberian sehari sekali dalam waktu 15-30 menit menggunakan 2-3 tetes minyak esensial rosemary DS :Pasien dan keluarga

Terhadap keluarga • Memotivasi keluarga untuk membantu dalam pengawasan minum obat • Memberi penjelasan dan pengertian pada keluarga mengenai gangguan yang diderita pasien •

Paracetamol tablet 3 x 500 mg Non-Farmakologi • Meminta pasien agar teratur minum obat dan memberi tahu bahaya dari putus obat, serta meminta keluarga pasien untuk mengawasi