• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Alfian Dwiki Ramdhani

N/A
N/A
Muhammad Rizky ilham Shahputra

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Akhir Alfian Dwiki Ramdhani"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

MAGANG & STUDI INDEPENDEN BERSERTIFIKAT

Tim Penyusun Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Magang

Di Direktorat Jenderal Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

Badan Pertanahan Nasional

Penempatan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Muna

Alfian Dwiki Ramdhani 2102941

Nama Dosen Pendamping Program (DPP):

Dessy Apriyanti, S.T., M. Eng.

SAINS INFORMASI GEOGRAFI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2024

(2)

ii

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Akhir Magang Bersertifikat dengan judul “Laporan Akhir Magang Bersertifikat Tim Penyusun Rencana Detail Tata Ruang” ini selesai, sebagai tanda bukti telah dilaksanakannya kegiatan Magang Bersertifikat dari program Kampus Merdeka. Laporan ini bertujuan untuk memberitahukan segala informasi yang didapat selama kegiatan Magang Bersertifikat berlangsung, dari awal kegiatan ini dimulai hingga selesai, dengan merujuk pada pedoman serta regulasi yang ada. Ucapan terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu selesainya Laporan Ahir Magang Bersertifikat ini, ucapan terima kasih di tujukan kepada:

1. Orang tua dan keluarga saya yang selalu memberikan dukungannya selama kegiatan ini berlangsung.

2. Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya yang telah meluncurkan Program Kampus Merdeka ini.

3. Bapak Dr. Lili Somantri, S.Pd., M.Si. selaku ketua Program Studi Geografi yang telah mengizinkan dan memberikan rekomendasi untuk mengikuti program MSIB ini.

4. Ibu Shafira Himayah, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing magang yang selalu memonitoring progres dan memberikan arahannnya kepada saya.

5. Bapak Kepala Dinas PUPR Kabupaten Muna yang telah menerima dan memberikan fasilitas bagi kami selama magang.

6. Bapak Samran, S.T., M.PWK selaku mentor magang yang selalu mendukung serta membimbing kami selama kegiatan magang.

7. Seluruh rekan kerja dan teman-teman magang yang selalu memberikan dukungan serta bantuannya selama proses magang ini berlangsung.

8. Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu- persatunya.

(3)

iii

Terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya kepada semua yang telah membantu selama kegiatan ini berlangsung. Penulis juga sangat tahu betul bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis sangat menantikan kritik dan sarannya kepada para pembaca yang budiman.

(4)

iv Daftar Isi

Kata Pengantar... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Lain-lain ... v

BAB I ... 6

I.1 Profil Perusahaan ... 6

I.2 Deskripsi Kegiatan ... 8

BAB II ... 33

BAB III ... 50

I.1 Kesimpulan ... 50

I.2 Saran ... 50

Referensi ... 52

Lampiran ... 53

(5)

v

Daftar Lain-lain Daftar Gambar

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Dinas PUPR Kabupaten Muna ... 7

Gambar 1. 2 Peta Dasar ... 9

Gambar 1. 3 Peta Penggunaan Lahan ... 10

Gambar 1. 4 Peta Morfologi ... 11

Gambar 1. 5 Peta Kemiringan Lereng ... 12

Gambar 1. 6 Peta Topografi ... 13

Gambar 1. 7 Peta Utilitas dan Jaringan Jalan ... 14

Gambar 1. 8 Peta Kawasan Hutan ... 15

Gambar 1. 9 Peta SKL Morfologi ... 16

Gambar 1. 10 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan ... 17

Gambar 1. 11 Peta SKL Kestabilan Lereng ... 18

Gambar 1. 12 Peta Kestabilan Pondasi ... 19

Gambar 1. 13 Peta Ketersediaan Air ... 20

Gambar 1. 14 SKL Drainase ... 21

Gambar 1. 15 Peta SKL Erosi ... 22

Gambar 1. 16 Peta SKL Pembuangan Limbah... 23

Gambar 1. 17 Peta SKL Kerawanan Bencana ... 24

Gambar 1. 18 Peta Analisis Kemampuan Lahan ... 25

Gambar 1. 19 Peta Rasio Tutupan Lahan ... 26

Gambar 1. 20 Peta Arahan Ketinggian Bangunan ... 27

Gambar 1. 21 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku ... 28

Gambar 1. 22 Peta Persyaratan dan Pembatas Pembangunan ... 29

Gambar 1. 23 Peta Evaluasi Penggunaan Lahan Terhadap Kesesuaian Lahan ... 30

Gambar 1. 24 Peta Rencana Pusat Pengembangan Pelayanan ... 31

Gambar 1. 25 Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah ... 32

Gambar 1. 26 Peta Pola Ruang ... 33

Gambar 4. 1 Kegiatan Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Muna……….52

Gambar 4. 2 Kegiatan survey lapangan di sekitar pesisir pantai………..52

Gambar 4. 3 Pertemuan dan diskusi bersama Kepala Dinas PUPR Kabupaten Muna………..52

(6)

6 BAB I

Gambaran Umum

I.1 Profil Perusahaan

a. Kementerian Agraria Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian ATR menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah;

2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan

6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

b. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Muna Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Muna merupakan instansi pemerintah yang mempunyai tugas membantu bupati

(7)

7

dalam menyelenggarakan tugas urusan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun fungsi Dinas PUPR Kabupaten Muna adalah sebagai berikut:

1. Perumusan dan penetapan kebijakan dan strategi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

2. pelaksanaan kebijakan dan strategi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

3. perumusan dan pelaksanaan program kerja dan kegiatan urusan wajib Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

4. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan program dan kegiatan urusan wajib Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

5. pelaksanaan tata kelola data, informasi, administrasi, kepegawaian, dan kearsipan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

6. pelaksanaan tata usaha dan tata kelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Berikut merupakan struktur organisasi Dinas PUPR Kabupaten Muna.

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Dinas PUPR Kabupaten Muna

(8)

8 I.2 Deskripsi Kegiatan

a. Posisi :

Tim Penyusun Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten Muna Tahun 2024 – 2044 (Bidang Cipta Karya).

b. Deskripsi :

Rencana Detail Tata Ruang atau RDTR merupakan rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Berdasarkan hal tersebut RDTR berfungsi sebagai pondasi dalam perencanaan pembangunan suatu wilayah di masa depan. RDTR Kabupaten Muna terdiri dari empat Bagian Wilayah Perencanaan atau BWP yang dikhususkan dalam pengembangan wilayah Perkotaan Raha. Empat BWP yang ada di dalam RDTR wilayah perkotaan Raha terdiri dari Kecamatan Katobu, Batalaiworu, Duruka dan Lasalepa.

Namun untuk saat ini, kami baru difokuskan untuk menyusun RDTR pada BWP satu dan dua yaitu pada Kecamatan Katobu dan Batalaiworu.

c. Kompetensi yang dikembangkan :

1. Sistematika dalam menyusun Satuan Kemampuan Lahan 2. Analisis penyusunan proyeksi dalam menyusun RDTR 3. Teknis penyusunan peta pola ruang

4. Teknis pengecekan topologi

5. Pengetahuan tentang metode lain dalam mengumpulkan data lapangan untuk peta dasar.

d. Pekerjaan yang telah dilakukan selama magang :

RDTR kawasan Perkotaan Raha Kabupaten Muna saat ini telah setengah jadi sehingga pekerjaan yang kami lakukan adalah untuk melanjutkan penyusunan RDTR tersebut. Pekerjaan pertama yang kami lakukan adalah membuat peta dasar yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu rujukan untuk penyusunan di tahap selanjutnya. Data yang kami gunakan dalam penyusunan peta dasar adalah data spasial dari foto udara tahun 2020, basemap Google Earth dan Rencana Tata Ruang Wilayah atau RTRW Kabupaten Muna yang telah disusun sebelumnya. Peta dasar yang

(9)

9

telah disusun kemudian diuji akurasi menggunakan uji akurasi Kappa untuk mengetahui keakuratan hasil interpretasi.

Selanjutnya kami menyusun peta tematik yang terdiri dari peta utilitas dan jaringan jalan, peta topografi, peta penggunaan lahan, peta morfologi, peta kemiringan lereng, peta kawasan hutan, peta curah hujan dan peta kawasan resiko bencana. Setelah membuat peta tematik, selanjutnya kami melakukan analisis yang dibutuhkan untuk penyusunan proyeksi kebutuhan di masa depan berdasarkan proyeksi kebutuhan penduduk. Analisis yang dimaksud terdiri dari analisis kesesuaian lahan, analisis kebutuhan prasana dan analisis kebutuhan sarana pelayanan.

Berikut merupakan beberapa peta yang telah kami kerjakan selama magang.

Berdasarkan peta dasar diatas, lebih dari setengah dari wilayah Kecamatan Katobu merupakan hutan lindung yang terdapat di wilayah bagian Barat. Di wilayah bagian Timur terdapat peraian berupa badan air yang berfungsi untuk menampung sampah agar tidak langsung terbuang ke laut. Di bagian tengah terdapat bangunan yang sebagian besar adalah permukiman, bangunan pemerintahan serta bangunan perdagangan dan jasa.

Gambar 1. 2 Peta Dasar

(10)

10

Sedangkan untuk Kecamatan Batalaiworu, sebagian besar tutupan lahannya berupa hutan lindung, lahan kosong, hutan kota, hutan mangrove, serta perkebunan. Terdapat wilayah permukiman yang terletak di wilayah bagian Selatan dan Tenggara karena wilayah tersebut berbatasan langsung dengan Kecamatan Katobu yang merupakan pusat perkotaan. Salah satu perencanaan RDTR pada kecamatan ini akan diperuntukkan sebagai pusat perkantoran yang akan dibangun di daerah Utara dan Tenggara.

Penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Batalaiworu sebagian besar berupa hutan lindung, lahan kosong, hutan kota, hutan mangrove,

sertaperkebunan. Permukiman sebagian besar terdapat di wilayah Tenggara. Namun terdapat permukiman yang pola lokasinya mengikuti jalan kolektor di wilayah Tengah hingga utara serta di permukiman yang pola lokasinya mengikuti jalan lokal yang terdapat di

wilayah Barat. Sedangkan penggunaan lahan pada Kecamatan Katobu sebagian besar terdiri dari hutan lindung, hutan kota dan hutan lainnya serta permukiman dan bangunan perdagangan dan jasa. Di beberapa

wilayah terdapat tanah kosong serta tegalan/ladang. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa Kecamatan Katobu merupakan salah satu

Gambar 1. 3 Peta Penggunaan Lahan

(11)

11

pusat dalam perencanaan Perkotaan Raha. Salah satu faktor yang menjadi alasannya adalah fasilitas dan pelayanan yang lebih lengkap dibanding

dengan kecamatan lain, seperti terdapat rumah sakit umum, sarana olahraga, perdagangan, layanan pemadam kebakaran dan masih banyak lagi.

Gambar 1. 4 Peta Morfologi

Morfologi yang terdapat di Kecamatan Katobu terdiri dari tiga jenis yaitu Bukit karst diatas marmer dan batu gamping, Dataran bergelombang dengan bukit-bukit kecil diatas napal, serta Dataran klastik bergelombang yang berdoline. Sedangkan morfologi yang terdapat di Kecamatan Batalaiworu terdiri dari tiga jenis yaitu Bukit karst diatas marmer dan batu gamping, Dataran klastik bergelombang yang berdoline serta Dataran lumpur antar pasang surut dibawah halofit.

(12)

12

Gambar 1. 5 Peta Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng yang ada di kecamatan katobu dominan pada kemiringan 0 – 15%. Hal ini dikarenakan kabupaten muna berada pada dataran rendah dan merupakan daerah yang terletak di pesisir pantai.

Sedangkan kemiringan lereng yang ada di Kecamatan Batalaiworu kurang lebih sama seperti yang terdapat di Kecamatan Katobu yaitu dominan pada kemiringan kemiringan 0 – 15%. Hal ini dikarenakan kabupaten muna berada pada dataran rendah dan merupakan daerah yang terletak di pesisir pantai.

(13)

13

Gambar 1. 6 Peta Topografi

Topografi yang terdapat di Kecamatan Katobu di dominasi oleh topografi dengan tingkat 0-70 m yang ditandai dengan warna hijau dan kuning pada peta. Sama halnya seperti kondisi topografi yang terdapat di daerah pesisir pada umumnya, Dimana kondisi topografi di daerah dengan daratan yang lebih jauh dari garis pantai akan lebih tinggi dibanding dengan yang berada di dekat garis pantai. Adapun persentasi tingkat topografi tertinggi di Kecamatan Katobu berada pada tingkat 120-130 m yang berada di wilayah Barat. Sedangkan topografi yang terdapat di Kecamatan Katobu di dominasi oleh topografi dengan tingkat 0-70 m yang ditandai dengan warna hijau dan kuning pada peta. Sama halnya seperti kondisi topografi yang terdapat di daerah pesisir pada umumnya, Dimana kondisi topografi di daerah dengan daratan yang lebih jauh dari garis pantai akan lebih tinggi dibanding dengan yang berada di dekat garis pantai. Adapun persentasi tingkat topografi tertinggi di Kecamatan Katobu berada pada tingkat 60-70 m yang berada di wilayah Barat laut.

(14)

14

Gambar 1. 7Peta Utilitas dan Jaringan Jalan

Utilitas yang terdapat pada Kecamatan Batalaiworu diantaranya adalah jaringan bergerak seluler, terminal penumpang tipe B dan C serta Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Adapun kondisi jaringan jalan yang terdapat pada Kecamatan Batalaiworu sebagian besar merupakan jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lain. Sedangkan utilitas yang terdapat pada Kecamatan Katobu jauh lebih lengkap dibanding dengan Kecamatan lain di sekitarnya. Pada kecamatan ini terdapat sistem pengelolaan limbah, gardu listrik, terminal penumpang tipe B dan C, tempat evakuasi bencana dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk jaringan jalan, sebagian besar adalah jalan kolektor, jalan lokal dan jalan lain.

(15)

15

Gambar 1. 8 Peta Kawasan Hutan

Pada Kecamatan Batalaiworu didominasi oleh wilayah permukiman sedangkan hutan yang terdapat pada kecamatan ini diantaranya adalah hutan lindung dan hutan produksi tetap. Hutan lindung terdapat di wilayah Barat Daya sedangkan hutan produksi tetap terdapat di wilayah Barat laut.

Sedangkan pada Kecamatan Katobu didominasi oleh wilayah permukiman yang terdapat di wilayah Timur dan hutan lindung yang terdapat di wilayah Barat.

(16)

16

Gambar 1. 9Peta SKL Morfologi

SKL Morfologi di wilayah perencanaan terdapat empat klasifikasi, yaitu:

(1) Kurang: Wilayah dengan kemiringan lereng yang curam dan bentuk permukaan tanah yang tidak rata. Lahan di kelas ini memiliki keterbatasan dalam pemanfaatannya dan berpotensi tinggi terhadap bencana alam seperti longsor. (2) Rendah: Wilayah dengan kemiringan lereng yang cukup curam dan bentuk permukaan tanah yang bergelombang. Lahan di kelas ini masih memiliki keterbatasan dalam pemanfaatannya, namun berpotensi lebih rendah terhadap bencana alam dibandingkan kelas kurang. (3) Cukup Tinggi:

Wilayah dengan kemiringan lereng yang landai dan bentuk permukaan tanah yang relatif rata. Lahan di kelas ini memiliki potensi yang lebih baik untuk berbagai jenis pemanfaatan lahan, seperti permukiman, pertanian, dan industri. (4) Sedang: Wilayah dengan kemiringan lereng yang datar dan bentuk permukaan tanah yang sangat rata. Lahan di kelas ini memiliki potensi terbaik untuk berbagai jenis pemanfaatan lahan dan memiliki risiko terendah terhadap bencana alam.

(17)

17

Gambar 1. 10 Peta SKL Kemudahan Dikerjakan

Nilai Kemudahan Dikerjakan pada Kecamatan Katobu dan Kecamatan Batalaiworu didominasi oleh Kemudahan Dikerjakan Tinggi. Hal ini menunjukan bahwa wilayah tersebut bahwa pekerjaan relatif mudah dilakukan dan tidak memerlukan banyak waktu atau sumber daya. Sedangkan sebagian kecil lainnya memiliki nilai SKL Kemudahan Dikerjakan sedang yang berarti nilai sedang untuk kemudahan dikerjakan menunjukkan bahwa pekerjaan tergolong tidak mudah, tetapi juga tidak terlalu sulit. Pekerjaan dengan nilai SKL kemudahan dikerjakan sedang membutuhkan pertimbangan yang lebih matang dalam hal waktu, sumber daya, dan metode pengerjaan.

(18)

18

Gambar 1. 11Peta SKL Kestabilan Lereng

Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Berdasarkan hal tersebut, kestabilan lereng yang ada di wilayah tersebut terbilang sedang, maka dapat dikatakan bahwa kelerengan yang ada di wilayah tersebut stabil. Hal ini dilihat dari kemiringan lereng yang ada pada kedua kecamatan tersebut cenderung landai.

(19)

19

Gambar 1. 12 Peta Kestabilan Pondasi

Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi wilayah terbangun.

Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya pondasi cakar ayam.

(20)

20

Gambar 1. 13Peta Ketersediaan Air

Pada Kecamatan Batalaiworu dan Katobu hanya terdapat dua kelas dalam SKL Ketersediaan Air, yaitu cukup dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air di wilayah tersebut ideal, tnamun harus digunakan seefektif dan seefisien mungkin. Penting untuk dicatat bahwa SKL Ketersediaan Air hanya merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tata ruang dan pengelolaan sumber daya air. Faktor lain seperti topografi, geologi, dan kondisi sosial ekonomi juga perlu dikaji secara komprehensif untuk menghasilkan keputusan yang tepat.

(21)

21

Gambar 1. 14SKL Drainase

Peta SKL Drainase Kecamatan Batalaiworu dan Katobu memiliki dua kelas yakni kemampuan drainase cukup dan kemampuan drainase tinggi.

Secara umum, lahan dengan kemampuan drainase cukup berada di daerah yang bervegetasi cukup tinggi dan lahan non-terbangun. Hal tersebut dikarenakan daerah yang bervegetasi dan non-terbangun akan lebih mudah untuk menyerap air hujan kedalam tanah sehingga air hujan tidak akan mengalir ke tempat lain. Sedangkan lahan dengan dengan kemampuan drainase tinggi rata-rata berada di daerah dengan vegetasi rendah dan terbangun. Hal tersebut dikarenakan air hujan akan mengalir karena kurang mampunya lahan dalam menyerap air dikarenakan kurangnya vegetasi atau tertutupnya lahan oleh suatu bangunan.

(22)

22

Gambar 1. 15 Peta SKL Erosi

Peta SKL Erosi Kecamatan Batalaiworu dan Katobu memiliki 3 kelas yakni erosi sangat rendah, erosi sedang dan tidak ada erosi. Wilayah yang termasuk kedalam klasifikasi tidak ada erosi didominasi oleh wilayah di sekitar garis pantai. Hal tersebut tentu saja mengingat daerah pesisir Perkotaan Raha sebagian besar merupakan tutupan lahan perairan seperti tambak, mangrove, rawa dan badan air. Untuk wilayah yang termasuk kedalam klasifikasi erosi sangat rendah didominasi diwilayah permukiman, hutan dan tanaman campuran dengan kemiringan lereng kisaran datar hingga agak curam. Faktor penggunaan dan tutupan lahan serta kemiringan lereng yang tidak terlalu curam menjadi salah satu penyebabnya. Sedangkan untuk wilayah yang termasuk kedalam klasifikasi erosi sedang berada di wilayah paling barat Kelurahan Watonea dan Foo Kuni. Ketinggian dan kemiringan lereng menjadi salah satu faktor penyebabnya dimana daerah tersebut merupakan daerah dengan ketinggian 110 – 130 m dengan kemiringan lereng curam. Lahan yang tinggi dan curam akan sangat rentan dengan erosi.

Namun, daerah tersebut masih dalam klasifikasi erosi sedang karena tutupan lahannya merupakan hutan.

(23)

23

Gambar 1. 16Peta SKL Pembuangan Limbah

Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki tingkat kemampuan lahan pembuangan limbah Kurang. Sedangkan sekitar 26% atau 760,35 Ha wilayah Kecamatan Mijen memiliki tingkat kemampuan lahan pembuangan limbah Rendah dan sekitar 1% atau 70,00 Ha wilayah Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki tingkat kemampuan lahan pembuangan limbah kurang. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki tingkat kemampuan lahan untuk pembuangan limbah Sedang dengan presentase yang paling tinggi, hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki kemampuan yang Sedang dalam mengatasi masalah limbah perkelurahan.

(24)

24

Gambar 1. 17 Peta SKL Kerawanan Bencana

Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki tingkat kemampuan lahan rawan bencana Rendah. Sedangkan sekitar 1671,43 Ha (57%) wilayah Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki tingkat kemampuan lahan rawan bencana sedang, Dari data diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki potensi bencana alam yang Sedang karena Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu mayoritas berada pada Daerah pesisir yang rawan akan Bencana Seperti Banjir.

(25)

25

Gambar 1. 18 Peta Analisis Kemampuan Lahan

Analisis Kemampuan Lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya.

Setelah dihitung, pada kecamatan katobu dan batalaiworu, mendapatkan kemampuan lahan pada kelas C dan D. Berikut luas kemampuan lahan pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Katobu dan Kecamatan Batalaiworu.

Tabel 1. 1 Luas Kelas Kemampuan Lahan Kecamatan Katobu Kelurahan Kelas Kemampuan Lahan (Ha)

Total Kelas Kemampuan Sedang Kelas Kemampuan Agak Tinggi

Butung - Butung 0,289 75,378 75,667

Foo Kuni 345,119 17,841 362,960

laende 117,128 0,000 117,128

Raha I 17,886 82,501 100,387

Raha II 4,382 36,765 41,147

Raha III 161,069 82,790 243,859

Wamponiki 0 93,117 93,117

Wantonea 200,048 37,456 237,504

Total 845,920 425,849 1271,769

(26)

26

Tabel 1. 2 Luas Kelas Kemampuan Lahan Kecamatan Batalaiworu

Gambar 1. 19 Peta Rasio Tutupan Lahan

Rasio tutupan lahan merupakan salah satu aspek penting dalam perencanaan tata ruang. Rasio ini menunjukkan proporsi luas lahan yang boleh ditutupi oleh bangunan atau infrastruktur buatan manusia, dibandingkan dengan luas lahan yang harus tetap terbuka dan terjaga kelestariannya. Berdasarkan analisis rasio tutupan lahan di wilayah perencanaan, hanya terdapat dua kelas rasio tutupan lahan, yaitu maksimum 20% dan maksimum 30%.

Kelurahan Kelas Kemampuan Lahan (Ha)

Total Kelas Kemampuan Sedang Kelas Kemampuan Agak Tinggi

Wawesa 457,429 9,522 466,951

Wakarombu 80,825 12,412 93,237

Sidodadi 130,414 272,987 403,401

Laiworu 286,088 424,323 710,410

Total 954,755 719,244 1673,999

(27)

27

Gambar 1. 20Peta Arahan Ketinggian Bangunan

Analisis Arahan Ketinggian Bangunan bertujuan untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang optimal untuk dikembangkan dengan bangunan berat atau tinggi dalam rangka pengembangan kawasan. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui daerah yang cocok untuk pembangunan bangunan tinggi serta untuk mengidentifikasi batasan atau persyaratan yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengembangannya. Input yang digunakan meliputi klasifikasi kemampuan lahan, analisis satuan kemampuan lahan terkait stabilitas pondasi, evaluasi terhadap potensi bencana alam, serta peta penggunaan lahan yang sudah ada saat ini. Hasil analisis ini akan memberikan panduan yang jelas mengenai lokasi yang potensial untuk dikembangkan dengan bangunan tinggi serta persyaratan yang harus dipenuhi untuk memastikan keberhasilan dan keamanan dalam pengembangannya.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar Arahan Ketinggian Bangunan tergolong Non Bangunan yakni seluas 2948,04 Ha.

Sedangkan sebagian wilayah lainnya tergolong bangunan namun dengan syarat ketinggian bangunan yang tidak lebih dari 4 lantai.

(28)

28

Gambar 1. 21 Peta Arahan Pemanfaatan Air Baku

Tujuan dilakukannya analisis arahan pemanfaatan air baku adalah untuk Mengetahui sumber-sumber air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku dalam perencanaan tata ruang. Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan air baku yang terdapat pada Kecamatan Katobu dan Batalaiworu didominasi oleh klasifikasi kurang yang pada peta ditandai dengan warna kuning. Hal tersebut disebabkan karena kondisi air yang terdapat pada permukaan tanah sangat minim sehingga Masyarakat tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal. Berbeda halnya dengan yang klasifikasi cukup yang ditandai dengan warna biru tua. Hal tersebut dikarenakan pada daerah merupakan tutupan lahan mangrove dan lokasinya dekat dengan sungai sehingga kondisi air pada permukaannya cukup berlimpah.

(29)

29

Gambar 1. 22 Peta Persyaratan dan Pembatas Pembangunan

Pada peta persyaratan dan pembatasan bangunan Kecamatan Batalaiworu dan Katobu terdapat tiga klasifikasi yaitu tinggi, cukup dan kurang. Daerah yang termasuk kedalam klasifikasi tinggi didominasi oleh daerah yang terbangun seperti permukiman, perkantoran serta perdagangan dan jasa karena daerah tersebut secara eksisting merupakan daerah yang mampu menopang kegiatan manusia. Sedangkan daerah yang termasuk kedalam klasifikasi cukup merupakan daerah yang didominasi oleh tutupan lahan perairan seperti tambak dan mangrove karena ketersediaan air di daerah tersebut yang dianggap melimpah. Adapun daerah yang termasuk kedalam kelas kurang didominasi oleh daerah dengan tutupan lahan hutan dan vegetasi lainnya. Salah satu faktor yang menjadi penyebabnya adalah klasifikasi daerah tersebut pada data kemampuan lahan yang termasuk kelas cukup.

(30)

30

Gambar 1. 23 Peta Evaluasi Penggunaan Lahan Terhadap Kesesuaian Lahan

Peta evaluasi penggunaan lahan terhadap kesesuaian lahan Kecamatan Batalaiworu dan Katobu memiliki dua klasifikasi berdasarkan perhitungan skoringnya yaitu agak tinggi dan sedang untuk dikembangkan. Wilayah yang termasuk klasifikasi agak tinggi terdapat di area dekat garis pantai dan area yang merupakan pusat kegiatan seperti permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa dll. Sedangkan untuk daerah yang termasuk klasifikasi sedang terdapat di daerah yang didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan.

Hal tersebut mengingat hutan yang terdapat didaerah tersebut merupakan hutan lindung dan hutan lainnya yang berfungsi sebagai RTH atau ruang terbuka hijau.

(31)

31

Gambar 1. 24 Peta Rencana Pusat Pengembangan Pelayanan

Analisis sistem pusat pelayanan digunakan untuk menentukan pusat dan sub pusat pelayanan wilayah atau kawasan kota/perkotaan. Pusat pelayanan akan digunakan sebagai penentu suatu wilayah/kawasan tersebut apakah sudah maju atau masih tertinggal. Analisis sistem pusat pelayanan didasarkan pada pelayanan yang diberikan oleh fasilitas – fasilitas umum maupun sosial di kawasan tersebut. Oleh karena hal itu, suatu pusat kota/perkotaan harus memiliki fasilitas yang baik dan memadai. Untuk mendapatkan sistem pusat pelayanan pada Wilayah Perencanaan Kota Raha dapat menggunakan metode analisis sklalogram guttman (SG) dan metode analisis indeks sentralitas marshall (ISM). Berdasarkan analisis tersebut, Hierarki I merupakan tempat untuk Pusat Pelayanan Kota/Kawasan (PPK), kemudian Hierarki II untuk Sub Pusat Pelayanan Kota/Kawasan (SPPK), dan Hierarki III untuk Pusat Lingkungan (PL).

(32)

32

Gambar 1. 25 Peta Rencana Sistem Jaringan Drainase dan Air Limbah

Jaringan Drainase yang terdapat di Kecamatan Batalaiworu dan Katobu sebagian besar terdapat di samping jalan kolektor dan jalan lokal. Sedangkan untuk fasilitas pengelolaan air limbah atau infrastruktur sistem pengelolaan air limbah non domestik berdasarkan RTRW Provinsi akan dibangun di Kelurahan Butung-butung di area dekat RSUD Dr. LM Baharuddin dengan tujuan fasilitas tersebut mampu mengelola limbah medis dari rumah sakit.

Kondisi eksisting jaringan drainase berdasarkan jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Katobu dan Batalaiworu sebagai berikut.

Kecamatan Persentase Ketersedian drainase (%)

Katobu 67%

Batalaiworu 63%

Tabel 1. 3 Peta Persentase Ketersediaan Drainase

Perencanaan pembangunan untuk jaringan drainase baiknya didasarkan pada kondisi geografi di lahan tersebut. SKL Drainase dan peta kebencanaan banjir dapat digunakan sebagai salah satu parameter dalam merencanakan pembangunan sistem jaringan drainase.

(33)

33

Gambar 1. 26 Peta Pola Ruang

Secara umum rencana Pola ruang pada wilayah perencanaan memiliki luas sebesar 2948,2 Ha yang terdiri dari beberapa zona peruntukan wilayah seperti perumahan dan SPU pendukung Kawasan industry, perumahan, ruang terbuka hijau, serta perdagangan dan jasa. Arahan distribusi peruntukan ruang yang meliputi ruang untuk kawasan lindung dan budidaya di Perkotaan Raha dapat dijabarkan melalui rencana berikut.

a. Zona Lindung

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, zona lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Zona lindung yang ada pada Kecamatan Katobu dan Batalaiworu meliputi:

b. Zona Badan Air

Zona Badan Air di Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah kawasan yang diperuntukkan untuk badan air, seperti sungai, danau, embung, waduk,

(34)

34

Tabel 1.3 Tabel Luas Kawasan Badan Air

Tabel 1.4 Luas dan Lokasi Sub Zona Ekosistem Mangrove

dan rawa. Kawasan yang memiliki badan air yaitu di BWP-A (BLOK-1, BLOK-2, BLOK3) dan di BWP-B (BLOK-1, BLOK-2, BLOK-8) dengan total luasan 136,28 Ha

c. Zona Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan kawasan pesisir yang didominasi oleh pepohonan mangrove. Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup, seperti sebagai habitat flora dan fauna, pelindung garis pantai dari abrasi,dan penyaring Air laut.

BWP BLOK Luas (Ha)

A 1 97,09

3 85,70

Total 182,79

d. Zona Hutan Lindung

Zona Hutan Lindung di Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah kawasan yang diperuntukkan untuk melindungi hutan dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Hutan lindung memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam,hutan lindung berada di BWP-A (BLOK-3, BLOK4) dan BW-B (BLOK-3, BLOK-5, BLOK-6, BLOK-7.

BWP BLOK Luas (Ha)

A

1 1,23

2 0,00

3 22,94

B

1 58,47

2 25,64

8 28,00

Total 136,28

(35)

35

Tabel 1.5 Luas dan Lokasi Sub Zona Hutan Lindung

Tabel 1.6 Luas Zona Perlindungan Setempat

BWP BLOK Luas (Ha)

A 3 132,30

4 24,11

B

4 78,31

5 302,37

6 88,46

7 170,39

Total 795,94

e. Zona Perlindungan Setempat

Zona perlindungan setempat diperuntukkan bagi pemanfaatan lahan yang menjaga kelestarian, jumlah, kualitas dan penyediaan tata air dan kelancaran serta keteertiban pengaturan dan pemanfaatn air dari sumber air.

Kawasan perlindungan setempat dikawasan perencanaan salah satunya terdapat sempadan Sungai.

BWP BLOK Luas (Ha)

A 3 0,74

B

1 42,21

2 3,52

8 2,75

Luas 49,22

f. Zona Ruang Terbuka Hujau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/ jalur dan atau tidak mengelompok yang dapat digunakan dengan sifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, RTH terbagi menjadi dua, yaitu

➢ RTH public adalah RTH yang dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupatenyang digunakan untuk kepentingan umum.

(36)

36

Tabel 1.7 Luas Zona Sub Zona Jalur Hijau

➢ RTH private adalah RTH milik institusi tertentu atau perseorangan yang hanya bermanfaat untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan.

Kacamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu memiliki beberapa jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai berikut:.

1. Jalur Hijau

Jalur Hijau dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah kawasan memanjang atau mengelompok yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dan berfungsi sebagai:Penyeimbang ekologis, Sarana rekreasi, Penyangga infrastruktur dan Penjaga kualitas udara.

BWP BLOK Luas (Ha)

A 3 0,260489

B

1 0,018100

6 0,136089

8 0,000047

Luas 0,414725

2. Pemakaman

Penyediaan ruang terbuka hijau yang berfungsi utama sebagai tempat penguburan jenazah. Selain itu juga dapat berfugnis sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhanberbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta tempat hidup burung serta fungsisosial syarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.

BWP BLOK Luas (Ha)

A 4 0,20

B 3 0,98

4 1,26

(37)

37

Tabel 1.8 Luas Zona Sub Zona Pemakaman

5 1,84

8 0,23

Luas 4,52

3. Rimba Kota

Rimba Kota dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah kawasan yang diperuntukkan sebagai hutan kota atau hutan lindung di dalam wilayah perkotaan.Di wilayah perencanaan rimba kota dengan total lusasan 5,13 Ha.

BWP BLOK Luas (Ha)

A 1 5,13

Luas 5,13

4. Taman Kota

Taman kota merupakan elemen penting dalam tata ruang s yang memiliki banyak manfaat bagi lingkungan hidup, kesehatan masyarakat, estetika kota, dan nilai properti. Penetapan taman kota dalam Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kota yang hijau, sehat, dan berkelanjutan.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Taman Kota

BWP BLOK L (Ha)

A 3 0,0670

B

1 1,6101

2 2,1374

6 0,0009

8 0,4080

Total 4,22

2).Zona Budidaya A. Zona Badan Jalan

(38)

38

Zona Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan Terdapat Badan Jalan di kecamatan Batalaiworu dan Katobu terlihat pada tabel berikut:

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Badan Jalan

BWP BLOK L (Ha)

A

1 11,38

2 4,49

3 23,15

4 4,09

B

1 10,02

2 7,02

3 4,29

4 2,89

5 8,25

6 10,83

7 6,72

8 8,16

Total 101,29

Pada Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu Luas badan air tertinggi berada di BWP-A,BLOK-1 dengan Luasan 11,38 Ha

B. Zona Hutan Produksi

Zona Hutan Produksi (ZHP) adalah kawasan hutan yang diperuntukkan untuk menghasilkan hasil hutan kayu secara lestari.Terdapat Hutan produksi kawasan perencanaan.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Hutan Produksi

BWP BLOK L (Ha)

A 1 2,07

4 242,90

Total 244,97

(39)

39

Pada Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu hutan produksi hanya terdapat di wilayah BWP-A saja pada BLOK-1 dan BLOK-4 dengan luas total 244,97 Ha

C. Zona Peruntukan Industri

Zona kawasan peruntukan industri pada wilayah perencanaan di Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu berupa sub zona kawasan peruntukan industri. Kawasan peruntukan industri merupakan bentangan lahan yang di peruntukkan bagi kegiatan industri. Berikut merupakan luas dan lokasi sub zona kawasan peruntukan industry di wilayah perencanaan.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Peruntukan Industri

BWP BLOK L (Ha)

A 1 1,33

4 0,35

Total 1,68

Terdapat bebarapa Kawasan industri yang berada di BWP-A pada BLOK-1 dan BLOK-2 kawasan perencanaan dengan total luas kawasan 1,68 Ha.

D. Zona Periwisata

Zona pariwisata adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kegiatan pariwisata.Di Kawasan perencanaan terdapat beberapa tempat wisata yang berada di BWP-A,BLOK-3,BWP-B,BLOK-1,BLOK-2 dan BLOK-8 dengan totall luasan keseluruhan 4,87 Ha

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Pariwisata

BWP BLOK L (Ha)

A 3 0,09

B

1 0,19

2 4,11

8 0,48

Total 4,87

(40)

40 E. Zona Pengelolaan Sampah

System pengelolaan sampah yang ada di Kawasan perencanaan saat ini menggunakan pengelolaan menggunakan pembakaran yang di lakukan di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Adapun juga pengelolaan dengan system onsite atau pengelolaan sampah setempat,tempat pengelolaan sampah di kawasan perencanaan berada di BWP-A BLOK-1 dan BLOK-4 dengan total luasan 7,59 Ha.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Pariwisata

BWP BLOK L (Ha)

A 1 3,32

4 4,27

Total 7,59

F. Zona Perdagngan dan Jasa

Zona ini merupakan peruntukan ruang yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang memiliki fungsi dalam pengembangan kegiatan usaha yang bersifat komersial, tempat bekerja, tempat berusaha, serta tempat hiburan dan rekreasi, terdapat juga fasilitas umum/social pendukungnya.

Kawasan perdagangan dan jasa pada wilayah perencanaan di Kawasan perencanaan hanya terdapat perdagangan dan jasa berskala kota Sub zona perdagangan dan jasa skalaKota dan Skala SWP, Kota merupakan peruntukan ruang yang memiliki fungsi dalam hal pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan kota dan Skala SWP Perdagangan dan jasa skala kota dalam wilayah perencanaan di Kecamatan Batalaiworu dan Katobu berada pada BWP A dan BWP B dengan total luas keseluruhan sebesar 12,784523 Ha. Berikut merupakan luas dan lokasi sub zona Perdagangan dan jasa di wilayah perencanaan.

a) Perdagangan Jasa Skala Kota

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Perdagangan Jasa Skala Kota

(41)

41

BWP BLOK L (Ha)

A 3 6,33

Total 6,33

b) Perdagangan Jasa Skala SWP

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Perdagangan Jasa Skala SWP

BWP BLOK L (Ha)

A 3 3,17

B

1 2,64

2 0,99

3 0,63

5 0,11

6 0,85

7 0,29

8 0,95

Total 9,62

G. Zona Perkantoran

Zona perkantoran adalah suatu kawasan yang diperuntukkan sebagai tempat kegiatan perkantoran dan jasa beserta fasilitasnya, dalam suatu rencana tata ruang (RDTR).Zona Perkantoran terdapat di BWP-A (BLOK-1 dan BLOK-4) dan BWP-B (BLOK-2,BLOK-3,BLOK-4,BLOK-6,BLOK-7, dan BLOK-8)dengan total Luasan 17,80 Ha

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Perkantoran

BWP BLOK L (Ha)

A 1 8,56

4 0,21

B

2 0,09

3 0,24

4 0,24

(42)

42

6 2,41

7 0,81

8 5,24

Total 17,80

H. Zona Pertahanan Keamanan

Zona ini merupakan peruntukkan ruang yang dikembangkan untuk menampung

fungsi kegiatan daerah tertentu berupa pertahanan dan keamanan. Zona pertahanan dan keamanan berada di BWP-A (BLOK-1) dengan luas 7,51 Ha.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Pertahanan Keamanan

BWP BLOK L (Ha)

A 1 7,51

Total 7,51

I. Zona Perumahan

Zona Perumahan adalah peruntukan ruang yang terdiri atas kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya Kualitas yang diharapkan berupa perumahan layak huni. Dengan eksisting Sampah yang masih dikelola secara pribadi, Alih fungsi lahan perkebunan, Penurunan kualitas lingkungan.Zona perumahan dalam Kawasan Perencanaan , yaitu :

a) Perumahan Kepaadatan Rendah

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Peumahan Kepadatan Rendah

BWP BLOK L (Ha)

B 3 34,86

Total 34,86

b) Perumahan Kepadatan Sangat Rendah

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Peumahan Kepadatan Rendah

(43)

43

BWP BLOK L (Ha)

A

1 237,37764

2 84,927612

3 397,03303

4 190,71893

B

1 34,129305

2 28,722535

4 31,877228

5 43,02762

6 133,87482

7 58,679612

8 41,609898

Total 371,92101

J. Zona Ruang Terbuka Non Hijau

Zona Area Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah area di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH).

RTNH biasanya berupa lahan yang diperkeras, seperti jalan, trotoar, parkiran, dan bangunan.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Ruang Terbuka Non Hijau

BWP BLOK L (Ha)

A 1 1,11

4 0,00

B

1 1,57

2 0,46

3 0,18

8 0,97

Total 4,29

(44)

44 K. Zona Sarana Pelayanan Umum

Zona sarana pelayanan umum merupakan peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa pendidikan, kesehatan, peribadatan, sosial budaya, olahraga dan rekreasi, dengan fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan skala pelayanan yang ditetapkan dalam RTRWK zona sarana pelayanan umum dalam Kawasan Perencanaan , yaitu :

a) SPU Skala Kabupaten/Kota

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona SPU Skala Kabupaten/Kota

BWP BLOK L (Ha)

A 1 1,39

B 6 1,56

Total 2,95

b) SPU Skala Kecamatan

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona SPU Skala Kecamatan

BWP BLOK L (Ha)

A 1 0,83

B

3 5,53

5 0,26

6 6,59

8 1,24

Total 14,45

c) SPU Skala Kelurahan

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona SPU Skala Kelurahan/Desa

BWP BLOK L (Ha)

A 1 0,34

(45)

45

2 1,33

3 4,45

4 0,15

B

1 5,98

2 3,12

5 7,38

6 1,57

7 0,80

8 1,37

Total 26,49

L. Zona Trasportasi

Zona transportasi adalah kawasan yang diperuntukkan untuk sistem transportasi, seperti jalan, jalur kereta api, terminal, dan pelabuhan.

Tabel.Luas dan Lokasi Sub Zona Trasportasi

BWP BLOK L

(Ha)

A 3 0,85

B 1 3,57

Luas 4,42

(46)

46 BAB II Aktivitas Bulanan

Berikut merupakan laporan bulanan berdasarkan apa yang telah kami kerjakan selama mengikuti program magang.

Bulan Kegiatan

1 Aktivitas mentoring pertama dilakukan pada 27 Februari 2024, di mana kami melakukan pertemuan dengan mentor Bapak Samran.

Selanjutnya, kami memilih ketua kelompok dan membahas tentang kondisi wilayah Kabupaten Muna. Kami memiliki dua target, yaitu RDTR Kota Raha yang belum selesai dan RDTR Kawasan Strategis Kabupaten (Agropolitan) Parigi – Kabawo.

Pada mentoring kedua, yang dilakukan pada 8 Maret 2024, kami mengunjungi Kabupaten Muna dan ditemani mentor untuk memahami pola ruang dan struktur ruang perencanaan wilayah yang sudah ada. Kami melakukan analisis terhadap infrastruktur, tata guna lahan, distribusi populasi, serta karakteristik geografis dan demografis wilayah. Meskipun belum ada tugas yang dikerjakan, mentor kami telah memberikan beberapa contoh Shapefile terkait dengan batas wilayah, tutupan lahan, pola ruang, dan struktur ruang untuk kami pelajari. Dengan bimbingan ini, kami dapat memahami pentingnya penggunaan data spasial dalam perencanaan wilayah. Tugas pertama kami adalah membuat peta dasar dengan BWP 4 dalam waktu satu minggu.

Kami telah membagi tugas dan saya diberikan tanggung jawab membuat peta dasar untuk bagian jembatan (PT) dan bangunan (AR). Melalui pembelajaran intensif, kami dapat menggali informasi tentang pola ruang, struktur ruang, serta karakteristik geografis dan demografis wilayah. Dengan mempelajari contoh Shapefile yang diberikan mentor, kami dapat mengidentifikasi

(47)

47

batas wilayah, tutupan lahan, dan berbagai elemen penting lainnya yang mempengaruhi perencanaan wilayah. Pengetahuan ini memberi kami landasan yang kokoh dalam merencanakan pengembangan wilayah secara efektif. Penguasaan pengetahuan tentang wilayah di Kabupaten Muna juga memperkuat kemampuan kami dalam melakukan analisis spasial, interpretasi data, dan pembuatan keputusan yang berbasis bukti. Selain itu, hal ini membuka pintu bagi kolaborasi yang lebih baik dengan berbagai pemangku kepentingan lokal, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta. Namun, salah satu tantangan yang kami hadapi adalah harus cepat beradaptasi dengan lingkungan di wilayah tempat kerja dan juga beradaptasi mengenai pekerjaan yang diberikan.

2 Dalam proses mentoring, kami melakukan survei batas wilayah dan mentor melakukan pengecekan peta dasar setiap hari. Selama survei, mentor memandu peserta untuk secara akurat mengidentifikasi dan memetakan batas-batas wilayah yang relevan untuk pengembangan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Pengecekan progres peta dasar oleh mentor adalah langkah penting untuk memastikan kualitas dan ketepatan informasi dalam dokumen perencanaan. Kami mengerjakan peta dasar untuk wilayah Kecamatan Batalaiworu, yang terdiri dari 4 kelurahan. Kami melakukan digitasi untuk tutupan lahan, transportasi dan perairan, jembatan, batas wilayah, batas garis pantai, kontur, dan toponimi. Progresnya, kami telah menyelesaikan pembuatan peta dasar dan melakukan survei uji akurasi. Hasil pekerjaan kami diberikan dalam bentuk GDB kepada mentor, namun belum dalam bentuk layout peta karena beberapa hal belum terselesaikan, seperti garis pantai.

(48)

48

3 Pada bulan ke-3, kami melakukan diskusi intensif dengan mentor, terutama tentang tugas terbaru kami, yaitu membuat peta dasar dan peta tematik. Kami kembali mengerjakan peta dasar untuk wilayah Kecamatan Katobu karena asistensi dengan BIG akan dilakukan pada 2 BWP, yaitu Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Katobu. Kami juga berdiskusi tentang pembuatan peta tematik dan data yang dibutuhkan. Selain itu, kami melakukan survei ground checking di wilayah Kecamatan Katobu untuk memahami kenampakan citra yang belum diketahui. Kami mengerjakan peta dasar untuk wilayah Kecamatan Katobu dengan melakukan digitasi untuk tutupan lahan, transportasi dan perairan, jembatan, batas wilayah, batas garis pantai, kontur, dan toponimi. Kami juga mengerjakan peta tematik, sebelumnya berdiskusi tentang data yang dibutuhkan dan kemudian membagi tugas. Tantangan dalam membuat peta dasar adalah perbedaan kondisi di citra dan basemap. Kondisi citra yang kami gunakan adalah tahun 2020, dan setelah survei lapangan, kami memakai basemap untuk membuat peta dasar. Untuk peta tematik, kami menghadapi tantangan data yang belum tersedia, seperti peta kemampuan lahan yang membutuhkan 9 peta SKL. Namun, setelah berdiskusi dengan mentor, kami diperintahkan untuk menggunakan peta yang ada dulu untuk peta kemampuan lahan ini.

4 Pada bulan ke-4, kami melakukan analisis yang melibatkan beberapa aspek, termasuk analisis proyeksi kependudukan, analisis kebutuhan prasarana, analisis kebutuhan sarana pelayanan, dan analisis kesesuaian lahan. Saat ini, kami baru melakukan survei untuk mengumpulkan data dari instansi terkait.

5 Pada bulan ke-5 ini kami melakukan pengerjaan peta Satuan Kemampuan Lahan (SKL), Peta Arahan Kemampuan Lahan, serta

(49)

49

merampungkan pengerjaan Peta Pola Ruang dan Struktur Ruang.

Pada bulan ke lima ini juga kami melakukan presentasi laporan akhir di hadapan mentor beserta staf di Dinas PUPR.

(50)

50 BAB III Penutup I.1 Kesimpulan

Berdasarkan subtansi dari kegiatan magang selama ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. RDTR Kabupaten Muna terdiri dari empat BWP yang dikhususkan dalam pengembangan wilayah Perkotaan Raha, termasuk Kecamatan Katobu dan Batalaiworu.

2. Pekerjaan yang telah dilakukan meliputi penyusunan peta dasar dan peta tematik untuk Kecamatan Katobu dan Batalaiworu.

3. Data yang digunakan dalam penyusunan peta dasar adalah data spasial dari foto udara tahun 2020, basemap Google Earth, dan RTRW Kabupaten Muna. Sedangkan data yang digunakan untuk penyusunan peta tematik adalah data spasial dari RTRW Kabupaten Muna.

4. Analisis yang dilakukan untuk penyusunan proyeksi kebutuhan di masa depan meliputi analisis kesesuaian lahan, analisis kebutuhan prasarana, dan analisis kebutuhan sarana pelayanan.

I.2 Saran

Berdasarkan subtansi dari kegiatan magang selama ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk memastikan kualitas peta dasar dan peta tematik, perlu dilakukan verifikasi lapangan dan pengecekan topologi yang lebih rinci.

2. Data spasial yang digunakan haruslah akurat dan teraktual untuk memastikan keakuratan hasil interpretasi.

3. Dokumen RTRW sebaiknya dapat diberikan kepada tim penyusun RDTR agar setiap informasi dan data yang diperlukan dapat lebih rinci dan lengkap.

4. Dalam penyusunan RDTR ini, perlu dilakukan diskusi dan konsultasi dengan pihak terkait, seperti pemerintah daerah dan masyarakat, untuk

(51)

51

memastikan bahwa RDTR sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat.

(52)

52 Referensi

Kementerian ATR/BPN. 2021: Nomor 11 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, Dan Rencana Detail Tata

Ruang. [Online]. Tersedia:

https://jdih.atrbpn.go.id/uploads/1003/Permen%2011%20tahun%202021.pdf [4 Juni 2024].

(53)

53 Lampiran

Gambar 4. 1 Kegiatan Pengambilan Data dari BPS Kabupaten Muna

Gambar 4. 2 Kegiatan survey lapangan di sekitar pesisir pantai

Gambar 4. 3 Pertemuan dan diskusi bersama Kepala Dinas PUPR Kabupaten Muna

Gambar

Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Dinas PUPR Kabupaten Muna
Gambar 1. 3 Peta Penggunaan Lahan
Gambar 1. 4 Peta Morfologi
Gambar 1. 5 Peta Kemiringan Lereng
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan jalan dan pemeliharaan jalan di ruas-ruas jalan Kota Bogor khususnya wilayah Tanah Sareal sub wilayah kota bogor kecamatan tanah sareal zona B

umum, perdagangan dan jasa skala kabupaten serta permukiman perkotaan;  Perkotaan Buranga dan Kotawo sebagai kawasan pengembangan

Namun, rencana penggunaan lahan untuk kawasan perdagangan dan jasa juga dapat mengingkatkan kualitas nilai signifikansi sejarah pada zona I terutama untuk wilayah

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan pesisir pantai timur terdapat kawasan strategis provinsi yaitu di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan

Kawasan III diarahkan dan ditetapkan dengan fungsi utama untuk permukiman perdagangan dan jasa sebagai pusat permukiman dan perdagangan dan jasa;  Sub pusat pelayanan

Untuk Rencana Sub pusat Pelayanan Kota ( Sub PPK) meliputi kawasan dengan fungsi perkantoran pemerintahan, perdagangan jasa, serta pelayanan sosial dan budaya

TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN DAN DISTRIBUSI KERUANGAN PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA ZONA PKL KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TINGKAT PELAYANAN JALUR PEDESTRIAN DAN DISTRIBUSI KERUANGAN PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERDAGANGAN DAN JASA ZONA PKL KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu