• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Identifikasi dan Pemetaan Desa Hutaimbaru, Kabupaten Mandailing Natal

N/A
N/A
steny steven worang

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Akhir Identifikasi dan Pemetaan Desa Hutaimbaru, Kabupaten Mandailing Natal"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN DESA HUTAIMBARU, KAB. MANDAILING NATAL

-- -

(2)

P P RO RO J J E E C C T T T T E E A A M M

Pr P ro oj je e ct c t D D ir i re ec c to t o rs r s

Dr D r. . E E. . R Ru us si ia ad di i, , S SE E, , M M.S .Si i. .

As A ss so oc c ia i ate te Pr P ro of fe es ss so or, r, Ke K etua tua L L PPM PP M U U niv n iv. . Pem P emb ba an ng gu un na an n Pa P an nc ca a Bud B udi i, , U UN NP PA AB B M M ed e da an n

T

Te e am M am Me em mb be er rs s

Rahmat Hidayat, SE., MM Ef E fr ri iz zal al A Ad di il l, , S SE E, , MA. MA.

Re

Res sea ear rc ch h Lea L ead de er, r, L L PP P PM M Un U niv iv. . Pe P em mb ba an ng gun una an n Pa P an nc c a a Bud B udi i, , UN U NP PA AB B Me M ed da an n

Ed E di i S Se et ti ia aw wa an n, , S SE E. .

Gr G ra ass ssr ro oo ots ts A Ass ssi i st s te e nt nt Reas Rea se era rac c h, h , Y Ya ay ya as sa an n P Pem emb be erd rda ay y aan aa n E Ek ko on nom omi i

Lin Li ng gk k ung un ga an n R Ra ak ky y at a t

(3)

PENGANTAR

Cataan proses PRA ini memang sengaja khusus ditulis untuk masyarakat Kampung Hutaimbaru, Kecamatan Muara Batang Gadis (MBG), kabupaten Mandailing Natal (Madina), atas pelaksanaan belajar memahami kampung bersama masyarakat selama 5 hari, mulai dari tanggal 27-30 Agustus 2019.

Tulisan ini berisi dari catatan hasil kegiatan selama di kampung Hutaimbaru yang dilakukan mulai dari persiapan dan perkenalan, diskusi di kelompok kelompok sampai diseminasi akhir untuk pembahasan hasil diskusi dan tindak lanjut kegiatan.

Dengan tulisan ini juga sekaligus peneguhan dari komitmen bersama bahwa hasil dari kegiatan sepanjang proses belajar bersama di kampung Hutaimbaru adalah “milik bersama”

bukan milik Konsorsium JMT-Yapekat saja, atau milik masyarakat saja.

Hasil dari proses belajar bersama, merupakan bahan bagi kita untuk bercermin diri, melihat diri sendiri. Kita telah diingatkan tentang sejarah, tentang perubahan perubahan, apa yang dulu kita miliki dan sekarang hilang, tentang pola pola musiman datangnya panas, hujan, hama dan penyakit. Lebih jauh kita diajak untuk memperhatikan satu sama lain tentang bagaimana kesejahteraan masyarakat, bagaimana kelembagaan di kampung berfungsi dan berperan, serta apa yang menjadi tantangan yang akan dihadapi masyarakat ke depan.

Sepertnya sedikit lebih khusus, kita juga melihat apakah jenis tanaman yang selama ini ditanam masyarakat, dan bagaimana pergulatan persoalan dalam urusan tanam menanam sampai dengan pemasaran. Ada masalah yang ingin diselesaikan, tantangan yang akan dihadapi dan harapan yang ingin digapai.

Konsorsium JMT-Yapekat yang di motori oleh TFCA Sumatera Utara dan KPH IX Madina berharap apa yang telah ditulis dalam catatan proses ini bisa menjadi dokumen milik masyarakat, yang bisa menjadi bahan untuk mengembangkan kampung di masa yang akan datang.

Kertas hanyalah lembaran, dan tulisan hanyalah goresan tnta saja, yang bisa rusak suatu saat nant. Tapi makna dan semangat kebersamaan yang ada dalam tulisan laporan ini, jauh lebih penting dibanding sekedar tulisan diatas kertas.

Semoga benih-benih kebersamaan untuk belajar ini bisa kita rawat, kita pupuk dengan kemauan keras, kita sirami dengan semangat tnggi, agar bisa terus bertumbuh dan

(4)

menghasilkan buah pengetahuan dan kearifan, yang bisa kita petk manfaatnya sebagai bekal untuk menghadapi tantangan kehidupan di masa yang akan datang.

Demikian pengantar ini, sekali lagi Konsorsium JMT-Yapekat yang di motori oleh TFCA Sumatera Utara dan KPH IX Madina mengucapkan terimakasih atas segala kesempatan, layanan yang bersahabat dan keterbukaan masyarakat kampung Hutaimbaru, Kecamatan Muara Batang Gadis, kabupaten Mandailing Natal selama 5 hari tnggal bersama.

Terima kasih kepada Kepala Desa (Kades) Hutaimbaru, Bapak Sakti Pulungan, Ketua BPD, Bapak Jaka Batubara, Tokoh Ulama, Tokoh Masyarakat, tokoh Pemuda, dan lainnya yang tdak dapat dituliskan dalam pengantar ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, bagi kebersamaan di masa yang akan datang.

Penulis

Konsorsium JMT – Yay. Pekat

(5)

DAFTAR ISI

Pengantar i

Daftar Isi ii

I. Pendahuluan 1

II. Tujuan 2

III. Pendekatan dan Bentuk Kegiatan 2

1. Perkenalan dan Silaturahmi antara Konsorsium JMT-Yapekat dan masyarakat kampung Hutaimbaru 2

2. Proses Belajar Bersama Masyarakat (PRA) 3

IV. Rangkuman Hasil Belajar Bersama Masyarakat 3

1. Perkenalan dan Silaturahmi 4

2. Hasil Diskusi Kelompok 5

a. Sejarah Kampung 5

b. Perubahan dan Kecenderungan di Kampung Hutaimbaru. 6

c. Kalender Musim 7

d. Kelembagaan Masyarakat 9

e. Pemeringkatan Kesejahteraan 11

f. Pendapat Masyarakat tentang Lingkungan, Nilai dan Tradisi 12

g. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga 13

h. Peta Kampung, dan Peta Sungai dan Hutan Masyarakat Kampung Hutaimbaru 15 i. Analisis Usaha Tani 17

3. Musyawarah Akhir Pembahasan Hasil dan Rencana Tindak Lanjut 1 8 a. Rangkuman Permasalahan 1 8 b. Komentar dan Harapan Masyarakat 18

(6)

c. Tanggapan dari Konsorsium JMT-Yapekat 19 d. Kesepakatan Agenda Program Bersama 20

Lampiran: Daftar anggota masyarakat yang terlibat dalam pertemuan 21

(7)

MEMAHAMI KAMPUNG BERSAMA MASYARAKAT DI DESA HUTAIMBARU, KECAMATAN MUARA

BATANG GADIS, KABUPATEN MANDAILING NATAL.

I. PENDAHULUAN

Konsorsium JMT- Yay. Pekat dengan grantee TFCA For Sumatera Utara, dan bermitra dengan KPH IX Madina merupakan lembaga-lembaga yang konsentrasi kepada bidang pelestarian alam khususnya dikawasan Hutan dataran rendah Angkola, Mandhailing Natal.

Landscape Angkola dapat terselamatkan dari ancaman degradasi dan deforestasi di wilayah Bentang Alam seluas ± 128.944 Ha yang terletak di Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara.

Kondisi nyata (existng) penurunan dan kehilangan tutupan hutan di landscape Angkola juga di akibatkan beberapa factor lain, seperti : pembukaan kawasan hutan untuk perladangan oleh warga setempat dan pendatang (penduduk dari pulau Nias), pertambangan liar (Illegal Mining), Perkebunan liar, konflik satwa, tata batas kawasan hutan lindung dan produksi yang belum jelas sehingga sering menimbulkan konflik horizontal di grassroot, dan bonus demografi yang dihadapi oleh Kabupaten Madailing Natal.

Landscape Angkola memberikan manfaat langsung berupa fungsi ekologi seperti sumber mata air, tata tanah dan udara bagi sekitar 77.636 jiwa jumlah penduduk (BPS Mandailing Natal, 2017) yang terdapat di 5 Kecamatan di kabupaten Mandailing Natal yang meliputi Kecamatan Batang Natal, Lingga Bayu, Pakantan, Panyabungan Barat dan Muara Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal yang tnggal di sekitar landscape Angkola.

Untuk mencegah massifnya tekanan terhadap landscape Angkola, konsorsium JMT dan Yayasan PEKAT (YAPEKAT) memiliki program “Kolaborasi Para Pihak Dalam Penyelamatan Bentang Alam Angkola Di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi

(8)

Sumatera Utara”. Program ini mendukung KPH IX Madina dalam mengelola kawasan hutan di

(9)

landscape Angkola. Sedangkan yang menjadi tujuan jangka pendek program adalah berkurangnya kegiatan destruktf di kawasan landscape Angkola dan adanya model ekonomi alternative yang dapat dikembangkan di landscape Angkola.

II. TUJUAN

1. Mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan antar masyarakat di kampung Hutaimbaru dan antara masyarakat dengan Konsorsium JMT- Yay. Pekat.

2. Melakukan proses belajar bersama dengan masyarkat, untuk mengenali, memahami dan memperdalam pemahaman tentang situasi kehidupan dan sumberdaya alam di kampung Hutaimbaru.

3. Merumuskan rencana tindak lanjut kerjasama yang dibangun bersama antara masyarakat dan Konsorsium JMT- Yay. Pekat.

III. PENDEKATAN DAN BENTUK KEGIATAN

Pendekatan yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan belajar bersama, yang artnya antara pihak luar (Konsorsium JMT- Yay. Pekat) dengan masyarakat lokal (kampung Hutaimbaru) duduk bersama secara setara untuk memahami kehidupan masyarakat. Masyarakat diberikan peluang untuk mengungkapkan pendapat dan gagasannya mengenai kehidupannya, sementara itu Konsorsium JMT- Yay. Pekat memfasilitasi kelancaran diskusi yang dilakukan. Hasil diskusi merupakan milik bersama, dan harus menjadi dokumen bersama untuk dimanfaatkan bagi pengembangan di masa yang akan datang.

Sementara itu pada masa lalu yang umum dilakukan adalah orang luar yang meneliti sementara masyarakat hanya jadi objek penelitian. Hasilnya pun masyarakat tidak tahu untuk apa dan tahu tahu ada proyek pembangunan dimana masyarakat hanya jadi penonton saja.

(10)

Dengan demikian masyarakat merasa tdak memiliki proyek tersebut karena itu semua adalah bantuan yang datang dari luar, dan akhirnya masyarakat terbiasa untuk selalu minta bantuan orang lain dan tidak mandiri. Potensi dan kemampuan masyarakat jadi tidak tergunakan, dan terbuang sia-sia.

Belajar dari pengalaman tersebut maka dalam “proses belajar bersama di kampung Hutaimbaru” ini justru untuk mengetahui apa potensi yang ada di masyarakat dan apa potensi yang ada di Konsorsium JMT- Yay. Pekat.

Potensi bersama tersebut yang akan digunakan untuk mengatasi masalah yang ada, sementara itu bantuan dari luar sifatnya hanya mendukung saja. Dengan demikian diharapkan inisiatif, dan upaya harus dimulai dari masyarakat, dilakukan oleh masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat sehingga mendorong kemandirian dan keswadayaan masyarakat.

Bentuk bentuk kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Perkenalan dan silaturahmi antara Konsorsium JMT – Yapekat dan masyarakat kampung Hutaimbaru.

Dalam kegiatan ini masing masing pihak memperkenalkan diri untuk menjalin keakraban dan suasana persahabatan. Kemudian di jelaskan maksud dan tujuan kegiatan, serta harapan harapan dari masing masing pihak. Selanjutnya dilakukan kontrak waktu (belajar) dan kegiatan yang disepakati bersama.

2. Proses Belajar Bersama Masyarakat (PRA)

Partcipatory Rural Appraisal dilakukan dengan melakukan diskusi bersama kelompok kelompok masyarakat berdasarkan lokasi tempat tinggal. Dalam hal ini dibagi menurut desa yang ada di kampung Hutaimbaru. Setap diskusi kelompok desa, tema yang didiskusikan berbeda-beda. Untuk melengkapi informasi dari diskusi dilakukan beberapa wawancara mendalam dengan tokoh, aparat desa dan masyarakat langsung.

3. Diseminasi Akhir

Dalam Diseminasi akhir ini setiap perwakilan diundang untuk membahas hasil-hasil diskusi. Berdasarkan hasil tersebut disusun bersama beberapa kesepakatan tindak lanjut kegiatan. Diseminasi akhir juga untuk meneguhkan kesepakatan bahwa proses PRA ini merupakan sebuah awalan bagi kerjasama dan kebersamaan di kemudian hari.

(11)

IV. RANGKUMAN HASIL BELAJAR BERSAMA MASYARAKAT

Rangkuman tulisan pada bagian ini adalah merupakan hasil dari proses belajar yang dilakukan selama 5 hari di kampung Hutaimbaru. “Tiada gading yang tak retak” demikian kata pepatah, yang artinya bahwa hasil ini tentu tdak lepas dari kekurangan. Namun demikian hasil ini merupakan buah dari kebersamaan selama diskusi dengan masyarakat kampung Hutaimbaru yang diskusinya dilakukan setiap hari dari jam 08.30 Wib s/d 17.30 Wib.

Hasil diskusi ini tdak akan berarti kalau tidak memiliki manfaat. Manfaat akan muncul jika memang ada upaya untuk menindaklanjuti hasil diskusi.

Beberapa manfaat yang bisa dipetk dari hasil diskusi ini adalah :

1. Memberikan gambaran tentang situasi dan kondisi kehidupan masyarakat kampung

Hutaimbaru dan sumberdaya alam yang dimilikinya.

2. Memberikan gambaran masalah dan potensi kampung Hutaimbaru serta upaya upaya yang mungkin dikembangkan untuk menyelesaikan masalah yang ada.

3. Sebagai dokumen milik masyarakat, karena dibuat oleh masyarakat sendiri yang bisa selalu diperbaiki sepanjang waktu dan digunakan untuk pengembangan masyarakat di kemudian hari.

Hasil diskusi ini dikemas dalam rangkuman yang berurutan sesuai dengan tema tema diskusi yang dilakukan, mulai dari proses perkenalan, diskusi sampai dengan Diseminasi akhir yang dilakukan di akhir kegiatan

1. Perkenalan dan Silaturahmi

Tak kenal maka tak sayang demikian kata pepatah. Maka dengan demikian proses perkenalan menjadi pentng untuk awal sebuah silaturahmi. Pada tanggal

27 Agustus 2019 bertempat di salah satu Ruang Kelas Madrasah Hutaimbaru, merupakan awal pertemuan antara tim dari Konsorsium JMT - Yapekat dengan masyarakat. Acara pada waktu itu adalah perkenalan, penyampaian maksud dan tujuan, penyampaian harapan harapan dari masyarakat maupun dari Peka Indonesia.

(12)

Maksud dan tujuan dari Konsorsium JMT - Yapekat untuk ke kampung Hutaimbaru:

a. Silaturahmi dengan masyarakat di kampung Hutaimbaru.

b. Memahami lebih mendalam kehidupan masyarakat dan sumberdaya alam di kampung Hutaimbaru.

Harapan harapan masyarakat desa Hutaimbaru terhadap kehadiran Konsorsium JMT - Yapekat:

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat.

b. Menambah wawasan.

c. Adanya kerjasama antara masyarakat kampung Hutaimbaru.

d. Membantu memfasilitasi apapun.

e. Memberi bantuan apa saja, bukan sekedar dana namun pengalaman, pemikiran, tenaga dan lain lain.

f. Memberikan motvasi kepada masyarakat dan pendidikan lingkungan di SD.

g. Setap program perlu pengontrolan bersama.

Selanjutnya dilakukan kesepakatan kontrak waktu kegiatan sebagai berikut:

a. Belajar bersama tentang kehidupan masyarakat Hutaimbaru akan dilakukan dengan diskusi diskusi dan wawancara dengan beberapa anggota masyarakat.

b. Untuk membahas hasil diskusi akan diadakan diseminasi akhir sekaligus untuk merumuskan kesepakatan tndak lanjut.

Jadwal pertemuan setap RT adalah sebagai berikut:

Tgl Lokasi

27-8-2019 MDA

28-8-2019 MDA

29-8-2019 MDA

30-8-2019 MDA

31-8-2019 MDA

(13)

Tema tema dari wawancara/pertemuan adalah :

a. Penggalian pendapat masyarakat tentang nilai, tradisi dan lingkungan

b. Analisis pendapatan dan pengeluaran keluarga

c. Menelusuri peta kebun, peta sawah, peta sungai, dan peta hutan d. Penggalian masalah dan harapan

Sambutan dan Pembukaan oleh kepala Desa

Hutaimbaru, Bapak Sakti Pulungan Sambutan dari Direktur Program konsorsium JMT-Yapekat, Bapak Ali Adam Lubis.

Peserta Diskusi; Metode PRA yang berasal dari stakeholder kampong Hutaimbaru.

Kontrak Belajar (waktu) yang dipandu oleh Bapak Ali Adam Lubis.

(14)

2. Hasil Diskusi Kelompok a. Sejarah Kampung

Sejarah adalah rangkaian kejadian kejadian yang terjadi di masa yang lalu.

Dari memahami sejarah akan bisa menjelaskan pengalaman pengalaman pentng baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan di masa lalu.

Pengalaman adalah guru yang terbaik untuk menghadapi masa depan.

Penelusuran alur sejarah akan memberikan penjelasan mengenai peranan- peranan pentng yang dilakukan oleh tokoh tokoh masyarakat di masa lampau, yang akhirnya hasilnya bisa dinikmati sekarang. Dengan demikian sudah menjadi tanggung jawab generasi sekarang untuk melanjutkan peranan tersebut.

Hasil penelusuran sejarah ini masih terbatas informasinya karena hanya diikuti beberapa orang saja. Untuk itu ke depan perlu lebih diperdalam dan diperbaiki agar menjadi dokumen yang lengkap tentang sejarah kampung Hutaimbaru, yang bisa disebarkan dan ditularkan pada kaum muda agar mengerti dan memahami sejarah kampung. Hal ini pentng supaya tdak terjadi keterputusan pengetahuan sejarah antara kalangan tua dan kaum muda di kampung Hutaimbaru.

TAHUN

1950 Kampung H

Kecamatan

1969 Banjir yang

1970 Terjadi gem

Perpindaha

1974 Banjir kecil

1980 Masuknya

1995 Pemberant

Bantuan des

1996 Bantuan des

Peristwa a Bantuan mes

1997 Bantuan des

(15)

1998 Pembangun KM.

2008 Bantuan Te

2009 Banjir band

± 70 rumah Kunjungan Hutaimbaru Bakti TNI d

2010 Pembangun

Pembangun Perpindaha Padang (atas

2012 Program PN

Masyarakat

2015 Banjir yang

Kunjungan Pembangun

2016 Berdirinya

Pembangun Pembangun Bantuan lam

2017 Rehab jalan

Rehab jalan Lampu pen Pembagian Pembangun Lingkungan Pembangun 110 m

2018 Pendirian P

Pembangun Pembangun Pembangun Lampu pen Pembagian

2019 Pembangun

(16)

Pembangun 100 m Pembangun I

Pembangun Lingkungan Kesepakata

b. Kondisi Geografi

Kampung Hutaimbaru memiliki luas ± 15 794,50 Ha, merupakan desa yang memiliki lanskap wilayah lengkap yang terdiri dari bukit, dataran, dan aliran sungai. Desa Hutaimbaru terletak di Kecamatan Muara Batang Gadis dengan curah hujan ± 227 mm/tahun. Desa hUTAIMBARU didominasi oleh fungsi hutan produksi serta hutan lindung dataran rendah. Namun, disisi lain terdapat Hak Guna Usaha Perkebunan Kelapa Sawit PT. Anugrah Rimba Makmur.

Desa Hutaimbaru merupakan satu dari 17 desa yang berada di Kecamatan Muara Batang Gadis. Desa Hutaimbaru hingga saat ini belum dilakukan penetapan batas desa dan pemetaan wilayah administrasi desa, sehingga batas administrasi sementara Desa Hutaimbaru berbatasan dengan :

(17)

Sebelah Utara : Kabupaten Tapanuli Selatan Sebelah Selatan : Desa Ranto Panjang

Sebelah Barat : Desa Lubuk Kapundung Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Selatan

Jarak tempuh Desa Hutaimbaru ke Pusat Pemerintahan :

1) Desa Hutaimbaru ke Ibukota Kecamatan Muara Batang Gadis, ditempuh selama ± 4 Jam perjalanan sungai, dengan jarak ± 66 Km.

2) Desa Hutaimbaru ke Ibukota Kabupaten Mandailing Natal, Panyabungan, ditempuh selama ± 9 Jam 10 Menit perjalanan darat, dengan jarak ± 329 Km.

3) Desa Hutaimbaru ke Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, ditempuh selama ± 19 Jam 4731 Menit perjalanan darat melalui Jalur Lintas Tengah dengan jarak ± 676,4 Km.

(18)

c. Kondisi Demografi

Desa Hutaimbaru memiliki jumlah penduduk sebanyak 880 jiwa dengan 224 Kepala Keluarga. Berdasarkan jenis kelamin maka penduduk laki-laki sebanyak 451 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 429 jiwa. (Data Desa Tahun 2018).

(19)

Tabel.1 Penduduk Desa Hutaimbaru 2019 Jumlah

Penduduk Kepala Keluarga Laki-Laki Perempuan

Gambar 3 Grafis PendudukDesa Hutaimbaru

Pendidikan penduduk Desa Hutaimbaru berdasarkan Data Desa Tahun 2018, sebagian besar pendidikan terakhir penduduknya adalah Sekolah Dasar (SD) yakni 155 orang, sedangkan yang terkecil adalah tamatan Pesantren yakni sebanyak 1 orang dan yang tamatan pendidikan tnggi sebanyak 25 orang.

Secara umum, pendidikan terakhir penduduk Desa Hutaimbaru adalah Sekolah Dasar (SD) dengan 150 orang, artinya 23,9% dari total penduduk hanya tamatan sekolah Dasar (SD).

Sebaliknya tamatan Pesantren hanya 1 orang, artnya hanya 0,2% dari total penduduk Desa Hutaimbaru tamatan Pesantren, dan hanya 4% dari total penduduk Desa Hutaimbaru yang mencapai pendidikan tnggi.

Gambar 4 Grafis Penduduk Desa Hutaimbaru Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(20)

Kemudian sebanyak 276 orang yang tdak sekolah/belum sekolah atau sekitar 44% dari total penduduk Desa Hutaimbaru.

Tabel.2 Pendidikan Terakhir

No. Pendidik

1 TK

2 SD

3 SMP

4 SMA

5 D3

6 S1

7 Pesantre

8

Belum/Ti Sekolah Total

Selanjutnya, berdasarkan data kependudukan Desa Hutaimbaru tahun 2019, diatas mata pencaharian (pekerjaan) masyarakat Desa Hutaimbaru adalah Swasta sebanyak 120 orang, artnya 19,1% dari jumlah penduduk Desa Hutaimbaru adalah Swasta. Selanjutnya sebanyak 75 orang Petani atau sekitar 11,9% dari jumlah penduduk, Wiraswasta sebanyak 60 orang atau sekitar 9,6% dari jumlah penduduk, dan Nelayan sebanyak 15 orang atau 2,4% dari jumlah penduduk. Selanjutnya sebanyak 346 orang tidak bekerja atau sekitar 55,2% dari jumlah penduduk. Sisanya sebanyak 1,8% dari jumlah penduduk bekerja diberbagai sektor, yakni 4 orang Pegawai Negeri Sipil, 1 orang TNI/Polri, 4 orang Tukang, 1 orang Pensiunan dan 1 orang Peternak.

Tabel.3 Jenis Pekerjaan

No. Pekerjaan

1 Petani

2 Nelayan

3 Wiraswasta

4 Swasta

5 PNS

6 TNI/Polri

7 Tukang

8 Pensiunan

9 Peternak

10 Belum/Tidak Bekerja

Total

(21)

Gambar 5 Grafis Jenis Pekerjaan Desa Hutaimbaru C. Kelembagaan

Secara umum kelembagaan yang terdapat di Desa Hutaimbaru terdiri dari Pemerintahan Desa, Kelembagaan Sosial Kemasyarakatan, Perwakilan Pemerintah yang berkantor di Desa, serta Sektor Privat. Pemerintahan Desa terdiri dari :

a. Pemerintahan Desa Hutaimbaru b. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

c. LPM (Lembaga Permberdayaan Masyarakat) Kelembagan Sosial Kemasyarakatan terdiri dari : a. Lembaga Adat

b. Kelompok Tani c. Kelompok Nelayan d. PKK

e. Wirid Yasin

(22)

Perwakilan Pemerintah yang Berkantor di Desa Hutaimbaru a. Pustu

b. SD Negeri

c. Kantor Kepala Desa Sektor Privat terdiri dari : a. PT. ARM

Gambar 6 Grafis Analisis Kelembagaan Desa Hutaimbaru

(23)

Untuk melihat interaksi antar kelembagaan di Desa Hutaimbaru, dilakukan analisis kelembagaan menggunakan Diagram Venn, hal ini bertujuan untuk melihat besar kecilnya kewenangan dan kedekatan antar lembaga.

Pada analisis ini, Pemerintah Desa menjadi pusat dalam melihat interaksi kelembagaan di desa. Sehingga, pada analisis kelembagaan ini Pemerintah Desa berada ditengah lingkaran masyarakat. Selanjutnya, untuk mengidentfikasi jenis kelembagaan, maka dibedakan menjadi tiga warna yakni, merah (Lembaga Pemerintahan Desa/Pemerintahan), kuning (Kelembagaan Sosial Kemasyarakatan) dan biru (Sektor Privat).

Berikut hasil Analisis Kelembagaan Desa Hutaimbaru :

Lingkaran hitam diatas adalah masyarakat, secara umum terdapat beberapa kelembagaan yang mempengaruhi kehidupan bermasyarakat di Desa Hutaimbaru. Pemerintah Desa sebagai pusat pemerintahan dipengaruhi oleh Badan Permusyawaratan Desa dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat.

Disamping itu, Lembaga Adat dan Wirid Yasin merupakan lembaga yang berpengaruh terhadap jalannya Pemerintahan Desa, namun tdak begitu signifikan terhadap kehidupan sosial. Selain itu, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan yang juga mempengaruhi kehidupan bermasyarakat dan Pemerintahan Desa Hutaimbaru yakni, Kelompok Nelayan, Kelompok Tani, PKK, Karang Tarunadan MDA Albaruddin

Disisi lain, sector privat yang berada di Desa Hutaimbaru tapi tdak begitu mempengaruhi pemerintahan desa dan kehidupan masyarakat, sector ini berada di bidang perkebunan sawit dan pabrik kebun sawit. Korporasi tersebut yaitu, PT RMM (Rimba Mujur Mahkota) dan PT. Tri Bahtera Srikandi. Selanjtunya, terdapat perwakilan Pemerintahan di Desa Hutaimbaru dibidang kelautan yakni Syahbandar, Navigasi dan Keamanan Laut.

(24)

D. Sarana dan Prasarana Umum

1. Sarana Peribadatan dan Pendidikan Al-Quran

Desa Hutaimbaru memiliki 1 mesjid yakni Mesjid Albaruddindan MDA Albaruddin, dengan kondisi masing-masing sarana peribadatan masih dimanfaatkan oleh masyarakat.

Gambar 7 MDA Albaruddin Gambar 8 Mesjid Albaruddin Desa Hutaimbaru

2. Sarana Pendidikan

Desa Hutaimbaru memiliki satu sekolah dasar, dan itupun berada di batas DesaHutaimbaru dengan DesaTaluk.

Gambar 9 SD di perbatasan Desa Hutaimbaru dengan Desa Taluk

8

(25)

3. Sarana Perkantoran

Desa Hutaimbaru memiliki satu kantor desa, pembangunan kantor desa dimulai daritahun 2013. Saat ini, Kantor Desa sudah digunakan sebagai pusat pemerintahan dan layanan administrasi desa.

Gambar 10 Kantor Desa Hutaimbaru

Gambar 11 Grafis Sarana dan Prasarana Desa Hutaimbaru

(26)

d. Kelembagaan

e. Perubahan dan Kecenderungan di Kampung Hutaimbaru

Seiring dengan perubahan waktu maka terjadi perubahan perubahan penting yang ada di kampung Hutaimbaru selama ini. Dengan mengetahui dan menjelaskan perubahan tersebut maka akan diketahui bagaimana kondisi sekarang, dibanding dengan masa yang lalu dan bagaimana perubahan terjadi, meningkat ataukah justru menurun. Cara melakukan diskusi adalah masyarakat memberikan penilaian menurut ukuran 0-100 persen untuk menilai kondisi pada jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pengataman dan penilaian masyarakat tersebut akan bisa dilihat bagaimana kecenderungan perubahan terjadi, meningkat, tetap atau menurun

Perubahan yang diamati

Air

Sawah Hutan Penduduk Hasil Padi

Penduduk yang bekerja Jenis tanaman sayuran Hama dan penyakit Penggunaan pupuk Kesuburan tan

Dengan hasil analisis tersebut maka masyarakat mendiskusikan

bersama apa yang menjadi makna dibalik angka angka yang naik dan

menurun tersebut. Diskusi dalam kelompok menjelaskan bahwa

ketersediaan air menurun dari tahun ke tahun, baik air untuk pertanian

(27)

maupun untuk kebutuhan hidup sehari hari. Hal ini erat kaitannya dengan penurunan luasan hutan. Luasan hutan semakin menurun, sepanjang tahun karena aktivitas penebangan yang semakin gencar setelah reformasi. Dengan menurunnya luasan hutan maka air yang ditangkap oleh akar pepohonan berkurang, maka air yang tersedia dalam tanah menurun.

Jumlah sawah menurun pada periode 1970 sampai 1998. Namun setelah tahun 1998 jumlah sawah meningkat karena masyarakat mulai membuka sawah ke lokasi bekas hutan di hulu. Hal ini dilakukan untuk mendekati sumber air. Sawah memiliki arti penting karena masyarakat Hutaimbaru tidak menjual padi, padi dijadikan cadangan pangan. Masyarakat membuka sawah karena pada waktu sebelumnya sawah-sawah yang ada tidak cukup airnya, sehingga tidak bisa ditanami padi.

Jumlah penduduk semakin meningkat, namun lapangan pekerjaan semakin menurun. Pada periode tahun 1970-1998 lapangan pekerjaan sempat meningkat karena banyaknya masyarakat Hutaimabaru meninggalkan kampong untuk mengadu nasib di kampong atau kota lainnya. Tahun 1998-sekarang jumlah pengangguran semakin banyak.

Kesuburan tanah menjadi menurun drastis, sehingga kebutuhan

pemakaian pupuk kimia menjadi tinggi. Dalam hal hama penyakit,

jenisnya semakin banyak tidak seperti masa sebelumnya. Namun

demikian hasil produksi padi tidak banyak mengalami perubahan rata

rata 3 kwintal, walaupun setiap musim naik turun tergantung hama

penyakit dan cuaca. Ragam jenis sayuran juga semakin banyak,

terutama kampong Hutaimbaru penghasil kacang tanah terbesar.

(28)

f. Kalender Musim

Kalender Musim adalah untuk melihat apa kegiatan kegiatan yang dilakukan masyarakat dalam satu tahun dari Januari sampai Desember. Selain itu adalah untuk melihat pola iklim seperti cuaca, curah hujan dan panas. Bisa juga untuk memahami bagaimana pola pemasukan dan pengeluaran masyarakat setiap tahun.

Kampong Hutaimbaru mempergunakan kalender musim dalam satu tahun, kalender Hijriah (kalender Islam) dan penamaan lokal. Seperti : Muharram (Anggi Haji), Safar (Sofar), Rabiul Awal (Maulud), Rabiul Akhir (Anggi Maulud), Jumadil awal (Kanduri Bungo), Jumadil akhir (Kanduri Barah), Rajab (kanduri ketek), Sa’aban (kanduri Godang), Ramadhan (Bulan Puaso), Syawal (hari Rayo), Dzulkaidah (Anggina Hari Rayo), dzulhijah (Bulan Haji).

Dengan memahami kalender musim aktivitas maka masyarakat bisa

mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan pola

kejadian yang umum terjadi secara berulang dalam setiap tahun. Masyarakat

bisa memanfaatkan kalender musim untuk memperkirakan kapan biasanya

hujan, panas dan cuaca ; pendapatan dan pengeluaran masyarakat yang umum,

hama dan penyakit yang biasa muncul ; berdasarkan pengalaman yang sudah

terjadi.

(29)

g. Matrik Rangking (Urutan) Tanaman-tanaman Penting di Masyarakat

Matrik rangking tanaman adalah untuk belajar mengenai tanaman- tanaman penting yang diusahakan masyarakat kampung Hutaimbaru.

Dari jenis jenis tanaman tersebut dianalisis resikonya berdasarkan

pertimbangan pertimbangan seperti kebutuhan modal, lama masa

tanam, hama dan penyakit, penguasaan teknik budidaya serta

kemudahan menjual ke pasaran serta harga yang diterima petani.

(30)

Jenis Tanaman

Padi Rambutan Cabe Kencur Terong Kacang tanah Jeruk Singkong Tomat Cabe rawit Rimbang Pisang

Ubi jalar Coklat Durian

Keterangan:

0 = Tanpa ada sesuatu apapun

IIIII = paling tinggi modalnya, pasarnya sulit, budidaya rumit, harga rendah (fluktuatif), waktu lama

I = paling rendah modalnya, paling mudah pasarannya, teknik budidaya paling mudah, pasaran sulit,

budidaya rumit, harga

menguntungkan, waktu singkat Dari segi resiko pisang merupakan tanaman yang paling rendah tingkat resikonya, sementara tomat merupakan tanaman yang paling tinggi tingkat resikonya bagi petani. Namun demikian dalam diskusi dinyatakan bahwa jenis kacang kacangan yang selalu banyak ditanam, karena resikonya sedang. Masyarakat juga memperhitungkan faktor waktu atau lama tanam karena menyangkut cepatnya pemasukan yang diterima, dan kacang kacangan yang banyak ditanam. Dari diskusi dipetik pelajaran bahwa untuk memutuskan tanam jenis tertentu, harus mempertimbangkan banyak faktor tidak sekedar mengejar harga tinggi namun keuntungan yang tinggi.

Diskusi lalu dikembangkan untuk menganalisis jenis tanaman tersebut

terutama pada sisi harga, resiko dan faktor waktu (lama tanam). Juga

dikategorikan mana tanaman utama yang menjadi favorit (sangat

(31)

diharapkan untuk menghasilkan pendapatan) , yang biasa saja (ditanam namun tidak yang utama untuk menghasilkan pendapatan), dan sekedar tambahan saja (tidak terlalu diharapkan mendapat pendapatan)

h. Kelembagaan Masyarakat

Lembaga-lembaga yang ada dimasyarakat merupakan sarana bagi usaha untuk memberikan pelayanan bagi kepentingan masyarakat dan menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Oleh karena itu belajar tentang kelembagaan yang ada di masyarakat adalah penting agar masyarakat bisa menilai apa yan sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki.

Analisis kelembagaan ini bukan untuk menyalahkan siapapun justru untuk mencari pemecahan bagaimana caranya agar kelembagaan di masyarakat bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Jika lembaga di masyarakat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik maka yang mendapat manfaat juga masyarakat itu sendiri.

Kelembagaan ada 2 jenis yaitu (i) lembaga formal yang dibentuk

(32)

pemerintah seperti Pemerintah desa, PPL, Puskesmas dan sebagainya (ii) lembaga non formal yang tidak dibentuk secara resmi seperti kelompok tani, pengajian, arisan dan sebagainya. Lembaga seharusnya dibentuk oleh kebutuhan masyarakat, karena pada dasarnya perlunya ada lembaga karena ada masalah yang harus diselesaikan di masyarakat, atau ada kebutuhan kebutuhan yang harus dilayani.

Contohnya adanya pemerintah desa adalah untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam mengatur pembangunan wilayah, adanya puskesmas karena untuk mengatasi masalah kesehatan di masyarakat, adanya kelompok tani adalah untuk mengatasi masalah pertanian atau kerjasama antar petani. Di kemudian hari diharapkan masyarakat bisa membentuk lembaga untuk mengatasi masalahnya. Kemerdekaan untuk berorganisasi, berserikat dan berkelompok untuk membentuk organisasi dijamin secara hukum oleh Undang Undang Dasar.

Keterangan :

Semakin dekat kelingkaran inti semakin besar manfaatnya bagi masyarakat

Semakin dekat jarak lingkaran dengan lingkaran masyarakat semakin besar pengaruhnya

i. Pemeringkatan kesejahteraan

Dalam diskusi tentang pemeringkatan kesejahteraan adalah

mengajak masyarakat untuk peduli satu sama lain, dan

memperhatikan bagimana lapisan-lapisan sosial yang ada dalam

(33)

masyarakat. Bukan maksudnya untuk membeda-bedakan antar sesama manusia, namun dengan adanya ukuran-ukuran kesejahteraan maka setiap akan mulai mengembangkan sebuah program pembangunan maka lapisan yang palin rendahlah yang seharusnya menjadi prioritas

Seringkali tanpa menggunakan pemeringkatan kesejahteraan berbagai program pembangunan atau bantuan dari pemerintah seringkali salah sasaran, karena tidak diterima oleh orang yang semestinya mendapat bantuan atau pertolongan.

Diharapkan analisis ini bisa menjadi bahan pelajaran agar setiap kali mengembangkan program seharusnya tidak lagi salah sasaran. Lebih jauh diharapkan dengan diskusi ini maka masyarakat saling peduli dan memperhatikan sesama.

No Dilihat dari

1 Kendaraan

2 Sawah

3 Kebun / Pekarangan

4 Rumah

5 Perabot Rumah

Tangga

6 Penerangan

7 Makanan

8 Pendidikan

9 Sarana kebersihan

(34)

j. Pendapatan masyarakat tentang Lingkungan, Nilai dan Tradisi

Melalui proses wawancara dikumpulkan pendapat masyarakat tentang desa, alam dan lingkungan, serta nilai tradisi yang ada di kampung Hutaimabru. Masukan ini diperoleh melalui wawancara dengan:

a) Aparat Desa b) Tokoh Masyarakat c) Tokoh Agama d) Masyarakat e) Pemuda f) Anak – anak

a. Mengenai Desa

Kondisi desa kemajuannya semakian menurun

Belum ada pembinaan secara berkelanjutan

Bantuan sering terjadi tidak tepat sasaran, dan penggunaan tidak tepat waktu

Kurang perhatian pemerintah kecamatan dan kabupaten dalam perekomonian dan pembangunan desa

Kegiatan, bantuan perlu adanya pendampingan dan kontrol

Lapangan kerja, ekonomi rakyat menurun, jumlah penduduk meningkat

Kebersamaan memikirkan desa semakin hilang, contohnya gotong royong

Listrik belum terfasilitasi di desa

Desa terisolir, akses masuk desa hanya melalui perahu motor melalui sungai.

(35)

b. Mengenai Alam

Perusahaan dari luar pada umumnya membuka dan menggarap lahan sekitar desa

Kondisi alam dulu hutan sekarang semak belukar dan beberapa patok digarap/dimanfaatkan perusahaan

Semakin kurangnya air bersih

Kondisi tanah semakin kurang subur, hanya bisa bertahan 6 bulan s/d 3 tahun

Masyarakat mengharapkan adanya penanaman hutan kembali dan lestarikan bersama

Dengan tidak terpelihara hutan (gundul)sering terjadi tanah menjadi longsor, mengakibatkan tertim

c. Mengenai Sosial

Masih/sangat kompak, bertahannya nilai-nilai kebersamaan dalam tatanan kehidupan

Masih kompak/lestari dalam pengajian

Kelompok tani masih kuat

Kegiatan para pemuda semakin menurun, dulu untuk mendapatkan dana dengan cara gotong royo

d. Mengenai Tradisi

Masih ketergantungan pada desa

Masyarakat masih manut saja asal adanya keterbukaan, kebersamaan, koordinasi yang dapat dimengerti

Masyarakat masih mempergunakan kalender Hijiyah/kalender Islam

Budaya menanam disesuaikan dengan kalender hijriyah

e. Sumber sumber informasi yang biasanya masyarakat peroleh adalah dari :

Desa

Antar petani

Pengalaman masyarakat

Kecamatan

Penyuluh

Warisan nenek moyang

k. Analisa Pendapatan dan Pengeluaran keluarga

Sebagai gambaran untuk mengetahui kondisi pendapatan dan pengeluaran

keluarga maka dilakukan wawancara dengan salah seorang warga kampung

hutaimbaru.

(36)

Nama : Salah seorang warga kampung Hutaimbaru Umur : 42 tahun

Alamat : Hutaimbaru Kampung

Pekerjaan : Buruh tani dan pengrajin Sampan/perahu keluarga : 4 orang

a. Pengeluaran biaya untuk konsumsi :

· Beras 75 liter x Rp. 2.500

· Lauk pauk Rp. 10.000 x 30 hari

· Rokok Rp. 2.300 x 30 hari

· Jajan anak Rp. 2.000 x 30 hari

· Keperluan minum dan snack Rp. 2.500 x 30 hari b. Selamatan dan menyumbang 10 liter x Rp. 2.500 c. Pertanian

d. Anak sekolah :

· SPP

· Jajan

· Buku, alat tulis

· Pakaian, sepatu e. Kesehatan

f. Perlengkapan keluarga

g. Bayar utang ke Warung / Kedai h. Kunjungan keluarga

i. Alat bahan lemari (tukang) Rp 17 ,00 0 Jumlah pengeluaran Rp 1,736,500 2. Pendapatan

a. Ladang 300 kg x Rp. 5.000/6 bln Rp 250,000 b. Kerja bikin sampan/perahu Rp. 25.000 x 30 hari Rp 750,000 c. Hasil bikin sampan / perahu Rp 1, 150 ,000

Jumlah pendapatan Rp 2,150,000 3. Saldo (pendapatan – pengeluaran)

a. Pendapatan Rp 2,150,000 b. Pengeluaran Rp 1 , 73 6 , 50 0

Jumlah Total Rp 413,500

(37)

l. Peta kampong, peta Sungai dan Hutan masyarakat

Dibawah adalah beberapa peta yang menjelaskan situasi di desa Hutaimbaru.

Ada peta sawah yang akan memberikan gambaran model sawah di desa Hutaimbaru. Peta Kebun menjelaskan jenis jenis tanaman yang ditanam, dan pengaturan tata letak tanaman kebun. Peta pringgan menggambarkan kebun di sekitar rumah.

Untuk gambaran yang lebih luas, bersama masyarakat digambar peta kampung. Peta kampung menjelaskan jalan desa, tempat tempat penting, lokasi sawah dan kebun serta pamukiman. Untuk kedepan, bisa dibuat pemetaan yang lebih terinci, sehingga bisa lebih banyak memberi gambaran tentang kawasan kampung Hutaimbaru. Peta ini akan bermanfaat bagi pengembangan dan penataan wilayah oleh masyarakat sendiri.

a. Peta Desa

Sumber : Hasil Pemetaan oleh Masyarakat Desa Hutaimabru.

(38)

b. Peta Sungai

Sumber : Hasil Pemetaan oleh Masyarakat Desa Hutaimbaru

m. Analisa Usaha Tani

NO KOMODITI

I Kebun Campur

1 Pohon Karet

2 Jeruk Manis

3 Coklat

4 Pohon Durian

II Kebun Kelapa Sawit

1 Kelapa sawit

2 Kelapa

3 Pohon Pinang

(39)

III Perkebunan

1 Rambutan

2 Cabai

3 Kencur

4 Terong

IV Hasil Hutan

1 Rotan

V Sungai

1 Ikan

2 Sampan / Robin

(40)

3. Musayawarah Akhir Pembahasan hasil dan rencana Tindak Lanjut

a.

Rangkuman Permasalahan

NO MASALAH YANG SERING DIALAMI DESA HUTAIMBARU

1 Sering mengalami perubahan Musim yang tidak terat

2 Serangan Hama tanaman berupa “Babi Hutan” pada s

3 Konflik lahan dengan perusahaan (PT. ARM)

4 Kekurangan air bersih dan sering mengalami Banjir

5 Tidak ada jaringan Internet; sehingga siswa/I SD

harus mengikuti ujian ke Ibu Kota Kecamatan,

6 Tidak adanya jaringan listrik (PLN) di desa

7 Sering terjadi kejadian meninggal dunia akibat

dari desa; melalui jalur sungai, dengan waktu t

8 Tidak ada SMP/SLTP di desa dan siswa/I y

mondok/indekos di Kota kecamatan

b.

Komentar dan Harapan Masyarakat

NO HARAPAN KEDEPAN MASYARAKAT DESA

1 Transportasi darat dari Ibu Kota Kecamatan ke

ada; jembatan penyeberangan tidak ada, sangat dibu

2 Diharapkan adanya jaringan PLN ke desa

masyarakat bisa menikmati penerangan di desa

3 Diharapkan adanya jaringan internet sehingg

4 Pemerintah membangun Percetakan Sawah dan Jalan

5 Pendidikan yang Islamiah di bangun di desa Hutaimba

(41)

6 Dilaksanakan pendidikan Komputer untuk g Hutaimabaru

7 Perusahaan jangan terlalu leluasa memasuki lahan de

8 Legalitas / Pengakuan hak tanah dan ulayat dari nega

9 Dibukanya akses pengambilan HHBK un

penambahan pendapatan ekonomi masyarakat desa H

c. Tanggapan dari Konsorsium JMT – Yapekat

BELAJAR BERSAMA

“MELIHAT DIRI SENDIRI”

HASIL DARI BELAJAR

APA YANG SUDAH ADA

(SUDAH BAIK) APA YANG BELUM ADA

(PERLU DIPERBAIKI)

KEBUTUHAN? KEINGINAN?

BERSAMA-

SAMA TIDAK BISA DIATASI

(TERPENUHI)

MASYARAKAT BISA MELAKUKAN APA?

PIHAK LAIN BISA LAKUKAN APA?

Dari gambar diatas dijelaskan bahwa yang dilakukan selama 10 hari adalah

untuk melihat diri sendiri, apa masalah dan apa potensinya. Dari masalah

yang ada mana yang merupakan kebutuhan untuk diatasi dan mana yang

(42)

keinginan. Juga didapat pengalaman apa yang sudah baik dan apa yang perlu diperbaiki.

Kebutuhan akan bisa dipenuhi oleh masyarakat sendiri dan bersama dengan Konsorsium JMT – Yapekat. Segala inisiatif harus dimulai dari masyarakat, jika ternyata kebutuhan tidak bisa dipenuhi secara bersama maka perlu melibatkan pihak lain yang mampu membentu menyelesaikannya

d.

Kesepakatan Agenda Program bersama

Ada beberapa agenda program yang dilakukan antara lain :

1. Pendampingan masyarakat Hutaimbaru

-

Hal-hal yang teknis (budidaya tani, pelatihan pertanian dll)

-

Hal-hal yang strategis (pendampingan menghadapi konservasi, pengorganisasian, kemampuan berdiskusi dll)

2. Menghubungkan dengan pihak lain -

Kasus jalan darat – Jembatan

-

Kasus air bersih dan saluran air, Listrik dan Jaringan Internet

-

Kasus hutan yang rusak

3. Kerjasama pengembangan usaha masyarakat

-

Didiskusikan bersama bentuk dan mekanisme dan caranya

-

Didiskusikan siapa sasarannya

4. Penyediaan sarana untuk anak-anak dan pemuda

-

Bantuan Buku Bekas

-

Bola Voli dan net

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Beras per Bulan Pada 19 Tahun 2010-2012 di Kabupaten Mandailing Natal.. Tabel 4.2 Proyeksi Kebutuhan Beras di Kabupaten 21 Mandailing

Penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Teknik Pengobatan Tradisional Penderita Gangguan Jiwa di Desa Bulu Soma Kecamatan Batang Natal Kabupaten

DINAS KEPENDUDUKAN, CATATAN SIPIL, SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MANDAILING NATAL Alamat : Jln.. Willem

Laporan Kinerja (LKj) Komisi Pemilihan Umum tahun Kabupaten Mandailing Natal 2016 ini, berisi hasil pengukuran kinerja sasaran yang dicapai melalui pelaksanaan

Mandailing Natal Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mandailing Natal, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang

penambang emas yang berada di Desa Hutabargot Nauli, Kecamatan. Hutabargot, Kabupaten

KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL. NASRIN

Adapun Indeks Desa Membangun IDM per Desa pada Tahun 2020 yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7 Indeks Membangun Desa IDM Pada