• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Tugas Perkerasan Jalan Raya Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan

N/A
N/A
Wiebby

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Akhir Tugas Perkerasan Jalan Raya Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan "

Copied!
78
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Batasan Masalah

Tujuan Penulisan

Manfaat

LANDASAN TEORI

Jalan Raya

  • Kelas dan Fungsi Jalan Raya
  • Tata Guna Lahan Jalan Raya
  • Kapasitas Jalan Raya

Permukaan jalan merupakan suatu unsur konstruksi jalan yang terdiri dari beberapa struktur atau lapisan, berada pada landasan atau tanah dasar yang diperuntukkan bagi jalur lalu lintas dan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat utama berikut. Jalan raya adalah suatu jalur yang bertujuan untuk mengalirkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan pengertian lalu lintas di atas adalah segala benda atau makhluk hidup yang melintas di jalan, baik itu kendaraan bermotor, gerobak, binatang, maupun manusia (Setyawan, 2003).

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, klasifikasi jalan berdasarkan kelas jalan adalah sebagai berikut. Oleh karena itu, lalu lintas ini tidak boleh diganggu oleh lalu lintas berlawanan dan lalu lintas lokal serta aktivitas lokal. Rata-rata volume lalu lintas harian umumnya lebih besar dibandingkan fungsi jalan lainnya.

Jika arus lalu lintas meningkat dalam jangka waktu yang lebih lama, hampir dapat dipastikan bahwa pola penggunaan lahan dan tingkat layanan transportasi akan berubah. Kapasitas jalan adalah kemampuan suatu ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, yang dinyatakan dengan banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas jalan tertentu dalam satu jam (kendaraan/jam), atau memperhitungkan memperhitungkan perbedaan jenis kendaraan yang menggunakan satuan rute per waktu.Mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas menggunakan satuan mobil penumpang per jam atau (smp)/jam.

Arus Lalu Lintas

  • Lalu Lintas Harian Rata – Rata
  • Volume Jam Perencanaan
  • Kendaraan Rencana
  • Kecepatan Rencana & Koefisien Gesek Rencana

Untuk keperluan perencanaan geometrik jalan (penghitungan jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lain yang diperlukan) digunakan volume lalu lintas per jam (Volume jam perencanaan, VJP atau Volume jam rencana, VJR). Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas yang dinyatakan dalam PCU/hari. Kendaraan rekayasa adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dijadikan acuan dalam perencanaan geometrik jalan.

Dikutip oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997 dalam “Tata Cara Perencanaan Geometris Jalan Antar Kota No. Kecepatan desain adalah kecepatan yang dipilih untuk tujuan perencanaan pada setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak pandang, dll. Rencananya kecepatan yang diterima akan lebih tinggi untuk jalan luar kota dibandingkan di wilayah kota Medan.

Perubahan kecepatan rencana yang dipilih di jalan tidak boleh terlalu besar atau terlalu pendek. Kecepatan rencana tergantung pada kelas jalan dan kondisi medan seperti ditunjukkan pada tabel (Peraturan Tata Cara Desain Geometris Jalan Antar Kota No. 038/TBM/1997).

Tabel 2.1 Penentuan faktor – K dan faktor – F berdasarkan Volume VLHR Faktor K (%) Faktor F (%)
Tabel 2.1 Penentuan faktor – K dan faktor – F berdasarkan Volume VLHR Faktor K (%) Faktor F (%)

Perencanaan Perkerasan Jalan Raya

  • Perhitungan Lintas Ekuivalen
  • Penentuan CBR Desain
  • Penentuan Tebal Lapis

Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas substrat dengan atau tanpa substrat. Lapisan dibawahnya merupakan lapisan pondasi yang terdiri atas lapisan pondasi atas (base course) dan lapisan pondasi bawah (sub-base course). Setiap elemen lapisan di atasnya, termasuk substrat, bersama-sama memikul beban lalu lintas.

Kekuatan dan ketahanan struktur jalan sangat bergantung pada karakteristik dan daya dukung pondasi. Tidak semua jenis tanah dapat digunakan sebagai tanah pondasi untuk menopang badan jalan secara memadai, karena beberapa sifat yang penting bagi kesejahteraan struktur jalan harus diperhatikan, seperti: daya dukung yang cukup dan stabilitas tanah, komposisi dan gradasi. ukuran butir tanah, sifat menggembung dan menyusutkan tanah, kemudahan penggunaan, pemadatan, kemudahan mengalirnya air (drainase), plastisitas tanah, sifat ekspansif tanah, dan lain-lain. Lapisan pondasi bawah (subgrade) adalah lapisan yang terletak diantara lapisan pondasi dan lapisan pondasi atas (subgrade), yang berperan sebagai bagian dari perkerasan yang memikul beban diatasnya, kemudian menyebarkan tegangan yang terjadi pada perkerasan tersebut. lapisan subbase.

Berbagai material lokal (CBR > 20 %, PI < 10 %) yang relatif lebih baik dibandingkan tanah dasar dapat dimanfaatkan sebagai material bawah tanah. Lapisan Pondasi Atas (LPA) merupakan lapisan perkerasan jalan yang terletak di antara lapisan permukaan dan lapisan pondasi bawah (subbase), yang berfungsi sebagai bagian perkerasan yang menopang lapisan permukaan dan beban-beban roda yang bekerja padanya serta mendistribusikannya. Ini adalah tegangan yang terjadi pada lapisan subbase, kemudian pada lapisan subgrade. Berbagai material alam/lokal (CBR > 50%, PI <4%) dapat digunakan sebagai material lapisan pondasi atas, antara lain: batu pecah, kerikil pecah dan/atau stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.

Pondasi bagian atas menggunakan material ATB (Asphalt Treated Base) atau disebut Laston (Lapisan Aspal Beton Atas). D2 = tebal lapisan dasar perkerasan aspal D3 = tebal lapisan dasar perkerasan granular D4 = tebal lapisan dasar. 12.25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah dengan kapur, makadam, lapen, top laston Sumber : Perencanaan Tebal Perkerasan Fleksibel Jalan Raya dengan Metode Analisis Komponen No.

Konstruksi bertahap adalah konstruksi perkerasan lentur dengan satu lapis pondasi bawah, satu lapis pondasi atas, dan dua lapis permukaan, kedua lapis permukaan tersebut terbuat dari beton aspal atau bahan sejenisnya, yang dilaksanakan secara berturut-turut pada waktu-waktu tertentu menurut ketentuan yang ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan. proses desain. Oleh karena itu, beban lalu lintas yang ditanggung oleh struktur perkerasan pada tahap pertama dan tahap kedua adalah sama. Oleh karena itu, nilai ITP untuk tahap konstruksi pertama (ITP1) dapat dihitung berdasarkan lalu lintas sebesar 1,67 LER1.

Gambar 2.6 Nomogram Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Sumber : SKBI – 2.3.26.1987 (Bina Marga 1987)
Gambar 2.6 Nomogram Tebal Perkerasan Lentur Metode Analisa Sumber : SKBI – 2.3.26.1987 (Bina Marga 1987)

METODE PERENCANAAN PERKERASAN JALAN RAYA

Perhitungan Lalu Lintas Harian Rata – Rata

Perhitungan LHR Umur Rencana

Dengan hasil perbandingan perhitungan angka pertumbuhan lalu lintas antara metode Regresi Linier dengan metode Pertumbuhan Rata-rata, maka angka pertumbuhan yang digunakan merupakan angka yang lebih besar diantara kedua metode tersebut.

Gambar 3.1 Grafik Pertumbuhan Lalu Lintas Metode Regresi Linier Sumber : Hasil Perhitungan Pribadi dengan Bantuan Program Ms
Gambar 3.1 Grafik Pertumbuhan Lalu Lintas Metode Regresi Linier Sumber : Hasil Perhitungan Pribadi dengan Bantuan Program Ms

Penentuan Iklim Daerah Rencana

  • Perhitungan Analisis Curah Hujan Rencana
  • Penetapan Model Terbaik

Dari tabel Faktor Wilayah diatas diketahui dengan rata-rata curah hujan = 247,67 mm/tahun dapat dikategorikan Iklim I karena curah hujan <900 mm/tahun. Hitung nilai faktor frekuensi (KT) yang ditentukan melalui tabel Log Person Type III yang dibaca berdasarkan koefisien kemiringan atau skewness (Simbol G atau Cs). Menghitung jumlah curah hujan terjadwal dalam bentuk logaritmik (Log Xt) dan mengembalikan nilai dalam bentuk normal (Non-logaritmik) untuk periode ulang yang ditentukan.

Metode Log Pearson Tipe III mempunyai simpangan baku (SD) yang lebih kecil dibandingkan simpangan baku metode distribusi Gumbel.

Tabel 3.11 Metode Distribusi Log Person Type III
Tabel 3.11 Metode Distribusi Log Person Type III

Perhitungan CBR Rencana

Dimana harga R bergantung pada banyaknya data yang terdapat pada suatu segmen, dan nilai R adalah sebagai berikut. Dari data CBR berbasis stasiun pertama pada dokumen query utama, dengan rencana panjang jalan 9,695 km, penulis menggunakan nilai CBR sampai dengan Stasiun 9+700 dengan total data = 97 CBR teramati. Berdasarkan nomogram korelasi antara CBR dan DDT di atas, dengan nilai CBR = 2, maka jika ditarik garis lurus maka diperoleh nilai DDT = 3.

Tabel 3.20 Data CBR Teramati STA 5+000 – STA 9+900
Tabel 3.20 Data CBR Teramati STA 5+000 – STA 9+900

Perhitungan Tebal Perkerasan Lentur 1 Tahap

  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)
  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)
  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
  • Perhitungan Penentuan Faktor Regional (FR)
  • Penetapan Indeks Permukaan (IP)
  • Perhitungan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
  • Penetapan Tebal Masing – Masing Lapis

Dengan curah hujan rata-rata = 247,67 mm/tahun maka dapat dikategorikan iklim I, karena curah hujan <900 mm/tahun dan dilihat dari tabel FR maka nilai FR = 1,5.

Tabel 3.23 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)
Tabel 3.23 Jumlah Lajur Berdasarkan Lebar Perkerasan Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

Perhitungan Tebal Perkerasan 2 Tahap

  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)
  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Akhir (LEA)
  • Perhitungan Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
  • Perhitungan Ekuivalen Rencana (LER)
  • Perhitungan Penentuan Faktor Regional (FR)
  • Penetapan Indeks Permukaan (IP)
  • Perhitungan Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
  • Penetapan Tebal Masing – Masing Lapisan

Perhitungan Overlay

  • Lapis Tambahan (Overlay) Pada Perkerasan 1 Tahap
  • Lapis Tambahan (Overlay) Pada Perkerasan 2 Tahap

Hasil Perencanaan Alternatif Jalan di Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan menghasilkan rencana jalan sepanjang 9.695 km dengan hitungan 9+700, lebar jalan 7 meter dan bahu jalan 3 meter, sehingga menghasilkan rata-rata CBR sebesar 2,80 dan Maksimum. CBR 4.2. Perencanaan perkerasan jalan hendaknya menggunakan data yang selengkap mungkin, baik data lalu lintas maupun data lainnya agar pembangunan dapat berjalan maksimal. Ada baiknya untuk memahami langkah-langkah dan teori-teori dalam perancangan jalan raya ditinjau dari sudut geometrik jalan serta memahami kesulitan-kesulitan yang timbul pada saat perancangan atau pada saat pelaksanaan nantinya.

Perencanaan Perkerasan Jalan Fleksibel Menggunakan Metode SNI F Dibandingkan Menggunakan Metode AASHTO 1993, Pada Ruas Jalan Raya Rangkasbitung - Citeras. Amir, Aristo, 2017, Tugas geometri jalan raya utama, program studi Teknik Sipil, Universitas Muslim Indonesia Makassar. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1987, Pedoman Perencanaan Ketebalan Perkerasan Lentur Jalan Raya Menggunakan Metode Analisis Komponen SKBI.

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Tata Cara Desain Geometris Jalan Antar Kota No. PERENCANAAN PENAMBAHAN KETEBALAN LAPISAN PERkerasan FLEKSI DENGAN METODE BINA MARGA DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PADA JALAN JALAN KEMBANGBAH KABUPATEN LAMONGAN (STA. Putri, Putri Fitri Lstari Analisa Perencanaan Ketebalan Perkerasan Fleksibel Menggunakan Metode Analisa Komponen Jalan Raya Tahun 1987 dan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Ruas Jalan Banjaran – Balamoa.

Analisis Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Analisis Komponen Bina Marga Tahun 1987 dan Rencana Anggaran Biaya Konstruksi Ruas Jalan Banjaran – Balamoa. Analisis pertumbuhan lalu lintas dan perkiraan volume lalu lintas masa depan berdasarkan rata-rata volume lalu lintas harian (Studi kasus ruas jalan SP. Direktorat Pengembangan Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Perkotaan (1999), Pedoman Perencanaan dan Penyelenggaraan Lalu Lintas Perkotaan, Jakarta.

Gambar 3.10 Susunan Overlay Satu Tahap
Gambar 3.10 Susunan Overlay Satu Tahap

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan Kecil
Tabel 2.2 Dimensi Kendaraan Rencana
Gambar 2.3 Dimensi Kendaraan Besar
Gambar 2.2 Dimensi Kendaraan Sedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

FFVSF (hambatan samping) Faktor penyesuaian untuk kecepatan arus bebas dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi lebar bahu atau jarak kereb ke penghalang. FFVCS

II-7 Tabel 2.6 Nilai Faktor Penyesuaian Kapasitas Akibat. Hambatan Samping

Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu (FFV SF ) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan unuk jalan perkotaan dengan bahu dapat

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan dengan Bahu

Tabel 2.9 Faktor penyesuaian kapasitas akibat hambatan samping (FC SP ) untuk jalan yang mempunyai bahu jalan

13 Faktor penyesuaian (FFV sf ) untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu pada kecepatan arus bebas untuk jalan perkotaan dengan bahu……… .. 14 Faktor

Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Kendaraan Ringan untuk Jalan Perkotaan dengan Bahu

Faktor penyesuaian untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu (FFV SF ) pada kecepatan arus bebas kendaraan ringan untuk jalan perkotaan dengan bahu. Faktor penyesuaian