• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN ORIENTASI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

N/A
N/A
Mahe's Files

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN ORIENTASI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN LAPORAN AKTUALISASI

PELATIHAN ORIENTASI PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA

Disusun Oleh:

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN DINAS PENDIDIKAN

TAHUN 2023

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

(2)

No. Nama NIP Unit Kerja

1 Herlin Nur Susiawati, S.Pd SDN Bhaktikarya

2 Irwan Risqi, S.Pd SDN Samirono

3 Istikhanah, S.Pd SDN Kalongan

4 Laeli Nafilah, S.Pd.I SDN Kentungan

5 Lusia Iskandari, S.Pd SDN Condongcatur

6 Mahendra Dwi Purnama Putra, S.Pd 199203212022211004 SDN Puren

7 Marniyanti, S.Pd SDN Kledokan

8 Mike Wadina, S.Pd SDN Bhaktikarya

9 Nggir Alfiyatu Rahma, S.Pd

LEMBAR PENGESAHAN

(3)

LAPORAN AKTUALISASI

Laporan ini disusun sebagai tugas akhir menyelesaikan Orientasi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja Pemerintah Kabupaten Sleman.

Sleman, ……..2023 Menyetujui,

Kepala Perangkat Daerah

(Nama Lengkap dan Gelar) NIP. ...

Ketua Kelompok,

(Nama Lengkap dan Gelar) NIP. ...

Mengetahui Kepala

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

(Nama Lengkap dan Gelar) NIP. ...

KATA PENGANTAR

(4)

[dalam kata pengantar tidak hanya berisi ucapan rasa syukur dan terimakasih saja, tetapi juga memuat gambaran umum tentang karya tersebut sehingga dapat meningkatkan minat para pembaca. Semakin menarik uraian yang ditulis oleh pengarang, maka akan semakin besar kemungkinannya untuk menimbulkan rasa penasaran dari pembaca]

Sleman, 2023

Peserta (Ketua Kelompok)

Nama Lengkap dan Gelar NIP.

………

DAFTAR ISI

Halaman

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKTUALISASI i

(6)

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL (Jika Ada) v

DAFTAR GAMBAR (Jika Ada) vi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1) Deskripsi Isu 2) Penetapan Isu 3) Analisis Core Isu

4) Gagasan Kreatif Penyelesaian Isu B. Tujuan

C. Ruang Lingkup

BAB II PROFIL INSTANSI DAN TUPOKSI PESERTA A. Profil Instansi

B. Tupoksi Peserta

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI A. Matrik Rancangan Aktualisasi B. Rencana Jadwal Aktualisasi

BAB IV CAPAIAN PELAKSANAAN AKTUALISASI A. Matrik Pelaksanaan Aktualisasi

B. Capaian Penyelesaian Core Isu

C. Manfaat Terselesaikannya Core Isu

D. Analisis Hasil BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

(7)

Halaman Tabel 1. Data Fakta Isu ………...

Tabel 2. Data Identifikasi Isu ………..

Tabel 3. Analisis APKL ………

Tabel 4. Analisis USG ……….

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. ……… 7

Gambar 2. ………. 10

Gambar 3. 23

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1. Deskripsi Isu

Dalam dunia pendidikan ,peran guru sangatlah banyak selain memiliki tugas pokok mengajar, mendidik,membimbing dan memberikan motivasi, peran guru juga sebagai fasilitator,motivator, inspirator serta mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di sekolah. Masalah yang terjadi di sekolah akhir-akhir ini sangat banyak. Diantaranya ada masalah bullying, sampah, bahkan sampai masalah minat baca siswa/siswi yang masih sangat rendah.

a. Perilaku Bullying Peserta Didik di Sekolah

Bullying yang terjadi di beberapa sekolah akhir-akhir ini semakin membuat resah semua pihak, baik anak-anak, orangtua dan para guru. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyoroti kasus perundungan di sekolah yang kian marak terjadi. Mereka mencatat terdapat sebanyak 16 kasus perundungan di sekolah dalam kurun Januari - Juli tahun 2023. Bullying adalah semacam tindakan mengancam, mempermalukan, mengganggu, memberi panggilan nama, merendahkan, intimidasi, memaki, dan menyebarkan gosip buruk. Sebagai guru kita memiliki peran penting dalam menyelesaikan isu tersebut.Adapun ada beberapa jenis bullying di lingkungan

(9)

2

sekolah, diantaranya:

1) Bullying Verbal

Physical bullying atau perundungan secara verbal bisa dikatakan yang paling sering terjadi. Bahkan seringkali bullying verbal tidak disadari oleh pelakunya sendiri, karena menganggapnya hanya sebagai candaan saja. Bullying verbal ini dapat menyebabkan korbannya menjadi insecure. Contoh dari bullying verbal misalnya, mengolok-olok teman ketika nilainya tidak bagus, menyebut teman dengan julukan yang tidak baik dan sebagainya.

2) Bullying Fisik

Selanjutnya ada jenis bullying fisik, yang sangat berpotensi membuat korbannya menjadi trauma. Bullying fisik lebih mudah dikenali daripada yang verbal, karena bisa dilihat kasat mata, baik tindakannya maupun akibatnya. Contoh dari tindakan perundungan fisik, misalnya melempari teman dengan alat tulis, menghadang teman saat akan lewat, bahkan tindakan yang lebih parah adalah memukul, menonjok dan sejenisnya.

3) Bullying Sosial

Berikutnya ada perundungan secara sosial yang dampaknya tidak kalah menakutkan. Bullying sosial ini biasanya akan menyebabkan korbannya menjadi tidak mau bergaul dengan orang lain. Sayangnya, tindakan perundungan sosial ini justru kerap ditampilkan dalam drama-drama televisi yang disukai anak remaja. Perundungan sosial

(10)

3

adalah tindakan bullying yang dilakukan sekelompok orang kepada orang lain.

4) Bullying Dunia Maya

Tindakan perundungan tidak hanya terjadi di dunia nyata saja, tetapi juga pada media sosial. Perundungan seperti ini dinamakan cyber bullying, yang kerap dialami oleh para selebritis oleh hatersnya.

Meskipun mungkin korban tidak mengenal pelaku, namun dampak dari cyberbullying ini sama buruknya.

Komentar yang tidak menyenangkan, menyindir atau mengintimidasi merupakan contoh dari tindakan perundungan siber.

Perundungan jenis ini tidak hanya terjadi pada orang-orang terkenal saja, tetapi juga pada orang biasa, termasuk siswa sekolah. Apalagi saat ini hampir semua pelajar pasti menggunakan media sosial.

Artinya, semakin besar juga peluang untuk melakukan perundungan melalui media sosial.

5) Bullying Seksual

Yang tidak kalah mengerikan dan sering terjadi belakangan ini adalah perundungan secara seksual. Contoh yang paling sering terjadi yaitu pelecehan seksual atau sexual harassment. Dampak paling buruk yang bisa terjadi adalah korban berpotensi menjadi pelaku di masa depan. Contoh dari tindakan pelecehan seksual misalnya menyentuh bagian-bagian terlarang seseorang. Bentuk pelecehan seksual yang cukup memprihatinkan yaitu pemerkosaan.

(11)

4

Ada beberapa hal yang disinyalir menjadi penyebab terjadinya bullying di sekolah, diantaranya :

a. Kesalahan Pola Asuh Keluarga yang Terlalu Keras

Kebiasaan menggunakan hukuman fisik sebagai cara mendidik anak yang berbuat salah bisa menjadi penyebab bullying. Pola asuh yang banyak melibatkan kekerasan fisik bisa membentuk karakter seseorang untuk menjadi lebih agresif dan kasar terhadap orang lain. Akibatnya, perbuatan untuk menindas orang lain pun tidak akan segan dilakukan. Tak hanya itu, hukuman yang diberikan biasanya akan membuat seseorang memendam emosi negatif, sehingga hal ini bisa membuat ia ingin melampiaskannya ke orang lain juga.

b. Pernah Menjadi Korban Bully

Orang yang pernah mendapatkan perilaku bully, misalnya diejek atau dipukul, bisa menjadi pelaku perundungan terhadap orang lain. Ini merupakan salah satu bentuk pelampiasan akibat perilaku bully yang ia terima.

c. Pengaruh Game yang Dimainkan dan Lingkungan yang buruk (pergaulannya)

Di zaman digital ini, sudah bukan hal yang asing lagi jika orang dari berbagai kalangan dan usia menggunakan handphone dalam kegiatan sehari-hari. Berkat adanya gadget tersebut, semua informasi dan hiburan bisa lebih mudah didapatkan, salah

(12)

5

satunya adalah bermain game online.

Sayangnya, handphone dan game online bisa disalahgunakan jika penggunaanya tidak dibatasi. Hal ini nantinya bisa menjadi penyebab bullying. Beberapa riset mengungkapkan bahwa game online bisa menjadi tempat bagi pemainnya untuk melakukan cyberbullying, biasanya dalam bentuk hinaan, ejekan, atau hujatan. Ketika seseorang mengalami cyberbullying, ia bisa memendam emosi dan melampiaskannya pada orang lain dalam bentuk bullying di dunia nyata.

Meski demikian, tidak semua orang yang bermain game online akan menjadi pelaku bullying. Pengaruh dari lingkungan juga sangat banyak, seperti lingkungan yang bernuansa kekerasan,lingkungan kurang pengawasan, lemah terhadap peraturan dan sanksi.

b. Rendahnya Minat Membaca Peserta Didik

Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO PBB) menunjukkan data presentasi minat baca anak Indonesia adalah 0,01 persen. Angka ini berarti 10.000 anak Indonesia hanya 1 anak yang senang membaca. Tentu hal ini sangat memprihatinkan. Disebutkan juga minat baca di Indonesia menempati urutan ke-63 dari 70 negara. Peran orang tua sangat penting untuk menumbuhkan minat baca kepada anak terutama anak yang masih berusia dini. Ada tiga faktor yang meyebabkan begitu

(13)

6

rendahnya minat baca anak-anak yaitu:

1) Orangtua kurang menyadari bahwa membaca sejak dini itu penting.

Orangtua sering menganggap bahwa masa anak-anak adalah masa bermain sehingga masa kecil mereka dihabiskan untuk bermain dengan teman sebayanya. Selain itu orangtuapun tidak memberi motivasi kepada anaknya untuk membaca.

2) Perpustakaan Sekolah Menyediakan Buku yang Kurang Menarik bagi Anak.

Buku yang menarik bagi anak adalah buku yang mempunyai tampilan warna-warni dan beraneka macam gambar. Sementara itu buku yang tersedi di perpustakaan Sebagian besar telah using, tidak terdapat gambar dan hanya berupa narasi yang membosankan anak.

3) Masyarakat Kurang Peduli untuk Mendirikan Taman Bacaan.

Jika ada taman bacaan yang didirikan di lingkungan sekitar, hal ini bisa mengundang anak untuk datang dan membaca buku yang menarik sesuai usia mereka.

4) Mudahnya Memperoleh Infomasi secara Instan.

Jika dahulu memperoleh informasi baik dalam mengerjakan tugas, seorang siswa harus membaca buku atau minimal keperpustakaan unuk mendapatkan informasi yang diharapkan.

Saat ini dengan keberadaan teknologi informasi yang maju membuat siswa mudah menemukan informasi dan membangun

(14)

7

pola piir untuk mengandalkan keberadaan mensin pencari informasi sehingga membuat minat untuk membaca menjadi menurun.

5) Pengaruh media sosial.

Media sosial memegang peranan yang besar dalam mempengaruhi minat belajar dan baca siswa. Keberadaan facebook, twitter, WA sedikit banyak telah menyita waktu belajar anak untuk mengaksesnya. Keberadaan media sosial diibaratkan candu yang membuat siswa ingin selalu mengaksesnya sehingga hal ini cukup mengkhawatirkan dan perlu antisipasi yang tepat agar motivasi dan minat baca anak bisa kembali tumbuh.

6) Banyaknya hiburan (TV dan Youtube)

Banyaknya tayangan di televisi yang membuat anak anak menjadi lebih betah untuk menonton televisi sehingga porsi waktu belajar dan dan membaca semakin terkikis

Minat membaca yang rendah bagi anak tentunya akan membawa beberapa dampak yang kurang baik bagi anak, seperti :

1) Orang yang tidak suka membaca cenderung pengetahuannya tidak bertambah.

Buku adalah Gudang ilmu sehingga seseorang yang rajin membaca akan mengetahui isi dunia. Dalam hal ini seseorang yang rajin membaca mempunyai pengetahuan yang lebih disbanding mereka yang malas membaca

2) Ketertinggalan Informasi

(15)

8

Orang yang malas membaca tidak akan berkembang, hal ini diakibatkan karena ia malas mencari atau membaca informasi- informasi yang penting.

3) Memicu factor kebodohan

Orang yang malas membaca dan tidak mengetahui apa-apa tentang berbagai informasi atau pengetahuan akan dicap sebagai orang yang bodoh. Tidak satupun anak yang bodoh , melainkan anak yang malas.

4) Tidak memiliki kualitas diri

Orang yang malas membaca tidak akan berkembang dan tidak akan memiliki kualitas diri yang baik. Hal ini terjadi karena mereka cenderung malas melakukan segala hal, terutama malas membaca yang akan menimbulkan kepribadian yang monoton dan tidak akan berkembang.

c. Pengelolaan Sampah

Sampah merupakan salah satu masalah yang terjadi di sekolah, dari sampah yang tidak diatur pembuangannya akan mencemari lingkungan sekolah, Lingkungan yang tercemari membuat siswa/siswi tidak nyaman dalam belajar. Bahkan di berita tribun.com dalam rangka hari peduli sampah nasional februari 2023, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sleman , Dra. Epiphana Kristiyani, menyampaikan Volume sampah Kabupaten Sleman per hari berdasarkan jumlah penduduknya 1.136.474 jiwa adalah 738,71 ton. Sampah

(16)

9

merupakan sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan sifatnya sampah dibagi dua , yaitu sampah padat dan sampah cair

Adapun dampak sampah di lingkungan sekolah antara lain menimbulkan banyak penyakit :

1) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai.

2) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

3) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

Kebersihan lingkungan sangat penting untuk dijaga khususnya di lingkungan sekolah. Kebersihan lingkungan sekolah sangat penting untuk kemajuan sekolah itu sendiri, dimana sekolah yang bersih akan menciptakan proses belajar mengajar menjadi baik, sebaliknya jika lingkungan sekolah kotor maka akan menimbulkan dampak negatif, sehingga kegiatan belajar mengajarpun menjadi terganggu, sehingga siswa menjadi malas dala belajar serta sulit menerima pelajaran yang

(17)

10

disampaikan oleh guru.

Ketidakpahaman siswa akan pentingnya menanamkan kebersihan di lingkungan sekolah, karena guru berbuat baik maka siswa menjadi baik dan sebaliknya siswa beranggapan bahwa kebersihan lingkungan sekolah merupakan tanggung jawab seluruh warga sekolah. Dari petikan ini siswa mengangagap bahwa kebersihan lingkungan sekolah bukan tanggung jawab mereka.

Di dalam lingkungan sekolah guru harus menjadi panutan atau contoh untuk semua siswanya apabila guru berbuat baik maka siswa menjadi baik dan sebaliknya apaabila guru tidak baik maka siswapun mengngikutinya pula. Dalam upaya menyadarkan siswa akan pentingnya menanamkan kebersihan lingkungan sekolah, para guru harus memberi contoh minsalnya membuang sampah pada tempatnya, serta apabila ada sampah yang berserakan maka guru harus memunggut sampah tersebut, selain itu juga guru harus memperketat tata tertib sekolah, minsalnya ada siswa yang membuang samapah tidak pada tempatnya, maka sebaiknya guru harus memberi denda atau sansi kepada siswa, supaya mereka jera untuk tidak mengulangi kembali perbuatan mereka dikemudian hari.

2. Penetapan Isu

Dari beberapa isu yang dipilih, penulis melakukan identifikasi terkait kondisi saat ini dengan kondisi ideal yang diharapkan sebagai berikut:

Tabel 1.1. Data Identifikasi Isu

(18)

11

No Identifikasi Isu

Nilai Dasar ASN

Kondisi Saat Ini Kondisi yang Diharapkan 1 Perilaku

bullying

peserta didik di sekolah

Berorientasi Pelayanan, Kolaborasi

Perilaku Bullying di sekolah masih terjadi hingga membuat resah semua pihak baik guru, orang tua dan peserta didik sendiri

Perilaku Bullying tidak lagi terjadi di lingkungan

sekolah sehingga peserta didik dapat belajar dengan nyaman,

2 Rendahnya minat membaca peserta didik

Berorientasi Pelayanan, Kompeten

Peserta didik masih memiliki minat membaca yang rendah yang disebabkan

berbagai faktor

Peserta didik memiliki minat membaca yang tinggi tidak hanya di sekolah tapi di semua lingkungan dia berada

3 Pengelolaan sampah

Berorientasi Pelayanan, Kolaboratif

Beberapa peserta didik masih belum

sadar akan

menjaga kebersihan lingkungan

sekitar, terutama

dalam hal

Peserta didik mampu

menerapkan lingkungan yang bersih dan paham cara mengelola sampah dengan baik

(19)

12

pengelolaan sampah

Berdasarkan identifikasi isu diatas, selanjutnya penulis melakukan analisis lanjutan pada isu-isu tersebut. Analisis dilakukan untuk menetapkan kualitas isu dan menentukan prioritas isu yang perlu diangkat untuk diselesaikan melalui gagasan kegiatan yang akan dilakukan.

Instrumen analisis isu yang digunakan dalam aktualisasi ini adalah teknik analisis APKL dan USG.

Analisis APKL (Aktual, Problematik, Khalayak dan Layak) merupakan alat bantu untuk menganalisis ketepatan dan kualitas isu dengan menggunakan tingkat aktual, problematik, khalayak, dan layak dari isu-isu yang ditemukan di lingkungan unit kerja. Dari berbagai isu yang ada di SDN Mustokorejo tersebut diatas, diperoleh analisis APKL sebagai berikut:

Tabel 1.2 Analisis APKL

NO ISU KRITERIA KETERANGAN

A P K L

1 Perilaku bullying peserta didik di sekolah

√ √ √ √ Memenuhi Syarat

2 Rendahnya minat membaca peserta didik

- √ - √ Tidak memenuhi

syarat

(20)

13

3 Pengelolaan sampah √ √ √ √ Tidak memenuhi

syarat

Berdasarkan analisis APKL di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat 2 isu di SDN Mustokorejo yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai isu utama, yaitu:

1. Perilaku bullying peserta didik di sekolah 2. Pengelolaan sampah

Setelah diperoleh 2 isu tersebut, kemudian dilakukan analisis lanjutan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas isu yang paling tepat untuk dijadikan bahasan dalam rancangan aktualisasi dengan menggunakan analisis USG. Adapun analisis USG adalah analisis Urgency, Seriousness, dan Growth. Urgency adalah seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Sedangkan Growth adalah seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani sebagaiamana mestinya.

Hasil analisis USG ditunjukkan sebagai berikut Tabel 1.3 Analisis USG

No Isu Indikator / Skor Jumlah Peringkat

U S G

1 Perilaku bullying peserta didik di sekolah

4 4 3 11 1

2 Pengelolaan sampah 4 3 3 10 2

(21)

14

Keterangan Skor:

U (Urgency) S (Seriousness) G (Growth) 1 : Tidak mendesak

2 : Kurang mendesak 3 : Cukup mendesak 4 : Mendesak

5 : Sangat mendesak

1 : Tidak serius 2 : Kurang serius 3 : Cukup serius 4 : Serius

5 : Sangat serius

1 : Lambat berkembang 2 : Kurang cepat berkembang 3 : Cukup cepat berkembang 4 : Cepat berkembang

5 : Sangat cepat berkembang Berdasarkan hasil tapisan isu menggunakan analisis APKL dan USG di atas, maka isu yang terpilih adalah “Perilaku bullying peserta didik di sekolah”. Isu tersebut harus segera diselesaikan karena akan berdampak pada kesemangatan dan antusias peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Apabila peserta didik tidak semangat di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar peserta didik akan menurun dan prestasi peserta didk juga akan menurun.

3. Analisis Core Isu

Setelah mengumpulkan isu atau permasalahan yang dijumpai pada lingkungan sekolah selanjutnya dilakukan proses penapisan isu.

Penapisan isu dilakukan untuk menetukan isu yang paling prioritas untuk diangkat sebagai core isu. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan metode USG, diketahui core isu adalah “Pencegahan Bullying di Sekolah”.

(22)

15

Bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan seseorang atau lebih yang dilakukan secara berulang, dari waktu ke waktu (Olweus, 1994). Rigby (2007). menguraikan unsur-unsur yang terkandung dalam pengertian bullying yakni antara lain keinginan untuk menyakiti, tindakan negatif, Ketidak seimbangan kekuatan, pengulangan atau repetisi, bukan sekedar penggunaan kekuatan,kesenangan yang dirasakan oleh pelaku dan rasa tertekan di pihak korban. Sehingga dalam bullying ada dua hal yang perlu dijadikan perhatian, yaitu ada pelaku dan juga korban. Korban bullying biasanya memiliki beberapa karakter tertentu, misal lemah secara fisik, tidak percaya diri/ tidak dikenal oleh banyak orang. Perilaku bullying bukanlah fenomena baru dalam dunia pendidikan. Perilaku bullying dapat dilakukan oleh siapapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun. perilaku bullying di sekolah dikelompokan dalam lima kategori antara lain:

a. Kontak fisik langsung b. Kontak verbal langsung c. Perilaku nonverbal langsung d. Perilaku nonverbal tidak langsung e. Pelecehan seksual

bullying di sekolah agaknya iklim sekolah,kebijakan sekolah dan pengawasan siswa memberikan kontribusi terhadap frekuensi terjadinya masalah bullying di sekolah disetiap sekolah tertentu.Menurut Dake etal.

(23)

16

(2003) faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah sebagai berikut:

1) Status sosial ekonomi keluarga.

2) Tingkat pendidikan orang tua.

3) Komposisi keluarga(kedekatan/perceraian/kawin lagi) 4) Parenting style (gaya pengasuhan setiap orang tua)

Pembulian ialah salah satu kasus serius yang harus diberikan perhatian lebih di lingkungan sekolah dalam pencegahan dan penanggulangannya karena menimbulkan dampak yang cukup serius.

Dengan maraknya kasus bullying yang terjadi di lingkungan sekolah sudah sepatutnya semua warga sekolah berperan aktif dalam mencegah dan menangani kasus bullying agar kasus serupa tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. Dan sudah seharusnya Tindakan bullying ini dapat di tindak tegas agar para pelaku bullying dapat memahami dan bertanggung jawab akan kesalahannya. Dan guru bisa menjadi fasilitator bagi para korban bullying dalam mengobati rasa traumanya. Selain itu, perlu juga ditanamkan pemahaman kepada setiap individu untuk menghargai segala perbedaan yang telah di anugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, serta meyakini bahwa setiap hal yang terdapat pada diri setiap manusia merupakan kodrat dan ketetapan yang telah diatus oleh sang pencipta. Dengan adanya pemahaman tersebut, maka setiap manusia akan selalu memahami apapun perbedaan yang terjadi di sekitar kita. Hidup setiap individu bukanlah apa yang diinginkan, melainkan

(24)

17

menjalani ketetapan yang telah ditetapkan dengan terus mencoba untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Oleh karena itu, toleransi dan menghargai perbedaan sangatlah indah, karena tidak semua hal yang kita kehendaki harus terjadi dan harus kita miliki. Maka dengan begitu, diharapkan setiap individu mulai memiliki kesadaran untuk memahami orang lain dan menghargai perbedaan, sehingga kasus-kasus pembulian dapat diminimalisasi dan dihindarkan.

4. Gagasan Kreatif Penyelesaian Isu

Dari isu bullying diatas dengan merujuk pada banyaknya akar penyebabnya (Jika menggunakan Teknik Fishbone), maka gagasan kreatif yang akan dilakukan untuk menyelesaikan Core Isu bullying di atas adalah “Pencegahan Bullying di Sekolah”. Guna mewujudkan gagasan kreatif tersebut, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Deklarasi Bullying 2. Sosialisasi bahaya Bullying

3. Menjalin komunikasi yang baik antar semua pihak

(25)

18

Referensi

Dokumen terkait