1
LAPORAN TUGAS MATA KULIAH RENCANA ANGGARAN BIAYA
MATERI: ESTIMASI BIAYA PROYEK
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
I Made Surya Adi Putra 2105511010/2021
Anak Agung Ngurah Agus Prasetya 2105511012/2021 Ni Putu Linda Perdiani 2105511019/2021
Gede Ari Ardika 2105511020/2021
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
2024
2 KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya, tugas dengan judul “Estimasi Biaya Proyek” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun makalah ini ditulis untuk memperdalam ilmu serta menjadi pembelajaran bagi penulis mengenai mata kuliah Rencana Anggaran Biaya.
Dalam penulisan laporan ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan informasi yang sangat berharga. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak A.A. Gde Agung Yana selaku dosen pengajar mata kuliah Rencana Anggaran Biaya dan juga kepada semua pihak yang turut membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang sifatnya membangun dari pembaca sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan tugas ini di masa mendatang.
Badung, 16 April 2024 Penulis
3 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
DAFTAR GAMBAR ... 4
DAFTAR TABEL ... 5
BAB I PENDAHULUAN ... 6
1.1 Latar Belakang ... 6
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 7
1.4 Manfaat ... 7
BAB II PEMBAHASAN ... 8
2.1 Pengertian, Tujuan, Tipe, dan Metode Estimasi Biaya Konstruksi ... 8
2.1.1 Pengertian Estimasi Biaya... 8
2.1.2 Tipe-tipe Estimasi ... 10
2.1.3 Metode Estimasi ... 12
2.2 Tahapan-tahapan Estimasi dalam Sebuah Siklus Proyek ... 13
2.3 Langkah-langkah Menyiapkan Estimasi Biaya ... 14
2.4 Karakter Seorang Estimator ... 16
2.7 Data yang Diperlukan dalam Melakukan Estimasi ... 24
2.8 Work Breakdown Structure (WBS) ... 29
2.9 Klasifikasi Pekerjaan ... 35
2.10 Menghitung BOQ ... 37
2.11 Penulisan Angka ... 40
2.12 Tanda-tanda yang Digunakan pada Pengisian Formulir RAB ... 43
2.13 Prosedur Billing ... 45
2.14 Anatomi Biaya Konstruksi ... 47
2.15 Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) ... 49
2.16 Hasil Diskusi ... 55
BAB III PENUTUP ... 59
3.1 Kesimpulan ... 59
3.2 Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66
4 DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Contoh WBS Bangunan Gedung ... 31
Gambar 2. 2 Contoh WBS Bangunan Jalan ... 31
Gambar 2. 3 Contoh WBS Bangunan Jembatan ... 32
Gambar 2. 4 Contoh Formulir BOQ ... 39
Gambar 2. 5 Kordinat Kartesian ... 42
Gambar 2. 6 Contoh Tanda Doting ... 43
Gambar 2. 7 Contoh Tanda Seduction/DDT ... 44
Gambar 2. 8 Contoh Tanda NIL ... 44
Gambar 2. 9 Contoh Timesing Sebagai Rumus ... 45
5 DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Contoh Tampilan WBS ... 34
Tabel 2. 2 SMM Malaysia ... 36
Tabel 2. 3 CESMM Inggris ... 36
Tabel 2. 4 Contoh Tabel BOQ ... 42
Tabel 2. 5 Hasil Diskusi ... 55
6 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Proyek merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang harus dicapai dengan beberapa ketentuan tertentu, seperti memiliki awal dan akhir dengan keterbatasan sumber daya baik itu sumber daya manusia, dana, dan peralatan.
Pelaksanaan manajemen proyek yang sukses diukur dari pencapaian pengelolaan proyek, antara lain proyek selesai sesuai waktu, sesuai anggaran, sesuai dengan spesifikasi teknik, penggunaan sumber daya proyek secara efektif dan efisien, dan dapat diterima oleh pelanggan (Salim and ST, 2018).
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, sering kali terjadi pembengkakan biaya dan keterlambatan waktu. Proyek konstruksi memiliki karakteristik yang unik dan kompleks, serta menghadapi risiko tinggi. Faktor-faktor utama yang menyebabkan pembengkakan biaya dalam proyek konstruksi gedung meliputi beberapa hal, salah satunya pada bidang estimasi biaya.
Estimasi biaya merupakan sebuah prosedur penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Kegiatan ini berperan sebagai proses inti untuk menghitung dana yang diperlukan dalam pembangunan suatu struktur. Biaya diperkirakan pada saat dimulainya proyek atau sebelum proyek dimulai. Akurasi estimasi menjadi sangat penting untuk menghindari dampak negatif bagi pihak-pihak yang terlibat.
Hal ini memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat terkait alokasi sumber daya, perencanaan keuangan, dan pengelolaan risiko.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian, tujuan, tipe, dan metode estimasi biaya konstruksi?
1.2.2 Bagaimana tahapan-tahapan estimasi dalam sebuah siklus proyek?
1.2.3 Bagaimana langkah-langkah menyiapkan estimasi biaya?
1.2.4 Bagaimana karakter seorang estimator?
1.2.5 Apa saja data yang diperlukan dalam melakukan estimasi?
1.2.6 Apa itu Work Breakdown Structure (WBS)?
1.2.7 Bagaimana klasifikasi pekerjaan dalam estimasi biaya konstruksi?
7 1.2.8 Bagaimana cara menyusun Bill of Quantities (BOQ)?
1.2.9 Bagaimana penulisan angka dalam estimasi biaya konstruksi?
1.2.10 Apa saja tanda-tanda yang digunakan pada pengisian formulir RAB?
1.2.11 Bagaimana prosedur billing dalam estimasi biaya konstruksi?
1.2.12 Bagaimana anatomi biaya konstruksi dalam estimasi biaya konstruksi?
1.2.13 Apa itu Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)?
1.2.14 Bagaimana hasil diskusi saat presentasi?
1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian, tujuan, tipe, dan metode estimasi biaya konstruksi.
1.3.2 Untuk mengetahui tahapan-tahapan estimasi dalam sebuah siklus proyek.
1.3.3 Untuk mengetahui langkah-langkah menyiapkan estimasi biaya.
1.3.4 Untuk mengetahui karakter seorang estimator.
1.3.5 Untuk mengetahui data yang diperlukan dalam melakukan estimasi.
1.3.6 Untuk mengetahui Work Breakdown Structure (WBS).
1.3.7 Untuk mengetahui klasifikasi pekerjaan dalam estimasi biaya konstruksi.
1.3.8 Untuk mengetahui cara menyusun Bill of Quantities (BOQ).
1.3.9 Untuk mengetahui penulisan angka dalam estimasi biaya konstruksi.
1.3.10 Untuk mengetahui tanda-tanda yang digunakan pada pengisian formulir RAB.
1.3.11 Untuk mengetahui prosedur billing dalam estimasi biaya konstruksi.
1.3.12 Untuk mengetahui anatomi biaya konstruksi dalam estimasi biaya konstruksi.
1.3.13 Untuk mengetahui Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP).
1.3.14 Untuk mengetahui hasil diskusi saat presentasi.
1.4 Manfaat
Laporan ni diharapkan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam menambah wawasan mengenai estimasi biaya proyek.
8 BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, Tujuan, Tipe, dan Metode Estimasi Biaya Konstruksi 2.1.1 Pengertian Estimasi Biaya
Estimasi Biaya adalah perhitungan yang dilakukan untuk merencanakan kebutuhan yang nantinya diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah ataupun pekerjaan, baik itu dengan sebuah persyaratan ataupun dengan menggunakan kontrak.
Estimasi biaya penting untuk berbagai hal seperti:
a) Membuat keputusan: Estimasi biaya membantu dalam memutuskan apakah suatu proyek layak untuk dijalankan atau tidak.
b) Membuat anggaran: Estimasi biaya digunakan sebagai dasar untuk membuat anggaran proyek.
c) Mengendalikan biaya: Estimasi biaya digunakan sebagai tolok ukur untuk memantau dan mengendalikan biaya proyek.
d) Meningkatkan efisiensi: Estimasi biaya membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya.
Estimasi biaya juga memiliki manfaat yaitu:
a) Membantu dalam pengambilan keputusan: Estimasi biaya yang akurat dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan proyek, seperti apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak, berapa banyak dana yang dibutuhkan, dan sumber daya apa yang diperlukan.
b) Meningkatkan efisiensi: Estimasi biaya yang baik dapat membantu dalam meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan waktu.
c) Mengurangi risiko: Estimasi biaya yang realistis dapat membantu dalam mengurangi risiko proyek yang melebihi anggaran.
d) Meningkatkan komunikasi: Estimasi biaya yang jelas dan transparan dapat membantu dalam meningkatkan komunikasi antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
Tujuan utama dari estimasi biaya adalah untuk:
a) Membantu dalam pengambilan keputusan
9 Estimasi biaya yang akurat membantu pemangku kepentingan proyek untuk memutuskan apakah proyek tersebut layak secara finansial atau tidak. Informasi ini dapat digunakan untuk menentukan apakah proyek tersebut sesuai dengan anggaran yang tersedia, dan apakah ada sumber daya yang cukup untuk menyelesaikannya. Dengan mengetahui perkiraan biaya, pemangku kepentingan dapat membuat keputusan yang tepat tentang kelanjutan proyek, alokasi sumber daya, dan strategi pelaksanaan.
b) Mengembangkan anggaran proyek
Estimasi biaya merupakan dasar untuk mengembangkan anggaran proyek. Anggaran proyek adalah rencana terperinci tentang bagaimana dan di mana uang akan dibelanjakan selama proyek berlangsung. Estimasi biaya yang akurat memastikan bahwa anggaran proyek realistis dan dapat dicapai.
c) Mengontrol biaya proyek
Estimasi biaya dapat digunakan untuk melacak pengeluaran proyek dan memastikan bahwa proyek tetap sesuai anggaran. Dengan membandingkan pengeluaran aktual dengan estimasi biaya, manajer proyek dapat mengidentifikasi potensi kelebihan biaya dan mengambil tindakan korektif. Hal ini membantu memastikan bahwa proyek diselesaikan dalam batas anggaran yang telah ditetapkan.
d) Meningkatkan komunikasi dan koordinasi
Proses estimasi biaya mendorong komunikasi dan koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat dalam proyek. Semua pihak harus bekerja sama untuk menyetujui estimasi biaya yang akurat, dan ini membantu membangun kepercayaan dan pemahaman yang lebih baik di antara mereka. Komunikasi yang baik dan koordinasi yang efektif dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan perselisihan di kemudian hari.
e) Meminimalisir risiko
Estimasi biaya dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko yang dapat menyebabkan kelebihan biaya proyek. Dengan mengetahui risiko ini, manajer proyek dapat mengambil langkah-langkah untuk memitigasi risikonya, seperti mengembangkan rencana cadangan atau mencari sumber pendanaan tambahan. Hal ini dapat membantu memastikan
10 bahwa proyek diselesaikan sesuai dengan anggaran dan jadwal yang telah ditetapkan.
f) Meningkatkan pengambilan keputusan di masa depan
Informasi dari estimasi biaya dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan di masa depan. Dengan menganalisis data biaya dari proyek-proyek sebelumnya, organisasi dapat mengembangkan perkiraan biaya yang lebih akurat untuk proyek-proyek di masa depan. Hal ini dapat membantu organisasi untuk menghindari kelebihan biaya dan memastikan bahwa proyek-proyeknya diselesaikan secara efisien dan efektif. Secara keseluruhan, estimasi biaya merupakan alat penting yang dapat membantu organisasi untuk membuat keputusan yang lebih baik, mengelola proyek secara efektif, dan mencapai tujuan mereka dengan lebih hemat biaya.
2.1.2 Tipe-tipe Estimasi
Terdapat berbagai macam tipe estimasi biaya yang dapat digunakan, tergantung pada jenis proyek, tingkat detail yang diperlukan, dan ketersediaan informasi. Berikut beberapa tipe umum estimasi biaya:
a) Estimasi Atas-Bawah (Top-Down Estimate)
Pada metode ini, estimasi biaya dilakukan dengan cara membagi proyek menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, kemudian memperkirakan biaya untuk setiap komponen tersebut. Biaya total proyek diperoleh dengan menjumlahkan biaya-biaya dari setiap komponen. Metode ini umumnya digunakan pada tahap awal proyek ketika informasi detail belum tersedia. Kelebihan metode ini adalah kesederhanaannya dan kemudahan penggunaannya. Namun, kelemahannya adalah akurasinya yang dapat bervariasi tergantung pada keakuratan perkiraan biaya untuk setiap komponen.
b) Estimasi Bawah-Atas (Bottom-Up Estimate)
Metode ini kebalikan dari metode atas-bawah. Pada metode ini, estimasi biaya dimulai dari elemen terkecil proyek, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan biaya total proyek. Metode ini umumnya digunakan pada tahap akhir proyek ketika informasi detail sudah tersedia. Kelebihan metode ini adalah akurasinya yang lebih tinggi dibandingkan metode atas-
11 bawah. Namun, kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan usaha yang lebih banyak untuk menyelesaikannya.
c) Estimasi Paramétrica
Metode ini menggunakan hubungan matematis antara variabel- variabel proyek untuk memperkirakan biaya proyek. Variabel-variabel tersebut dapat berupa luas bangunan, jumlah material yang dibutuhkan, atau waktu pengerjaan. Metode ini umumnya digunakan untuk proyek-proyek yang memiliki karakteristik yang mirip dengan proyek-proyek sebelumnya.
Kelebihan metode ini adalah kecepatan dan kemudahan penggunaannya.
Namun, kelemahannya adalah akurasinya yang dapat bervariasi tergantung pada seberapa baik hubungan matematis yang digunakan mencerminkan realitas proyek.
d) Estimasi Kontingensi
Metode ini digunakan untuk memperhitungkan biaya-biaya yang tidak terduga yang mungkin timbul selama proyek berlangsung. Biaya kontingensi biasanya dinyatakan sebagai persentase dari total biaya proyek.
Besarnya biaya kontingensi tergantung pada tingkat risiko proyek. Proyek dengan tingkat risiko yang lebih tinggi umumnya membutuhkan biaya kontingensi yang lebih besar.
e) Estimasi Nilai Dini (Early Value Management)
Metode ini menggunakan kombinasi teknik estimasi biaya lainnya untuk memperkirakan biaya proyek pada tahap awal proyek. Tujuannya adalah untuk mendapatkan perkiraan biaya yang kasar namun dapat digunakan untuk pengambilan keputusan awal.
f) Rough order of magnitude (ROM)
Rough order of magnitude adalah jenis perkiraan biaya yang digunakan dalam berbagai jenis proyek, termasuk namun tidak terbatas pada proyek pengembangan strategi, implementasi proyek TI, dan proyek konstruksi. Biasanya digunakan dalam tahap persiapan dan inisiasi proyek untuk pengembangan sebuah alasan bisnis proyek, misalnya, atau untuk penentuan sumber daya keuangan yang diperlukan yang dijelaskan dalam piagam proyek. Rough order of magnitude (ROM) merujuk pada perkiraan
12 awal biaya sebuah proyek atau bagian dari proyek. Menurut PMBOK (sumber lain mengusulkan -50% hingga +50%), perkiraan ini memiliki tingkat ketepatan yang diharapkan antara -25% hingga +75%. Dengan kata lain, biaya aktual suatu proyek biasanya diharapkan berada di antara 75%
dan 175% (atau 50% hingga 150%) dari perkiraan ROM.
Tipe estimasi biaya yang tepat untuk digunakan tergantung pada beberapa faktor, seperti:
a) Jenis proyek
b) Tingkat detail yang diperlukan c) Ketersediaan informasi
d) Tingkat risiko proyek
e) Keahlian dan pengalaman tim proyek
Pada umumnya, kombinasi dari beberapa tipe estimasi biaya dapat digunakan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
2.1.3 Metode Estimasi
Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan biaya proyek, antara lain:
a) Metode Perkiraan Kasar: Metode ini digunakan pada tahap awal proyek ketika informasi yang tersedia masih terbatas. Perkiraan kasar biasanya dilakukan berdasarkan pengalaman dan intuisi estimator.
b) Metode Analisis Biaya Satuan: Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya proyek dengan menghitung biaya setiap item pekerjaan secara terpisah. Biaya setiap item pekerjaan dihitung dengan mengalikan kuantitas pekerjaan dengan harga satuan.
c) Metode Parameter: Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya proyek dengan menggunakan hubungan statistik antara biaya dan variabel lain, seperti luas bangunan, jumlah lantai, atau panjang jalan.
d) Metode Simulasi: Metode ini digunakan untuk memperkirakan biaya proyek dengan menggunakan model komputer. Model komputer dapat mensimulasikan berbagai skenario yang dapat terjadi selama proyek berlangsung.
13 Metode estimasi biaya yang tepat untuk digunakan tergantung pada beberapa faktor, antara lain:
a) Tahap proyek
b) Kompleksitas proyek c) Ketersediaan data d) Keterampilan estimator
Dengan menggunakan metode estimasi biaya yang tepat, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang proyek mereka, merencanakan anggaran yang lebih akurat, dan mengendalikan biaya proyek dengan lebih baik.
2.2 Tahapan-tahapan Estimasi dalam Sebuah Siklus Proyek
Berikut ini akan dijabarkan tahapan-tahapan estimasi dalam sebuah siklus proyek.
a) Estimasi Anggaran (Budgetary Estimate)
Estimasi anggaran adalah perkiraan kasar biaya proyek yang dibuat pada tahap awal perencanaan. Estimasi ini biasanya didasarkan pada informasi yang terbatas, seperti ruang lingkup proyek dan jenis konstruksi.
Estimasi anggaran digunakan untuk membantu pemilik proyek menentukan kelayakan proyek secara finansial dan untuk mendapatkan persetujuan pendanaan. Perkiraan ini berguna sebagai sebuah dasar untuk mengetahui apakah posisi finansial owner (dana yang tersedia) mencukupi rencana proyek atau tidak. Perkiraan ini digunakan pada tahap konseptual.
b) Estimasi Pemograman (Programming Estimate)
Estimasi pemrograman adalah perkiraan biaya proyek yang lebih rinci daripada estimasi anggaran. Estimasi ini dibuat setelah ruang lingkup proyek lebih terdefinisi dan desain awal telah diselesaikan. Estimasi pemrograman digunakan untuk membantu pemilik proyek mengembangkan anggaran proyek yang lebih realistis dan untuk mengalokasikan sumber daya keuangan secara efektif. Perkiraan ini digunakan pada tahap project definition.
c) Estimasi Skematik (Scematic Estimate)
Estimasi skematik adalah perkiraan biaya proyek yang lebih rinci daripada estimasi pemrograman. Estimasi ini dibuat setelah desain skematik
14 telah diselesaikan. Estimasi skematik digunakan untuk membantu pemilik proyek mengidentifikasi potensi biaya dan untuk membuat keputusan desain yang tepat. Perkiraan ini digunakan pada tahap project planning.
d) Estimasi Pendahuluan (Preliminary Estimate)
Estimasi pendahuluan adalah perkiraan biaya proyek yang paling rinci sebelum pelaksanaan konstruksi. Estimasi ini dibuat setelah desain akhir telah diselesaikan dan dokumen tender telah disiapkan. Estimasi pendahuluan digunakan untuk membantu pemilik proyek mendapatkan tawaran dari kontraktor dan untuk memilih kontraktor yang paling sesuai dengan anggaran proyek. Perkiraan ini berfokus untuk memenangkan tender dan memperoleh keuntungan. Perkiraan ini digunakan pada tahap project tendering.
e) Estimasi Final (Final Estimate)
Estimasi final adalah perkiraan biaya proyek paling akurat yang dilakukan sebelum kontrak ditandatangani dan konstruksi dimulai. Estimasi ini didasarkan pada desain yang sepenuhnya dikembangkan dan spesifikasi teknis yang lengkap. Ini adalah dasar bagi pemilik proyek untuk menyetujui anggaran akhir sebelum memulai konstruksi. Perkiraan ini berfokus dalam kontrol atau pengendalian biaya dan memperoleh keuntungan. Perkiraan ini digunakan pada tahap pre-planning (sebelum memulai pekerjaan di lapangan).
f) Estimasi Konstruksi (Construction Estimate)
Estimasi ini dibuat selama proses konstruksi berlangsung. Ini bisa menjadi revisi dari estimasi sebelumnya berdasarkan perubahan lingkup, biaya aktual bahan dan tenaga kerja, sertafaktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi biaya keseluruhan proyek. Perkiraan ini berfokus dalam optimasi sumber daya, produktivitas, dan penghematan biaya (cost savings).
Perkiraaan ini digunakan pada tahap project execution.
2.3 Langkah-langkah Menyiapkan Estimasi Biaya
Berikut ini akan dijabarkan langkah-langkah umum yang harus dilaksanakan dalam meyiapkan estimasi biaya proyek.
a) Mempelajari proyek yang ditenderkan
15 Tahap pertama dalam pengadaan proyek konstruksi atau pengembangan properti adalah mempelajari proyek yang akan ditenderkan dengan seksama. Ini melibatkan analisis mendalam terhadap dokumen- dokumen yang terkait, seperti gambar rencana, spesifikasi teknis, dan proposal proyek. Dalam tahap ini, perlu dipahami secara menyeluruh tujuan proyek, ruang lingkup pekerjaan yang diinginkan, serta persyaratan khusus yang harus dipenuhi. Informasi ini akan membantu dalam menentukan strategi pengadaan yang tepat serta memastikan bahwa persyaratan klien dan pemangku kepentingan lainnya terpenuhi.
b) Mendapatkan gambar rencana, spesifikasi, proposal, dan melakukan pengecekan
Langkah kedua melibatkan pengumpulan gambar rencana, spesifikasi teknis, dan proposal proyek dari pihak yang bertanggung jawab.
Ini akan memungkinkan untuk memahami secara rinci apa yang diinginkan dari proyek tersebut, termasuk aspek desain, material yang digunakan, dan persyaratan teknis lainnya. Selain itu, melakukan pengecekan terhadap dokumen-dokumen ini merupakan langkah penting untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau inkonsistensi yang dapat mengganggu proses tender dan pelaksanaan proyek.
c) Melakukan on-site visit dan ocular inspection
Tahap ketiga melibatkan melakukan on-site visit dan ocular inspection ke lokasi proyek yang bersangkutan. Hal ini penting untuk mendapatkan pemahaman langsung tentang kondisi aktual dari lokasi proyek, termasuk faktor-faktor lingkungan, infrastruktur yang ada, serta potensi hambatan atau risiko lainnya yang mungkin mempengaruhi pelaksanaan proyek. Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang konteks fisik proyek dapat diperoleh, yang akan membantu dalam menentukan strategi pelaksanaan yang tepat.
d) Mengumpulkan data penting dan akurat
Langkah keempat adalah mengumpulkan data penting dan akurat yang diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan proyek. Ini melibatkan pengumpulan informasi terkait seperti data topografi, kondisi tanah,
16 aksesibilitas lokasi, serta peraturan dan persyaratan hukum yang berlaku.
Data yang akurat dan komprehensif sangat penting untuk membuat keputusan yang tepat dalam mengelola proyek dengan efisien dan menghindari risiko yang tidak diinginkan.
e) Menentukan metode pelaksanaan pekerjaan
Tahap kelima melibatkan menentukan metode pelaksanaan pekerjaan yang paling sesuai dengan kondisi dan persyaratan proyek. Ini mencakup penentuan teknik konstruksi yang akan digunakan, jenis peralatan yang diperlukan, serta penyusunan jadwal kerja yang realistis.
Pemilihan metode yang tepat akan sangat memengaruhi efisiensi dan kesuksesan pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
f) Mempersiapkan dengan baik dan jelas perkiraan biaya
Tahap keenam melibatkan mempersiapkan perkiraan biaya proyek dengan baik dan jelas. Ini melibatkan estimasi biaya yang akurat untuk semua aspek proyek, termasuk biaya bahan, tenaga kerja, peralatan, dan biaya lainnya yang relevan. Memiliki perkiraan biaya yang tepat adalah kunci untuk mengelola anggaran proyek dengan efisien dan memastikan bahwa sumber daya tersedia digunakan secara optimal.
2.4 Karakter Seorang Estimator
Estimator memegang peran krusial dalam proyek konstruksi, bertanggung jawab atas perkiraan biaya yang akurat dan realistis. Peran ini menuntut mereka untuk memiliki berbagai keahlian yang saling terkait dan saling melengkapi.
Berikut beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang estimator:
a) Pengetahuan mendetail pekerjaan konstruksi
Estimator harus memahami secara menyeluruh tahapan-tahapan konstruksi, mulai dari pra-konstruksi, pelaksanaan, hingga pasca- konstruksi. Pemahaman ini meliputi:
1. Memahami Metode Konstruksi: Estimator harus memahami berbagai metode konstruksi, seperti konstruksi beton bertulang, konstruksi baja, dan konstruksi prefabrikasi, untuk memperkirakan biaya dan waktu yang dibutuhkan. Contoh: Estimator harus mengetahui perbedaan biaya
17 material, tenaga kerja, dan waktu pelaksanaan antara konstruksi beton bertulang dan konstruksi baja.
2. Memahami Material Konstruksi: Estimator harus memahami sifat, fungsi, dan harga material seperti beton, baja, kayu, dan batu bata untuk memperkirakan biaya material proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui jenis beton yang berbeda dan penggunaannya yang sesuai dalam proyek konstruksi, serta memahami harga baja per kilogram dan bagaimana harga ini memengaruhi biaya proyek.
3. Memahami Tenaga Kerja Konstruksi: Estimator harus memahami jenis tenaga kerja seperti tukang batu, tukang besi, dan operator alat berat untuk memperkirakan biaya tenaga kerja proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui gaji rata-rata tukang batu di daerah tertentu dan memahami tingkat produktivitas pekerja finishing yang berbeda.
4. Memahami Standar Keamanan Kerja: Estimator harus memahami peraturan dan standar keselamatan kerja untuk memperkirakan biaya keselamatan kerja yang terkait dengan proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui persyaratan keselamatan kerja untuk penggunaan alat berat dan memahami standar keselamatan kerja untuk pekerjaan di ketinggian.
b) Memiliki pengalaman di proyek
Pengalaman bekerja di proyek konstruksi memberikan pengetahuan praktis yang sangat berharga bagi estimator. Pengalaman ini membantu seorang estimator dalam:
1. Memahami Realitas Lapangan: Pengalaman di lapangan membantu estimator memahami realitas proses konstruksi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi biaya proyek, seperti kondisi tanah, cuaca, produktivitas tenaga kerja, dan koordinasi antar tim.
Contoh: Estimator yang berpengalaman dapat memperkirakan potensi penundaan proyek karena kondisi cuaca buruk dan mengidentifikasi potensi inefisiensi dalam proses konstruksi yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
18 2. Membuat Keputusan Tepat: Pengalaman di lapangan membantu estimator terbiasa dengan proses pengambilan keputusan di lapangan dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga. Contoh:
Estimator yang berpengalaman dapat dengan cepat dan tepat menyelesaikan masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek dan membuat keputusan yang tepat untuk memastikan kelancaran dan efisiensi proyek.
3. Berkomunikasi Efektif: Pengalaman di lapangan membantu estimator berkomunikasi dengan kontraktor dan pekerja konstruksi dengan mudah karena mereka memahami bahasa dan budaya industri konstruksi. Contoh: Estimator yang berpengalaman dapat menjelaskan perkiraan biaya mereka dengan jelas dan ringkas kepada kontraktor dan membangun hubungan yang baik dengan pekerja konstruksi untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu.
c) Mempunyai informasi terkait kebutuhan material, peralatan, masalah overhead dan segala jenis biaya
Estimator harus mampu menghitung semua biaya yang terkait dengan proyek konstruksi secara akurat, yang meliputi:
1. Mengetahui Biaya Material: Estimator harus mampu menghitung biaya material seperti bahan baku, komponen, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dengan mempertimbangkan harga material dari berbagai pemasok, biaya transportasi, dan biaya penyimpanan. Contoh: Estimator harus menghitung biaya beton, baja, dan kayu yang dibutuhkan untuk membangun struktur bangunan dan mempertimbangkan biaya scaffolding, bekisting, dan alat berat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi.
2. Memahami Biaya Tenaga Kerja: Estimator harus mampu menghitung biaya tenaga kerja seperti gaji, tunjangan, dan biaya overhead yang terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dengan mempertimbangkan upah minimum regional, tingkat gaji prevailing, dan biaya overhead seperti asuransi kesehatan dan jaminan sosial. Contoh: Estimator harus menghitung gaji tukang batu,
19 tukang besi, dan operator alat berat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dan mempertimbangkan biaya overhead seperti asuransi kesehatan dan jaminan sosial bagi pekerja.
3. Menghitung Biaya Peralatan: Estimator harus mampu menghitung biaya peralatan seperti sewa, depresiasi, dan perawatan peralatan yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Contoh: Estimator harus mempertimbangkan biaya sewa excavator, bulldozer, dan truk beton, serta biaya depresiasi dan perawatan peralatan ini selama proyek berlangsung.
4. Memahami Biaya Overhead: Estimator harus mampu menghitung biaya overhead seperti biaya administrasi, asuransi, dan pajak yang terkait dengan pelaksanaan proyek. Contoh: Estimator harus mempertimbangkan biaya gaji staf administrasi, biaya asuransi proyek, dan pajak penghasilan atas keuntungan proyek.
5. Menyiapkan Perkiraan Biaya Risiko: Estimator harus mampu memperkirakan biaya risiko seperti penundaan, kecelakaan, atau perubahan desain yang dapat timbul selama proyek berlangsung.
Contoh: Estimator harus mempertimbangkan potensi penundaan proyek karena kondisi cuaca buruk, potensi kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan klaim asuransi, dan potensi perubahan desain yang dapat meningkatkan biaya material dan tenaga kerja
d) Kemampuan menilai yang baik
Estimator harus mampu mengumpulkan, menganalisis, dan mengevaluasi data dari berbagai sumber untuk membuat perkiraan biaya yang akurat. Data ini dapat mencakup:
1. Mengumpulkan Data: Estimator harus mampu mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti gambar desain, spesifikasi proyek, harga material, data historis proyek serupa, dan kondisi pasar untuk membuat perkiraan biaya yang akurat. Contoh: Estimator harus mengumpulkan data dari gambar desain untuk mengetahui ruang lingkup pekerjaan dan material yang dibutuhkan, serta mengumpulkan data dari spesifikasi
20 proyek untuk mengetahui detail material, metode konstruksi, dan standar kualitas yang harus dipenuhi.
2. Menganalisis Data: Estimator harus mampu menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan potensi masalah yang dapat memengaruhi biaya proyek. Contoh: Estimator harus menganalisis data historis proyek serupa untuk mengidentifikasi tren harga material dan tenaga kerja, serta menganalisis data kondisi pasar untuk mengetahui potensi fluktuasi harga material dan tenaga kerja di masa depan.
3. Mengevaluasi Data: Estimator harus mampu mengevaluasi data yang dianalisis untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya. Contoh:
Estimator harus memverifikasi data harga material dengan membandingkannya dari berbagai pemasok dan memastikan data historis proyek serupa relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan.
e) Bersikap hati-hati, akurat dan penuh pertimbangan
Estimator harus mampu memvisualisasikan seluruh tahapan proyek konstruksi untuk mengidentifikasi potensi masalah atau inefisiensi yang dapat memengaruhi biaya. Kemampuan ini membantu mereka.
1. Membuat Perkiraan yang Akurat: Estimator harus membuat perkiraan biaya yang akurat dan realistis dengan mempertimbangkan semua faktor yang dapat memengaruhi biaya proyek. Contoh: Estimator harus mempertimbangkan potensi penundaan proyek, potensi kecelakaan kerja, dan potensi perubahan desain dalam perkiraan biaya mereka.
2. Meninjau Perkiraan Secara Teratur: Estimator harus meninjau perkiraan biaya secara teratur untuk memastikan perkiraan tersebut tetap akurat dan sesuai dengan kemajuan proyek. Contoh: Estimator harus meninjau perkiraan biaya setelah setiap tahap proyek selesai untuk memastikan perkiraan tersebut tetap sesuai dengan kenyataan.
3. Menjelaskan Perkiraan dengan Jelas: Estimator harus menjelaskan perkiraan biaya dengan jelas dan ringkas kepada berbagai pihak, termasuk klien, kontraktor, dan tim proyek lainnya. Contoh: Estimator harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan memberikan
21 penjelasan yang rinci tentang asumsi dan metodologi yang digunakan dalam membuat perkiraan biaya.
f) Pekerja keras dan pantang menyerah\
Estimator bekerja sama dengan berbagai pihak dalam proyek konstruksi, sehingga mereka harus memiliki keterampilan interpersonal yang baik, termasuk:
1. Mendedikasikan Diri untuk Pekerjaan: Estimator harus mendedikasikan diri untuk pekerjaan mereka dan berkomitmen untuk menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan sesuai dengan spesifikasi yang diberikan. Contoh: Estimator harus bekerja dengan tekun untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat perkiraan biaya yang akurat.
2. Bersedia Bekerja di Bawah Tekanan: Estimator harus mampu bekerja di bawah tekanan dan menyelesaikan tugas mereka meskipun dalam situasi yang sulit atau mendesak. Contoh: Estimator harus mampu menyelesaikan perkiraan biaya dengan cepat dan tepat waktu meskipun tenggat waktu yang diberikan ketat.
3. Bersedia Belajar dan Beradaptasi: Estimator harus bersedia belajar dan beradaptasi dengan perubahan dalam industri konstruksi dan teknologi yang digunakan dalam proses estimasi. Contoh: Estimator harus mengikuti perkembangan teknologi terbaru dalam software estimasi dan metode estimasi biaya.
g) Kemampuan untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengevaluasi data-data estimasi
Kemampuan untuk mengumpulkan, mengelompokkan dan mengevaluasi data-data estimasi:
1. Memahami Metode Konstruksi: Estimator harus memahami berbagai metode konstruksi, seperti konstruksi beton bertulang, konstruksi baja, dan konstruksi prefabrikasi, untuk memperkirakan biaya dan waktu yang dibutuhkan. Contoh: Estimator harus mengetahui perbedaan biaya material, tenaga kerja, dan waktu pelaksanaan antara konstruksi beton bertulang dan konstruksi baja.
22 2. Memahami Material Konstruksi: Estimator harus memahami sifat, fungsi, dan harga material seperti beton, baja, kayu, dan batu bata untuk memperkirakan biaya material proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui jenis beton yang berbeda dan penggunaannya yang sesuai dalam proyek konstruksi, serta memahami harga baja per kilogram dan bagaimana harga ini memengaruhi biaya proyek.
3. Memahami Tenaga Kerja Konstruksi: Estimator harus memahami jenis tenaga kerja seperti tukang batu, tukang besi, dan operator alat berat untuk memperkirakan biaya tenaga kerja proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui gaji rata-rata tukang batu di daerah tertentu dan memahami tingkat produktivitas pekerja finishing yang berbeda.
4. Memahami Standar Keamanan Kerja: Estimator harus memahami peraturan dan standar keselamatan kerja untuk memperkirakan biaya keselamatan kerja yang terkait dengan proyek. Contoh: Estimator harus mengetahui persyaratan keselamatan kerja untuk penggunaan alat berat dan memahami standar keselamatan kerja untuk pekerjaan di ketinggian.
h) Kemampuan memvisualisasi seluruh tahapan pekerjaan konstruksi
Kemampuan memvisualisasi seluruh tahapan pekerjaan diperlukan utuk menjadi salah satu keahlian seorang estimator, terkhususnya:
1. Memahami Realitas Lapangan: Pengalaman di lapangan membantu estimator memahami realitas proses konstruksi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memengaruhi biaya proyek, seperti kondisi tanah, cuaca, produktivitas tenaga kerja, dan koordinasi antar tim.
Contoh: Estimator yang berpengalaman dapat memperkirakan potensi penundaan proyek karena kondisi cuaca buruk dan mengidentifikasi potensi inefisiensi dalam proses konstruksi yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya.
2. Membuat Keputusan Tepat: Pengalaman di lapangan membantu estimator terbiasa dengan proses pengambilan keputusan di lapangan dan dapat beradaptasi dengan perubahan yang tidak terduga. Contoh:
Estimator yang berpengalaman dapat dengan cepat dan tepat
23 menyelesaikan masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek dan membuat keputusan yang tepat untuk memastikan kelancaran dan efisiensi proyek.
3. Berkomunikasi Efektif: Pengalaman di lapangan membantu estimator berkomunikasi dengan kontraktor dan pekerja konstruksi dengan mudah karena mereka memahami bahasa dan budaya industri konstruksi. Contoh: Estimator yang berpengalaman dapat menjelaskan perkiraan biaya mereka dengan jelas dan ringkas kepada kontraktor dan membangun hubungan yang baik dengan pekerja konstruksi untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat waktu.
i) Kemampuan membuat keputusan yang cepat dan tepat unik Kemampuan ini meliputi:
2.2 Mengetahui Biaya Material: Estimator harus mampu menghitung biaya material seperti bahan baku, komponen, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dengan mempertimbangkan harga material dari berbagai pemasok, biaya transportasi, dan biaya penyimpanan. Contoh: Estimator harus menghitung biaya beton, baja, dan kayu yang dibutuhkan untuk membangun struktur bangunan dan mempertimbangkan biaya scaffolding, bekisting, dan alat berat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi.
2.3 Memahami Biaya Tenaga Kerja: Estimator harus mampu menghitung biaya tenaga kerja seperti gaji, tunjangan, dan biaya overhead yang terkait dengan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dengan mempertimbangkan upah minimum regional, tingkat gaji prevailing, dan biaya overhead seperti asuransi kesehatan dan jaminan sosial. Contoh: Estimator harus menghitung gaji tukang batu, tukang besi, dan operator alat berat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek dan mempertimbangkan biaya overhead seperti asuransi kesehatan dan jaminan sosial bagi pekerja.
2.4 Menghitung Biaya Peralatan: Estimator harus mampu menghitung biaya peralatan seperti sewa, depresiasi, dan perawatan peralatan yang digunakan untuk menyelesaikan proyek. Contoh: Estimator harus
24 mempertimbangkan biaya sewa excavator, bulldozer, dan truk beton, serta biaya depresiasi dan perawatan peralatan ini selama proyek berlangsung.
2.5 Memahami Biaya Overhead: Estimator harus mampu menghitung biaya overhead seperti biaya administrasi, asuransi, dan pajak yang terkait dengan pelaksanaan proyek. Contoh: Estimator harus mempertimbangkan biaya gaji staf administrasi, biaya asuransi proyek, dan pajak penghasilan atas keuntungan proyek.
2.6 Menyiapkan Perkiraan Biaya Risiko: Estimator harus mampu memperkirakan biaya risiko seperti penundaan, kecelakaan, atau perubahan desain yang dapat timbul selama proyek berlangsung.
Contoh: Estimator harus mempertimbangkan potensi penundaan proyek karena kondisi cuaca buruk, potensi kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan klaim asuransi, dan potensi perubahan desain yang dapat meningkatkan biaya material dan tenaga kerja.
2.7 Data yang Diperlukan dalam Melakukan Estimasi
Proses estimasi biaya proyek konstruksi membutuhkan data yang komprehensif dan akurat untuk menghasilkan perkiraan yang realistis dan terpercaya. Berikut adalah penjelasan detail mengenai input data yang umum digunakan dalam estimasi:
a) Work Breakdown Structure (WBS)
WBS merupakan kerangka kerja yang memecah proyek menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan terdefinisi dengan baik. Hal ini membantu estimator dalam:
1. Mengidentifikasi Ruang Lingkup Pekerjaan: WBS secara jelas menunjukkan semua pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam proyek, mulai dari tahap awal seperti persiapan lahan hingga tahap akhir seperti penyelesaian akhir.
2. Mempermudah Estimasi Biaya: Estimator dapat memperkirakan biaya untuk setiap komponen WBS secara terpisah, yang kemudian dapat dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya proyek. Hal ini
25 memungkinkan mereka untuk fokus pada area yang berpotensi menimbulkan biaya tinggi dan mengidentifikasi potensi inefisiensi.
3. Memantau Kemajuan Proyek: WBS dapat digunakan untuk melacak kemajuan proyek dengan membandingkan pekerjaan yang telah selesai dengan pekerjaan yang direncanakan. Ini membantu estimator dalam mengidentifikasi potensi penundaan dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
WBS untuk proyek pembangunan rumah dapat mencakup komponen-komponen seperti:
1. Pengeboran Fondasi:
• Penggalian tanah
• Pemasangan bekisting
• Penempatan tulangan
• Pencoran beton 2. Pemasangan Dinding:
• Pembuatan balok beton
• Pemasangan balok beton
• Pemasangan bata
• Pengapuran 3. Pemasangan Atap:
• Pembuatan rangka atap
• Pemasangan rangka atap
• Pemasangan penutup atap
• Pemasangan talang air 4. Instalasi Listrik:
• Pemasangan kabel
• Pemasangan stop kontak
• Pemasangan sakelar
• Pemasangan panel listrik 5. Pengecatan:
• Persiapan permukaan
• Pengecatan primer
26
• Pengecatan akhir
b) Jenis resource dan jumlah yang dibutuhkan pada setiap komponen WBS Estimator harus menentukan jenis resource yang dibutuhkan untuk setiap komponen WBS, seperti:
1. Tenaga Kerja: Jenis tenaga kerja yang dibutuhkan, seperti tukang batu, tukang besi, dan tukang kayu, beserta jumlahnya untuk setiap komponen WBS. Hal ini penting untuk mempertimbangkan keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan untuk setiap jenis pekerjaan.
2. Material: Jenis material yang dibutuhkan, seperti beton, baja, dan kayu, beserta jumlahnya untuk setiap komponen WBS. Estimator harus mempertimbangkan spesifikasi proyek, kondisi lokasi, dan standar kualitas yang berlaku.
3. Peralatan: Jenis peralatan yang dibutuhkan, seperti excavator, bulldozer, dan truk beton, beserta jumlah dan lama waktu penggunaannya. Peralatan yang tepat harus dipilih berdasarkan jenis pekerjaan dan skala proyek.
Contoh:
Komponen WBS "Pemasangan Dinding" mungkin membutuhkan:
• 10 tukang batu dengan pengalaman minimal 5 tahun
• 500 m3 batu bata yang memenuhi standar SNI
• 1 excavator selama 2 minggu untuk penggalian tanah dan pengangkutan material
c) Unit rate resource, seperti pekerja biaya per jam dan material biaya per m3 Estimator harus menentukan unit rate untuk setiap resource, seperti:
1. Biaya per Jam Tenaga Kerja: Gaji per jam untuk setiap jenis tenaga kerja, termasuk tunjangan dan biaya overhead. Hal ini harus mempertimbangkan upah minimum regional, tingkat keahlian, dan kondisi pasar tenaga kerja.
2. Biaya per Unit Material: Harga per unit untuk setiap jenis material, termasuk biaya transportasi, penyimpanan, dan pajak. Estimator harus mempertimbangkan harga dari berbagai pemasok dan fluktuasi harga pasar.
27 3. Tarif Sewa Peralatan: Biaya sewa per jam atau per hari untuk setiap jenis peralatan, termasuk biaya bahan bakar, perawatan, dan asuransi.
Estimator harus mempertimbangkan tarif sewa dari berbagai penyedia jasa dan kondisi peralatan.
Contoh:
a. Biaya per jam tukang batu: Rp 100.000 b. Biaya per m3 batu bata: Rp 500.000
c. Tarif sewa excavator: Rp 2.000.000 per hari 4. Estimasi durasi kegiatan
Estimator harus memperkirakan durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap komponen WBS. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. Kompleksitas Pekerjaan: Semakin kompleks pekerjaannya, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Estimator harus memahami metode konstruksi yang akan digunakan dan mempertimbangkan potensi kendala yang dapat terjadi.
Contoh:
Komponen WBS "Pemasangan Dinding" yang melibatkan metode konstruksi rumit mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk diselesaikan dibandingkan dengan komponen WBS yang menggunakan metode konstruksi sederhana.
b. Ketersediaan Resource: Ketersediaan tenaga kerja, material, dan peralatan dapat memengaruhi durasi pekerjaan. Estimator harus memastikan bahwa resource yang dibutuhkan tersedia pada waktu yang tepat dan dalam jumlah yang cukup.
Contoh:
Keterlambatan pengiriman material dapat memperpanjang durasi pekerjaan pada komponen WBS yang terkait.
c. Pengalaman Tim Proyek: Pengalaman tim proyek dalam menyelesaikan pekerjaan serupa dapat membantu dalam memperkirakan durasi yang realistis. Estimator harus mempertimbangkan pengetahuan dan keahlian tim dalam menyelesaikan tugas-tugas yang kompleks.
28 Contoh:
Tim proyek yang berpengalaman dalam konstruksi rumah mungkin dapat memperkirakan durasi pekerjaan dengan lebih akurat dibandingkan dengan tim proyek yang baru pertama kali menangani proyek serupa.
d. Kondisi Cuaca dan Faktor Eksternal: Kondisi cuaca dan faktor eksternal lainnya, seperti bencana alam atau kebijakan pemerintah, dapat memengaruhi durasi pekerjaan. Estimator harus mempertimbangkan potensi risiko yang dapat terjadi dan merencanakan mitigasi yang tepat.
5. Informasi historis yang berasal dari proyek-proyek sebelumnya, atau data biaya estimasi komersil atau pengetahuan tim proyek
Estimator dapat memanfaatkan informasi historis dari proyek-proyek sebelumnya, data biaya estimasi komersil, atau pengetahuan tim proyek untuk memperkuat perkiraan biaya. Hal ini dapat membantu dalam:
a. Mengidentifikasi Tren Harga: Informasi historis dapat menunjukkan tren harga material, tenaga kerja, dan peralatan. Estimator dapat menganalisis data historis untuk mengidentifikasi pola dan memperkirakan potensi perubahan biaya di masa depan.
Contoh:
Analisis data historis menunjukkan bahwa harga baja cenderung meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Estimator dapat mempertimbangkan tren ini dalam memperkirakan biaya komponen WBS yang melibatkan penggunaan baja.
b. Membandingkan Biaya: Data biaya estimasi komersil dari sumber terpercaya dapat digunakan untuk membandingkan biaya proyek dengan proyek serupa di industri yang sama. Hal ini membantu estimator dalam memastikan bahwa perkiraan biaya mereka kompetitif dan realistis.
Contoh:
Estimator dapat membandingkan biaya komponen WBS "Pemasangan Dinding" dengan data biaya estimasi komersil untuk proyek pembangunan rumah serupa di wilayah yang sama.
c. Memanfaatkan Pengetahuan Tim: Pengetahuan tim proyek yang berpengalaman dapat membantu dalam memperkirakan biaya yang realistis dan
29 akurat. Tim proyek dapat memberikan informasi tentang biaya aktual dari proyek- proyek sebelumnya dan mengidentifikasi potensi inefisiensi yang dapat dihindari.
Contoh:
Tim proyek dapat memberikan informasi tentang biaya aktual tenaga kerja di lokasi proyek, yang dapat membantu estimator dalam memperbarui unit rate tenaga kerja dalam perkiraan biaya.
6. Bagan yang menjelaskan kode yang digunakan untuk melaporkan informasi keuangan dalam buku kas perusahaan
Bagan kode keuangan menjelaskan kode-kode yang digunakan untuk melaporkan informasi keuangan dalam buku kas perusahaan. Kode-kode ini dapat digunakan untuk:
a. Mengklasifikasikan Pengeluaran: Pengeluaran proyek dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis resource, komponen WBS, kategori biaya, atau lokasi proyek. Hal ini membantu dalam melacak dan menganalisis biaya secara lebih rinci.
Contoh:
Pengeluaran untuk material batu bata dapat diklasifikasikan ke dalam kategori "Biaya Material" dan dihubungkan dengan komponen WBS "Pemasangan Dinding".
b. Melacak Biaya: Bagan kode keuangan dapat digunakan untuk melacak pengeluaran proyek dari waktu ke waktu dan mengidentifikasi area di mana biaya dapat dihemat.
Contoh:
Estimator dapat melacak pengeluaran untuk setiap komponen WBS dan membandingkannya dengan
2.8 Work Breakdown Structure (WBS) 1. Pengertian WBS
Work Breakdown Structure (WBS) adalah sebuah kerangka kerja untuk memecah proyek yang kompleks menjadi komponen-komponen yang lebih kecil dan lebih mudah dikelola. WBS merepresentasikan ruang lingkup total proyek dan menguraikan semua pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan proyek.
30 Dengan kata lain, WBS adalah daftar terstruktur dari semua deliverable proyek, yang diorganisir secara hirarkis dari deliverable terbesar (proyek secara keseluruhan) hingga deliverable terkecil (tugas individu).
Setiap deliverable dalam WBS memiliki deskripsi singkat tentang pekerjaan yang harus dilakukan dan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
2. Manfaat WBS:
• Mempermudah perencanaan dan penjadwalan proyek: Dengan memecah proyek menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, WBS membantu tim proyek untuk memperkirakan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap tugas. Hal ini memungkinkan mereka untuk membuat jadwal proyek yang realistis dan melacak kemajuan proyek dengan lebih mudah.
• Meningkatkan komunikasi dan koordinasi: WBS menyediakan bahasa yang sama untuk semua anggota tim proyek, sehingga memudahkan mereka untuk memahami ruang lingkup proyek dan peran mereka di dalamnya. Hal ini dapat membantu meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar tim, dan membantu menghindari duplikasi pekerjaan dan kesalahpahaman.
• Membantu mengidentifikasi risiko: WBS dapat membantu tim proyek untuk mengidentifikasi risiko potensial yang dapat menghambat kemajuan proyek. Dengan memahami ruang lingkup proyek secara rinci, tim proyek dapat mengembangkan rencana mitigasi risiko yang efektif.
• Mempermudah pengendalian proyek: WBS dapat digunakan untuk melacak kemajuan proyek dan mengidentifikasi any deviation dari jadwal atau anggaran. Hal ini memungkinkan tim proyek untuk mengambil tindakan korektif dengan cepat dan menjaga proyek tetap pada jalurnya.
31 3. Contoh WBS
Dalam paper ini tidak akan terlalu jauh membahas WBS karena dianggap sudah menguasai etrkait WBS yang telah dibahas pada mata kuliah Manajemen Kontruksi. Berikut sekilas beberapa contoh WBS diantaranya:
• WBS bangunan gedung
Gambar 2. 1 Contoh WBS Bangunan Gedung
• WBS bangunan jalan
Gambar 2. 2 Contoh WBS Bangunan Jalan
• WBS bangunan jembatan
32 Gambar 2. 3 Contoh WBS Bangunan Jembatan
4. WBS diterjemahkan kedalam BQ dalam bentuk teks
Work Breakdown Structure (WBS) dan Bill of Quantities (BQ) adalah dua dokumen penting dalam manajemen proyek konstruksi, namun mereka memiliki fungsi yang berbeda. WBS berfokus pada memecah proyek menjadi aktivitas, sedangkan BQ berfokus pada menghitung kuantitas material dan pekerjaan yang dibutuhkan.
WBS ke BQ bukanlah terjemahan langsung. Namun, WBS memberikan dasar yang kuat untuk membangun BQ yang akurat. Mari kita lihat bagaimana:
• WBS sebagai Acuan:
WBS bertindak sebagai fondasi bagi BQ. Dengan memecah proyek menjadi paket-paket pekerjaan yang terdefinisi dengan baik, WBS memungkinkan identifikasi aktivitas-aktivitas yang dapat dikuantitasikan. Deskripsi singkat dalam WBS tentang setiap paket pekerjaan memberikan informasi penting untuk menyusun BQ yang akurat.
1 Identifikasi Paket Pekerjaan: WBS membagi proyek menjadi paket pekerjaan yang terdefinisi dengan baik. Ini adalah titik awal yang sempurna untuk BQ karena paket pekerjaan ini mewakili area di mana Anda dapat mengidentifikasi dan mengukur item yang dibutuhkan.
33 2 Uraian Pekerjaan: WBS biasanya menyertakan deskripsi singkat untuk setiap paket pekerjaan. Ini membantu memahami pekerjaan yang akan dilakukan di setiap area. Informasi ini dapat digunakan dalam BQ untuk memberikan deskripsi yang jelas tentang item yang sedang dikuantitasikan.
• Membangun BQ dari WBS:
BQ dibangun dengan merincikan paket-paket pekerjaan dalam WBS menjadi aktivitas-aktivitas yang lebih kecil dan mengukur kuantitas material dan pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Unit pengukuran yang tepat dan perhitungan teknik sipil dikombinasikan dengan spesifikasi teknis untuk menentukan kuantitas yang diperlukan. Harga satuan untuk setiap item kemudian ditetapkan berdasarkan biaya material, tenaga kerja, dan peralatan yang dibutuhkan.
1 Rincian Paket Pekerjaan: Ambil setiap paket pekerjaan dari WBS dan uraikan lebih lanjut menjadi aktivitas atau item yang dapat dikuantitasikan. Misalnya, paket pekerjaan "Penggalian dan Fondasi" dalam WBS dapat diuraikan menjadi aktivitas seperti
"Penggalian Tanah", "Pemasangan Bekisting", dan "Pengecoran Beton" dalam BQ.
2 Unit dan Kuantitas: Untuk setiap aktivitas yang diidentifikasi, tentukan unit pengukuran yang sesuai (misalnya, meter kubik untuk galian tanah, meter persegi untuk bekisting). Kemudian, gunakan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan perhitungan teknik sipil untuk menentukan kuantitas yang dibutuhkan untuk setiap item.
3 Harga Satuan: Setelah Anda memiliki kuantitas, langkah selanjutnya adalah menentukan harga satuan untuk setiap item. Harga ini akan mencakup biaya material, tenaga kerja, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas tersebut.
• BQ sebagai Hasil Akhir:
Setelah Anda menyelesaikan langkah-langkah ini untuk semua paket pekerjaan dalam WBS, Anda akan memiliki Bill of Quantities
34 (BQ) yang komprehensif. BQ ini mencantumkan semua item yang dibutuhkan untuk proyek, beserta jumlah dan perkiraan biaya masing- masing item. WBS dan BQ bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama: penyelesaian proyek konstruksi yang sukses. WBS menyediakan struktur dan organisasi, sedangkan BQ memberikan detail kuantitatif.
Sinergi ini menghasilkan beberapa manfaat, termasuk:
1 Meningkatkan Estimasi Biaya: BQ yang akurat memungkinkan estimasi biaya proyek yang lebih realistis dan terpercaya.
2 Mempermudah Pengadaan Material: BQ memberikan daftar detail material yang dibutuhkan, memudahkan proses pengadaan dan meminimalisir risiko kekurangan material.
3 Meningkatkan Efisiensi Penjadwalan: Dengan mengetahui kuantitas pekerjaan yang dibutuhkan, penjadwalan proyek dapat dilakukan dengan lebih efektif dan akurat.
4 Memperkuat Komunikasi dan Koordinasi: WBS dan BQ menyediakan bahasa yang sama bagi semua pihak yang terlibat dalam proyek, sehingga meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar tim.
Berikut contoh tampilan WBS yang diterjemahkan ke dalam BQ dalam bentuk teks:
Tabel 2.1 Contoh Tampilan WBS
35 2.9 Klasifikasi Pekerjaan
Klasifikasi pekerjaan adalah pengelompokan posisi berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan, keterampilan yang diperlukan, atau faktor-faktor lain yang terkait dengan pekerjaan. Dalam dunia konstruksi, klasifikasi pekerjaan memainkan peran penting dalam mengatur dan mengelompokkan berbagai jenis pekerjaan berdasarkan aspek-aspek tertentu. Klasifikasi ini membantu dalam berbagai hal, seperti:
1. Membuat estimasi biaya yang lebih akurat: Dengan mengelompokkan pekerjaan berdasarkan jenis dan kompleksitasnya, klasifikasi pekerjaan memungkinkan pembuat estimasi untuk menetapkan harga yang lebih tepat untuk setiap jenis pekerjaan.
2. Meningkatkan efisiensi tender: Klasifikasi pekerjaan yang terstruktur memudahkan kontraktor untuk memahami ruang lingkup pekerjaan dan menyiapkan penawaran yang lebih kompetitif.
3. Mempermudah manajemen proyek: Klasifikasi pekerjaan membantu dalam memantau kemajuan proyek dan memastikan bahwa semua pekerjaan yang diperlukan diselesaikan sesuai dengan spesifikasi.
Untuk keperluan keseragaman, dalam SMM dibuat penjelasan tentang klasifikasi pekerjaan, sebagai pedoman dalam menyusun B.Q. Standar Metode Pengukuran (SMM) adalah seperangkat aturan dan pedoman yang dibuat untuk menstandariskan pengukuran pekerjaan konstruksi. SMM biasanya dikembangkan oleh organisasi atau lembaga resmi di suatu negara dan menjadi acuan dalam penyusunan dokumen tender, kontrak, dan Bill of Quantities (BQ).
1 Klasifikasi pekerjaan merupakan salah satu komponen penting dalam SMM. SMM biasanya mendefinisikan klasifikasi pekerjaan berdasarkan:
2 Jenis pekerjaan: Klasifikasi ini mengelompokkan pekerjaan berdasarkan jenis aktivitas yang dilakukan, seperti pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur, pekerjaan finishing, dan sebagainya.
3 Keterampilan yang dibutuhkan: Klasifikasi ini mengelompokkan pekerjaan berdasarkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya, seperti pekerjaan tukang batu, pekerjaan tukang las, pekerjaan tukang listrik, dan sebagainya.
36 4 Faktor-faktor lain: Klasifikasi pekerjaan juga dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti lokasi pekerjaan, tingkat kesulitan, dan metode konstruksi yang digunakan.
Sebagai contoh SMM Malaysia, untuk building work , klasifikasi dirinci sbb : Tabel 2.2 SMM Malaysia
Sebagai contoh CESMM Inggris, untuk civil work klasifikasi dirinci sbb : Tabel 2.3 CESMM Inggris
Biasanya, standar metode pengukuran (SMP) diciptakan oleh satu Negara atau Institusi yang berwenang untuk menjadi panduan di wilayah tersebut.
Ada beberapa Standard Method of Measurement (SMM) yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu:
• Hong-Kong Standard Method of Measurement
• Singapore Standard Method of Measurement
• Malaysia Standard Method of Measurement
• Australia Standard Method of Measurement
37
• Dan lain-lain 2.10 Menghitung BOQ
Bill of Quantities (BOQ) merupakan dokumen penting dalam proyek konstruksi yang berisi daftar terperinci mengenai kuantitas material, pekerjaan, dan harga satuan untuk setiap item pekerjaan dalam proyek. BOQ digunakan untuk berbagai keperluan, seperti:
• Membuat estimasi biaya proyek yang akurat.
• Menyusun tender dan kontrak proyek.
• Memantau kemajuan proyek.
• Mengendalikan biaya proye
Menghitung BOQ adalah proses yang kompleks dan membutuhkan ketelitian tinggi. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam menghitung BOQ:
1. Taking Off
Tahap pertama dalam menghitung BOQ adalah taking off. Dalam tahap ini, dilakukan pengukuran elemen-elemen bangunan dari gambar kerja dan dimasukkan ke dalam formulir pengukuran (BOQ Take Off Sheet). Pengukuran harus dilakukan dengan teliti dan akurat, dan setiap elemen harus diukur sesuai dengan satuan yang ditentukan dalam gambar kerja.
Informasi yang harus dicatat dalam formulir pengukuran antara lain:
• Kode item: Kode unik untuk setiap elemen bangunan.
• Nama item: Deskripsi singkat tentang elemen bangunan.
• Satuan: Satuan pengukuran untuk elemen bangunan.
• Dimensi: Dimensi elemen bangunan, seperti panjang, lebar, dan tinggi.
• Jumlah: Jumlah elemen bangunan yang perlu diukur.
• Keterangan: Keterangan tambahan tentang elemen bangunan, seperti jenis material atau spesifikasi teknis.
2. Squaring
Tahap selanjutnya adalah squaring. Dalam tahap ini, dilakukan perhitungan luas atau volume dari elemen bangunan berdasarkan dimensi yang telah diukur pada tahap taking off. Perhitungan ini menggunakan rumus-rumus matematika yang sesuai dengan bentuk elemen bangunan.
Contoh rumus perhitungan luas dan volume:
38
• Luas persegi panjang: Luas = Panjang x Lebar
• Volume kubus: Volume = Panjang x Lebar x Tinggi
• Volume silinder: Volume = πr² x Tinggi
Hasil perhitungan luas atau volume dicatat dalam kolom "Kuantitas" pada formulir pengukuran.
3. Abstracting
Tahap selanjutnya adalah abstracting. Dalam tahap ini, dilakukan pengelompokan elemen-elemen bangunan yang memiliki jenis dan spesifikasi yang sama, kemudian dilakukan penjumlahan kuantitas untuk setiap kelompok. Hal ini bertujuan untuk menyederhanakan daftar item dalam BOQ dan memudahkan proses selanjutnya.
Hasil pengelompokan dan penjumlahan kuantitas dicatat dalam formulir abstrak (BOQ Abstract Sheet).
4. Billing
Tahap terakhir adalah billing. Dalam tahap ini, dilakukan penetapan harga satuan untuk setiap item dalam BOQ. Harga satuan ini harus mempertimbangkan biaya material, tenaga kerja, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sumber informasi untuk menetapkan harga satuan antara lain:
• Analisis Harga Satuan (HARS): HARS adalah dokumen yang memuat daftar harga satuan pekerjaan konstruksi yang disusun oleh pemerintah.
• Data harga pasar: Data harga pasar dapat diperoleh dari distributor material, kontraktor, atau sumber terpercaya lainnya.
• Estimasi biaya: Harga satuan dapat diestimasikan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang biaya konstruksi.
• Setelah harga satuan ditetapkan, dilakukan perhitungan total biaya untuk setiap item dengan mengalikan harga satuan dengan kuantitas. Hasil perhitungan total biaya dicatat dalam formulir billing (BOQ Billing Sheet).
5. Penyusunan Dokumen BOQ:
Setelah semua tahapan di atas selesai, langkah selanjutnya adalah menyusun dokumen BOQ final. Dokumen BOQ final harus memuat informasi-informasi berikut:
• Judul proyek: Nama proyek dan informasi singkat tentang proyek.
39
• Tanggal: Tanggal penyusunan BOQ.
• Nomor revisi: Nomor revisi BOQ (jika ada).
• Daftar item: Daftar item pekerjaan yang berisi kode item, nama item, satuan, kuantitas, harga satuan, dan total biaya.
• Ringkasan biaya: Ringkasan total biaya untuk semua item pekerjaan.
• Keterangan: Keterangan tambahan tentang BOQ, seperti sumber harga satuan atau asumsi yang digunakan dalam perhitungan.
Dokumen BOQ final harus disusun dengan rapi dan terstruktur agar mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
Berikut contoh formulir yang digunakan:
Gambar 2. 4 Contoh Formulir BOQ Keterangan:
(1) Timesing: digunakan untuk menunjukkan banyaknya elemen yang dimensi- nya sama, yg terdapat dlm gambar atau rumus perkalian
(2) Dimension: digunakan untuk mengukur dimensi dr elemen dlm gambar yg akan dihitung kuantitasnya. Cara penulisan angkanya ada kesepakatannyan (3) Squaring: digunakan untuk menghitung kuantitas elemen 2 yg diukur (4) Description: digunakan untuk memberi nama elemen 2 yg diukur
40 2.11 Penulisan Angka
Dalam dunia konstruksi, Bill of Quantities (BOQ) merupakan dokumen penting yang berisi daftar terperinci mengenai kuantitas material, pekerjaan, dan harga satuan untuk setiap item pekerjaan dalam proyek. Aturan penulisan angka pada formulir BOQ sangatlah penting untuk memastikan kejelasan dan konsistensi informasi yang tercantum.
Berikut adalah penjelasan detail tentang aturan penulisan angka pada formulir BOQ berdasarkan perjanjian yang Anda berikan:
1. Angka dengan Dua Digit di Belakang Koma
Arti: Angka ini menunjukkan panjang suatu elemen bangunan.
Satuan: Satuan yang digunakan untuk panjang adalah meter (m).
Contoh: 2.50 m, 3.12 m, 4.78 m
2. Angka Bulat Tanpa Angka di Belakang Koma
Arti: Angka ini menunjukkan jumlah elemen bangunan.
Satuan: Satuan yang digunakan untuk jumlah adalah buah (bh) atau biji.
Contoh: 10 bh, 25 biji, 100 bh
3. Dua Angka Diatas dan Dibawah dengan Dua Digit di Belakang Koma Arti: Angka ini menunjukkan luas suatu elemen bangunan.
Satuan: Satuan yang digunakan untuk luas adalah meter persegi (m²).
Contoh:
2.50 m x 3.12 m = 7.80 m² 4.78 m x 2.50 m = 11.95 m²
4. Tiga Angka Disusun Menjadi Tiga Baris dengan Dua Digit di Belakang Koma
Arti: Angka ini menunjukkan volume suatu elemen bangunan.
Satuan: Satuan yang digunakan untuk volume adalah meter kubik (m³).
Contoh:
2.50 m x 3.12 m x 4.78 m = 36.09 m³ 4.78 m x 2.50 m x 1.50 m = 17.55 m³
Memahami aturan penulisan angka pada formulir BOQ sangatlah penting karena beberapa alasan:
41
• Memastikan Kejelasan Informasi: Aturan ini membantu memastikan bahwa informasi tentang kuantitas material dan pekerjaan dalam BOQ mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam proyek.
• Meminimalisir Kesalahan: Aturan ini membantu meminimalisir kesalahan dalam pengukuran dan perhitungan kuantitas, sehingga menghasilkan BOQ yang lebih akurat.
• Mempermudah Proses Pengadaan dan Pelaksanaan Proyek: BOQ yang akurat dengan informasi yang jelas dapat mempermudah proses pengadaan material dan pelaksanaan proyek.
Berikut penerapan contoh penulisan angka:
Panjang : 20,00 m
Jumlah : 15 bh
Luas : 20,00
10,00 m2
Volume : 20,00
10,00 5,00 m3 Kesepakatan Q.S
➢ Angka teratas menunjukan Panjang
➢ Angka tengah menunjukan Lebar
➢ Angka terbawah menunjukan tinggi
Koordinat Cartersian
Dalam menentukan panjang, lebarm, mengikuti aturan koordinat catresian X, Y, dan Z
42 Gambar 2. 5 Kordinat Kartesian
Sumbu X, untuk menyatakan “Panjang”
Sumbu Y, untuk menyatakan “Lebar”
Sumbu Z, untuk menyatakan “tebal/tinggi”
Contoh pengisian:
Untuk memperjelas berikut contoh pengisian penulisan angka pada BOQ:
Tabel 2. 4 Contoh Tabel BOQ
Penjelasan:
➢ Pipa baja berdiameter 3’’ sepanjang 22.00 m sebanyak 3 buah atau 66.00 m
43
➢ Panjang bata tebal 15 cm, panjang 10,00m, lebar 4.00 m, sebanyak 15 bh
2.12 Tanda-tanda yang Digunakan pada Pengisian Formulir RAB
Berikut merupakan tanda-tanda yang digunakan pada pengisian formulir RAB:
a) Tanda Dotting
Bila selama perhitungan, ditemukan beberapa elemen yang sama dengan ukuran yang sama, tetapi belum terhitung, maka timesing tidak diperlukan lagi , tetapi sebagai gantinya menggunakan tanda “Dotting” yang terdapat pada Gambar .
Gambar 2. 6 Contoh Tanda Doting
Cara membaca tanda dotting dalam perhitungan dengan membaca squaringnya adalah = (15+2) x 10,00 x 4,00 m2 = 680,00 m2 53, sehingga dotting diartikan menambah (15+2)
b) Tanda Seduction/DDT
Permukaan dinding yang mempunyai lubang untuk pintu atau jendela, prosesnya tetap diambil ukuran seluruhnya, kemudian baru dikurangi atau deduction dengan luasan pintu/jendela, dengan menggunakan tanda “Ddt” yang ditandai dengan warna merah pada Gambar
44 Gambar 2. 7 Contoh Tanda Seduction/DDT
c) Tanda NIL
Prosedur untuk mengatasi kesalahan perhitungan yang telah terjadi dilakukan dengan suatu cara yang melibatkan penggunaan tanda 'Nil' yang digunakan untuk menunjukkan titik di mana kesalahan tersebut terjadi atau di mana tidak ada alokasi biaya yang diberikan, sehingga memungkinkan untuk melakukan revisi atau penyesuaian lebih lanjut dalam proses perhitungan yang terdapat pada Gambar .
Gambar 2. 8 Contoh Tanda NIL d) Timesing Sebagai Rumus
Timesing terkadang juga dipakai untuk menyatakan rumus yang digunakan sebagai faktor pengali untuk menghitung luasan yang terdapat pada Gambar .