• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA BANGUNAN KANTOR DESA SANGSIT

N/A
N/A
Made Hari Ananta Hastagina

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA BANGUNAN KANTOR DESA SANGSIT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8

PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI

PADA BANGUNAN KANTOR DESA SANGSIT

Ni Putu Yunika Anggreni, Tri Anggraini Prajnawrdhi*

*Dosen Pembimbing Lapangan KKN-T Universitas Udayana Periode II,

Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng

ABSTRAK

Desa Sangsit merupakan desa yang terkenal akan adat istiadat dan kebudayaanya. Modernisasi dan percampuran budaya menyebabkan Arsitektur Tradisional Bali mulai memudar.

Untuk mencegah hal ini, diperlukan pelestarian terhadap Arsitektur Tradisonal Bali, terutama pada bangunan kantor desa.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif – deskriptif dengan pengumpulan data melalui observasi dan studi literatur.

Konsep Panca Mahabhuta diterapkan dalam tata ruang dan elemen bangunan,Tri Hita Karana diimplementasikan melalui pelinggih, ruang rapat, dan area outdoor, serta Tri Loka diterapkan melalui zoning. Konsep Tri Angga dalam desain atap, pelingkup, dan bataran. Ornamen tradisonal Bali juga digunakan untuk meningkatkan estetika bangunan. Dengan penerapan konsep dan ornamen tersebut, kantor Desa Sangsit menciptakan bangunan yang harmonis dengan lingkungan dan hubungan manusia dengan Tuhan, alam serta sesama manusia.

Kata Kunci : Konsep Arsitektur Tradisional Bali, Kantor Desa

(2)

ABSTRAC

Sangsit Village is a village that is famous for customs and culture. Modernization and mixing of cultures Traditional Balinese Architecture to begin to fade. To prevent this, it is necessary to preserve Balinese Traditional Architecture to b egin to fade. To prevent this, it is necessary to preserve Balinese Traditional Architecture, especially iin village office building.

This study used a qualitative-descriptive method with dara collection through observation and literature study. The Panca Maha Bhuta concept is implemented in spatial planning and building elements, Tri Hita Karana is implemented through pelinggih, meeting room and outdoor areas, and Tri Loka is implemented through zoning. The concept of Tri Angga in the design of roofs, enclosures and boundaries. Traditional Balinese ornament are also used to enhance the aesthetic of the building.

By applying the concept and ornament, the Sangsit Village office creates bulding that are harmonious woth the environment anf human relation with God,nature and fellow beings.

Keyword : Traditional Balinese Architectural concept, village office

PENDAHULUAN Latar Belakang

Desa Sangsit merupakan salah desa yang terletak di Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang terkenal dengan adat istiadat serta kebudayaan. Karena banyaknya kebudayaan baru dan modernisasi yang masuk menyebabkan terjadinya percampuran budaya seperti gaya hidup, Bahasa, makanan hingga gaya arsitektur sehingga Arsitektur Bali berangsur-angsur memudar seiring berjalannya waktu. karena banyak bangunan yang berubah bentuk mengikuti fungsi yang lebih modern. Hal ini juga dipekuat dengan kebiasaan di zaman sekarang yang lebih mengutamakan fungsi dibandingkan dengan wujud.Maka untuk mencegah hal seperti ini perlu dilakukan pelestarian terhadap

(3)

arsitektur tradisional Bali, salah satunya dengan cara melakukan penerapan bentuk arsitektur tradisional pada bangunan khususnya kantor desa ( dimana sebagai bangunan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa setempat ).Untuk penerapan Arsitektur Tradisional Bali pada bangunan kantor Desa Sangsit dilakukan dengan pencampuran penataan dalam tata ruang, bentuk dan ragam hias serta kebudayaan lokal setempat.

Penerapan ini juga didasari dengan penggunaan langgam arsitektur ( sejarah dan makna simbolis ). Hasil yang diperoleh nantinya yaitu contoh penerapan konsep Arsitektur Bali serta konsep pada bangunan kantor Desa Sangsit.

Tujuan Kegiatan

Kegiatan penelitian ini dilakukan yaitu bertujuan untuk membahas mengenai pengertian hingga konsep dari Arsitektur Bali serta penelitian ini juga membahsan bagaimana penerapan konsep dari Arsitektur Bali pada bangunan kantor Desa Sangsit, yang dirangkum pada sebuah bookchapter.

KAJIAN PUSTAKA

Arsitektur Tradisional Bali

Arsitektur Tradisional Bali merupakan salah satu arsitektur etnis yang merupakan sebuah kekayaan dari Arsitektur Nusantara dimana Arsitektur Tradisional Bali dilatarbelakangi dengan norma agama, adat istiadat yang terbentuk dari keadaan daerah setempat. Arsitektur Bali juga merupakan komunikasi antar manusia dan lingkungan. Arsitektru Tradisional merupakan wujud fisik kebudayaan dimana terkandung sebuah solusi pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dahulu. Maka dari itu arsitektur tradisional merupakan hal penting untuk zaman modern ini.

Konsep Arsitektur Tradisional Bali A. Panca Maha Bhuta

Panca Mahabhuta merupakan sebuah istilah yang bersala dari Bahasa Sansekerta, yakni Panca berarti lima, Maha berarti

(4)

utama dan Bhuta berarti elemen. Secara estimologi Panca Mahabhuta dapat diartikan menjadi “ Lima Elemen Utama”.

Lima elemen Panca Mahabhuta terdiri dari pertiwi ( elemen padat), apah (elemen cair), teja (elemen panas), bayu (elemen udara) dan akasa (elemen langit atau ruang). Masing-masing dari kelima elemen mempunyai porsi dan fungsinya masing- masing. Elemen pertiwi pada bangunan dapat ditujukan material padat dalam komponen struktur bangunan, elemen apah merupakan unsur penting dan wajib direncanakan seperti sumber air dan pengolahan air kotor, elemen teja diartikan sebagai suhu panas matahari dan aktivitas yang ada di dalam bangunan serta solusi untuk menanggulangi hal ini seperti adanya bukaan yang memungkinkan terjadinya pertukaran udara, elemen bayu dapat diartikan sebagai pengelolaan sirkulasi angin, elemen aksa dalam hal ini memiliki nilai sebagai ruang secara kasat mata yang menjadi jiwa bangunan yang bersangkutan.

B. Tri Hita Karana

Tri Hita Karana secara arafiah diartikan sebagai “Tiga Penyebab Kebaikan”. Adapun tiga unsur dari Tri Hita Karana ini yaitu Atma “jiwa”, Angga “fisik”, dan Khaya “tenaga”. Tri Hita Karana dapat tercapai apabila adanya sebuah keharmonisan tiga hubungan yaitu, hubungan antara manusia dengan tuhannya, manusia dengan alam semesta serta manusia dengan sesama.

C. Tri Loka

Tri Loka merupakan salah satu ajaran Agama Hindu yang merujuk pada pembagian lapisan – lapisan alam semesta. Tri Loka bersalah dari Bahasa Sansekerta yaiti “Tri” yang berarti tiga dan “Loka” berarti alam semesta, sehinggab Tri Loka berarti tiga lapisan alam semesta. Dlama kepercayaan tradisional Bali Tri Loka ini membagi alam semesta menjadi tiga bagian, yaitu Bhur ( tempat berdiamnya mahluk-mahluk bawah/ Bhuta kala), Bhwah (tempat manusia hidup) dan yang terahkir adalah Swah ( tempat para dewa)

D. Tri Angga

Tri Angga merupakan konsep tradisional yang menbagi semua hal di alam semesta menjadi tiga, yaitu Utama ( hal- hal di atas seperti gunung sebagai perumpamaan tempat para dewa berada), Madya ( tempar manusia berada), Nista (yaitu

(5)

hal-hal dibawah seperti lauttan yang dianggap tempat para Bhuta kala berada). Konsep darii Tri angga juga diterapkan pada tubuh manusia yaitu kepala, badan dan kaki.

Kepercayaan ini sering digunakan pada bangunan dimana suatu bangunan dapat terbagi menjadi tiga bagian yaitub atap, kolom dan didinding serta lantai.

Ornamen Tradisional Bali

Pada bangunan khususnya di Bali terdapat beberapa ornamen serta material yang sering digunakan, contohnya pada atap bangunan terdapat ornamen murdha dimana terletak di ujung dan dimanfaatkan pada titik pertemuan atap serta memiliki fungsi untuk mempertahankan struktur bahan yang ada di dalam bangunan, ikut celedu merupakan hiasan pada ujung bawah bubungan. Pada Arstitektur Tradisonal Bali juga terdapat beberapa ornamen seperti keketusan,kekarangan dan pepatran yang biasanya berbentuk flora dan fauna.

Gambar 1.Ornamen Keketusan Sumber : Jambika Archi

Gambar 2.Karang Goak Sumber : dreamstime.com

Gambar 3.Patra Punggel Sumber :

owenstord1954.blogspot.com

Gambar 5.Murdha Sumber : Neliti Gambar 4.Ikut Celedu

Sumber : Masonry.co.id

(6)

Kantor Desa

Kantor desa merupakan suatu instansi pemerintahan yang memiliki fungsi dimana sebagai bangunan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa setempat yang melakukan pengolahan data kependudukan, dimana kependudukan ini berhbungan dengan sebuah wilayah desa/kelurahan. Kegiatan utama yang terdapat pada kantor dea yaitu mengumpulkan, menyelidiki, mecatatat dan mengolah data penduduk seperti pengolahan data kelahiran, pengolahan data kematian, pengolahan data surat keterangan pindah dan keluar.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipilih dalam penyusunan bookchapter ini adalah kualitatif-deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pokok bahasan yang diteliti, sedangkan metode kualitatif bertujuan untuk mengembangkan teori berdasarkan data yang terkumpul di lapangan. Pendekatan ini memungkinkan tim penulis untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dala, mengenai topik tersebut. Pengumpulan data untuk bookchapter ini melibatkan observasi dan studi literatur. Observasi meliputi pengamatan kondisi bangunan Kantor Desa Sangsit saat ini, sedangkan studi literatur membantu meningkatkan pemahaman konsep Arsitektur Tradisional Bali serta penerapannya dengan mencari sumber artikel, jurnal, e-book dan sumber – sumber terkait.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Konsep Arsitektru Bali Pada Kantor Desa Sangsit

A. Konsep Panca Maha Bhuta Pada Bangunan Kantor Desa Sangsit

Penerapan konsep Panca Mahabhuta pada kantor Desa Sangsit dapat ditunjukkan sebagai berikut, dimana elemen pertiwi yaitu elemen padat dapat merujuk pada

(7)

substructure yaitu pondasi bangunan, superstructure yaitu berupa dinding dan kolom bangunan, serta upperstucture ditunjukkan dengan atap bangunan kantor Desa Sangsit.

1. Elemen apah merupakan elemen cair. Penerapan elemen apah pada bangunan tradisional Bali menjadi suatu hal yang penting dimana keberadaan dan pengelolaannya direncanakan dengan sungguh- sungguh agar penggunaan air dilakukan dengan baik. Pada bangunan kantor Desa Sangsit penerapan konsep ini diterapkan dengan cara dimana penggunaan air bersih digunakan secara bijak.

selain pengelolaan air yang baik, elemen air ini juga bisa menjadi elemen lansekap, yaitu ditunjukkan dengan adanya kolam ikan yang ada di dekat pelinggih,kolam ini dapat menambah nilai estetika pada area kantor Desa Sangsit.

2. Elemen teja dapat diterjemahkan menjadi eksistensi dari Cahaya matahari atau pencahayaan alami pada ruangan serta Upaya dalam pengendalian sinar dan panas tersebut apabila menggangu keberlangsungan aktivitas. Pada kantor Desa Sangsit terdapat pencahayaan alami yang dibantu dengan bukaan jendela.

3. Penerapan elemen bayu pada banguan kantor Desa Sangsit yaitu ditunjukkan dengan adanya ventilasi di setiap bukaan jendela dan pintu, akan tetapi ventilasi pada bangunan disini kurang memadai.

4. Elemen akasas pada bangunan tradisional Bali memiliki nilai sebagai ruang secara kasat mata yang menjadi tempat jiwa dari bangunan yang bersangkutan. Pada bangunan kantor Desa Sangsit belum ditemukannya penerapan konsep elemen ini.

B. Konsep Tri Hita Karana Pada Bangunan Kantor Desa Sangsit

Tri Hita Karana membahas tentang hubungan harmonis antara manusia dengan tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan sesame manusia.Penerapan konsep Tri hita Karana pada kantor Desa Sangsit ini yaitu

(8)

ditunjukkan dengan adanya pelinggih sebagai tempat sembahyang yang mengimplementasikan hubungan antara manusia dan tuhan, lalu terdapat ruang rapat yang mengimplementasikan hubungan antara manusia dengan sesame manusia lainnya, serta terdapat area outdoor yang mengimplementasikan manusia dengan alam.

C. Konsep Tri Loka Pada Bangunan Kantor Desa Sangsit Pada bangunan kantor Desa Sangsit, konsep Tri Loka diterapkan pada sistem zoning, dimana area Nista merupakan area depan serta wantilan yang terdapat pada kantor, lalu area madya merupakan area ruang perangkat desa, serta area utama merupakan area pelinggih yang ada di area kantor.

D. Konsep Tri Angga Pada Bangunan Kantor Desa Sangsit Tri Angga merupakan suatu kepercayaan Bali dimana bgunan tradisional Bali dapat dibagi menjadi tiga bagian layaknya tubuh manusia yaitu kepala, badan dan kaki.

Adapun penerapan konsep Tri Angga pada kantor Desa Sangsit dapat dijabarkan sebagai berikut : a). Atap yang digunakan pada bangunan kantor Desa Sangsit berbentuk limasan yang tetap menjaga bentuk dan siluet atap tradisional Bali dengan aksen yang bertingkat, dimana fungsi atap ini digunakan untuk membantu penghawaan dan pencahayaan di ruang aula depan. b).

Pelingkup ( symbol badan ) ujntuk pelingkup, pada bangunan kantor Desa Sangsit bersifat tertutup dan pada fasad menggunakan ukiran beberapa ornamen arsitektur Bali.c). Bataran ( symbol bawah),bagian bataran ini terletak di bagian bawah, dimana biasanya bataran ini memiliki beragam fungsi asalkan dapat memisahkan bangunan dengan tanah langsung .pada kantor Desa Sangsit bagian bawah ini berupa tangga menuju entrance kantor.

Penerapan Ornamen Tradisional Bali

(9)

Terdapat beberapa ornamen Tradisional Bali yang diterapkan pada bangunan Kantor Desa Sangsit, seperti penggunan murda dan ikut celedu pada bagian atap bangunan depan, terdapat penggunaan kekarangan pada tembok penyengker kantor Desa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, kesimpulan yang dapat dipaparkan yaitu Penerapan konsep Arsitektur Bali pada kantor Desa Sangsit mencakup konsep Panva Mahabhuta, Tri Hita Karana, Tri Loka dan Tri Angga. Konsep Panca Mahabhuta tercermin dalam penggunaan struktur dan desain bangunan.

Adapun konsep Tri Hita Karana menggambarkan hubungan harmonis dantara manusia dengan Tuhan, alam dan sesame manusia yang ditujunkkan dengan adala area pelinggih,ruang rapat dan area outdoor kantor Desa Sangsit. Konsep Tri Loka diimplementasikan melalui sistem Zoning. Adapun konsep Tri Angga menggambarkan struktur bangunan seperti halnya tubuh manusia. Selain itu, penggunaan ornament tradisional Bali juga menambah nilai estetika pada bangunan kantor. Dengan penerapan beberapa

konsep serta penggunaan ornament tersebut, kantor Desa Sangsit menciptakan bangunan yang memadukan keberlajutan lingkungan dan keharmonisan hubungan antara manusia, Tuhan , alam dan sesama manusia.

Gambar 6 .Ornamen

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 7.Karang Goak Sumber : Dokumentasi

Pribadi

Gambar 8.Ikut Celedu Sumber : Dokumentasi

Pribadi

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Yuswadi Saliya, dan Puri Syahrial,Athaya. (2021).

Implementation Of Traditional Balinese Architecture Concept In Maya Building Sanur, Bali (DCM). Volume 05, Nomor02,edisi April 2021;Hal 117-133.

Zulia Suriastusi, M.dkk. (2014). Kajian Penerapan Konsep Kearifan Lokal Pada Perancangan Arsitektur Balaikota Bandung.

Alan Darma Saputra, dan Karyadi Kusliansjah,Yohanes. (20200.

Penerapan Arsitektur Tradisional Bali pada Perancangan Teater Kesenian Kontemporer di Bandung. Volume 18 Issue 2 October 2022, pages : 227-238.

Wiryadhi Saidi, Agus. dkk. (2019). Penerapan tema Neo Vernakular Pada Wajah Bangunan Gedung Utama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali. Fakultas Teknik UNR,Garden Vol.11,No.2,Oktober 2019.

Wijaya,Sinar I Putu. (2018). Perkembangan Ornamen Bali Pada Bangunan Modern Minimalis Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Dari segi agama, bangunan sakaroras merupakan unsur penting bangunan perumahan arsitektur tradisional Bali yang paling dominan dipergunakan sebagai tempat

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1749 Secara umum bentuk serta tata ruang bangunan ini tidak berbeda dengan bangunan Bale Daja pada arsitektur tradisional Bali daratan

Penentuann letak dasar bangunan arsitektur tradisional masyarakat Hindu di Bali yang ditentukan dengan perhitungan eksak dan mengacu pada sistem padewasan (hari baik),

Dalam konteks penelitian ini dapat ditarik benang merah bahwa penegakan hukum terhadap kewajiban penerapan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali dalam

Dari segi agama, bangunan sakaroras merupakan unsur penting bangunan perumahan arsitektur tradisional Bali yang paling dominan dipergunakan sebagai tempat

Arsitektur Bali Aga di Desa Bungaya memiliki keunikan-keunikan yang berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya (Bali yang berbeda dengan arsitektur Bali pada umumnya (Bali

Penerapan yang digunakan pada tema Arsitektur Tropis adalah penggunaan atap miring yang dapat dilihat dari bentuk atap bangunan penerima, kantor, restauran, konservatori, dan

ii Institut Teknologi Nasional ABSTRAK Nama : Royan Azrul Siam Program Studi : Arsitektur Judul :.Penerapan Arsitektur Sunda Pada Bangunan Pemerintahan BAPPEDA Jawa Barat Di Kota