• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN BENTUK DAN TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL DI DESA ADAT PENGOTAN KECAMATAN BANGLI, BANGLI (Studi Dokumentasi dan Inventarisasi Arsitektur Bali Aga).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANGAN BENTUK DAN TATA RUANG RUMAH TINGGAL TRADISIONAL DI DESA ADAT PENGOTAN KECAMATAN BANGLI, BANGLI (Studi Dokumentasi dan Inventarisasi Arsitektur Bali Aga)."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

(4)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | iii

UDAYANA UNIVERSITY PRESS

2015

SEMINAR NASIONAL

DAN TEKNOLOGI

Kuta, 29 - 30 Oktober 2015

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT

(5)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

iv | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.

Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S. Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.

Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.

Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng

Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes. Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.

Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D. Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D

Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T. Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.

I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P. Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.

Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si l

(6)
(7)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

(8)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | vii

KATA PENGANTAR

S

eminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK), merupakan agenda tahunan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana, dan tahun 2015 merupakan penyelenggaraan SENASTEK yang ke II dalam upaya menyebarluaskan hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Seminar ini merupakan sarana komunikasi bagi para peneliti dan pengabdi dari perguruan tinggi, institusi pendidikan, lembaga penelitian maupun industri guna mempercepat pengembangan sains dan teknologi.

Berbeda dengan Senastek sebelumnya, Senastek II tahun ini selain mendesiminasikan hasil penelitian, juga mendesiminasikan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan sivitas akademika dalam mengamalkan dan membudayakan sains dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang mana hasil-hasilnya nyata dapat dirasakan oleh masyarakat dan menjadi tolok ukur sejauh mana hasil-hasil penelitian dapat diabdikan untuk memaslahatan masyarakat banyak.

Senastek II, tahun 2015 diselenggarakan dalam kaitan dengan ulang tahun ke 53 Universitas Udayana dan dalam rangka desiminasi hasil-hasil penelitian peneliti dari berbagai Perguruan Tinggi termasuk Unud, Lembaga Penelitian, dll. Tema Senastek II adalah “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan” dengan tujuan penyebarluasan informasi hasil penelitian dan pengabdian, Ajang pertemuan ilmiah para peneliti dan pengabdi yang bergerak di bidang sains dan teknologi, dan Sarana tukar informasi bagi para peneliti dan pengabdi dalam rangka pengembangan sains dan teknologi ke depan. Topik Makalah meliputi: Bidang Humaniora, Ketahanan PanganKesehatan dan Obat-obatan, Energi baru dan terbarukan Transportasi dan manufaktur, Informasi dan Komunikasi Pertahanan dan keamanan, ketertiban dan kebencanaan, Biodiversitas, lingkungan dan , sumberdaya alam

Kegiatan Seminar ini diharapkan dapat mendorong terjadinya pertukaran informasi, pengetahuan, dan pengalaman dalam penerapan sains dan teknologi untuk pemecahan permasalahan di masyarakat, serta kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan publikasi hasil penelitian dan pengabdian; dan kerjasama antar peneliti; antar Perguruan Tinggi dan Lembaga-lembaga penelitian di Indonesia.

(9)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

(10)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | ix

SAMBUTAN

KETUA PANITIA SENASTEK 2015

P

uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasannya Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) 2015 dapat terlaksana. SENASTEK yang merupakan agenda tahunan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana adalah sarana komunikasi bagi para peneliti dan pengabdi dari perguruan tinggi, institusi pendidikan, lembaga penelitian maupun industri guna mempercepat pengembangan sains dan teknologi.

SENASTEK tahun 2015 dengan tema “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan” dilaksanakan tanggal 29 - 30 Oktober 2015, di Patra Jasa Bali Resort & Villas, Kuta, Bali, diikuti lebih dari 670 orang peserta dari 26 instansi seluruh Indonesia. Seminar ini akan mendiskusikan topik-topik makalah: Humaniora; Ketahanan Pangan; Kesehatan dan Obat-obatan; Energi Baru dan Terbarukan; Transportasi dan Manufaktur; Informasi dan Komunikasi; Pertahanan dan Keamanan, Ketertiban dan Kebencanaan; dan Biodiversitas, Lingkungan, Sumber Daya Alam.

Kami sungguh bersyukur atas perkenan para narasumber, Prof. Drs. H. M. Nasir, M.Si, Akt, Ph.D. (Menteri Ristekdikti), Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa (Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kemenristekdikti), Prof. Djarot S. Wisnudubroto (Kepala BATAN), Dirjen Cipta Karya, Ir. I Made Dana Tangkas (Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia), dan Prof. Dr. Ir. Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc. (Guru Besar Universitas Udayana) akan menyampaikan materi pada seminar ini.

Kami berharap semua peserta akan berpartisipasi dalam diskusi bersama ketika semua naskah yang masuk dipresentasikan. Pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana atas ijin dan dukungan penuh terselenggaranya seminar ini, para narasumber, peserta dan semua pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar, dan mohon maaf atas kekurangannya.

Panitia Ketua

(11)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

(12)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xi

SAMBUTAN

KETUA LPPM

Om Suasti Astu,

K

epada seluruh peserta, atas nama Civitas Akademika Universitas Udayana, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) mengucapkan Selamat Datang di Bali dan Selamat datang di Universitas Udayana Denpasar Bali. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan atas kerjasama dan partisipasinya pada pelaksanaan Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK) yang ke 2 yang diselenggarakan pada Hari Kamis dan Jumat, 29 dan 30 Oktober 2015, di Hotel Patra Jasa Bali Resorts and Villas Kuta Bali.

Seperti pelaksanaan Seminar Bakti Desa (SBD) sebagai program pada bidang pengabdian kepada masyarakat LPPM Universitas Udayana, SENASTEK juga dilaksanakan sebagai agenda akademik pada bidang-bidang Penelitian dan Pengabdian yang diselenggarakan setiap tahun sejak tahun 2014. Seminar ini diselenggarakan untuk memberikan ruang dan kesempatan bagi seluruh dosen atau peneliti dari berbagai institusi di seluruh Indonesia untuk mempresentasikan, mendeseminasikan atau mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dan pengabdian yang telah dilakukan, sehingga pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat lebih implementatif dan terjadi peningkatan kualitas dan kuantitas dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.

Pada kesempatan ini, kami juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Udayana atas semua arahan dan dukungannya, kepada Panitia Pelaksana atas semua kerja keras yang dilakukan, kepada Pimpinan dan Staf LPPM atas dedikasi nyata yang diberikan dan kepada semua pihak yang telah membantu terselenggaranya SENASTEK II Tahun 2015 ini.

Selamat melakukan Seminar dan berdiskusi, sehingga pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat oleh Dosen atau Peneliti yang berpartisipasi pada kegiatan ini dapat ditingkatkan kualitasnya pada waktu-\waktu yang akan datang dan kebersamaan yang terjalin selama pelaksanaan seminar ini dapat meningkatkan komunikasi, kerjasama dan jejaring dikalangan peneliti dan pengabdi si seluruh Indonesia. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Waca, Tuhan Yang Maha Esa, Asung Wara Kertha NugrahaNya dan selalu memberikan limpahan RahmatNya sehingga kita selalu dalam keadaan sehat sehingga kita dapat menunaikan tugas-tugas yang dibebankan. Semoga kita dapat bertemu kembali pada pelaksanaan SENASTEK III tahun 2016. Demikian Sambutan ini kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangannya. Semoga kebaikan datang dari segala penjuru.

Om Santih, Santih, Santih Om.

Ketua LPPM Unud

(13)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

(14)

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xiii

KATA PENGANTAR ... vii

SAMBUTAN KETUA PANITIA ... ix

SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ... xi

HUMANIORA

NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM

Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ...3

KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU INTEGRASI KELOMPOK ETNIS

DI KABUPATEN POHUWATO

Wantu Sastro ...8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA

I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ...13

KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI

Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra ...21

INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ...29

MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG

Rivan Sutrisno,Mardha Tri Meilani ...38

KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,

Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,

Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum ...46

MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT

UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI

Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,

Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ... 54

(15)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxxv PENGEMBANGAN COE BERBASIS ANDROID DENGAN METODOLOGI QCC UNTUK

PENINGKATAN EFISIENSI ALUR INFORMASI

(STUDI KASUS PADA POLITEKNIK MANUFAKTUR ASTRA, JAKARTA)

Anggun Fadhlin Librianti, Radix Rascalia, Rizqi Reza Valhevi ...1612

IMAGE PROCESSING USING DELPHI LITE 7 FOR ALTITUDE MEASUREMENT IN ALTITUDE LOCK SYSTEM

Hamdi Fawazal Qodar, Hendi Wicaksono Yohanes Gunawan Yusuf ...1618

APLIKASI PENCARI DAN PEMANDU LOKASI TEMPAT SUCI PURA BERBASIS ANDROID

Piarsa I Nyoman, Adi Purnawan I Ketut ...1625

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM TUTORIAL ADAPTIVE PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRET

I Gede Santi Astawa, Luh Putu Ida Harini ...1631

E-ADONANBALI, SISTEM INFORMASI MOBILE PEMBELAJARAN ADONAN BEBANTENAN DAN MASAKAN TRADISIONAL BALI

A.A.K. Oka Sudana, Putu Agung Bayupati, Ni Kadek Ayu Wirdiani ...1636

ANALISIS SPEKTRA FTIR BAHAN SUPERKONDUKTOR FASE (GD,LA) BA2CU3O7-D

M. Sumadiyasa, I G. A. P. Adnyana, I G. A. Widagda, W. G. Suharta ...1644

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN PENDEKATAN METODEPERFORMANCE PRISM”

I Made Dwi Budiana Penindra, Dewa Made Priyantha Wedagama ...1651

PERBANDINGAN PENDEKATAN GLOBAL DAN LOKAL PADA DETEKSI DAN PENGENALAN CITRA WAJAH

Widyadi Setiawan, Nyoman Budiastra, Sri Andriati Asri ...1666

PELATIHAN IMPLEMENTASI E-COMMERCE UNTUK MENANGKAP PELUANG USAHA BAGI GENERASI MUDA DI KELURAHAN KUTA

I.K.A.Purnawan ...1673

PEMODELAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN CHINA KE BALI MENGUNAKAN ERROR CORRECTION MODEL (ECM)

Ni Luh Putu Suciptawati, Komang Dharmawan, I Nyoman Sudiarta ...1677

ANALISIS PENGARUHPHASE NOISE PADA UNJUK KERJA SISTEM VFFT-OFDM

NMAED Wirastuti, IMA Suyadnya ...1684

REMOTE CONTROL QUADCOPTER BASED ON ANDROID WITH HOVER FEATURE

(16)

xxxvi | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PRODUK PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG

BERBASISWEB MOBILE

Adi Purnawan ...1697

EFEKTIFITAS METODE KALKULATOR JARI (KEJAR) DALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN PERKALIAN SISWA SD

Ni Luh Putu Suciptawati, I Nyoman Widana, Ni Made Puspawati, Ni Made Asih ...1701

PEMANFAATANINSTANT MESSAGINGSEBAGAI

MEDIA ALTERNATIF AKSES INFORMASI KAMPUS (STUDI KASUS PADA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA)

I Made Arsa Suyadnya, Widyadi Setiawan ...1707

REKONSTRUKSI ARSITEKTUR BALI AGA - UMAH DI DESA BUNGAYA, KECAMATAN BEBANDEM KABUPATEN KARANGASEM - BALI

A. Ayu Oka Saraswati, Nyoman Surata ...1715

IDENTIFIKASI ARSITEKTUR RUMAH TINGGAL MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PAKRAMAN ASAK, KARANGASEM

I Nyoman Susanta ...1722

STUDIDENDRITE ARM SPACING (DAS) DAN AKUSTIK

PADA PENGECORAN PERUNGGU 20% SN SEBAGAI BAHAN GAMELAN

I Ketut Gede Sugita, Ketut Astawa ...1731

RANCANG BANGUN PENGOLAH AKSARA LATIN MENJADI AKSARA BALI DALAM WEBSITE BERITA

Putu Wira Buana ...1737

PERKEMBANGAN BENTUK DAN TATA RUANG

RUMAH TINGGAL TRADISIONAL DI DESA ADAT PENGOTAN KECAMATAN BANGLI, BANGLI (STUDI DOKUMENTASI DAN INVENTARISASI ARSITEKTUR BALI AGA)

A A Gde Djaja Bharuna S, I Made Widja I B Joni Mantara I Pt Adi Sumar Bawa ... 1744

PENGARUH PEMASANGAN RING PADA

PERMUKAAN SILINDER TERHADAPDRAGDENGAN VARIASI JARAK ANTAR RING

Si Putu Gede Gunawan Tista, I Made Astika, Ainul Ghurri ... 1752

APLIKASI DAN PELATIHAN SATU ALAT TIGA FUNGSI SEBAGAI BLENDER, PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH DAN MIXER DENGAN KAPASITAS 1 KG DI DESA

BUNGBUNGAN, BANJARANGKAN, KELUNGKUNG

Ketut Astawa, I Ketut Sudarsana, Hendra Wijaksana, I Putu Lokantara ...1758

STUDI SIFAT CAMPURANASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC) DENGAN

BAHAN UTAMA BONGKARAN ASPAL BETON LAMA DANAUTOCLAVED AERATED

CONCRETE (AAC) SEBAGAI FILLER

(17)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

(18)

1744 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

PERKEMBANGAN BENTUK DAN TATA RUANG

RUMAH TINGGAL TRADISIONAL DI DESA ADAT PENGOTAN

KECAMATAN BANGLI, BANGLI

(STUDI DOKUMENTASI DAN INVENTARISASI ARSITEKTUR BALI AGA)

A A Gde Djaja Bharuna S1), I Made Widja2) I B Joni Mantara3) I Pt Adi Sumar Bawa4)

1Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Badung 80361 ,5<@ 1H1H=19<1BC9D5;DEB6D?6O357=19<3?= 2,3,4Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Badung 80361

ABSTRAK

,E:E1>@5>5<9D91>9>925B=1;CE4E>DE;=5>7EB19C5BD1=5>771=21B;1>;?>49C9OC9;1BC9D5;DEB45C1 @5B=E;9=1>41>

hunian/bangunan rumah tinggal Desa Adat Pengotan, Bangli. Khususnya yang terkait dengan bentuk serta tatanan keruangan secara menyeluruh. Lebih mengkhusus berkenaan dengan lay out (tata letak) rumah tradisional dan

elemen-5<5=5>OC9;BE=18D9>771<1<1= @5>5<9D91> 9>9 49;1:9 1C@5;21>7E>1>OC9;C529C1>I14921D1C9@141@5>7E>7;1@1>

dalam aspek-aspek, antara lain: 1). Bentuk, 2).Tata ukuran, 3). Bahan , warna dan tekstur, 4). Struktur/konstruksi, 5). Ragam hias. Fungsi-fungsi yang ada dalam rumah tinggal di Desa Adat Pengotan, Bangli. Pengungkapannya sedapat mungkin diurai dari sudut pandang/ aspek hubungan sosial, kekerabatan, tatanan keluarga, tata nilai ritual, kepercayaan, kosmologi, dll. Serta berpijak pada latar belakang aspek kesejarahan/historis budaya bermukim masyarakat Bali Aga, khususnya di Desa Adat Pengotan, Bangli.Penelitian dilakukann dengan observasi langsung

;5<1@1>71>O5<4B5C51B3849<1;C1>1;1>45>71>D9@5@1BD9C9@1>I19DE@5>5<9D9=5BE@1;1>21791>41B9;51411>

alamiah tempat dilakukannya observasi. Sehingga peneliti mengumpulkan data dengan cara melihat, mengamati, serta mengambil dokumentasi langsung ke lapangan. Kemudian kegiatan pengukuran dilakukan untuk memperoleh data yang akurat mengenai dimensi/ukuran-ukuran rumah tinggal di Desa Adat Pengotan serta luas pekarangan,

C589>77129C1491=1D9;?>49C9OC9; F9CE1<25>DE;41>D1D1BE1>7BE=18D9>771<D1B49C9?>1<5C141D(5>7?D1>C11D

ini. Pengukuran juga dilakukan untuk melihat perubahan spasial dari fasilitas-fasilitas yang merupakan

atribut-1DB92ED C9=2?<9; @5=25>DE; OC9; D1D1 21>7E>1> 8E>91> ,5B1;89B 45>71> D5;>9; 9>F5>D1B9C1C9 41> 4?;E=5>D1C9

yaitu mencari data tambahan dari dokumen tertulis yang dapat mendukung penelitian, misalnya dari buku-buku literatur mengenai keberadaan DesaAdat Pengotan, Bangli masa lalu, sejarah budaya, sosial dan ekonomi yang berkaitan dengan pembentukan struktur spasial. Termasuk di dalamnya peraturan-peraturan baik formal maupun non formal. Setelah pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dari sumber data primer maupun sekunder sebagai bahan analisis, selanjutnya dilaksanakan kegiatan penguraian keseluruhan data-data hasil observasi lapangan

=5<1<E9 C9CD9=1D9;1 I1>7 D5BCDBE;DEB C531B1 C9CD5=1D9C 219; ;E1<9D1D96 I1>7 =5>4E;E>7 @5>:5<1C1> 41D1 OC9; D1D1

ruang dan bangun-bangunannya.Melakukan analisis data baik dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang dapat dipakai sebagai bahan untuk merumuskan masalah sebagai dasar penyusunan strategi pemecahan masalah. Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa pola Desa Adat Pengotan masih bertahan pada bentuk asli baik secara makro (desa) maupun secara mikro (rumah). Tidak ada perubahan yang berarti pada morfologinya kecuali

@5>71<981>@1C1B41>@5>1=2181>C5;?<18(141D9>7;1DBE=18D5<18D5B:149@5BE2181>I1>7C97>9O;1>D5B8141@

bangunan terutama penggunaan amterial. Bangunan yang masih bertahan menggunakan bambu sebagai materialnya sangatlah kecil, sekitar 10% saja. Penggantian ini selain berkat peningkatan ekonomi, juga karena bahan bambu

491>771@C5217192181>=EB1841>D941;1G5D5=9;91>:E7149D5=E;1>61;D1218G1@5B71>D91>OC9;D5BC52EDD941; =5BE2181;D9OD1CC?C91<2E41I141>B9DE1<=1CI1B1;1D>I1-@131B1E@131B1B9DE1<C?C91<41>2E41I125B<1>7CE>7 C5@5BD9C525<E=>I1&1=E>DE>DED1>5;?>?=9=5=2E1D@?<125B=E;9=@5>4E4E;45C19>925BE218C1>71DC97>9O;1>

Sebagian besar (sekitar 70%) penduduk tidak lagi menetap di desa. Mereka banyak yang hidup di pondok dan hanya kembali pada saat ada upacara ritual, sosial, budaya. Kondisi ini mengakibatkan banyak rumah yang tidak terurus dan mulai hancur, menjadikan sebagian unit rumah menjadi kumuh. Bila keadaan ini dibiarkan Desa Adat Pengotan

81>I11;1>=5>:149=EC9E=I1>781>I129C149D?>D?>OC9;>I1C1:1>1=E>;589<1>71>C@9B9D>I1;1B5>149D9>771<;1>

pendukung budayanya.

(19)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1745 ABSTRACT

The purpose of this research is intended to parse and describe the physical condition of the architecture of the village/ settlement and residential/residential in Pengotan Indigenous Village, Bangli. Particularly with regard to the shape

1>4C@1D91<1BB1>75=5>D1C1G8?<5%?B5C@539O3<IB571B49>7D85<1I?EDDB149D9?>1<8?EC5C1>45<5=5>DC?6@8IC931<

residence. In this study examined the physical aspects of the building, as far as possible be limited to disclosure of the aspects, among others: 1) Form, 2) Layout size, 3) Materials, colors and textures, 4) Structure/construction, 5) Decorative. The functions available in the residence at Pengotan Indigenous Village, Bangli. Disclosure wherever possible parsed from the standpoint/aspects of social relations, kinship, family structure, values rituals, beliefs, cosmology, etc. And based on the background of the historical aspect/historical of Bali Aga soceity living cultures,

@1BD93E<1B<I9>!>4975>?EC.9<<175(5>7?D1>1>7<9+DE4I9C3?>4E3D54G9D849B53D?2C5BF1D9?>O5<49=@<5=5>D542I

the type of participants that the researcher is part of the state of nature where he did observation. So the researchers

3?<<53D5441D12IC559>7?2C5BF9>71>4D1;5D854?3E=5>D1D9?>49B53D<ID?D85O5<4,85>D8513D9F9DI?6=51CEB5=5>DC

were performed to obtain accurate data about the dimensions/sizes of residential houses in the village of Indigenous Pengotan and spacious yard, so that observable physical condition/visual and spatial forms of residential tardisional Indigenous Village Pengotan currently. Measurements were also made to see the spatial changes of the facilities are attributes forming symbolic physical layout of residential buildings. Finally the inventory and documentation techniques, which is seeking additional data from written documents that can support research, for example from the literature books about the existence DesaAdat Pengotan, Bangli in the past, the history of cultural, social and economic relating to the formation of the spatial structure. Including rules of both formal and non-formal.

After collecting quantitative and qualitative data from primary and secondary data sources for analysis, conducted

CE2C5AE5>D453?=@?C9D9?>13D9F9DI?F5B1<<41D11CD85B5CE<DC?6O5<4?2C5BF1D9?>CD8B?E78CDBE3DEB54CICD5=1D931<<I

both qualitative support/explanation of the physical data layout and its buildings. Completing data analysis both quantitative and qualitative aspects that can be used as material for formulating problem as a basis for the preparation

?6D85C?<F9>7CDB1D57I?6D85=19>@B?2<5=C*5C51B38O>49>7C8?GCD81DD85@1DD5B>?6D85(5>7?D1>.9<<175CEBF9F5C 9>D85?B979>1<6?B=?62?D8=13B?F9<<1751>4=93B?8?=5,85B59C>?C97>9O31>D381>759>=?B@8?<?7IE><5CC D85=1B;5D381>751>4D851449D9?>?6C38??<DD85<5F5<?6D858?=581C255>1C97>9O31>D381>75D?D852E9<49>7

especially the use of material. Buildings that still survives using bamboo, as a material is very small, only about 10%. This replacement due to economic improvement, as well as bamboo material is considered as cheap and durable material. Likewise, it was found that the change would not affect the physical social and cultural activities, and community rituals. Rituals, social, and cultural took place as before. However, the economic demands of the villagers

=1;51<9F9>7@1DD5B>C81F5381>754F5BIC97>9O31>D<I%?CD12?ED?6D85@?@E<1D9?>>?<?>75B<9F549>D85

village. They are many who live in the cottage, and only returned when there is a ritual, social, cultural. These conditions resulted in many homes were neglected and began to disintegrate, so some houses became derelict. If the condition is left Pengotan Village People will just be a museum that can be watched only his physical, but lost its spirit due supporters abandoned their culture.

Keywords: architecture villages/settlements, layout traditional house, shape, and layout sizes, materials, colors and textures, structure/construction and decoration.

1. PENDAHULUAN

Keunikan morfologi Desa Adat Pengotan telah berubah seiring dengan lajunya pembangunan. Pembukaan jalan Denpasar-Kintamani telah merubah morfologi desa. Perubahan mata pencaharian penduduk dari petani menjadi pedagang, wiraswasta, dan tukang telah merubah pola hidup masyarakat yang membutuhkan sarana dan prasarana baru. Demikian juga dengan pembangunan fungsi-fungsi baru berupa sarana dan prasarana pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan telah membaur dengan fungsi-fungsi tradisional lainnya dan menciptakan morfologi baru yang mengancam identitas budaya bermukim di Desa Adat Pengotan.

(20)

1746 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Pengotan yang tidak mengenal kasta. Perbedaan-perbedaan tersebut menyebabkan morfologi serta tipologi hunian/rumah tinggal Desa Adat Pengotan menjadi unik, sehingga menarik untuk diteliti.

Permasalahan yang akan dimunculkan dalam penelitian ini adalah, fakta bahwa dalam perkembangan waktu ciri khas bentuk dan tata ruang rumah tinggal di Desa Adat Pengotan telah berubah seiring dengan lajunya pembangunan. Secara morfologis keadaan Desa Adat Pengotan tidak mengalami perubahan yang berarti. Namun dari hasil pengamatan awal, khususnya terhadap arsitektur rumah tinggalnya menunjukkan bahwa sebagian material bangunan telah berubah. Bangunan yang pada awalnya dibangun dari bahan bambu lebih dari 50% telah berubah dengan material buatan seperti batako atau dinding permanen lainnya. Demikian juga material penutup atap, hampir sebagian besar telah diganti dengan material seperti seng, genteng. Di sisi lain, situasi desa sehari-hari cenderung kosong karena ditinggalkan penghuninya(menetap di tegalan-pondok), sehingga secara fisik rumah-rumah menjadi kurang terpelihara.

Dari keseluruhan uraian diatas beberapa hal yang dapat dirumuskan sebagai latar belakang permasalahan dalam penelitian ini antara lain ;

• Penelitian tentang pola bermukim/desa dengan kehidupan sosial budayanya, mungkin sudah ada inventarisasi serta dokumentasinya, namun belum ada yang memfokus pada pola perkembangan bentukan arsitektur hunian / rumah tinggal dari beragam permukiman Bali Aga di Bali, khususnya di Desa Adat Pengotan. Belum ada inventarisasi serta dokumentasi menyeluruh berkenaan dengan perkembangan bentuk dan tata ruang rumah tinggal di Desa Adat Pengotan. Faktanya bahwa, telah terjadi banyak perubahan terhadap arsitektur rumah tradisional yang disebabkan oleh paradigma kecenderungan sebagai ‘yang terpandang baru’

• Dari sudut keilmuan, khususnya bidang ilmu arsitektur, ada kekhawatiran terhadap generasi mendatang yang tidak akan memiliki kesempatan untuk mengetahui arsitektur hunian /rumah tinggal tradisional permukiman Bali Aga, sekaligus akan menyusun sebuah database secara inklusif menjelaskan arsitektur rumah tinggal tradisional di permukiman Bali Aga.

Diperlukan suatu strategi untuk mengendalikan pembangunan sehingga identitas dan keunikan desa tersebut akan tetap terjaga tanpa menghilangkan peluang masyarakatnya untuk memperoleh kemajuan. Namun untuk menentukan strategi ini diperlukan dokumen lengkap yang menggambarkan kondisi fisik desa ini. Untuk itu pendokumentasian secara lengkap sangat dibutuhkan untuk menentukan strategi tersebut.

Secara umum di tingkat kelembagaan, penelitian ini dimaksudkan untuk tujuan implementatif dari Tri Dharma Perguruan Tinggi pada aspek pengayaan ilmu kearsitekturan di lingkungan Universitas Udayana, sekaligu berobsesi sebagai pusat pengkajian serta pengembangan yang dapat bermanfaat bagi berbagai aspek pembangunan Bali ke depan.. Kegiatan penelitian ini adalah salah satu titik awal pendukung kebijakan ini

2. METODE

2.1 Metode Penelitian

Kegiatan penelitian akan dilakukan dengan cara: Observasi langsung ke lapangan dilaksanakan dengan tipe partisipan. Pengukuran dimensi untuk memperoleh data yang akurat mengenai dimensi/ ukuran-ukuran rumah tinggal di Desa Adat Pengotan serta luas pekarangan , sehingga bisa diamati kondisi fisik/visual bentuk dan tata ruang rumah tinggal tardisional Desa Adat Pengotan saat ini. Kemudian juga dilaksanakan inventarisasi dan dokumentasi sebagai data tambahan dari dokumen tertulis yang dapat mendukung penelitian.

2.2 Teknik Kegiatan Penelitian

(21)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1747

2.3 Tahapan Kegiatan Penelitian

Dilaksanakan dalam tahapan; persiapan, pengumpulan data; kompilasi dan pemrosesan data; menyusun hasil dan pembahasan; terakhir mengurai kesimpulan, berupa perkembangan bentuk dan tata ruang rumah tinggal tradisional di Desa Adat Pengotan, sebagai sebuah studi dokumentasi dan inventarisasi Arsitektur Bali Aga

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 H a s i l;

+CAG;@D;3>;

&34FB3E7@3@9>; 7D363E+7@9AE3@

Gambar 1. Lokasi Desa Adat Pengotan

Desa Adat Pengotan terletak di Kabupaten Bangli 17 Km dari kota kecamatan dan 17 km dari pusat kota kabupaten Bangli, 57 km dari ibukota provinsi Bali. Luas total desa adat Pengotan adalah 818,74 Ha dimana digunakan untuk permukiman dan fasilitas desa adat seluas 89,91 Ha. Sisanya berupa tegalan dan tanah tidak produktif.

Penduduk Desa Adat Pengotan terdiri dari 917 KK atau sekitar 3531 jiwa. Jumlah tersebut merupakan perkembangan dari 180 KK pada saat berdirinya. Mata pencaharian penduduk pada umumnya adalah petani pada pertanian lahan kering (2825 jiwa). Sebagian merupakan pengrajin (353 jiwa) terutama kerajinan bambu yang merupakan sumber alam terbesar di desa ini dan sisanya (353 jiwa) adalah buruh, pegawai, dan wiraswasta.

(22)

1748 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

Gambar 2. Pola rumah pada tiap rurung

3.2 P e m b a h a s a n

Rumah di desa Pengotan terletak berjejer searah denganrurung dan membentuk kavling pekarangan/ persil yang terdiri dari 7-9 rumah, dimana antara rumah satu dan lainnya tidak terdapatpanyengker sebagai tembok pembatas. Setiap rumah di desa ini memiliki pola masa bangunan yang sama dan teratur dan berpola linier memanjang pada arah utara-selatan; mulai daripemesuan, menuju kebale adat, kemudian bale meten, dan terakhirsanggah di arah utara. Hal ini merupakan salah satu wujud keakraban warganya. Dengan topografi yang berada di daerah perbukitan menyebabkan permukiman berpola linier. Uraian diatas menunjukkan bahwa dari beberapa desa di Bali dengan pola permukiman linier (di daerah pegunungan), juga tercipta berbagai variasi pola rumah.

Bangunan hunian/rumah tinggal tradisional ‘umah’ di desa Pengotan untuk 1 KK pada dasarnya hanya memiliki/terdiri dari 2 (dua) buah bangunan (tidak termasuk merajan), yaitu ;

1. Bale Meten sekaligusPaon ; posisi di bagian utara lahan. Berderet 7-9 KK (Gambar 5.12. & Gambar 5.31.) Hal ini lebih menunjukkan kekrabatan serta keakraban diantara persil/kavling). Bentuk serta wujud menyerupaiBale Daja/Saka Ulu (tiang 8). Fungsi utama selaku tempat tidur, dengan 2 buah bale-bale diantara saka-saka pada pinggir. Diantara saka tengah/sela tiang tengah terdapat tungku dapur (paon).

(23)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1749 Secara umum bentuk serta tata ruang bangunan ini tidak berbeda dengan bangunan Bale Daja pada arsitektur tradisional Bali daratan (pengaruh Majapahit), namun tambahan fungsi dapur merupakan kekhususan bangunan hunian yang berlokasi di pegunungan, karena pertimbangan klimatologis (beriklim relativ dingin).

Merujuk Ching, 1979; ciri-ciri visual bentuk bale meten ini adalah sebagai berikut ;

• >B:CH>7:CIJ@96H6G76A:B:I:C>C>E:GH:<>9:C<6C9>B:CH>TH>@7:GJE6E6C?6C<A:76G96CI:76A Fakta di lapangan ditemukan ukuran-ukuran yang hampir sama dengan penggunaan tata atur ukuran tradisional di Bali daratan (pengaruh Majapahit), yaitusikut denganrai(dimensi saka, kurang lebih 9 cm) sebagai pokok. Proporsi secara horisontal 1 : 3. Dengan ketinggian serta ketebalan dinding (anyaman bambu), maka bangunan ini memiliki kriteria proporsi yang relatif sederhana serta seimbang. Secara skalatis bangunan ini relatif ’intim’/kecil serta berjajar sama 7-9 buah.

• Warna ; natural, karena semua material baik bagian bataran(kaki) memakai bahan dengan warna tanah/alam, bagaian badan dengan anyaman bambu dibiarkan terekspos, serta bahan atap dengan genteng bambu. Merupakan sebuah fenomena pencahayaan yang menyatu dengan alam (konsep manik ring cecupu)dan persepsi visual yang menjelaskan persepsikejujuransebagaimana konsep tradisional Bali lainnya. Karena warna yang tidak menyolok maka tidak membedakan bentuk tersebut dari lingkungannya.

• Tekstur ;. Banguan bale meten ini secara umum memiliki mutu tekstur sudah pasti tidak penuh dapat memantulkan atau menyerap cahaya datang. Namun permukaan anyaman pada dinding serta tata atur genteng dari bambu, setidaknya memberikan kesan nilai performasi wujud/bentuk bangunan yang cukup estetis/ornamentatif.

2. Bale Adat atau Bale Sakenem ; posisi di bagian selatan lahan. Bentuk serta wujud menyerupaiBale Sakenem(tiang 6) pada arsitektur tradisional lainnya di Bali Daratan. Fungsi utama adalah sebagai tempat manampung kegiatan adat/upacara keagaaman, dengan 1 buahbale-bale diantara saka pada bagian utama/ulu. Dalam situasi tidak ada upacara, tidak jarang bale-bale pada bangunan ini dipakai juga sebagai tempat tidur (anggota keluarga yang sudah tua) atau tempat penyimpanan barang-barang yang dipergunakan sehari-hari.

Gambar 4. Bale Adat/Bale Sakenem

(24)

1750 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

• >B:CH>7:CIJ@96H6G76A:696IH6@:C:B>C>?J<6E:GH:<>9:C<6C9>B:CH>TH>@7:GJE6E6C?6C< lebar dan tebal. Fakta di lapangan ditemukan ukuran-ukuran yang hampir sama dengan penggunaan tata atur ukuran tradisional di Bali daratan (pengaruh Majapahit), yaitusikut denganrai(dimensi saka, kurang lebih 9 cm) sebagai pokok.Proporsi secara horisontal 1 : 2. Dengan ketinggian yang ada maka bangunan ini memiliki kriteria proporsi yang sangat proporsional. Kemudian karena pokok sikut rai/dimensi saka relatif kecil, dan keseluruhannya dibuat sama, maka secara skalatis bangunan ini kecil dan intim.

• Warna ; seperti pada banguan bale meten, warna bangunan bale adat sakenem sama yaitu berkesan natural, karena semua material baik bagian bataran(kaki) memakai bahan dengan warna tanah/alam, bagaian badan saka.tiang kayu diekspose warna kayu (termasuk dengan dinding -jika ada- dengan anyaman bambu dibiarkan terekspos), serta bahan atap dengan genteng bambu. Merupakan sebuah persepsi visual yang jujur, menyatu dengan alam (konsepmanik ring cecupu)sebagaimana konsep tradisional Bali daratan lainnya

• Tekstur ; pada bangunan bale adat sakenem ini cukup kontras dan dinamis, meskipun bangunan tanpa dinding, namun justru keterbukaan yang terjadi memberikan kualitas yang dapat dilihat dari permukaansolid-voidoleh ukuran, bentuk, pengaturan dan proporsi bagian benda. Terbuka (ruang diluar/eksterior – natah) dan banguan semi tertutup - interior, menciptakan fenomena pencahayaan dengan tampilan kesan tekstur yang sangat dinamis. Namun memang tidak sepenuhnya dapat diraba, sehingga kesan tekstur dimaksud lebih beorientasi pada rasa estetika

Secara umum bentuk (form)bangunan hunian/rumah tinggal tradisional di desa Pengotan tidak banyak mengalami perubahan, namun dari sudut wujud (shape) kaitannya dengan performansi hampir sekitar 85 persen telah berubah karena perubahan pemakaian material semata. Seperti dinding sudah memakai batako, serta hampir sebagaian besar (99 persen) bahan atap genteng bambu diganti genteng tanah liat pabrikan atau material seng/asbes. Alasan pemeliharaan serta kecenderungan sebagai ‘terpandang baru’ meruapakan stigma yang berkembang saat ini di masyarakat Desa Pengotan. Tidak jarang bantuan pihak ketiga juga kurang mengindahkan nilai-nilai konservasi yang dipandang perlu dalam rangka pelestarian local genius arsitektur Bali Aga.

4. K E S I M P U L A N

Desa Adat Pengotan masih bertahan pada bentuk asli baik secara makro (desa) maupun secara mikro (rumah). Tidak ada perubahan yang berarti pada morfologinya kecuali pada keadaan rumah tinggal tradisionalnya telah terjadi perubahan yang signifikan terhadap bangunan terutama penggunaan material. Bangunan yang masih bertahan menggunakan bambu sebagai sangatlah kecil, sekitar 10% saja. Penggantian ini selain berkat peningkatan ekonomi, juga karena bahan bambu dianggap sebagai bahan murah dan tidak awet. Namun pergantian fisik tersebut tidak merubah aktifitas sosial budaya, dan ritual masyarakatnya. Upacara-upacara ritual, sosial, dan budaya berlangsung seperti sebelumnya. Namun tuntutan ekonomi membuat pola bermukim penduduk desa ini berubah sangat signifikan. Sebagian besar (sekitar 70%) penduduk tidak lagi menetap di desa. Mereka banyak yang hidup di pondok/lading dan hanya kembali pada saat ada upacara ritual, sosial, budaya. Kondisi ini mengakibatkan banyak rumah yang tidak terurus dan mulai hancur, menjadikan sebagian unit rumah menjadi kumuh. Bila keadaan ini dibiarkan Desa Adat Pengotan hanya akan menjadi musium yang hanya bisa ditonton fisiknya saja namun kehilangan spiritnya karena ditinggalkan pendukung budayanya.

4. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan laporan penelitian ini saya banyak menerima bantuan baik berupa data-data, saran, dukungan semangat dan pertimbangan-pertimbangan. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

(25)

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1751 • Bapak Prof. Dr. I Nyoman Gde Antara, M.Eng , Ketua LP2M – Unud , atas dorongan semangatnya. • Bapak-bapak para reviewer saat pemaparan Usulan Penelitian ini, atas tanggapan, masukan, saran serta

pertimbangan-pertimbangannya, sehingga atas rekomendasi beliaulah penelitian ini berlanjut.

• Bapak I Wayan Suardana dan Bapak Wayan Kopok selaku Kepala Desa dan Bendesa Adat Desa Pengotan, atas kesempatan serta data-data yang telah diberikan,

• Kepada para anggota peneliti, Ir, Made Widja, MT dan adik-adik mahasiswa angkatan 2012 I.B. Joni Mantara, Putu Adi Sumarbawa, atas partisipasinya, serta semua pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memenuhi harapan dan sasarannya untuk ditindaklanjuti pada penyusunan penelitian/studi berikutnya

5. DAFTAR PUSTAKA

Gelebet, I Nyoman 2002, dkk,Arsitektur Tradisional Daerah Bali, Depdikbud-Bali, Denpasar.. Jensen, Gordon D & Suryani, Luh Ketut. 1996.Orang Bali. Bandung: ITB.

Kaler, I Gusti Ketut. 1982.Butir-Butir Tercecer Tentang Adat Bali 2.Denpasar: Bali Agung

Siregar, Laksmi Gondokusumo. 2006. Makna Arsitektur: Suatu Refleksi Filosofis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Snyder J. C, 1989,Introduction to Architecture, Mc. Grawhill, NY. S. Nasution, 2004,Metode Research (Penelitian Ilmiah)

Pangarsa, Galih Widjil. 2006.Merah Putih Arsitektur Nusantara. Yogyakarta: Andi Offset.

Parimin, A.P. 1986.Fundamental Study on Spatial Formation of Island Village: Environmental Hierarcy of Sacred-profane Consept in Bali (disertasi). Japan: Osaka University.

(26)

Gambar

Gambar 1. Lokasi Desa Adat Pengotan
Gambar 2. Pola rumah pada tiap rurung
Gambar 4. Bale Adat/Bale Sakenem

Referensi

Dokumen terkait

▪ Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan

kesehatan pegawai yang real time melalui mekanisme sistem informasi • Jumlah dan jenis tenaga/SDM yang handal bidang IT masih terbatas • Metoda pelaporan yang

Persoalan awal mesti wujud kenapa tidak dipilih sahaja pemampat silinder bulat yang berbeza saiz untuk dikaji secara teori dan ujikaji kerana metodologinya sudah lengkap. Sebab

Variasi Curahan Jam Kerja Pekerja Wanita pada Industri Kerajinan Seni Ukir dan Lukis di Desa Singakerta dilihat dari Sosial Ekonomi Rumah Tangga dapat

Font sketchy dekoratif digunakan pada tulisan Kampung Semanggi sebagai merek dari produk semanggi instan, sedangkan, font serif digunakan untuk sub brand dengan

Apakah anda pernah melihat informasi tentang penampilan/ kesegaran/ rasa/ tekstur/ keamanan/ kandungan nutrisi/ manfaat bagi kesehatan/ harga dari sayur organik.. Jika

Gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan

Dalam bab ini akan dijelaskan penggambaran sistem kendali, yang meliputi fungsi alih (transfer function), korelasi antara fungsi alih dengan persamaan ruang