• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Intervensi Terapi Disleksia pada Siswa Kelas 4 SD Impres IKIP II Makassar

N/A
N/A
Sri Afrianti

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Intervensi Terapi Disleksia pada Siswa Kelas 4 SD Impres IKIP II Makassar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERIAN INTERVENSI DALAM BENTUK TERAPI DISLEKSIA KEPADA SISWA KELAS 4 DI SD IMPRES IKIP II MAKASSAR

Dosen Pengampu

Dr. Bastiana, M. Si, Nur Wulandani, S. Pd, M. Pd

Oleh kelompok 4

Rezqi Muhammad Yusuf Putra (220405501013) Nurfadillah (220405500001)

Grace Ellen Risa Kotta (22040550 Sri Afnianti (210405500015)

St. Hajar (220405500017) Kristiana (

6A/2022

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2025

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan berkahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan laporan akhir kelompok ini dengan baik dan tanpa kendala yang berarti. Pada kesempatan ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sekaligus memberi dukungan dalam penyusunan laporan akhir ini, terutama dosen pengampu ibu Dr Bastiana, M. Si, ibu Nur Wulandani, S.Pd M.Pd, kedua orang tua dan teman-teman seperjuangan.

Laporan akhir berjudul “pemberian interfensi dalam bentuk terapi disleksia kepada siswa kelas 4 di sd impres ikip II Makassar” ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah menejemen pembelajaran anak berkesulitan belajar. Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan akhir ini, baik secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini.

Kami juga menerima kritik serta saran dari pembaca agar dapat membuat laporan akhir dengan lebih baik di kesempatan berikutnya. Kami berharap makalah ini memberikan manfaat dan dampak besar sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pembaca, terutamapara mahasiswa.

Makasar, 10 Mei 2025

Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Anak berkesulitan belajar (abb) merupakan salah satu kondisi yang masuk kedalam klasifikasi jenis kebutuhan khusus. NJCLD (the National Joint Committe on Learning Disabilities) dalam Wafiqni, Rahmaniah, Supena, (2023) mengemukakan bahwa definisi kesulitan belajar secara umum merupakan kondisi tertentu pada sekelompok penyimpangan heterogen, yang ditunjukkan secara nyata dalam bentuk kesulitan penguasaan dan penggunaan dalam aktivitas mendengar, berpikir, membaca, menulis, berbicara, atau kemampuan matematik. Di kutip dari liputan 6.com, berdasarkan data yang di keluarkan badan pusat statistik (bps) melalui menko pmk ( 2022) menunjukan bahwa terdapat kurang lebih sekitar 2.197.833 jiwa anak berkebutuhan khusus yang berada pada rentang usia 5-19 tahun, dimana sebagian besar dari kondisi kebutuhan khusus tersebut ada dalam jenis anak berkesulitan belajar (abb). Kebanyakan anak berkesulitan belajar ini di temukan pada tingkat sekolah dasar, tepatnya antara jenjang kelas 3 sampai 6.

Sekolah dasar impres ikip II Makassar merupakan salah satu sekolah negeri di kota Makassar yang menerapkan layanan pendidikan inklusif. Tercatat, terdapat kurang lebih 5 orang siswa dengan kebutuhan khusus yang di terima, dan 4 di antaranya adalah kategori anak berkesulitan belajar (abb). Dari ke4 siswa tersebut, terdapat salah seorang siswa berinisial R yang oleh pihak sekolah, dalam hal ini guru kelas bersangkutan di katakan bahwa sangat memerlukan penanganan khusus terkait kondisi kesulitan belajar yang di alami. Adik R ini sudah duduk di bangku kelas 4 sd, namun kemampuannya, terutama dalam ranah membaca itu masih sangat rendah.

(5)

Berdasarkan hasil observasi awal yang di lakukan pada kamis, 17 April 2025, di temukan bahwa memang adik R ini mengalami kondisi kesulitan belajar. Bahkan kondisi ini penyebarannya berada pada 3 ranah sekaligus, yaitu disleksia/kesulitan membaca, disgrafia, kesulitan menulis, dan diskalkuliah/kesulitan matematika.

Namun, jikalau di analisis kembali, dari ke3 ranah tersebut, yang paling membutuhkan penanganan adalah pada masalah disleksia/kesulitan membaca.

Adapun untuk disgrafia/kesulitan menulis itu masih pada tingkat siknifikansi yang tidak terlalu tinggi, dan begitupun halnya pada diskalkuliah/kesulitan matematika.

Lebih lanjut, masalah ini jika tidak di berikan penanganan yang tepat maka akan berimpek pada kehidupan anak di masa yang akan datang. Karena tidak mampuh menguasai hal dasar seperti membaca, anak akan menjadi semakin rendah di lingkup sosialnya, dan pada akhhirnya membuat anak semakin merasa tidak bisa bersaing dengan teman-teman sekitarnya. Oleh karenanya itu, di butuhkan suatu program interfensi, yang dalam hal ini dapat berbentuk terapi guna mengoktimalisasi dari rendahnya kemampuan yang dimiliki. Pada laporan ini, akan di jabarkan hasil yang di peroleh dari pelaksanaan interfensi dalam bentuk terapi disleksia kepada salah satu siswa kelas 4 di sekolah dasar impres ikip II Makassar.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam laporan ini di rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa saja bentuk dan karakteristik disleksia yang dialami oleh siswa kelas 4 berinisial R di SD Inpres IKIP II Makassar?

2. Bagaimana proses pelaksanaan terapi disleksia yang diberikan kepada siswa tersebut?

3. Sejauh mana efektivitas terapi disleksia dalam membantu meningkatkan kemampuan membacanya?

(6)

C.Tujuan Laporan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam laporan ini di rumuskan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan bentuk dan karakteristik disleksia yang dialami oleh siswa kelas 4 berinisial R.

2. mendeskribsikan pelaksanaan terapi disleksia yang diterapkan di sekolah kepada siswa tersebut.

3. Menganalisis hasil terapi disleksia terhadap kemampuan membaca siswa.

D.Metode laporan

Adapun metode yang di libatkan dalam penyusunan laporan iniadalah sebagai berikut:

1.Observasi.

2.Wawancara.

3.Dokumentasi.

(7)

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil siswa

1. Nama/inisial : R.

2. Jenis kelamin : perempuan.

3. Usia : 10 tahun.

4. Kelas dan jenjang : 4 sd.

5. Wali kelas : Bapak Rahmat Akbar S. Pd.

A.Gambaran pelaksanaan

Kegiatan observasi ini di laksanakan di sekolah dasar impres ikip II Makassar. Di pilihnya sekolah dasar impres ikip II Makassar ini sebagai lokasi pelaksanaan karena sebagai salah satu sekolah negeri di kota Makassar, sekolah dasar impres ikip II Makassar ini sudah menerapkan pola pendidikan inklusif di dalam lingkungan mereka, yang dimana ini terbukti dari adanya siswa dengan kebutuhan khusus yang di terima. Dan di tambah lagi, berdasarkan dari wawancara yang di lakukan kepada kepala sekolah yang di temui di tempat, beliau secara ekslusif mengatakan bahwa sekolah dasar impres ikip II Makassar ini sudah cukup lama menerima siswa dengan kondisi kebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah tersebut memiliki pengalaman serta kesiapan dalam menyelenggarakan layanan pendidikan inklusif, sehingga menjadi tempat yang tepat untuk melakukan observasi dan intervensi terhadap siswa dengan kesulitan belajar.

Kegiatan observasi di sekolah dasar impres ikip II Makassar ini di laksanakan selama kurang lebih 1 bulan atau 4 minggu. Estimasi ini di hitung mulai dari minggu pertama tanggal 17 April 2025 sampai minggu terakhir tanggal 10 May 2025. Seluruh tahap tersebut telah mendapatkan izin penuh dari pihak sekolah

(8)

selaku mitra kerjasama. Dan kegiatan ini juga telah di awasi pelaksanaannya oleh dosen pengampu dari mata kuliah yang menugaskan kegiatan ini.

Yang menjadi responden dalam kegiatan ini bernama adik R. Adik R ini merupakan siswa yang oleh pihak sekolah, dalam hal ini oleh wali kelas bersangkutan di indikasi kuat mengalami kondisi kesulitan belajar. Dalam wawancara yang di lakukan kepada guru kelas di tempat, beliau mengatakan bahwa secara kemampuan membaca anak ini memang sangatmemiliki kemampuan yang minim. Lebih lanjut,beliau kembali mengatakan bahwa hurufalfabetdasar saja masih belum bisa benar-benar dikuasai secara penuh, sehingga sebagai wali kelas kesulitan untuk melanjutkan ketingkat materi selanjutnya. Oleh karenanya itu sebagai pelaksana, kami terasa perlu untuk memberikan interfensi yang setidaknya dapat mengurangi masalah yang di alami oleh adik R ini.

Namun sebelum melaksanakan interfensi lebih lanjut, terlebih dahulu kami melaksanakan pengambilan data awal, gunanya agar mendapatkan gambaran awal terkait kondisi yang di alami, sehingga interfensi yang di terapkan dapat tepat sasaran. Ini di mulai dengan melakukan identifikasi dan asesmen kepada adik R, yang di mana hal tersebut mencakup, kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan matematika sederhana. Setelah gambaran awal ini di dapatkan, kemudian di lanjutkan ketahap penyusunan program interfensi dalam bentuk terapi, dan di sajikan dalam struktur program pembelajaran indifidual (ppi). Untuk lebih lanjutnya, hal ini akan di deskribsikan pada bagian hasil pelaksanaan.

A.Hasil pelaksanaan

Berdasarkan dari identifikasi dan asesmen yang telah di lakukan pada adik R, maka dapat di jabarkan hasil sebagai berikut:

1.Temuan dan asesmen

Kami memberikan asesmen awal kepada adik R berupa soal atau penugasan terkait dengan 3 ranah kemampuan yang telah di sebutkan sebelumnya. Dari ke3 ranah tersebut, kemampuan membaca dasarlah yang mempunyai siknifikansi negatif tinggi. Ketika perintah membaca teks soal singkat ini di berikan kepada adik

(9)

R, iya sama sekali tidak bisa mengerti. Saat di tanyakan soal bacaan teks tersebut, iya hanya diam, menggelengkan kepala, atau menjawab tidak tahu.

Untuk kemampuan menulis, kami sudah memberikan tes, dan menunjukan bahwa untuk tulisan yang di buat oleh adik R tidak ada masalah yang berarti. Tulisan masih ada pada area dalam garis. Hanya saja, masih ada sedikit inkonsistensi pola yang di timbulkan pada tulisan yang di buat. Hal ini terlihat dari bentuk huruf yang kadang tidak konsisten, serta adanya kecenderungan tertukarnya huruf-huruf tertentu seperti ‘b’ dan ‘d’.

Untuk kemampuan matematika sederhana, seperti soal penjumlahan sederhana, secara umum adik R ini tidak mempunyai masalah. Hanya saja untuk materi yang sedikit lebih tinggi, seperti pecahan sederhana, dan lain sebagainya, itu membutuhkan waktu. Tapi untuk keseluruhan tidak ada yang terlalu mempunyai siknifikansi negatif tinggi. Di tambah lagi adik R ini kalau melakukan kegiatan jajan di sekolah itu masih bisa sendiri dan tanpa butuh bantuan.

Lebih lanjut, jika di analisa dari ke3 ranah tersebut, yang memiliki indikasi siknifikansi negatif tinggi ada pada kemampuan membaca. Kemudian hal ini kembali di tindak lanjuti dengan memberikan asesmen lanjutan berupa gambar huruf alfabet mulai dari a sampai z. Pada tahap ini, kami mengujikan kepada adik R satu persatu dari huruf-huruf tersebut. Hasil menunjukan bahwa adanya 2 hal yang terjadi, yakni, kesulitan mengenal dan mengingat huruf, serta kesulitan membedakan huruf yang sekilas mirip.

Kesulitan mengenal dan mengingat huruf ini terjadi saat adik R diminta menyebutkan nama huruf yang ditunjukkan secara acak, beberapa huruf tidak bisa dikenali sama sekali, sementara sebagian lainnya ditebak secara keliru. Bahkan pada huruf-huruf yang telah disebutkan sebelumnya, adik R kembali lupa ketika huruf itu ditampilkan ulang, yang mengindikasikan lemahnya daya ingat visual terhadap bentuk huruf. Di samping itu, kesulitan membedakan huruf yang mirip juga terlihat jelas, seperti ketika huruf ‘b’, ‘d’, ‘m’, dan ‘n’ ditukar-tukar oleh adik R dalam pengucapan maupun penulisan. Pola kesalahan ini konsisten muncul, dan

(10)

menjadi salah satu indikator khas dari disleksia, terutama pada aspek letter reversal dan visual discrimination.

Fenomena seperti ini sejalan dengan penjelasan Shaywitz et al. (2020) yang menyatakan bahwa letter reversal merupakan kecenderungan umum pada anak dengan disleksia, di mana kesulitan membedakan arah dan orientasi huruf menyebabkan kesalahan dalam membaca maupun menulis. Selain itu, Habib (2000) juga menekankan bahwa gangguan pada kemampuan visual discrimination dapat membuat anak tidak mampu mengenali perbedaan visual halus antara huruf-huruf yang bentuknya mirip. Hal ini menyebabkan anak sering kali mengacaukan huruf- huruf seperti ‘b’ dan ‘d’ atau ‘m’ dan ‘n’ secara berulang. Oleh karena itu, pola kesalahan adik R sangat relevan dengan karakteristik disleksia yang berakar pada gangguan persepsi visual dan spasial tersebut.

1.Pelaksanaan interfensi

Hasil di atas kemudian kami tindak lanjuti dengan menyusun program interfensi dalam bentuk terapi, yang struktur penyajiannya di bentuk dalam program pembelajaran indifidual (ppi). Spesifik kami kemas program terapi ini kedalam suatu konsep permainan yang kami beri nama serasikan aku. Serasikan aku ini adalah sebuah konsep permainan yang membawa anak untuk dapat mengenal dan mengingat huruf dengan mengaitkannya terhadap benda sehari-hari. Tujuan dari permainan ini adalah untuk melatih memori anak sehingga ketika melihat benda sehari-hari yang diasosiasikan, anak dapat langsung mengingat huruf yang bersangkutan.

Cara permainannya cukupp sederhana. Pertama anak terlebih dahulu di berikan penjelasan terkait cara bermain dan setiap kartu huruf beserta pasangan gambarnya.

Kemudian anak di minta untuk memasangkan huruf yang di tunjuk beserta gambar yang sesuai. Hal tersebut di lakukan sebanyak 2 sampai 3 kali putaran permainan.

Pendekatan terapi yang disusun ini memiliki keselarasan dengan prinsip Orton- Gillingham, yang menekankan pembelajaran multisensori, terstruktur, dan eksplisit untuk anak dengan disleksia. Menurut Ritchey dan Goeke (2006), pendekatan

(11)

Orton-Gillingham membantu anak memproses simbol huruf melalui keterlibatan visual, auditori, dan kinestetik secara simultan. Dalam konteks permainan

“Serasikan Aku”, proses mengaitkan huruf dengan benda sehari-hari mendukung aspek visual dan semantik yang memperkuat daya ingat simbol. Pola seperti ini tidak hanya memperkuat asosiasi huruf-gambar, tetapi juga membantu membangun jalur kognitif yang lebih kokoh bagi anak dengan kesulitan belajar membaca.

1.Hasil interfensi

Program interfensi dalam bentuk terapi melalui permainan serasikan aku ini kami terapkan sebanyak 2x pertemuan. Seharusnya kami sampai 3x pertemuan, namun pada jadwal penerapan pertama yakni pada sabtu tanggal 3 May 2025 itu siswa bersangkutan tidak hadir, jadi oleh pihak sekolah mengalihkan kami kehari seninnya tanggal 5 May 2025. Dan alhamdulillah di penerapan ke2 tersebut dan penerapan ke3 tanggal 10 May 2025 semuanya lancar.

Pada penerapan pertama tanggal 5 May 2025, adik R masih menunjukan indikasi siknifikansi fositif yang rendah. Masih adanya huruf yang terlupa dan gambar yang sulit untuk dingingat pasangan hurufnya. Tapi juga di temukan huruf yang sudah di kenali dan diingat dengan cukup baik sejak awal, huruf tersebut adalah huruf a dan c. Hal ini di satusisi dapat kami fahami terjadi karena masih penerapan awal, dan kabar baiknya di sini adalah masih ada huruf yang dapat di kenal dan di ingat cukup baik, sehingga masih adanya kemungkinan meningkatnya siknifikansi fositif yang ada.

Pada penerapan ke2 tanggal 10 May 2025, adik R di awal-awal memang masih ada pada tingkat siknifikansi fositif yang cukup rendah, sama dengan sebelumnya.

Namun setelah di berikan kesempatan untuk berfikir dan waktu ekstra untuk memilih dan menyerasikan huruf dengan gambar yang sesuai, adik R ini mulai menunjukan peningkatan. Hal ini di mulai dari percobaan ke4 dan seterusnya, adik R sudah mulai memahami pola dan cara permainannya. Semua huruf dan gambar pasangannya sudah cukup lumayan dapat di cocokkan.Walaupun memang secara memori visual masih ada huruf yang masih harus di recall terlebih dahulu, tapi

(12)

proses pencocokan yang dilakukan adik R sudah jauh lebih cepat dibandingkan pada sesi sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat serta pemberian waktu yang cukup, adik R mampu membangun koneksi visual dan kognitif antara bentuk huruf dan gambar yang mewakilinya. Respons yang lebih tepat dan cepat ini mengindikasikan adanya perkembangan positif dalam kemampuan mengenal huruf serta daya ingat visual, meskipun belum sepenuhnya stabil.

(13)

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Kegiatan observasi di Sekolah Dasar Impres IKIP II Makassar berhasil mengidentifikasi bahwa adik R mengalami kesulitan belajar, terutama dalam mengenal dan mengingat huruf, yang mengindikasikan adanya kemungkinan gangguan disleksia. Melalui intervensi berupa terapi permainan "Serasikan Aku", yang menggunakan pendekatan multisensori, terdapat perkembangan positif dalam kemampuan adik R mengenali huruf dan mempercepat proses pencocokan huruf dengan gambar. Meskipun perkembangan tersebut belum sepenuhnya stabil, terapi ini menunjukkan potensi yang baik dalam membantu siswa dengan kesulitan belajar.

B.Saran

Diperlukan peningkatan frekuensi dan durasi intervensi agar siswa seperti adik R dapat memperoleh waktu yang cukup untuk mengenal dan mengingat huruf dengan lebih baik. Selain itu, sangat disarankan agar guru terus memanfaatkan metode pembelajaran yang bersifat multisensori untuk meningkatkan kemampuan visual dan kognitif siswa. Pihak sekolah juga dapat mempertimbangkan untuk menyediakan lebih banyak alat bantu pembelajaran yang dapat mendukung siswa dengan kesulitan belajar. Terakhir, evaluasi berkala terhadap perkembangan siswa penting dilakukan untuk menilai efektivitas intervensi dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Syarifah, F. (2023) Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus Terus Bertambah tapi Hanya 12 Persen yang Sekolah Formal.

(https://www.liputan6.com/disabilitas/read/5233102/jumlah-anak-berkebutuhan- khusus-terus-bertambah-tapi-hanya-12-persen-yang-sekolah-formal?) Di akses pada 11 May 2025.

Habib, M. (2000). The neurological basis of developmental dyslexia: An overview and working hypothesis. Brain & Development, Vol 22 No 4, 223–226.

https://doi.org/10.1093/brain/123.12.2373

Ritchey, K. Goeke, J. (2006). Orton‐Gillingham and Orton‐Gillingham–based reading instruction: A review of the literature. The Journal of Special Education, Vol 40 No 3, 171–183. https://doi.org/10.1177/00224669060400030501

Shaywitz, S. Shaywitz, B. Fletcher, J. (2020). Dyslexia (specific reading disability).

The New England Journal of Medicine, Vol 383 No 1, 1–9.

https://doi.org/10.1542/pir.24-5-147

Wafiqni, N. Rahmaniah, N. Supena, A. (2023). Strategi Pembelajaran Untuk Anak Berkesulitan Belajar Di Sekolah Inklusif. Primary: Jurnal Keilmuan Dan

Kependidikan Dasar, Vol 15 No 1, 95-112.

https://doi.org/10.32678/primary.v15i1.7800

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Kondisi ruang kelas pada SD Inpres Tamalanrea IV Makassar memperlihatkan adanya temperatur yang tinggi

Menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri Tamalanrea Kota Makassar” merupakan karya asli. Seluruh ide

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah “Terdapat pengaruh penggunaan media kartu kata aksara lontara Makassar terhadap keterampilan membaca Siswa Kelas III

Dari data tersebut disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Inpres Parang Makassar dikategorikan baik dalam menggambar bentuk (benda kubistis dan silindris) meskipun ada

Masalah rendahnya hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa kelas V SD Inpres Bontomanai Kota Makassar akan diatasi dengan menerapkan media komik dalam pembelajaran.Dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD KATOLIK SANTO ALOYSIUS MAKASSAR KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKASSAR

Penulis menempuh pendidikan formal dan terdaftar sebagai siswa SD Inpres Bangkala II Kota Makassar tahun 2001 dan tamat pada tahun 2006, kemudian di tahun yang sama penulis melanjutkan