• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus: Gangguan Perkembangan Bahasa (Speech Delay) pada Anak

N/A
N/A
Ichsandy putra

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Kasus: Gangguan Perkembangan Bahasa (Speech Delay) pada Anak"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Gangguan Perkembangan Bahasa dalam Bicara (Speech Delay) Pada Anak

Laporan Kasus

Pembimbing dr. Eka Yunita Amna, Sp. A

Oleh : Arief Yanda 2207501010019

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

(2)

Identitas Pasien

: Ahmad Zaym Xan : Laki laki

: 1-39- 27-62 : 29-05-2022

: 2 tahun 4 bulan 19 hari : Banda Aceh

: 17-02-2025 Nama

Jenis Kelamin N O . RM

Tanggal Lahir Umur

Alamat Tanggal

Masuk

(3)

ANAMNESIS

Keluhan Utama Keterlambatan bicara

Keluhan Tambahan Tidak ada

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa orang tuanya ke Poli TKPS RSUDZA dengan keluhan belum bisa berbicara lancar seperti anak seusianya. Pasien hanya dapat mengeluarkan kata- kata yang tidak ada arti, dan sulit dimengerti. Menurut ibunya, anak sering mengoceh yang tidak ada arti. Anak Tidak dapat menyebut “mama” dan “papa” secara jelas, Menurut orang tua anaknya juga mendengar. Anak hanya menyebut ujung dari kata dan tidak jelas. Anak juga sulit mengungkapkan keinginannya karena belum bisa berbicara

Dari segi motorik, pasien sudah bisa berjalan dengan baik dan sudah bisa memungut mainannya dengan ibu jari, sudah bisa minum dari cangkir, mampu menyusun kubus sesuai perintah tetapi anak tidak bisa mengutarakan keinginan baik dengan petunjuk maupun dengan lisan. Anak terlihat sangat fokus dengan kegiatannya seperti saat bermain. Anak mampu mengikuti perintah dengan baik. Riwayat screen time sering sejak usia anak 1 tahun. Anak sering menonton televisi dalam waktu lama.

Saat ini anak juga diberikan handphone selama 30 menit dalam 1 kali waktu jika ibu

sedang melakukan pekerjaan rumah tangga.

(4)

ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami penyakit berat sebelumnya.

Riwayat Peng O batan

Pasien tidak mengkonsumsi obat- obatan.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Pasien merupakan anak pertama dari satu

bersaudara, lahir secara pervaginam cukup

bulan dan segera menangis. Berat badan

lahir 2.475 gram, Panjang badan lahir dan

lingkar kepala tidak diingat oleh ibu pasien.

(5)

ANAMNESIS

Riwayat Imunisasi

Pasien mendapatkan imunisasi dasar lengkap

Riwayat Nutrisi 0 – 6 bulan : ASI

6 bulan – 12 bulan : ASI + susu formula + MPASI

12 bulan – Sekarang : Makanan

Keluarga

(6)

ANAMNESIS

Riwayat Tumbuh Kembang

Anak memiliki perawakan yang sama dengan anak seusianya. Dari aspek perkembangan, pasien dirasakan tidak sesuai oleh orang tua saat usia 1 tahun dimana anak masih belum bisa bicara sampai saat ini dan belum bisa menyatakan keinginan baik itu dengan petunjuk dan lisan. Anak mampu berjalan saat usia 1 tahun dan duduk usia 7 bulan

Kesan: Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.

(7)

Pemeriksaan Fisik

Nadi : 89 x / menit

Pernafasan : 26 x / menit Suhu Tubuh : 36,6 ° C

Saturasi Oksigen : 99 % (tanpa suplementasi oksigen)

Tanda Vital Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis, GCS = E4M6V5

Status Gizi

: Baik

(8)

Pemeriksaan Fisik

Bagian Pemeriksaan Hasil

Kepala Bentuk Normosefali

Lingkar Kepala 45.5 cm

Rambut Hitam, lurus, sukar dicabut

Mata Pupil Bulat, isokor, Ø 2 mm / Ø 2 mm

Refleks Cahaya Langsung dan tidak langsung ada Konjungtiva Palpebra Inferior Tidak pucat

Sklera Tidak ikterik

Tes Daya Lihat (TDL) Pemeriksaan pupil tidak terdapat putih

Telinga Bentuk Normotia, bentuk telinga normal

Sekret Tidak tampak

Tes Daya Dengar (TDD) Respon terhadap bunyi kerincing

Hidung Napas Cuping Hidung Tidak ada

Sekret Tidak ada

Mulut Mukosa Mulut Kering

Sianosis Tidak ada

Leher Pembesaran KGB Tidak ada

Thoraks Paru

Inspeksi Simetris, retraksi tidak ada

Palpasi Tidak dilakukan

Perkusi Tidak dilakukan

Auskultasi Rhonki tidak ada di kedua lapangan paru Jantung

Inspeksi Ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat

Auskultasi Bunyi jantung I > II, bising jantung tidak ada

(9)

Data Antropometri

• Usia : 2 tahun 4 bulan 19 hari

• Berat badan : 12 kg

• Tinggi badan : 90 cm

• Lingkar kepala : 47.5 cm

• Lila : 14 cm

• BBI : 13 kg

• BB/U : -2 SD s/d +2 SD

• TB/U : -2 SD s/d +2 SD

• BB/TB : -2 SD s/d +2 SD

• LK/U : -2 SD s/d +2 SD

Kesan : Gizi baik, perawakan normal, normocefali

(10)

Pemeriksaan Perkembangan

KIA (2-3 tahun) : Ya: 6

Tidak: 3

(11)

Pemeriksaan Perkembangan

KPSP 24 Bulan

Ya : 6

Tidak : 4

Kesimpulan: Perkembangan anak kemungkinan ada Penyimpangan/

Kelainan

(12)

Diagnosa

1. Gangguan komunikasi

2. Imunisasi tidak lengkap

(13)

Terapi

Suportif

- Melakukan aktivitas fisik

- Kebutuhan cairan : 1075 cc/ hari - Kebutuhan kalori : 1200 kkal/hari - Kebutuhan protein : 24 gram/ hari - Jalur Pemberian: Via Oral

Diet MB 3x1 porsi

Snack 2x1 porsi

(14)

Terapi

Non - Farmakologi

Catch Up imunisasi berupa

- OPV 4 dosis dengan selang 4 minggu tiap dosis, IPV saat datang (beda hari pemberian dengan OPV

- Pentabio 4 dosis dengan jarak dosis 1-2 adalah 4 minggu, dosis 2-3 adalah 6 bulan dan dosis 3-4 adalah 12 bulan

- PCV 2 dosis dengan jarak pemberian 8 minggu

- MR 2 dosis dengan jarak dosis 6 bulan

(15)

Planning

- Konsul Rehabilitasi Medik untuk terapi bicara - Catch Up Imunisasi

- Memberikan stimulasi terkait gangguan bicara yang sesuai dengan stimulasi bahasa usia 18 bulan

- Edukasi:

 Motivasi keluarga mengenai kondisi pasien dan edukasi diet dengan batasi pemberian diet bebas gluten dan kasein (hindari makan yang tinggi kadar tepung terigu dan produk olahan susu seperti roti, biskuit, keju, es krim dan lainnya.

 Kontrol rutin tiap 3 bulan untuk evaluasi perkembangan dan lakukan stimulasi di rumah sesuainya

 

(16)

Gangguan

perkembangan bahasa dalam

berbicara

pada anak

(17)

 Gangguan Perkembangan Bahasa dalam Berbicara → Kondisi di mana perkembangan bicara anak lebih lambat dibandingkan teman seusianya, mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan prestasi

akademis.

 Keterlambatan Bicara (Speech Delay) → Perkembangan bicara mengikuti pola normal tetapi dengan kecepatan lebih lambat. Anak tetap mencapai tahap bicara yang sesuai, namun lebih lambat dari usia seharusnya.

 Gangguan Bahasa → Masalah dalam pemahaman dan/atau ekspresi bahasa yang tidak mengikuti pola perkembangan khas, bisa mencakup kesulitan dalam memahami atau menyusun kata dan kalimat.

 Gangguan Pemahaman Bahasa → Kesulitan memahami kata atau instruksi sederhana meskipun sudah cukup umur, seperti tidak merespons saat diminta melakukan sesuatu.

 Gangguan Ekspresi Bahasa → Kesulitan menyusun kata menjadi kalimat, menggunakan kata tidak tepat, atau berbicara sangat terbatas meskipun memahami percakapan orang lain.

 Gangguan Bahasa Kompleks → Perkembangan bahasa yang tidak hanya terlambat tetapi juga tidak berkembang sebagaimana mestinya, seperti echolalia atau gangguan komunikasi terkait spektrum autisme.

Definisi

(18)

Epidemiologi

Gangguan perkembangan bahasa dalam bicara, atau

yang dikenal sebagai keterlambatan bicara (speech

delay), merupakan kondisi di mana anak mengalami

keterlambatan dalam kemampuan berbicara

dibandingkan dengan tonggak perkembangan yang

diharapkan sesuai usianya. Berikut ini adalah

epidemiologi terkait gangguan ini, disajikan secara

vertikal mulai dari prevalensi global, Asia, Indonesia,

hingga Aceh.

(19)

Etiologi

Keterlambatan bicara pada anak, atau yang dikenal sebagai speech delay, merupakan kondisi di mana perkembangan kemampuan berbicara anak tidak sesuai dengan tonggak perkembangan yang diharapkan.

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab keterlambatan

ini, yang secara umum dapat dikategorikan menjadi

faktor internal dan eksternal.

(20)

Klasifikasi

Berdasarkan Penyebabnya:

• Keterlambatan Bicara Fungsional: Keterlambatan ini terjadi tanpa adanya kelainan struktural atau neurologis yang mendasari. Biasanya disebabkan oleh kurangnya stimulasi verbal atau pola asuh yang kurang mendukung perkembangan bahasa anak.

• Keterlambatan Bicara Organik: Disebabkan oleh

adanya kelainan fisik atau neurologis, seperti gangguan

pendengaran, kelainan pada organ bicara, atau

gangguan neurologis lainnya yang mempengaruhi

kemampuan bicara anak

(21)

Klasifikasi

Berdasarkan Aspek yang Terpengaruh:

• Keterlambatan Bicara Ekspresif: Anak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan pikiran atau perasaannya melalui kata- kata, meskipun pemahaman bahasa reseptifnya sesuai dengan usianya.

• Keterlambatan Bahasa Reseptif: Anak kesulitan memahami atau menginterpretasikan kata-kata dan kalimat yang didengar, yang dapat berdampak pada kemampuan mereka dalam merespons secara tepat.

• Keterlambatan Bahasa Ekspresif-Reseptif (Campuran):

Kombinasi dari kedua jenis di atas, di mana anak mengalami

kesulitan baik dalam memahami bahasa maupun dalam

mengekspresikan pikiran atau perasaannya.

(22)

Klasifikasi

Berdasarkan Faktor Risiko:

• Faktor Internal: Meliputi aspek biologis seperti jenis kelamin (anak laki-laki lebih berisiko), riwayat keluarga dengan keterlambatan bicara, atau kondisi medis tertentu seperti prematuritas.

• Faktor Eksternal: Meliputi lingkungan sosial dan pola asuh,

seperti kurangnya stimulasi verbal, interaksi sosial yang

terbatas, atau paparan berlebihan terhadap media elektronik

tanpa pendampingan yang memadai.

(23)

Diag O nis Kerja

Tahapan

Pemeriksaan Detail Pemeriksaan Tujuan

1. Anamnesis

- Riwayat prenatal & persalinan: Komplikasi kehamilan, asfiksia, prematuritas, infeksi intrauterin. - Riwayat tumbuh kembang: Usia anak mulai babbling, kata pertama, hingga kalimat dua kata. - Riwayat keluarga:

Adakah anggota keluarga dengan speech delay atau gangguan perkembangan lainnya? - Faktor lingkungan: Pola asuh, paparan gadget berlebihan, interaksi sosial, dan stimulasi verbal di rumah.

Mengidentifikasi faktor risiko atau pemicu keterlambatan bicara, baik dari aspek biologis, genetik, maupun faktor lingkungan.

2. Pemeriksaan Fisik

- Pemeriksaan telinga: Menggunakan otoskop untuk mendeteksi infeksi, cairan di telinga tengah, atau gangguan pendengaran. - Pemeriksaan oromotorik: Mengevaluasi fungsi lidah, langit-langit mulut, dan struktur oral lainnya yang berperan dalam produksi suara. - Pemeriksaan neurologis: Mengamati tonus otot, refleks primitif, dan tanda-tanda keterlibatan sistem saraf pusat.

Mendeteksi gangguan pendengaran, kelainan anatomi, atau kelainan saraf yang dapat menjadi penyebab keterlambatan bicara.

3. Tanda-Tanda

Vital (TTV) - Pengukuran suhu, nadi, napas, tekanan darah, dan status gizi (BB/TB, lingkar kepala). - Screening anemia atau defisiensi mikronutrien (jika perlu).

Menilai status kesehatan umum anak yang dapat memengaruhi

perkembangan otak dan bicara, seperti hipoksia, malnutrisi, atau defisiensi zat besi.

4. Pemeriksaan Perkembangan

- Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP): Mengukur aspek motorik kasar, motorik halus, bicara & bahasa, serta sosial kemandirian sesuai usia anak. - Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Menggunakan grafik

perkembangan untuk memantau pencapaian tonggak perkembangan anak (milestone).

Mengidentifikasi keterlambatan perkembangan secara dini,

mengklasifikasikan keterlambatan, dan merujuk anak ke spesialis tumbuh kembang jika diperlukan.

5. Pemeriksaan Audiometri / BERA

- Audiometri atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA):

Mengukur kemampuan pendengaran anak untuk mengecek apakah ada gangguan yang menghambat bicara.

Memastikan anak dapat mendengar dengan baik, karena gangguan pendengaran sering menjadi penyebab utama keterlambatan bicara yang tidak terdeteksi.

6. Penilaian Psikologis / Kognitif

- Tes perkembangan kognitif (misalnya Denver II atau Bayley Scales):

Mengevaluasi fungsi kognitif dan kemampuan adaptasi anak sesuai usia perkembangan.

Mengidentifikasi kemungkinan keterlambatan perkembangan global, gangguan intelektual, atau spektrum autisme yang berkaitan dengan speech delay.

(24)

Tata Laksana

Pendekatan Terapi Detail Intervensi Tujuan

Edukasi Orang Tua dan Stimulasi Dini

- Memberikan edukasi tentang pentingnya stimulasi verbal dan interaksi dua arah. - Mengurangi paparan layar berlebihan.

Meningkatkan frekuensi dan kualitas stimulasi bicara anak di lingkungan sehari-hari.

Terapi Wicara - Terapi individual untuk melatih artikulasi, kosa kata, dan

kemampuan merangkai kalimat.

Mengoptimalkan kemampuan komunikasi verbal anak sesuai usia perkembangan.

Terapi Okupasi (jika ada disfungsi sensorik)

- Mengatasi hambatan sensori yang bisa memengaruhi produksi suara dan koordinasi motorik oral.

Membantu anak yang mengalami gangguan pemrosesan sensorik untuk lebih nyaman berkomunikasi.

Pendekatan Medik (jika diperlukan) - Terapi farmakologi untuk kondisi penyerta (misal ADHD, autisme, atau gangguan neurologis).

Mengurangi gejala penyerta yang dapat menghambat proses belajar bicara dan berbahasa.

Monitoring dan Evaluasi Berkala - Pemantauan perkembangan bicara tiap 3-6 bulan dengan alat skrining (KPSP, M-CHAT, dll.).

Mengevaluasi efektivitas intervensi

dan menyesuaikan terapi jika

diperlukan.

(25)

Prognosis

Faktor Prognostik Positif Faktor Prognostik Negatif - Diagnosis dan intervensi sebelum usia 3

tahun - Terlambatnya deteksi hingga usia >5

tahun - Keterlambatan bicara tanpa gangguan

perkembangan lain - Adanya gangguan neurologis berat (misal:

cerebral palsy) - Stimulasi lingkungan yang baik dan

interaksi aktif - Minimnya stimulasi verbal dan interaksi sosial

- Kecerdasan normal atau di atas rata-rata - Gangguan intelektual atau spektrum autisme berat

- Konsistensi terapi wicara dan

keterlibatan orang tua - Ketidakpatuhan dalam terapi atau tidak

adanya terapi lanjutan

(26)

Hasil jangka panjang

• Prognosis Baik: Anak dengan speech delay ringan hingga sedang, tanpa komorbiditas serius, yang mendapat terapi wicara secara konsisten biasanya menunjukkan perkembangan signifikan dalam 6-12 bulan.

• Prognosis Sedang: Anak dengan faktor risiko seperti prematuritas atau riwayat keluarga speech delay mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk mengejar keterlambatan, tetapi tetap memiliki potensi besar untuk pulih.

• Prognosis Buruk: Anak dengan gangguan neurologis berat

atau kondisi genetik yang kompleks mungkin mengalami

keterbatasan bicara seumur hidup, tetapi intervensi dini tetap

dapat meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan

komunikasi.

(27)

A nalis

a Kasus

(28)

Ke s i m

p u l a n

(29)

A r i e fY a n d a

J u m a t/ 23 Februari 2025

Referensi

Dokumen terkait

pada orang tua adalah mempunyai anak terlambat bicara ( speech delay ), karena terlambat bicara merupakan salah satu hambatan yang dimiliki anak

Keterlambatan bicara dapat diketahui dari ketepatan penggunaan kata, yang ditandai dengan pengucapan yang tidak jelas dan dalam berkomunikasi hanya dapat menggunakan bahasa

pada orang tua adalah mempunyai anak terlambat bicara ( speech delay ), karena terlambat bicara merupakan salah satu hambatan yang dimiliki anak

Melalui penelitian ini mahasiswa diharapkan dapat memahami lebih dalam bagaimana perkembangan bicara pada anak terutama mengenai keterlambatan bicara (speech delay)

Laporan kasus demam tifoid pada seorang anak laki-laki berusia 10 tahun 5

Laporan kasus mengenai seorang pria berusia 39 tahun yang mengalami patah tulang humerus

Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui stimulasi kognitif, emosional, dan spiritual Speech Delay Kondisi keterlambatan bicara pada anak yang menghambat kemampuan mereka dalam

Artikel ini membahas tentang gangguan bahasa pada perkembangan bicara anak-anak, penyebabnya, serta penanganan yang dapat