LAPORAN KASUS
OSTEOGENESIS IMPERFECTA
Nancy Dalla Darsono
FK UPN “VETERAN” JAKARTA Pembimbing
dr. Tundjungsari Ratna Utami, M.Sc, Sp.A
STATUS PASIEN
• Nama : An. MMJ
• Tgl Lahir/ Umur : 7 April 2007 / 12 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Bancak, Kab. Semarang
• Nama Ayah : Tn. S
• Usia Ayah : 55 tahun
• Pendidikan Ayah : Sekolah Dasar
• Pekerjaan Ayah: Petani
• Nama Ibu : Ny. H
• Usia Ibu : 44 tahun
• Pendidikan Ibu : Sekolah Dasar
• Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
• Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2019
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis kepada Ibu dan bapak pasien di rumah pasien tanggal 27 Oktober 2019.
Keluhan Utama
Tidak bisa berjalan
Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 1 Okt 19, Seorang anak dibawa oleh ibunya ke poli anak RSUD Ambarawa dengan keluhan tidak bisa berjalan sejak 2 tahun yang lalu. Ibu pasien mengatakan anak tidak
mau berjalan karena merasa berat ketika berjalan dan gemetar ketika berjalan. Ibu pasien juga mengeluh
tulangnya mudah patah sejak usia 2,5 tahun.
Keluhan berawal ketika pasien berusia 4 bulan tiba-tiba saja lengan atas kiri pasien membengkak. Bengkak berlangsung
lama. Kemudian, ibu dan ayah pasien membawa pasien ke RS hingga pasien dirawat inap di RSUD Ambarawa selama ±
10 hari, namun ibu pasien mengatakan pasien hanya diobservasi, tidak diberikan obat-obatan. Kemudian saat
pasien berusia 2,5 tahun, saat pasien sedang bermain, pasien jatuh dan tulang paha kaki kanannya patah.
Semenjak itu, pasien sering mengalami patah tulang akibat benturan yang pelan seperti terjatuh/terkena bola saat bermain dengan teman-teman sebayanya. Ibu pasien juga
mengatakan kaki, tangan, dan punggung pasien bentuk tulangnya tidak lurus sehingga menyulitkan pasien untuk berjalan. Tangan kanan pasien juga tidak dapat diluruskan
sehingga terdapat keterbatasan gerakan pada tangan
kanan pasien, sementara tangan kiri masih bisa diluruskan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu dan bapak pasien mengatakan anaknya sering mengalami patah tulang sejak usia 2,5
tahun sampai sekarang. Bapak pasien
mengatakan An. J pernah sakit flek paru-paru dan mendapatkan pengobatan sampai 1,5 tahun.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan
serupa.
ANAMNESIS SISTEM
Sistem Cerebrospinal Kejang (-)
Sistem Kardiovaskular
Bengkak pada tungkai (-), kebiruan (-)
Sistem Respirasi
Suara serak (-), sesak (-), sulit bernapas (-), suara mengi (-), mengorok(-), pilek (-), batuk (-), dahak (-)
Sistem Gastrointestinal
BAB normal, nyeri tekan (-), kembung (-), mual (-), muntah
(-)
Sistem Muskuloskeletal
Gerak aktif (+) namun terdapat keterbatasan gerakan (+) pada lengan kanan dan tungkai kanan-kiri, riw. bengkak pada lengan (+), bentuk kaki tidak normal, bengkok seperti huruf O, nyeri sendi (-), sendi bengkak (-), sendi panas (-), nyeri ngilu pada tulang (-), kaku sendi (-), bengkak jari (-).
Sistem Integumentum
Ptekie (-), Vesikel (-), ikterik (-), sianosis (-)
Sistem Urogenital
BAK berwarna kuning jernih, nyeri BAK (-), BAK berpasir (-)
Sistem Vestibular
Nyeri pada telinga (-), cairan (-), gangguan pendengaran (-) sampai saat ini.
PRENATAL Perawatan Antenatal
Ante Natal Care (ANC) di bidan rutin setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, kemudian setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 8 bulan, dan
setiap 1 minggu sekali sampai usia
kehamilan 9 bulan. Selama hamil tidak minum jamu. Selama hamil ibu hanya minum tablet penambah darah (Fe).
NATAL
Tempat Kelahiran Tempat Praktik Bidan dekat rumah Waktu Kelahiran 7 April 2007 pukul 05.30 pagi
Penolong Persalinan Bidan
Cara Persalinan Partus Normal
Masa gestasi Cukup bulan (37 minggu) Status Obstetrik G3P1A1
Keadaan bayi
Berat lahir 3300 gram
Lahir langsung menangis Kulit kemerahan
Tidak ada kelainan bawaan POSTNATAL Perawatan
Postnatal Perawatan di rumah sendiri, dengan keadaan bayi sehat
Kesan : Pasien lahir spontan, kehamilan cukup bulan dengan Berat Badan Lahir Cukup (BBLC), berat bayi lahir Sesuai Masa Kehamilan (SMK).
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Pasien An. J
RIWAYAT IMUNISASI
0 bulan : Hepatitis B-0 (+), BCG-0 (+), Polio-0 (+) 1 bulan : BCG-1 (+), Polio-1 (+)
2 bulan : DPT-HB-Hib-1 (+), Polio-2 (+) 3 bulan : DPT-HB-Hib-2 (+), Polio-3 (+)
4 bulan : DPT-HB-Hib-3 (+), Polio-4 (+), IPV (+) 9 bulan : Campak (+)
18 bulan: DPT-HB-Hib Lanjutan (+), Campak Lanjutan (+)
Kesan : Pasien mengikuti imunisasi lengkap sesuai usia yang dilakukan di Praktik Bidan
RIWAYAT PERTUMBUHAN
BB sekarang : 16,5 kg TB sekarang : 101 cm
Status Gizi (Menurut CDC 2000)
BB/U : dibawah persentil 5, kesan gizi buruk TB/U : dibawah persentil 5, kesan perawakan pendek
BB/TB : 16,5/16 kg x 100% = 103%, kesan gizi normal
*
*menurut kriteria Waterlow (1972) untuk anak usia diatas 5 tahun
GENOGRAM
KEADAAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN
Keadaan Sosial
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kakak pasien saat ini berusia 22 tahun dan sudah bekerja.
Keadaan Lingkungan
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya dengan keadaan rumah yang memiliki 2 kamar. Rumah terbuat dari kayu (tembok dan lantainya terbuat dari kayu). Jarak antar rumah cukup jauh, ± 10 meter. Dapur cukup luas dibagian belakang rumah, beralaskan tanah.
Keluarga pasien menyimpan hasil tani (gabah) di dapur.
Ibu pasien biasa memasak menggunakan kayu dan
kompor gas. Kamar mandi terbuat dari tembok bata dan
semen, beralaskan lantai. Rumahnya memiliki cukup
ventilasi dan jendela. Jarak rumah dengan jalan raya
cukup jauh. Akses jalan menuju rumah pasien masih
dapat ditempuh oleh kendaraan roda 2 maupun roda 4.
Bapak pasien bekerja sebagai petani
sedangkan ibu tidak bekerja (ibu rumah
tangga). Penghasilan orangtua pasien kurang
dari 500 ribu perbulan, hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan makan sehari-hari untuk
4 orang dalam keluarganya, namun untuk
kebutuhan lainnya orang tua pasien cukup
kesulitan dalam mengumpulkan biaya. Biaya
kesehatan An. J ditanggung oleh BPJS.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Pasien tanggal 27 Oktober 2019
• Keadaan umum: Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis
• Nadi : 89 x/menit
• Respirasi : 24 x/menit
• SpO
2: 98%
• Suhu : 36,8ºC
• Berat Badan : 16,5 kg
• Tinggi Badan : 101 cm
STATUS GENERALIS
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
Pucat (-), Sianosis (-), Perdarahan (-), Oedem (-)
Kepala
Mesocephal, rambut hitam, terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.
Mata
Palpebra tidak edema, tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, dan sklera agak biru (+)
Telinga
Daun telinga : Bentuk, ukuran, dan posisinya normal Lubang telinga: Tidak ada discharge, serumen (-)
Hidung
Bentuk normal, sekret (-), pernafasan cuping hidung (-)
Tenggorokan
Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Mulut
Bibir tidak sianosis, bibir kering (-)
Leher
Tidak ada massa, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening.
Thorax
Bentuk pectus carinatum, tidak terdapat retraksi pernafasan suprasternal dan intercostal.
Paru :
Inspeksi : Gerakan dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : redup, batas jantung sulit dinilai.
Auskultasi : SI-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak ada distensi abdomen Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan, turgor kulit tidak menurun
Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen
Ekstremitas
Petekie (-), purpura (-). Akral hangat, CRT <2 detik, tidak udem, sianosis (-)
Genital
Tidak dapat diperiksa (pasien menolak)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ttanggal 1 Oktober 2019
Foto Femur AP Foto Femur Lateral
Gambar 3. Foto Tibia Fibula AP
Foto Tibia Fibula AP Foto Tibia Fibula Lateral
Kesan:
• Struktur tulang porotik
• Bentuk bowing dan terompet pada femur dan tibia dextra-sinistra
• Penipisan cortex
• Deformitas os femur sinistra
• Fraktur lama?
• Mendukung gambaran osteogenesis imperfecta
KONSULTASI
Pasien dikonsulkan kepada dokter spesialis endokrin IKA (dr.
Agustini) di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Jawaban hasil konsultasi:
Osteogenesis Imperfecta merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun penatalaksaan ditujukan hanya untuk
mengurangi frekuensi patah tulangnya saja. Pasien dikonsulkan ke spesialis THT di RSUP Kariadi untuk mengetahui apakah terjadi
gangguan pendengaran atau tidak.
Terapi yang diberikan :
Kalsitriol 1 x 0,25 mcg dan Vitamin C tab. 50 mg
Pasien juga diberikan suntikan obat  ibu dan ayah tidak tahu apa yang disuntikkan
Diagnosis Akhir
Osteogenesis Imperfecta
Penatalaksanaan
Kalsitriol 1 x 0,25 mcg dan Vitamin C tab. 50 mg
Prognosis
Quo Ad Vitam (hidup) : dubia ad bonam Quo Ad Sanationam (sembuh) : malam
Quo Ad fungsionam (fungsi) : dubia ad malam
Osteogenes is
Imperfecta
DEFINISI
Osteogenesis imperfecta (OI) (brittle bone disease/penyakit tulang rapuh) adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh kecacatan dalam sintesis kolagen tipe I. Karena kolagen tipe I adalah
komponen utama dari matriks ekstraseluler, manifestsinya akan
jelas terlihat pada tulang.
Manifestasi di eksktraskeletalpun dapat terjadi, contohnya yaitu di kulit, sendi, gigi, dan mata. Pada dasarnya, mutasi OI terjadi pada
koding untuk rantai α1 dan α2
kolagen tipe I.
ETIOLOGI
Osteogenesis imperfecta disebabkan terutama karena mutasi pada gen yang mengkode rantai α1 dan α2 kolagen tipe I (Luqmani et al., 2013). Kerusakan struktural
atau kuantitatif pada kolagen tipe I
menyebabkan spektrum klinis OI (tipe I-IV).
Klasifikasi
Osteogenesis
Imperfecta
KLASIFIKASI
OI tipe I
•
Paling ringan
•
Tidak ada deformitas
•
Perawakan dapat pendek ringan-normal
•
Dibagi menjadi subtipe A (tidak ada) dan B (ada
dentinogenesis imperfecta)
•
Kelainan jaringan ikat lainnya:
sendi yang hiperekstensif,
mudah memar, kulit tipis,
kelemahan sendi, skoliosis,
wormian bones, dan herniaOI tipe II
• Paling berat
• Lahir mati atau mati pada tahun pertama kehidupan
• Berat badan lahir dan panjangnya kecil untuk usia kehamilan
• multiple fraktur pada tulang iga dan tulang-tulang panjang sehingga terjadi deformitas rangka yang parah
• Rongga dada kecil  insufisiensi pernapasan
• Tengkorak lebih besar dibandingkan ukuran tubuh, dengan fontanel anterior dan posterior yang
membesar
• Sklera berwarna biru-abu-abu gelap
OI tipe III
• Paling berat diantara pasien OI yang dapat bertahan hidup
• Kecacatan fisik yang signifikan
• Berat badan lahir dan panjangnya biasanya normal rendah
• Fraktur biasanya terjadi dalam rahim
• Ada fasies makrosefali dan triangular facies (Gambar 4).
• Pasien dapat mengalami multipel fraktur saat kelahiran dan seringkali mengalami fraktur setelah itu karena tulang mereka yang sangat rapuh
• Fraktur yang terjadi akan sembuh dengan deformitas
• Insiden patah tulang tetap tinggi bahkan setelah pasien dewasa
• Hampir semua pasien OI tipe III mengalami skoliosis dan kompresi vertebra
• Pasien memiliki perawakan yang sangat pendek dan biasanya bergantung seumur hidup dengan kursi roda
Figure 1. Photograph of the 7-year-old female patient
(patient 2) as she is taken to the operating room. Her
severe scoliosis is evident.
OI tipe IV
• fraktur dalam rahim dan tulang-tulang panjang kaki yang melengkung.
• fraktur yang berulang dan memiliki perawakan yang pendek normal-sedang.
• Sklera dapat berwana biru atau putih.
• Secara radiografi, tulangnya osteoporotik, memiliki methaphyseal faring, dan kompresi vertebral.
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat prenatal : ditemukan patah tulang panjang pada janin
saat USG
• Riwayat perinatal : adanya fraktur
• Riwayat keluarga : adanya kematian perinatal, adanya keluarga dengan patah tulang berulang, gigi rapuh
(dentinogenesis imperfecta), sklera biru, gangguan pendengaran dini.
• Riwayat penyakit : mulai timbulnya, progresifitas, riwayat pertumbuhan dan adanya patah tulang berulang
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fisik berdasarkan jenis dan tipe OI.
Fraktur dan osteopenia merupakan gambaran
khas klinis OI.
Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi: Ditemukan tanda fraktur atau
penurunan densitas mineral tulang (osteopenia atau osteoporosis) dari pemeriksaan:
• USG pranatal
• Bone survey
• BMD (bila tersedia standar normal untuk anak sesuai usia)
• Laboratorium: Biokimia tulang (kalsium, vitamin D, fosfat, alkali fosfatase, magnesium)
• Bila klinis meragukan dan pemeriksaan
memungkinkan, kultur fibroblast dan analisis
mutasi
TATALAKSANA
• Pemberian terapi medikamentosa diberikan setelah konsultasi dengan ahli endokrinologi anak. Pada beberapa kasus,
penanganan perlu dimulai sejak lahir. Penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka tidak ada pengobatan definitif untuk OI,
dan terutama difokuskan untuk mengurangi gejala, yang meliputi:
• Medikamentosa  Bifosfonat (Pamidronat atau Asam Zoledronat)
• Bedah ortopedi
• Rehab. Medik
• Konseling genetik
• Konsultasi ahli terkait : dokter gigi dan Sp. THT
PEMANTAUAN
• Pemantauan klinis dan laboratorium sesuai protokol pengobatan, meliputi:
• Antropometri
• Tingkat nyeri dan riwayat/ jumlah fraktur
• Aktivitas, tingkat mobiltas
• Komplikasi pengobatan
• Laboratorium: darah tepi lengkap, kreatinin serum dan kalsium ion
• Bone survey dan BMD sesuai protokol pengobatan atau minimal setiap tahun