• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN MAGANG KEGIATAN MAGANG DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DIKAWASAN WILAYAH BENGKAYANG

N/A
N/A
Yasim

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN MAGANG KEGIATAN MAGANG DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DIKAWASAN WILAYAH BENGKAYANG"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MAGANG

KEGIATAN MAGANG DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DIKAWASAN WILAYAH

BENGKAYANG

OLEH DEDI G1011201057

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK 2023

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KEGIATAN MAGANG DI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS (UPT) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DIKAWASAN WILAYAH

BENGKAYANG

Tanggung Jawab Yuridis Material pada:

DEDI G1011201057

Pembimbing Magang Pembimbing Lapangan

Lolyta sisillia, S.Hut, M.Si Anastasius Akai

NIP.197607072003122001 NIP.19106122006041017 Disahkan Oleh:

Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

Dr. Hj.Farah Diba, S.Hut, M.Si

NIP. 197011161996012001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Magang Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura dapat diselesaikan. Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain Alhamdulillah, rasa syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmatnya-lah penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan Menyusun laporan PKL. Penulis sadar bahwa dalam penulisan laporan PKL ini tak luput dari kekurangan,untuk itu penulis mohon maaf. Penulis mengharapkan berbagai masukkan yang berkaitan dengan isi laporan agar kedepannya penulis dapat memperbaikinya lagi. Semoga laporan PKL ini memberikan manfaat, tak hanya bagi penulis sebagai pihak yang terjun

kelapangan melakukan praktek kerja,tetapi pihak lain yang membacanya. Penyusunan Laporan magang ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dari berbagai pihak . Oleh karena itu ,pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua oran tua dan saudara penulis yang telah memberikan motivasi dan doa selama ini.

2. Ibu Dr. Hj.Farah Diba, S.Hut, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak.

3. Ibu Lolyta Sisillia, S.Hut, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Magang

4. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM, IPU Selaku Dosen Pembimbing Akademik

5. Dr. Slamet Rifanjani, S.Hut, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura.

6. Bapak Aripin, SP, M.Kom. Selaku Kepala UPT KPH Wilayah Bengkayang.

7. Bapak Anastasius Akai Selaku Pembimbing Lapangan UPT KPH Wilayah Bengkayang 8. Para Aparatur serta anggota Brigade di UPT KPH Wilayah Bengkayang

9. Rekan kelompok Magang Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura

(4)

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan ,untuk itu kritik dan saran yang bersiofat membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Pontianak, 22 Juli 2023 Penulis,

DEDI G1011201057

(5)

DAFTAR ISI

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Magang adalah merupakan salah satu program matakuliah Fakultas Kchutanan Universitas Tanjungpura yang dilaksanakan diluar kampus dan program mata kuliah ini vang wajib diambil oleh setiap mahasiswa. Kegiatan magang ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat bekerja dan memperoleh pengalaman, keterampilan serta ikut dengan Masyarakat didalam aktivitas menghadapi masalah yang ada dilapangan khususnya didalam bidang kehutanan.Kegiatan magang merupakan kegiatan yang dilakukan dilapangan atau praktek kerja yang dilakukan secara aktif dalam suatu perusahaan yang diikuti oleh peserta magang. Sehingga disetiap instansi berhak memberdayagunakan malhasiswa peserta magang selama berhubungan den gan sistem tugas magangnya.

Dengan adanya pelaksanaan kegiatan magang ini mahasiswa dapat terjun langsung dalam dunia kerja nyata dilapangan untuk mengetahui tentang bagaimana pengalaman yang didapat selama mengikuti kegiatan dilapan gan.

Kesatuan Pengolahan Hutan (KPH) adalah suatu wilayah pen golaban hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Kesatuan Pengelolaan Hutan merupakan suatu sistem yang dapat lebih menjamin terwujudnya kelestarian fungsi dan manfaat hutan baik dari aspek ekonomi, ekologi dan sosial.

Unit Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dikawasan Kabupaten Bengkayang memiliki peran Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang kehutanan untuk mempertalhankan perlindungan hutan serta membentuk suatu sistem kawasan hutan terhadap perencanaan kehutanan Serangkaian kegiatan magang diselenggarakan Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang dalam suatu pengelolaan, meliputi tata hutan dari penyusunan rencana pengelolaan hutan, peman faatan hutan,

(7)

penggunaan kawasan hutan, rehabilitas dan reklamasi hutan, pelindungan hutan dan konservasi alam. Selain tata kelola yang baik hal yang mendukung kegiatan pengelolaan hutan Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang adalah kondisi sosial budaya masyarakat,. Kondisi sosial budaya yang mendukung kegiatan.

Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang dapat diketahui melalui kegiatan studi sosial budaya.

1.2

Tujuan Magang

Tujuan dari pelaksanaan magang adalah sebagai berikut.

a). Untuk mengetahui mengenai apa saja kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan wilayah Bengkayang

b). Untuk mengetahui bentuk pengelolaan hutan Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang

c). Dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa magang untuk mengetahui pengalanan kerja serta praktek langsurng untuk memperoleh teori yang didapatkan selama masa kegiatan praktek Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang.

d).Meningkatkan pengetahuan melalui pengalam an kerja riil yang diperoleh didunia kerja, sebagai bekal untuk memahami dunia kerja yang nantinya akan dihadapi setelah menyelesaikan pendidikan diFakultas Kehutanan UNTAN.

1.3 Manfaat Magang

Manfaat dari pelaksanaan magang yang telah dilakukan yaitu a) Menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia kerja.

b) Mendapatkan gambaran yang lebih nyata tentang dunia kerja yang sesungguhnya.

c) Mendapatkan data-data yang dibutukan dalam proses penyusunan laporan.

(8)

BAB II

METODE KEGIATAN MAGANG

2.1 Tempat dan Waktu Kegiatan Magang

Mahasiswa Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura bagi yang mengikuti

kegiatan magang yang berlokasi di Unit Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah k Kabupaten Bengkayang mulai pelaksanaannya pada tanggal 17 Juli 2023 - tanggal 17 Agustus 2023 dalam waktu kurang lebih satu bulan.

2.2 Bahan dan Peralatan Magang 2.2.1 Bahan

Adapun bahan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan magang pada Unit

Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan yaitu sebagai berikut: Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP), Peta, dan Literatur.

2.2.2 Peralatan

Adapun alat yang diperlukan dalam kegiatan perlaksanaan magang pada Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaaan Hutan yaitu sebagai berikut: Laptop, GPS, Handphone, Alat Tulis.

2.3 Prosedor Pelaksanaan Magang

2.3.1 Kegiatan Magang Bersifat Administrasi

Adapun kegiatan magang yang dilakukan bersifat administrasi yaitu:

Perkenalan,pengarahan dan Merapikan Dokumen.

2.3.2 Kegiatan Magang Bersifat Teknis

Adapun kegiatan magang yang bersifat teknis yaitu: Pembibitan,Kebakaran Hutan dan Lahan dan Pengamanan Hutan.

(9)

2.3.3 Kegiatan Magang Bersifat Sosial

Adapun kegiatan magang yang dilaksanakan bersifat sosial yaitu sebagaai berikut: Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), rumah adat.

BAB III

GAMBARAN UMUM

UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLA HUTAN (KPH) WILAYAH BENGKAYANG

3.1 Sejarah Kawasan UPT KPH Wilayah Bengkayang

Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit II Wilayah Bengkayang

ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Kalimantan Barat. Luas wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang adalah seluas 145.558 ha yang terdiri dari fungsi hutan lindung seluas 29.749 Ha, fungsi hutan produksi seluas 69.696 Ha dan fungsi hutan produksi terbatas seluas 46.113 Ha.

Pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di tingkat tapak sebagai entitas manajemen baru dan permanen secara langsung menangani permasalahan yang ada, dan memberikan dasar untuk tata kelola hutan yang lebih baik, perencanaan dan manajemen sumber daya hutan, sampai pada pemantauan dan keterlibatan para pemangku kepentingan.

Selain itu, KPH akan memainkan peran kunci dalam upaya lokal menuju pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,sampai pada konservasi keanekaragaman hayati.

(10)

Kondisi kawasan hutan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang saat ini sebagaimana pengamatan di lapangan dijumpai beberapa permasalahan antara lain maraknya illegal

logging disertai penegakan hukum yang lemah, perladangan berpindah, pemanfaatan potensi hutan bukan kayu (HHBK) yang rendah, tuntutan kebutuhan lahan olehmasyarakat semakin tinggi, tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar hutan relatif rendah.

Mencermati berbagai persoalan dalam pelaksanaan pengelolaan hutan,maka diperlukan perencanaan pengelolaan hutan yang baik. Hal ini Kondisi Kawasan hutan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang saat ini sebagaimana pengamatan di lapangan dijumpai beberapa permasalahan antara lain maraknya illegal logging disertai penegakan hukum yang lemah, perladangan berpindah, pemanfaatan potensi hutan bukan kayu (HHBK) yang rendah, tuntutan kebutuhan lahan oleh masyarakat semakin tinggi, tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat sekitar hutan relatif rendah.

Mencermati berbagai persoalan dalam pelaksanaan pengelolaan hutan, maka diperlukan perencanaan pengelolaan hutan yang baik. Hal ini memerlukan kualitas dan kuantitas strategi, program kerja, struktur organisasi dan aspek finansial supaya tercipta kondisi untuk melaksanakan monitoring, pelaporan dan verifikasi dalam suatu basis unit- unit kelestarian yang permanen. Dengan adanya rencana pengelolaan jangka panjang maka akan memudahkan penyusunan rencana pengelolaan jangka pendek yang lebih terukur dan dapat diimplementasikan. RPHIP ini diharapkan menjadi rencana induk berbagai aspek kegiatan pengelolaan hutan jangka panjang (10 tahunan) untuk periode 2020-2029, yang memuat unsur-unsur tujuan yang akan dicapai, kondisi yang diha dapi, dan strategi pengembangan pengelolaan hutan, meliputi tata hutan, rehabilitasi dan

reklamasi hutan, pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam KPH Bengkayang. Seluruh kegiatan pengelolaan hutan tersebut dikemas dengan kerangka pemberdayaan masyarakat, dalam rangka menuju pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari berlandaskan sinergitas basis ekologi, ekonomi dan sosial serta dapat dijadikan landasan dan acuan pembangunan kehutanan di tingkat tapak. Kegiatan pengelolaan hutan berupa core bisnis pemanfaatan jasa lingkungan air bersih, jasa wisata alam Riam Budi, Wisata Alam Riam Batu Timah, pemanfaatan HHBK Madu Hutan, pengembangan komoditas pangan antara lain Jagung, tebu, padi, ubi kayu, sapiatau dukungan dana lainnya yang dimungkinkan, yang

(11)

sah dan tidak mengikat. RPHJP KPHP Unit II Wilayah Bengkayang disusun dengan tahapan sebagai berikut:

1. Inventarisasi Biogeofisik.

2. Inventarisasi Sosial Budaya.

3. Penataan Blok dan Petak.

4. Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan.

5. Penilaian/Pengesahan.

3.2 Visi dan Misi UPT KPH Wilayah Bengkayang 3.2.1 Visi

Visi KPHP Unit ll Bengkayang adalah terwujudnya KPHP Unit ll Bengkayang yang mandiri,sejahtera dan lestari dengan melibatkan masyarakat didalam dan sekitar Kawasan hutan

3.2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi diatas maka ditetapkan misi sebagai berikut:

a) Memantapkan penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.

Misi tersebut bertujuan untuk melaksanakan penataan kawasan hutan menjadi blok dan petak yang mantap serta meningkatkan kualitasi data dan informasi melalui inventarisai hutan secara berkala dengan basis blok dan petak sebagai bahan penyusunan rencana pengelolaan hutan di KPHP Unit II Bengkayang.

b) Membangun sistem dan mekanisme kelembagaan KPHP Unit II Bengkayang yang profesional, efektif dan efisien. Misi ini bertujuan untuk menyiapkan perangkat peraturan, penguatan kelembagaan KPH dan peningkatan kapasitas SDM di KPHP Unit II Bengkayang.

c) Mengembangkan pola kemitraan dengan masyarakat dalam pemanfaatan HHBK dan Jasa lingkungan. Misi ini bertujuan untuk membentuk dan membina kelompok tani hutan (KTH), membentuk lembaga usaha masyarakat (koperasi), meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan, meningkatkan

(12)

keterampilan masyarakat, serta memfasilitasi bantuan permodalan dan sarana prasarana koperasi dan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan hutan.

d) Melaksanakan perlindungan, pengamanan dan konservasi alam bersama

masyarakat. Misi ini bertujuan untuk menurunkan gangguan keamanan hutan melalui upaya-upaya pengamanan, resolusi konflik serta pengembangan konservasi alam dan menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap keamanankawasan KPHP Unit II Bengkayang.

e) Mengoptimalkan rehabilitasi dan reklamasi hutan dalam rangka peningkatandaya dukung DAS. Misi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas potensihutan dan daya dukung DAS secara berkelanjutan untuk kesejahteraanmasyarakat di KPHP Unit II Bengkayang.

f) Mengoptimalkan pemanfaatan hutan secara efisien dan berkelanjutan. Misi ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), Jasa Lingkungan pemanfaatan air, jasa lingkungan wisata alam.perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya melalui skema kemitraan di ssKPHP Unit II Bengkayang.

Nomor : 733/Menhut-II/2014 dan atau perubahannya yaitu batas wilayah administrasi Kabupaten Bengkayang

3.3 Lokasi UPT KPH Wilayah Bengkayang

3.3.1 Letak Geografis Wilayah KPHP Unit II Bengkayang

Wilayah KPHP Unit II Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat secara geografis terletak pada posisi 108 39 00” – 110 10 00’’ Bujur Timur dan 00 33 00’’ Lintang Utara – 01 30 00’’ Lintang Utara. Secara administrasi wilayah KPHP Unit II Bengkayang terletak didalam 10 wilayah kecamatan dan sebanyakn 30 desa terdapat di dalamnya. Data jumlah desa yang berada didalam areal wilayah KPHP Unit II Bengkayang disajikan dalam tabel 1.

(13)

Tabel 1. Data jumlah desa yang berada di dalam areal wilayah KPHP Unit II Bengkayang.

Sumber : Analisis peta KPHP Unit II Wilayah Bengkayang berdasarkan Administrasi pemerintahan Bappeda Kabupaten Bengkayang 2016

3.3.2 Luas

Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tanggal 13 Februari 2019 tentang Penetapan Wilayah KPHP dan KPHL Kalimantan Barat. Luas wilayah KPHP Unit II Bengkayang adalah seluas 145.558 Ha yang terdiri dari fungsi Hutan Lindung seluas 29.749 Ha,fungsi Hutan Produksi seluas 69.696 Ha dan fungsi Hutan Produksi Terbatas seluas 46.113 Ha. Surat Keputusan tersebut merupakan revisi dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. Sk.67/Menhut-II/2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang penetapan wilayah KPHP dan KPHL di Provinsi Kalimantan Barat, yang menyatakan luas wilayah KPHP Unit II Bengkayang adalah seluas 147.664 Ha yang No Nama Kecamatan

Nama Desa

Jumlah Desa

1 Teriak Ampar Benteng,Sebetung,Menyala 2

2 Ledo Lesabela,Rodaya,Seles,Sidai 4

3 Suti Semarang Nanga,Muhi,Bersatu,Suka Maju,Kiung,Cempaka putih.

5

4 Bengkayang Setia Budi 1

5 Sungai betung Suka Bangun,Cipta Karya 2 6 Lumar Magmagan Karya,Tiga Berkat,Seren

Selimbau,Belimbing,Lamolda

5

7 Seluas Bengkawan 1

8 Siding Tamon,Tawang,Sungkung

I,II,III,Siding,Tangguh,Hli Buei

8

9 Jagoi Babang Sekidah 1

10 Lembah Bawang Lembah Bawang 1

Total 30

(14)

terdiri dari fungsi hutan lindung seluas 29.433 Ha, fungsi hutan produksi seluas 71.506 Ha dan fungsi hutan produksi terbatas seluas 46.725 Ha. Hal ini ditindaklanjuti dengan keluarnya Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 105 tahun 2017 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat tanggal 28 Desember 2017, batasan luar wilayah kerja di Kawasan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) mengikuti Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :733/Menhut-II/2014 dan atau perubahannya yaitu batas wilayah administrasi Kabupaten Bengkayang. Peta Wilayah kerja KPHP Unit II Bengkayang (terlampir). Wilayah KPHP Unit II Bengkayang berdasarkan fungsi Kawasan Hutan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Wilayah KPH Unit II Wilayah Bengkayang berdasarkan fungsi Kawasan hutan

N

o Fungsi Kawasan Hutan

Luas

Ha % 1 Hutan Lindung (HL) 29.749 20,44 2 Hutan Produksi (HP) 69.696 47,88 3 Hutan Produksi Terbatas (HPT) 46.113 31,68 Total 145.558 100

Sumber : SK Menteri LHK NO. SK. 144/MWNLHK/SEKJEN/PLA.O/2/2019

3.3.3 Batas-batas Wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Secara administrasi ,wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat dapat disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Batas Wilayah Kelola KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

No Arah Mata Angin Wilayah KPHP Wilayah Administrasi/Batas Alam

1 Utara Negara Bagian Sarawak Malaysia

Negara Bagian Sarawak Malaysia

2 Timur KPHP Unit III Kabupaten Sanggau 3 Selatan KPHP Unit VI,VII Kabupaten Landak

(15)

4 Barat KPHP Unit I Kabupaten Sambas

3.3.4 Pembagian Blok

Wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang di bagi menjadi 9 blok pengelolaan,yang terdiri dari 2 blok pengelolaan pada fungsi kawasan hutan lindung, 4 blok pegelolaan pada fungsi kawasan hutan produksi dan 3 blok pengelolaan pada fungsi kawasan hutan produksi terbatas. Pembagian Blok di Wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Pembagian blok berdasarkan fungsi hutan wilayah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

N o

Blok

Pengelolaan

Fungsi Kawasn Hutan Luas % Arah A Hutan

Lindung

HL HP HPT

HL-Inti 1,527 - - 1,527 1,11 TataAir,Perlindung an Satwa

HL-

Pemanfaatan 28.14 0

- - 28.140 19,3 3

Perhutanan sosial B Hutan

Produksi HP-

Pemanfaatan HHK-HT

- 44.63 8

- 44.638 30,6 1

Kerja sama

Pemanfaatan HHK- HT Pola

Agrofprestry

(16)

HP-

Pemberdayaa n

- 13.91 6

- 13.916 9,56

Kemitraan Kehutanan HP-

Pemanfaatan Jasling dan HHBK

- 843 - 843 0,58

Pengelolaan Jasling dan HHBK

HP-

Perlindungan - 10.38 1

- 10.381 7,13

Tata

Air,Perlindungan Satwa

C Hutan Produksi Terbatas HP-

Pemanfaatan HHK-HT

- - 35.58

5

35.585 24,4 5

Pemanfaatan HHK- HT

HP-

Pemberdayaa n

- - 5.458 5.458 3,75 Perhutanan Sosial HP-

Perlindungan - - 5.070 5.070 3,48

Tata

air,perlindungan satwa

Total 29.66

7

69.77 8

46.11 3

145.55 8

100

3.3.5 Pembagian Blok berdasarkan fungsi hutan pada wilayah tertentu KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

Blok pengelolaan di wilayah kerja KPHP Unit II Wilayah Bengkayang yang berfungsi hutan Lindung terdiri: Blok Inti seluas 1.527 Ha dan blok pemanfaatan

seluas 28.140 Ha. Blok pengelolaan di wilayah kerja KPHP Unit II Wilayah

(17)

Bengkayang yang berfungsi hutan produksi terdiri dari: Blok pemanfaatan HHK-HT seluas 44.638 Ha;

Blok pemberdayaan seluas 13.916 Ha; Blok perlindungan seluas 10,381 Ha dan Blok pemanfaatan Jasling dan HHBK Seluas 843 H. Blok pengelolaan di wilayah kerja KPHP Unit II Bengkayang yang berfungsi hutan produksi terbatas terdiri dari ; blok pemanfaatan HHK-HT seluas 35.585 Ha; Blok pemerdayaan Seluas 5.458 Ha dan blok perlindungan seluas Ha. Wilayah tertentu seluas 59.978 Ha sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Pembagian Blok berdasarkan fungsi hutan pada wilayah tertetu KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

NNNNo

Nama Blok Luas (Ha)

%

Jumlah petak

Arahan Kegiatan A Hutan Lindung

HL-Pemanfaatan 28.140 46,92 122 Perhutanan Sosial,jasling dan wisata alam B Hutan Produksi

HP-Pemanfaatan

HKK-HT 11.711 19,53 126

Pemanfaatan HKK-HT Blok

Pemberdayaan

13.826 23,05 181 Perhutanan sosial Blok Pemanfaatan

jasling dan HHBK

843 1,41 10

Pengelolaan jasling dan HHBK

C Hutan Produksi Terbatas

Blok

Pemberdayaan

5.458 9,10 56 PERHUTANA

N SOSIAL

Total 59,978 100 495

Sumber: Hasil Analisa dan Pengelolaan Data KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

(18)

3.3.6 Luas dan Proporsi jenis area wilayah tertentu

Untuk wilayah tertentu di areal Kerja KPHP Unit II Wilayah Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat terdapat fungsi kawasan Hutan lindung pada blok pemanfaatan

seluas 28.140 Ha dan di fungsi Hutan Produksi pada blok Pemanfaatan HHK-HT seluas 11.711 Ha, Blok pemberdayaan seluas 13.826 Ha, Blok Pemanfaatan Jasling dan HHBK seluas 843 Ha. Di fungsi hutan produksi terbatas pada blok pemberdayaan seluas 5.458 Ha sehingga total luas wilayah tertentu di areal kerja KPHP Unit II Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat seluas 59.978 Ha. Pada HL, Wilayah Tertentu merupakan areal dari Blok Pemanfaatan. Pada HP Wilayah Tertentu merupakan blok pemberdayaan, blok Pemanfaatan HHK-HT. Peta tata hutan (Terlampir). Pada HPT wilyah tertentu merupakan blok pemberdayaan. Luas dan proporsi Jenis Area wlayah tertentu dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas dan proporsi jenis area wilayah tertentu

N

o Status

Luas di HL Luas di HP Luas di HPT Jumlah

Ha % Ha % Ha % Ha %

1 Wilayah tertentu

28.14 0

94,85 26,38 37,81 5,458 11,84 59,97 41,2 2 Bukan

wilayah

1.527 5,15 43,39 62,19 40,65 5

88,16 85,58 58,7 Total 29.66

7

100,0 0

69,77 100,0 0

46.11 3

100,0 145.5 5

100 Sumber: Hasil Analisa dan pengolahan data KPHP Unit II Wilayah Bengkayang 2019

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa wilayah tertentu di dominasi pada kawasan lindung seluas 28.140 Ha sedangkang pada hutan produksi seluas 69.778 Ha dan pada

(19)

hutan produksi terbatas seluas 46.113 Ha. Terlihat di peta wilayah tertentu KPHP Wilayah Bengkayang.

3.3.7 Wilayah Resort KPHP Unit II Bengkayang

KPHP Unit II Wilayah Bengkayang memiliki 3(tiga) wilayah di resort pengelolaan hutan (RPH), yang di putuskan melalui keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat Nomor 103/Dishut-I/KDK/2018 tanggal 30 Juli 2018 yaitu RPH Wilayah I Suti Semarang, RPH Wilayah II Lumar dan RPH Wilayah III Siding Tabel 7. Wilayah Resort KPHP Unit II Wilayah Bengkayang

No .

Nama Resort

Luas di HL Luas di HP Luas dI HPT Jumlah

Ha % Ha % Ha % Ha %

1 RPH

Wilayah I,Suti Semarang

- - 35.64 0

24,49 - - 35.64

0

24,49

2 RPH

Wilayah II,Lumar

11.71 2

8,05 31.68 4

21,77 1.216 0,84 44.61 2

30,65

3 RPH

Wilayah III,Siding

18.02 8

12,39 3.187 2,19 44.09 1

30,29 65.30 6

44,87 Total luas 29.74

0

20,43 70.51 1

48,44 45,30 31,13 145.5 5

100

3.3.8 Kondisi Fisik Wilayah A. Kemiringan lereng

Topografi di areal KPHP Unit II Wilayah Bengkayang pada umumnya berlereng datar. Sekitar 58,63% atau setara dengan 85.341 Ha. Untuk daerah dengan keterangan lebih dari 40% seluas 10.570 Ha atau 7,26%. Peta kelerengan di wilayah KPHP Unit

(20)

II Wilayah Bengkayang. Untuk luasan masing-masing kelas lereng pada fungsi kawasan hutan dapat di lihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Kelas lereng pada areal KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

N o

Kelas Lereng Fungsi Kawasan Luas (Ha) Luas % 1 Datar (0-8%) Hutan Lindung,

Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas

1.592 56.057 27.692

- 85.341 -

- 58,63 - 2 Landai (8-15%) Hutan Lindung,

Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas

1.847 8.310 2.128

- 12.285 -

- 8,44 - 3 Agak curam

(15-25%)

Hutan Lindung, Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas

8.766 2.962 9.829

- 21.557 -

- 14,81 -

4 Curam(25-40%) Hutan Lindung, Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas

8.475 1.489 5.841

15.805 10,86

5 Sangat curam (lebih dari 40%)

Hutan Lindung, Hutan produksi, Hutan Produksi Terbatas

9.270 667 633

10.570 7,26

Total 145.558 145.588 100

Sumber: Peta kelas lererng provinsi Kalimantan Barat Tahun 2019

(21)

B..Jenis Tanah

Jenis tanah di kawasan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang dapat di lihat pada peta jenis tanah KPHP Unit II Wilayah Bengkayang. Dimana terlihat sebagaian besar adalah jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) yaitu sekitar 93,23% atau 135.698 Ha. Untuk data jenis tanah dari masing-masing fungsi kawasan hutan dapat di lihat di Tabel 9.

Tabel 9. Jenis tanah di areal KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

N o

Jenis tanah Fungsi Kawasan Luas (Ha) Luas % 1 Latosol Hutan Lindung,

Hutan produksi, HutanProduksi Terbatas

6.017 96 3.249

9.362 6,43

2 Organosol Hutan Lindung, Hutan produksi, HutanProduksi Terbatas

498 498 0,34

3 PMK Hutan Lindung,

Hutan produksi, HutanProduksi Terbatas

23.732 69.102 42.864

135.698 93,23

Total 145.558 145.558 100

Sumber: Peta tanah provinsi Kalimantan barat tahun 2004

(22)

C. Curah Hujan

Pada RPH Lumar dan Suti Semarang intensitas curah hujan rata-rata curah hujan selama 10 tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 sebesar 318,30 mm/tahun. Dengan rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun sebesar 261,53 mm/bulan. Rata-rata hari hujan selama 10 tahun adalah 196 hari/tahun. Rata-rata hari hujan per bulan selama 10 tahun adalah 16 hari. Pada RPH Siding intensitas rata-rata curah hujan selama 10 tahun dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 sebesar 3.523,40 mm/tahun. Dengan rata-rata curah hujan bulanan selama 10 tahun sebesar 293,61

mm/bulan. Rata-rata hari hujan selama 10 tahun adalah 10 hari/tahun. Sedangkang pada rata-rata hari hujan per bulan selama 10 tahun adalah 14 hari.

D. Lahan Kritis

Kawasan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang terdapat lahan kritis yang tersebar dimasing-masing blok. Berdasarkan peta lahan kritis BPDASHL Kapuas Tahun 2018,terdapat lahan sangat kritis seluas 679 Ha, lahan kritis seluas 51.213 Ha, lahan potensial kritis seluas 62.234 Ha, lahan agak kritis seluas 22.275 Ha dan lahan tidak kritis seluas 9.157 Ha. Peta lahan kritis di areal KPHP Unit II Wilayah Bengkayang data luasan lahan kritis di masing-masing blok yang terdapat pada areal kerja KPHP Unit II Wilayah Bengkayang di sajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Lahan Kritis per blok di kawasan hutan pada KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.

Blok KPHP Unit II Bengkayang

Lahan Kritis Sangat

Kritis Kritis

Potensia l

Kritis

Agak Kritis

Tidak Kritis

Tota l

HL-Blok Inti 238 247 214 824 95 1.618

HL-Blok Pemanfaatan 133 8.750 4.642 12.02 7

2.579 28.131 HP-BlokPemanfaatan 2 21.17 19.352 1.262 2.765 44.556

(23)

HHK-HT 5

HP-Blok Pemberdayaan 1 298 11.017 1.336 1.263 13.915

HP-Blok Perlindungan 229 9.013 425 702 13 10.382

HP-BlokPemanfaatan Jasling Dan HHBK

16 781 46 843

HPT-BlokPemanfaatan HHK-HT

76 8.306 20.970 4.474 1.767 35.539 HPT-Blok

Pemberdayaan

394 3.912 1.038 112 5.456

HPT-Blok Perlindungan 3.014 921 566 563 5.064

Total 679 51.21

3

62.234 22.27 5

9.157 145.55 8 Sumber: Peta Lahan Kritis BPDASHL Kapuas Tahun 2018

E. Daerah Aliran Sungai

Kabupaten Bengkayang termasuk ke dalam pemangkuan wilayah DAS Kapuas,

DAS Sambas, DAS Sebangkau dan DAS Selakau (Terlampir). Data luas areal tiap-tiap DAS dan Sub DAS dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Luas DAS-Sub DAS di KPHP Unit II Bengkayang

No .

Nama DAS- Sub DAS

Fungsi Kawasan

Luas (Ha)

Luas %

1 Kapuas Hutan Lindung HutanProduksi Hutan

Produksi Terbatas

11.828 3.586 1.887

17.301 11,89

2 Sambas Hutan Lindung HutanProduksi Hutan

Produksi Terbatas

11.131 49.119 43.516

103.76 6

71,29

3 Sebangkau Hutan Lindung 4.285

(24)

HutanProduksi Hutan

Produksi Terbatas

12.316 -

16.601 11,41

4 Selakau Hutan Lindung HutanProduksi Hutan

Produksi Terbatas

2.506 4.666 718

7.890 5,42

Total 145.558 145.558 100 Sumber: BPDASHL,Kapuas,2018

F. Aksesibilitas

Kawasan KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalan darat dari Pontianak. Khusus menuju kawasan KPHP Unit II Wilayah Bengkayang, route jalan darat yang dilewati adalah Pontianak- Kota Bengkayang yang berjarak kurang lebih 164 km dan dapat ditempuh dalam waktu 4 jam dengan kendaraan roda empat (Jalan darat teraspal). Akses jalan ke beberapa desa di wilayah kecamatan yang terletak di dalam dan sekitar wilayah KPHP Unit II Bengkayang dapat diakses melalui jalur darat. Yang paling jauh adalah akses ke Kecamatan Sidding yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 2 jam, dan Kecamatan Jagoi Babang sekitar 1 Jam 50 menit.

Pada umumnya Jalan beraspal, namun ketika memasuki daerah terpencil meniadi sulit karena belum tersedia jembatan dan jalan berlumpur yang sulit dilalui. Sementara daerah yang lain lebih mudah

dijangkau. Secara umum dapat dikatakan bahwa aksesibilitas di KPHP Unit 11 Bengkayang cukup tinggi dimana dari 10 Kecamatan yang terdapat kawasan hutan ada 9 kecamatan yang bisa dijangkau dalam waktu kurang dari 2 jam melalui jalan darat. Hanya ada 1 kecamatan yang tergolong memiliki aksesibilitas sedang atau rendah yaitu Kecamatan Siding yang dapat dijangkau lebih dari 2 jam, Tabel Aksesibilitas dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Aksesibilitas Menuju KPHP Unit II Bengkayang

(25)

N o

Dari Menuju Jarak

Tempuh (KM)

Waktu tempuh

Fasilitas Transportasi yang tersedia 1 Ibu Kota Negara Pontianak Kurang lebih

738 km

1,5 jam pesawat

2 Ibu Kota Provinsi Bengkayang 164 4 jam Roda dan

sepeda motor 3 Ibu Kota Kabupaten KPHP Unit II

Bengkayang 5 10-20 menit

Roda dan sepeda motor 4 Ibu Kota Kecamatan

Kec. Teriak Kec. Ledo

Kec. Suti Semarang Kec. Bengkayang Kec. Sungai Betung Kec. Lumar

Kec. Seluas Kec. Siding Kec. Jagoi Babang Kec. Lembah Bawang

Desa dalam wilayah keja KPHP Unit II

15 30 60 5 15 15 80 120 110 40

30 Menit 45 Menit 1 Jam 20 Menit 30 Menit 30 Menit 1,5 Jam 2 Jam 1,8 Jam 50 Meni

Roda dan sepeda motor

(26)

Gambar 1. Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang

3.4 Sejarah Kawasan

Sejarah penetapan kawasan hutan didalam wilayah KPHP Unit II diawali dari

terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/ 10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan (RPPH) atau Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK),. Terbitnya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

(RTRWP) Kalimantan Barat pada tahun 1995 membawa konsekuensi dilakukannya pemadu serasian antara TGHK dengan RTRWP yang kemudian ditetapkan berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 259/Kpts-II/2000 tanggal 23 Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Provinsi Kalimantan Barat. Penetapan kawasan hutan di wilayah KPHP Unit II selanjutnya berubah mengikuti perkembangan update realisasi tata batas serta pelepasan kawasan hutan sampai pada penetapan yang terakhir, yaitu pada tahun 2017, dengan data sebagai berikut:

Tabel 16. Dasar Hukum Penetapan Kawasan Hutan di KPHP Unit II Bengkayang

(27)

Tahun Dasar Hukum

1982 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 757/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang Rencana Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan (RPPH) atau Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK)

1995 Peraturan Gubernur Tahun 1995 tentang Rencana Tata Ruang Wilayan Provinsi (RTRWP) Kalimantan Barat

2000 Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 259/Kpts- II/2000

tanggal 23 Agustus 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan

Provinsi Kalimantan Barat

2013 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 936/Menhut-II/20 13 tanggal 20 Desember 2013 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 554. 137 Hektar, Perubahan Fungsi

Kawasan Hutan seluas + 352.772 Hektar, dan Penunjukan Kawasan Bukan

Kawasan Hutan menjadi Kawasan Hutan seluas 52,386 Hektar di Provinsi Kalimantan Barat

2014 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.733/Menhut-II/20 14 tanggal2

September 2014 tentang Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi

Kalimantan Barat

2017 Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.

SK.2248/MENLHK-PKTL/KUHPLA.2/4/2017 tentang Peta

Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan Provinsi Kalimantan Barat sampai dengan Tahun 2016

Sumber: Kompilasi Data,2019

Sedangkan sejarah pengelolaan KPHP Unit II itu sendiri dimulai seiring

terbitnya penetapan wilayah kerja KPH Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2010

melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.67/MENHUT-U2010 tentang Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Kalimantan Barat sebagai Unit KPHP yang kemudian direvisi melalui Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.

SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tentang Penetapan Wilayah

KPHL dan KPHP Provinsi Kalimantan Barat menjadi Unit KPHP. Untuk kelembagaan pengelola dibentuk melalui Peraturan Gubernur No. 105 Tahun 2016.

(28)

Tabel 16. Perkembangan Penetapan Kawasan Hutan dí KPHP Unit II Bengkayang.

Tahun Dasar Hukum Keterangan 2009 Surat GubernurKalimantan Barat No.

522/4597/DISHUT/2009 tanggal 3 1 Desember 2009 tentang Rancang Bangun KPH Provinsi Kalimantan Barat

Diusulkan scbagai unit KPHP

2010 Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.

SK.67/MENHUT-II/20 10 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan

Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi

Kalimantan Barat

Ditetapkan sebagai kawasan KPHP Unit II seluas 147.664 ha yang terdiri dari fungsi HL seluas 29.433 Ha, HP seluas 71.506 Ha dan HPT

seluas 46.725 Ha.

2017 Peraturan Gubernur Kalimantan Barat No.

105 Tahun 2017 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi sertaTata Kerja Unit Pelaksana Teknis KesatuanPengelolaan Hutan Wilayah Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat

Pembentukan UPT KPH Wilayah Bengkayang sebagai pengelola KPHP Unit II

2018 Surat Gubernur Kalimantan Barat No.

522/3511/DISHUT/2018 tanggal 17 Desember 2018 tentang Revisi SK Menhut No. SK.67/MENHỮT-II/2010

Diusulkan sebagai unit KPHP

2019 Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.

SK.144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Provinsi Kalimantan Barat

Ditetapkan sebagai kawasan KPHP Unit II seluas 145.558 Ha dengan luas HL=29.749 Ha (20,43%), HP =69.696 Ha (47,88) dan HPT = 46.113 (31,68%)

Sumber: Kompilasi Data,2019.

3.5 Struktur organisasi

(29)

BAB IV

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN MAGANG

4.1 Kegiatan Magang Bersifat Administrasi

4.1.1 Membaca Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang ( RPHJP) Tahun 2020-2029

Dokumen RPHJP ini merupakan gambaran rencana pengelolaan

yang memuat tujuan yang akan dicapai, kondisi yang dihadapi, strateg) pengelolan meliputi tata hutan, pemanfatan hutan, penggunaan kawasan, rehabilitasi hutan, perlindungan dan konservasi alam. Maksud Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) ini adalah sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan baik oleh pihak pengelola KPHP Unit II Wilayah Bengkayang maupun oleh pihak-pihak terkait untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari, sedangkan tujuannya adalah menjamin terselenggaranya pengelolaan hutan lestari yang memberikan

manfaat sosial ekonomi dan ekologi secara berkelanjutan.

Gambar 2. Membaca Buku Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang ( RPHJP) Tahun 2020-2029

(31)

4.1.2 Pengarahan Kegiatan Magang

Pengenalan dan pengarahan kepada mahasiswa magang terkait dengan sistem

yang ada di Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Bengkayang di lakukan pada tanggal 21 Juli 2021 oleh Pembimbing lapangan Unit Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Bengkayang serta jajarannya terkait dengan tentang teknis kegiatan magang yang akan dilaksanakan di kawasan pembahasan Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten pengelolaan Kesatuan Pengelolaaan Hutan Bengkayang.

Gambar 3.Pengarahan Kegiatan Magang

4.1.3 . Merekap Data Dokumen Pegawai

Merekap dokumen pada tanggal 21 Juli 2023 pengadministrasi ini mengenai Mencari dokumen dokumen yang lengkap dari data pegawai kantor Yang sudah PNS merekap

persyaratan PNS. Jadi, Dikumpulkan satu satu tiap orang 2 pegawai yang harus di cek atau rekap dokumen dokumen yang ada dan yang tidak ada.

(32)

Gambar 4.Merekap Data Dokumen Pegawai

4.1.4 Pengenalan perlengkapan dan peralatan kebakaran hutan dan lahan Pengenalan perlengkapan dan peralatan kebakaran hutan dan lahan ini pada tanggal 4 Agustus 2023 ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam jenis alat, fungsi serta kegunaannya pada saat terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Gambar 5.Pengenalan perlengkapan dan peralatan kebakaran hutan dan lahan

(33)

Alat alat yang ada di pemadam kebakaran ini adalah sebagai berikut:

•Pengaruk Tajam alat ini berfungsi sebagai menggaris tanah bekas bara Api.

•Kapak fungsi alat ini berfungsi memotong untuk memberi sekat pada Lahan yang gambut dan menggali sisa-sisa akar pohon yang bekas Kebakaran hutan dan lahan pada tanah.

•Pengaduk fungsi alat ini memotong dan membuat aliran api pada Kebakaran hutan dan lahan.

•Sekop berfungsi untuk menyekop tanah terus disebarkan pada api jika Api kecil.

•Golok berfungsi sebagai membuka jalan pada hutan yang alit.

•Get Sorter berfungsi untuk memadamkan api pada daerah titik api yang Akan dituju dengan meyemprotkan pada api alat ini digunakan pada Pertolongan pertama dengan mengisi air muatan 5 liter.

• HT dan GPS yang berfungsi sebagai alat komunikasi personil serta Mengetahui titik koordinat dan titik lokasi api yang digunakan.

•Selang Isap berfungsi mengisap air dan menyaring air.

• Selang Pengatar air berfungsi sebagai mengarahkan pada arah angin

• Mesin Apung berfungsi sebagai pengantar air.

• Yelonnection berfungsi sebagai untuk membagikan selang air.

• Jas berfungsi sebagai pelindung badan dari api.

•Helm berfungsi sebagai melindungi kepala dari ranting kayu dan panas Asap api

• Sarung tangan berfungsi sebagai melindungi panas api.

• Sepatu buts berfunngsi untuk melindungi kaki dari bara – bara api.

4.1.5 Pelatihan Pemetaan dan Pengoperasian ArcGis

Kegiatan Pelatihan Pemetaan atau Pengoperasian ArcGis ini dilakukan oleh seluruh mahasiswa yang magang di UPT KPH BENGKAYANG. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa lebih memahami dan bisa melakukan pemetaan dan pengoperasian ArcGis. Kami juga sangat semangat melakukan pelatihan ini dikarenakan kami mendapatkan ilmu bermanfaat dengan menentukan letak titik koordinat yang sudah diberikan, disini kami mencari letaknya

(34)

dengan menggunakan Peta Wilayah Kerja UPT KPH BENGKAYANG melalui AreGis.

Pelatihan ini dilakukan pada 2 Agustus 2023. Dalam kegiatan ini kami menggunakan ArcMap yang merupakan aplikasi utama dalam pengolahan data GIS. ArcMap memiliki kemampuan untuk visualisasi, editing, pembuatan peta tematik, pengelolaan dari data tabular (Exceel), memilih (Query), menggunakan fitur Geoprocessing untuk menganalisa dan customize data ataupun melakukan output berupa tampilan peta. Operator juga dapat mengolah data sesuai dengan keinginannya.Dalam ini memasukan titik titik koordinat api yang ada diberbagai wilayah Bengkayang ini dan akan dibuat peta titik hotspot.

Gambar 6.Pelatihan Pemetaan dan Pengoperasian ArcGis

4.2 Kegiatan Magang Bersifat Teknis

4.2.1 Penanaman bibit dan Pengisian Polybag

Pertama pengisian Polybag digunakan untuk menyemai tanaman dengan ukuran tertentu yang di sesuaikan dengan jenis tanaman.Jenis tanaman yang menggunakan polybag sebagai sarana pembibitan (persemaian) dengan campuran tanah tanahhh abu bakar agar tanaman dapat subur dengan adanya pencampuran tanah .

Pembibitan Tanaman adalah suatu proses penanaman bibit mulai dari bentuk biji hingga menjadi tanaman bayi dengan munculnya tunas akar dan beberapa daun kecil menjadi kacambah, yakni yang dilakukan selama beberapa hari, sehingga akhirnya bisa ditanam kembali untuk

(35)

pertumbuhan tanaman buah hingga dewasa dan berbuah. Di Persemaian UPT KPH

BENGKAYANG mahasiwa melakukan penanaman bibit yang berbeda. Penanaman bibitnya antara lain bibit matoa, trembesi, petai cina, Kaliandra dan pinang.

Gambar 7.penanaman bibit. Gambar 8. Pengisian polybag

4.2.3 Pendistribusian Bibit

Agenda Pendistribusian bibit pada tanggal 1 Agustus 2023 Pendistribusian bibit kepada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Pertahanan dan lingkungan Hidup Kabupaten Bengkayang untuk memajukan daerah yang penuh kesejukan dijalan agar daerah tersebut adem dengan pepohonan yang ada di jalan jalann . tujuan dan maksud kedatangan kami untuk

memberikan bibit kepada dinas melalui langsung yang membutuhkan bibit. Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Kabupaten Bengkayang menyediakan jumlah bibit yang cukup banyak dan beberapa jenis bibit yang diperuntukan masyarakat yang ingin menanam bibit tersebut dilahan perkebunan mereka, bibit yang akan diberikan adalah bibit ketapang jumlah 50 bibit, bibit buah pucuk merah dengan jumlah 50 bibit, bibit trembesi dengan jumlah 25 bibit.Pembibitan merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang petani atau pekebun yang ingin meraih kesuksesan didalam bidang investasi pembangunan kehutanan Pembibitan

(36)

mempunyai tujuan memproduksi sejumlah bibit berkualitas tinggi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pengguna bibit. Pembibitan juga tempat yang baik untuk operasi perbanyakan

vegetatif, dimana sehingga kultitivasi spesies ynag sulit untuk diperbanyak dapat disebarluaskan melalui praktik pembibitan artinya melalui penyimpanan benih yang baik, diperbanyakan

vegetatif dan menjaga bibit dengan perhatian penuh (ICRAF).

Gambar 9.Pendistribusian bibit kepada Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Pertahanan dan lingkungan Hidup Kabupaten Bengkayang

4.2.4 Survey Lokasi Pemetaan Titik Api

Agenda pelaksanaan pemetaan dalam sebulan kami mengikuti sebanyak (tiga) kali hari pertama pada tanggal 24/07/2023 ground check di Dusum Hare Mada Desa Lamolda Kec Lumar Dusun setalang Desa Setia Budi Kec-Bengkayang Dusun seutalang Desa setia Budi Kec- Bengkayang, Kab Bengkayang . Dengan 1.Titik Koordinat: 1-N-00°58'53.06" E-109°31'58.44" ,2 N

00°57'16.63" E-109°31'51.81", 3-N-00°57'18.56" E-109°31'50.93" merupakan Hutan produksi.

Hari kedua pada tanggal 31/07/2023 di Dusun Bengkuang, Desa Karya Bakti, Kec. Sungai Betung.Menemukan Bekas Lahan Terbakar dengan apinya sudah padam Dengan Titik Koordinat : N-00°46’40.27” E-109°2410.20” Luas Terbakar: +1 ha.Status areal HP.(Hutan Produksi) jenis Vegetasi Semak Belukar dan Hutan Campuran Jenis Tanah Mineral Kondisi Tingkat Kerawanan

(37)

Rendah dan hari ketiga pada tanggal 07/08/2023 t Di De Magmagan Karya.kee.Lumar dengan Menemukan Bekas LahanTerbakar dengan apinya sudah padam dengan Titik Koordinat: N- 00°53'43.89" E-109.28'56.00" Luas terbakar +0,5 ha .00°53'41.81" 109°28'42.92" luas Terbakar 0,5 ha Jenis Vegetasi Semak Belukar dan Hutan Campuran Jenis Tanah Mineral Kondisi Tingkat Kerawanan Rendah Pelaksanaan kegiatan ini dengan melakukan Ground Check pada lokasi titik api . Pada tanggal 16 Agustus 2023 di Dusun Sebandut Desa Sebandut Kec,Capkala Kab, BengkayangMenemukan Lahan Terbakar keadaan apinya masih menyala(masihhidup) dengan Titik Koordinat: N-00°35'21.39"E-109°00'26+35"Luas Terbakar : ± 7 ha.Status areal Apl- Ijin Perusahaan : PT.LAR. -Pemilik:PT.LAR. Jenis Vegetasi: Semak Belukar Hutan Campurandan Jenis Tanah: Gambut.Kondisi Tingkat Kerawanan : TinggiGround Check merupakan kegiatan yang dilakukan dengan pengecekan lahan yang terpantau oleh satelit sebagai lokasi keberadaan titik api. Ground Check ini bertujuan untuk mengecek apakah lahan yang terpantau pada lokasi titik api ini menimbulkan Kebakaran Hutan dan Lahan

(KARHUTLA), sedangkan titik api adalah sebuah titik api yang ditangkap oleh satelit akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran pada proses pembukaan lahan oleh petani atau pekebun.

(38)

Gambar 10. Peta Titik Hotspot Gambar 11. Survey pemetaan Titik Api

Tabel 17. Titik Hospot Tingkat Kepercayaan Sedang ( MEDIUM) Bulan Juli di Bengkayang

(39)
(40)

4.2.5 Pengamanan dan perlindungan hutan

Agenda kegiatan pengamanan hutan pada tanggal 8 Agustus 2023 desa Suka

bangun.Kec:Sungai Betung. Dan Kegiatan pemasangan Spanduk dan pemeliharaan Plang

Larangan illog bertujuan untuk melaksanakan patroli pengamanan hutan dan lahan serta meminta izin kepada kepala desa untuk memasuki kawasan hutan lindung tersebut dan juga memberikan pamplet kebakaran hutan dan lahan juga pamplet pengamanan hutan pengaruh illegal logging Kegiatan patroli pengamanan hutan dilakukan secara rutin oleh pihak brigade Unit Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan diwilayah yang rawan yang sering terjadi Illegal Logging..

Kegiatan perlindungan atau pengamanan hutan dan kawasan hutan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan utama karena kenyataan menunjukkan bahwa kerusakan hutan dikawasan indonesia masuk skala yang sangat mengkhawatirkan dan pemerintah harus dapat memperhatikan terhadap lingkungan perlindungan hutan maupun terhadap pengamanan hutan tersebut. Untuk melindungi hutan pemerintah mengeluarkan perundangan Nomor 45 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan mengantikan Peraturan Perundangan 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan Perlindungan Hutan yang tidak terpisahkan dari pengelolaan hutan hal ini terdapat didalam Peraturan Pasal 2 Peraturan Perundangan Nomor 45 Tahun 2004 yang

menyatakan bahwa perlindungan hutan bagian dari pengelolaan hutan dimana yang terletak pada Pasal 1 ayat (1) Perlindungan hutan adalah tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan buatan, kawasan hutan dan hasil hutan disebabkan perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya- daya alam, hama, penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara, masyarakat,

(41)

dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan investasi, serta perangkat yang terhubung dengan hutan.

Gambar 12. Pengaman dan Perlindungan hutan

4.2.6 Simulasi Kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA)

Agenda pelaksanaan kegiatan Simulasi Kebakaran Hutan dan Lahan pada tanggal 14 Agustus 2023 di Resort lumar melakukan kegiatan simulasi alat kebakaran hutan dan lahan adalah bertujuan untuk mengetahui mengenai teknik dan strategi alat kebakaran dan lahan serta pengecekan terlebih dahulu pada alat sebelum digunakan agar tetap berfungsi baik saat digunakan secara langsung dilapangan. Alat-alat tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu alat secara manual dan alat secara mekanis. Alat Kebakaran Hutan dan Lahan yang digunakan secara manual meliput: Pengaruk Tajam alat ini berfungsi sebagai menggais tanah bekas bara api, Kapak 2 (dua) Fungsi alat ini berfungsi memotong untuk memberi sekat pada lahan yang gambut dan mengali sisa-sisa akar pohon yang bekas kebakaran hutan dan lahan pada tanah, Pengaduk 2 (dua) Fungsi berfungsi sebagai memotong dan membuat aliran api pada kebakaran hutan dan lahan, Sekap berfungsi untuk menyekop tanah terus disebarkan pada api jika api kecil, Kepiokyang berfungsi sebagai mengosok api yang akan menyebar, Golok berfungsi sebagai membuka jalan pada hutan yang alit, Get sorter berfungsi untuk memadamkan api pada daerah titik api yang akan dituju dengan menyemprotkan pada api alat ini digunakan pada pertolongan pertama dengan isi air muatan 5 liter, dan alat utama adalah HT dan GPS yang berfungsi sebagai alat komunikasi personil serta mengetahui titik koordinat titik lokasi api digunakan dalam jarak kurang lebih 2 kilometer. Kemudian alat kebakaran hutan dan lahan yang digunakan secara mekanis meliputi: Selang Isap berfungsi sebagai mengisap air atau menyaring air, Selang

Pengantar Air berfungsi sebagai mengarahkan pada arah angin, Mesin Apung berfungsi diatas air untuk sedot air, Noser berfungsi untuk menyemburkan air, Koneksen berfungsi sebagai

pengantar air, Yelonection berfungsi untuk membagikan selang air. Loser berfungsi untuk menyemprotkan air pada arah api, Jas berfungsi sebagai pelindung badan dari api, helm berfungsi sebagai melindungi kepala dari ranting kayu dan panas asap api, Sarung tangan berfungsi untuk melindungi panas api dan Masker berfungsi untuk melindungi pernapasan dari asap api.

(42)

Gambar 13. Simulasi Kebakaran hutan dan lahan

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia

No.P.32/MenL.HK/Setjen/Kum. 1/3/2016 tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan, kebakaran hutan adalah suatu peristiwa kebakarnya hutan dan lahan baik secara alami maupun secara perbuatan manusia sehinnga merusak lingkungan hidup dan mengalami kerugian terhadap ekologi, ekonomi, budaya dan politik. Kebakaran hutan merupakan suatu kawasan yang

terjadinya kebakaran yang penjalarannya bebas pada areal yang tidak direncanakan serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan itu sendiri (Saharjo, 2003). Kebakaran hutan yang terjadi merupakan penyebab kebakaran hutan karena faktor alam ataupun secara alami yang dipicu oleh petir, lelehan lahar gunung api, gesekan antara pepohonan yang kemudian

menimbulkan percikan api Schweithelm (1999). Kebakaran hutan dibedakan dengan kebakaran lahan, kebakaran hutan yaitu kebakaran yang terjadi didalam kawasan hutan sedangkan

kebakaran lahan adalah kebakaran yang terjadi di luar kawasan hutan kedua hal tersebut bisa terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja (Hatta, 2008). Kebakaran alami yang terjadi karena sambaran kilat yang menyebar pada pohon atau bangunan, letusan gunung api pada penyebaran bongkahan bara api, dan gesekkan antara ranting tumbuhan yang kering

mengandung minyak disebabkan goncangan angin sehingga menimbulkan percikan panas api

(43)

(Notohadinegoro, 2006). Kebakaran hutan yang terjadi akibat kesengajaan manusia dikarenakan kegiatan berladang perkebunan, Hutan Tanaman Industri, penyiapan untuk ternak sapi, dan sebagainya (Hatta, 2008).

4.3 Kegiatan Magang Bersifat Sosial 4.3.1 Madu Kelulut/lebah Trigona

Agenda pelaksanaan kegiatan pada tanggal 16 Agustus 2023 di Desa Siding Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang untuk potensi hasil hutan disana belum terlalu terdata. Untuk

mendapatkan data hasil hutan bukan kayu ini kami hanya bisa mewawancarai kepala desanya saja.

Gambar 14. Mengunjungi Tempat Madu Kelulut

Lebah Trigona (Trigona sp) merupak an jenis lebah madu yang tidak bersengat (Stingless honey bees) biasa ditemukan di daerah yang beriklim tropis dan sebagian daerah yang beriklim

subtropis. Menurut (Michener, 2007) menyatakan bahwa jenis Trigona yang ada dibumi

diperkirakan berjumlah ratusan jenis tetapi sulit untuk dibedakan karena kedekatan kekerabatan

(44)

mereka. Menurut Inoue et al.(1985) mengemukakan bahwa beberapa variasi organ tubuh dan degradasi warna belum dapat menentukan jenis dari lebah Trigona karena kedekatan sub- generanya. Lebah Trigona ( Trigona sp) belum banyak dikenali oleh masyarakat diindonesia larena kurangnnya informasi tentang lebah tersebut (Erniwati, 2013). Menurut Sakagami et al.

(1990) Indonesia terdapat beberapa jenis lebah Trigona yang telah diidentifikasikan yaitu Trigona laeviceps, T. itar drescheri, T. apicalis, T. thoracica, dan T. terminata

4.3.2 Berkunjung dan mengambil data di Desa Jagoi Babang Pengrajin Tikar Bidai Bahan baku bidai yang terbuat dari rotan dan kulit kayu ini mencerminkan kondisi alam di sekitar tempat tinggal masyarakat Bidayuh yang kaya akan hasil hutan, utamanya rotan.Karena bahan bakunya yang terbuat dari rotan kecil dan kulit kayu, tikar bidai kuat dan tahan lama.

Sekalipun sering terendam air dan terkena panas matahari langsung, tikar dengan anyaman yang khas ini tidak gampang rusak. Produk asli dari Kalimantan Barat ini juga nyaman dipakai. Bidai memberikan suasana yang sejuk sehingga cocok dipakai di daerah yang beriklim panas, seperti Indonesia. Tikar ini dapat digunakan layaknya karpet, baik di ruang keluarga, ruang tamu, ruang tidur, maupun ruang makan.

Gambar 15. Berkunjung dan ambil data di Desa Jagoi Babang Pengrajin Tikar Bidai

(45)

Tikar bidai dibuat dengan motif dari selingan kulit kayu kapoa. Proses pembuatannya masih tradisional atau dilakukan secara manual. Setidaknya ada enam tahapan dalam pembuatan bidai, yaitu membelah rotan, menjemur rotan, meraut atau menghaluskan rotan, menganyam rotan, mengikat ujung rotan, dan terakhir menjemur tikar yang telah jadi. Untuk membuat warna hitam, rotan direbus dalam larutan pewarna alami yang terbuat dari daun jengkol, kulit dan daun

rambutan, dan serbuk gergaji kayu. Setelah direbus, rotan direndam lagi dalam lumpur selama seminggu. Hasilnya, akan didapatkan rotan yang warnanya hitam asli dan tidak akan luntur.

Sedangkan untuk kulit kayu diambil dari pohon kapoa. Tanaman ini berdiameter 10-15 cm dan tingginya sekitar 5-7 meter. Kulit pohon yang sudah dikelupas dipisahkan lagi dari kulit luarnya.

Setelah itu, kulit pohon dijemur dan dihaluskan dengan cara dipukul-pukul dengan palu kayu.

4.3.3 Mengunjungi Rumah Baluk Adat suku Dayak Bidayuh

Rumah Baluk merupakan rumah Adat Suku Dayak Bidayuh yang berupa rumah panggung dan berbentuk bulat. Untuk memasuki rumah adat ini, dibuat undakan yang terbuat dari bilah pohon atau kayu belian. Rumah Baluk dengan tinggi 16 meter dan berbentuk bulat, dengan 21 tiang penyanggah dari kayu belian, beratapkan daun sagu, dan dinding dari bambu yang terbelah.

Dengan satu pintu utama, di bagian kiri dan kanan masing-masing satu buah jendela yang terbuka mengagak keatas dengan satu kayu penyanggah.

(46)

Gambar 16.Mengunjungi Rumah Baluk Adat suku dayak Bidayuh

4.3.4 Peyuluhan dan Sosialisasi

Dalam sosialisasi yang kami lakukan di Desa Kalon, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang dan kegiatan ini di dampingi oleh brigade UPT KPH Bengkayang , mahasiswa kehutanan, manggala agni, TNI, bertujuan untuk Mengingatkan dan menghimbau kepada masyarakat yang ada di sana yang kebetulan Masyarakat masih banyak yang mencari nafkah dengan cara bertani dan berkebun dari UPT KPH Wilayah Bengkayang sendiri berharap agar supaya masyarakat berhati-hati Dalam membuka lahan pertanian dan perkebunan dengan cara membakar dan Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan Serta akibat yang ditimbulkan bagi kehidupan manusia sangat berperan penting agar Masyarakat kedepannya semakin paham dalam pengelolaan lahan dengan mengurangi Aktivitas membakar sehingga karhutla yang terjadi dari tahun ke tahun dapat di Tanggulangi sedini mungkin.

(47)

Gambar 17. Penyuluhan dan Sosialisasi kepada Masyarakat

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil magang dapat disimpulkan bahwa banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan wilayan Kabupaten Bengkayang yang dikuti oleh mahasiswa magang, dan juga banyak ilmu yang didapat dari pelaksanaan kegiatan-kegiatan magang. Hal baru yang didapat seperti terjun langsung dilapangan dalam melakukan kegiatan magang dengan sosialisasi kepada masyarakat, pemetaan terhadap titik api, wawancara hasil hutan bukan kayu yaitu madu kelulut yang dibudidayakan serta survey tempat wisata yang ada dan dikelola oleh pihak

(48)

Unit II Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan di wilayah Bengkayang yang akan menjadi pengalaman bagi kami sebagai mahasiswa dan akan terkesan meskipun belum semua kegiatan magang yang kami ikuti karena waktu magang hanya 1 bulan saja.

5.2 Saran

Kegiatan Magang yang berlangsung di lapangan sangat diharapkan untuk selalu menerapkan kedisplinan waktu dan ilmu. Mahasiswa yang melakukan magang di UPT KPH Wilayah Bengkayang harus selalu berhati-hati dalam menjalankan proses magang yang berlangsung di lapangan, baik itu di perjalanan menuju lokasi maupun dalam mengoperasikan semua alat di lapangan. Mahasiswa juga diwajibkan untuk terus teliti disetiap kegiatan, seperti pada proses pembuatan peta menggunakan Aregis yang diperlukan tingkat teliti yang tinggi agar tidak mengalami kebingungan. Serta selalu menjunjung tinggi kejujuran dan sopan santun.

DAFTAR PUSTAKA

KPHP (Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi) Unit II. 2020. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) Tahun 2020-2029. Bengkayang

Sutedjo, M. M., and A. G. Kartasapoetra. “Introduction to Soil Science.” Rineka Cipta, Jakarta (1999).

Untung, K. (1996, November). Pengendalian Hayati dalam Kerangka Konversi Keanekaragaman Hayati. Makalah Seminar Nasional Pengendalian Hayati.

(49)

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI no 32/menLHK/Setjen/Kum 1/3/2016.

Saharjo BH. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Lestari Perlukan Dilakukan. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Lampiran 1. Surat Keterangan Jalan Dari Fakultas Kehutanan

(50)

Lampiran 2. Surat Permohonan Magang

(51)

Lampiran 3. Jurnal Harian Magang

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)

Lampiran 3. Nilai Tempat Magang

(58)

Lampiran 4. Kuisioner Tempat Magang

(59)

Lampiran 5. Sertifikat Magang

(60)

Lampiran 6. Surat Selesai magang

(61)

Gambar

Tabel 5. Pembagian Blok berdasarkan fungsi hutan pada wilayah tertetu KPHP Unit II Wilayah Bengkayang.
Tabel 12. Luas DAS-Sub DAS di KPHP Unit II Bengkayang
Tabel 13. Aksesibilitas Menuju KPHP Unit II Bengkayang
Gambar 1. Peta Akses KPHP Unit II Bengkayang
+6

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan yang telah dilakukan oleh masyarakat, sehingga

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) I Pesisir Barat merupakan salah satu kawasan hutan yang terletak di Pulau Sumatera yang berperan sebagai kawasan penyangga

Sampel dalam metode ini dipilih secara Purposive Sampling yaitu masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wilayah tertentu KPHP Mandailing Natal.. Dikumpulkan 5 responden

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan iklim terhadap kebakaran hutan dan luas kawasan hutan di wilayah Kalimantan Barat, dengan cara