(OMAX) DI PT. TRAFOINDO PRIMA PERKASA
Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Program Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh :
Nama : Wahideseya Rajulian
NIM : 41615010050
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTASTEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2019
iv
dan hidayah-Nya sehingga Laporan Kerja Praktek ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Laporan Kerja Praktek ini tidak dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu apabila tanpa bantuan, dorongan semangat serta doa yang diberikan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini :
1. Ir. Torik Husein, M.T selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penulisan laporan kerja praktek.
2. Selamet Riyadi, S.T, M.T dan Igna Saffrina Fahin, ST., M.Sc selaku koordinator kerja praktek.
3. Dr. Zulfa Fiti Ikatrinasari, M.T selaku Kepala Program Studi Teknik Industri yang selalu membimbing, serta memberikan kritik dan saran di perkuliahan.
4. Bu Diah selaku staf tata usaha Teknik Industri yang telah membantu penulis dalam surat menyurat
5. Bapak Aditya dan Bapak Alfian selaku HRD PT. Trafoindo Prima Perkasa yang telah menerima saya untuk melakukan Kerja Praktek dan menuntun saya selama Kerja Praktik.
6. Keluarga yang selalu memberikan do’a dan semangat yang luar biasa dan menasihati saya apabila ada kesalahan yang saya lakukan.
7. Bapak Mulyono selaku Manager Produksi, terima kasih atas arahan yang telah diberikan selama Kerja Praktek.
8. Bapak Supriyono dan Bapak Hartono selaku Asisten Manajer Produksi yang telah membantu dan membimbing ketika di ruangan ataupun di lapangan.
v di ruangan ataupun di lapangan.
11. Untuk seluruh jajaran Divisi Production Line 1 PT. Trafoindo Prima Perkasa
12. Salwa Kamilah yang telah membantu dan memberikan semangat dalam penyusunan laporan kerja praktek.
13. Damar dan Dzaki telah menjadi rekan selama melakukan kerja praktek di PT. Trafoindo Prima Perkasa
14. Teman-Teman Teknik Industri Angkatan 2015 selalu ada dalam hal apapun.
15. Seluruh senior Teknik Industri di Universitas Mercu Buana yang ikut serta memberikan bimbingan dan motivasi saya ucapkan terima kasih.
Harapan penulis, semoga laporan kerja praktek ini bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Penulis menyadari bahwa Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang dapat menyempurnakan laporan kerja praktek ini.
Jakarta, 3 Februari 2019
Penulis
vi
KATAPENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
BAB I... 1
PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek... 2
1.3 Metode Kerja Praktek... 2
1.4 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek... 5
1.5 Lokasi Kerja Praktek... 6
1.6 Sistematika Penulisan... 6
BAB II... 8
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN... 8
2.1 Sejarah Singkat... 8
2.2 Visi dan Misi... 10
2.2.1 Visi... 10
2.2.2 Misi... 11
2.2.3 Nilai – Nilai dan Budaya Perusahaan... 11
2.3 Lokasi... 12
2.4 Status Kepemilikan... 13
2.5 Hasil Produksi... 13
2.6 Pemasaran Produk... 22
2.7 Unit Kerja... 24
2.8 Diagram Alir Proses Produksi TrafoProduction Line1... 26
BAB III... 27
TINJAUAN PUSTAKA... 27
3.1 Definisi Produktivitas... 27
3.2 Bentuk Dasar Produktivitas... 28
vii
3.7 Siklus Produktivitas... 33
3.8 Metode PengukuranObjective Matrix(OMAX)... 34
3.9 Kelebihan dan Kekurangan MetodeObjective Matrix(OMAX)... 34
3.10... Bentuk dan SususanObjective Matrix(OMAX) ... 34
3.11Tahapan – tahapan dalam metode OMAX... 37
BAB IV... 41
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA... 41
4.1 Pengumpulan data... 41
4.1.1 Data Produksi... 41
4.1.2 Data Jumlah Tenaga Kerja... 43
4.1.3 Data Perakitan Label Trafoindo... 44
4.2 Pengolahan Data... 44
4.2.1 Tahap pembuatan standar matrixobjective matrix(OMAX)...44
4.2.2 Grafik Indikator Performansi... 59
4.2.3 Perhitungan Indeks Produktivitas... 60
4.2.4 Analisa Pencapaian Skor Setiap Rasio... 62
BAB V... 64
KESIMPULAN DAN SARAN... 64
5.1 Kesimpulan... 64
5.2 Saran... 64
DAFTAR PUSTAKA... 65
LAMPIRAN... 67
viii
Tabel 3.1 Format TabelObjective Matrix(OMAX)... 40
Tabel 4.1 Data Produksi Trafo 100KVA padaProduction Line 1... 42
Tabel 4.2 Data Total Tenaga Kerja padaProduction Line 1... 43
Tabel 4.3 Data Total Hari KerjaProduction Line 1... 43
Tabel 4.4 Data Total Label Trafoindo... 44
Tabel 4.5 Data Perusahaan Production Line 1 periode Februari 2018 – Agustus 2018... 46
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rasio Tiap Kriteria... 46
Tabel 4.7 Peningkatan yang diinginkan PT. Trafoindo Prima Perkasa... 47
Tabel 4.8 Bobot yang diinginkan PT. Trafoindo Prima Perkasa... 48
Tabel 4.9 Penentuan Level 3 dan Level 0... 48
Tabel 4.10 Penentuan Level 10... 49
Tabel 4.11 Penentuan Level 1 dan Level 2... 49
Tabel 4.12 Penentuan Level 4 – Level 9... 50
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan Februari 2018... 51
Tabel 4.14 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan Maret 2018... 52
Tabel 4.15 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan April 2018... 53
Tabel 4.16 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan Mei 2018... 54
Tabel 4.17 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan Juni 2018... 55
Tabel 4.18 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective Matrix(OMAX) Pada Bulan Juli 2018... 56 Tabel 4.19 Hasil Pengukuran Produktivitas Dengan Menggunakan Objective
ix
x
Hermetically Sealed)... 13
Gambar 2.2 Contoh trafo distribusi berpendingin udara (Cast Resin Transformator)... 14
Gambar 2.3 Contoh Trafo instrument CTVT (Current Transformator,Voltage Transformator)... 15
Gambar 2.4 APP... 16
Gambar 2.5 Gardu Susun... 17
Gambar 2.6 Perangkat Hubung Tegangan Rendah... 18
Gambar 2.7 SPLU... 18
Gambar 2.8 Trafo SPLN D3... 19
Gambar 2.9Padmounted Transformer... 20
Gambar 2.10Power Transformer... 21
Gambar 2.11 Jasa Perusahaan... 22
Gambar 2.12 Konsumen PT. Trafoindo Prima Perkasa... 23
Gambar 2.13Flow Chart Production Line 1... 26
Gambar 4.1 Grafik Indikator Performansi... 59
Gambar 4.2 Indeks Produktivitas terhadap performansi sebelumnya... 60
Gambar 4.3 Indeks Produktivitas terhadap performansi standar... 61
Gambar 4.4 pencapaian Skor masing-masing Rasio... 63
1
Pada era ini, perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur mengharuskan untuk meningkatkan performansi produktivitas di setiap lini produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas, supaya dapat bersaing dan bertahan di dunia industri. Oleh sebab itu, perusahaan harus mencari alternatif untuk meningkatkan produktivitas pada lini produksi mereka. Untuk itu perlu dilakukan pengurkuran produktivitas. Dengan demikian perusahaan dapat mengetahui produktivitas yang telah mereka capai dan dapat dijadikan ukuran produktivitas masa depan perusahaan tersebut.
Produktivitas sering diidentifikasikan dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara input dan output suatu sistem produksi. Produktivitas merupakan konsep rasio, yaitu rasio keluaran (output) terhadap masukan (input) yang lebih besar. Produktivitas adalah hubungan antara masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produktif. Dalam teori, sering mudah untuk mengukur hubungan ini sebagai rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas juga naik (Handoko, 2011).
Bertambahnya permintaan produk menyebabkan rencana produksi yan telah disusun di awal periode perencaan menjadi tidak representatif dengan keadaan sebenarnya. Selain tidak representatifnya rencana produksi hal lain yang menjadi bahan pertimbangan adalah mengenai kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan. Pertanyaan yang muncul berkaitan dengan kemampuan kapasitas produksi perusahaan untuk menerima tambahan permintaan. Oleh karena itu, akan dilakukan pengukuran produktivitas pada line 10 menggunakan metode Objective Matrix.
Menurut Christopher (2003), Objective Matrix merupakan suatu metode pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator pencapaian dan suatu prosedur pembobotan untuk memperoleh indeks produktivitas total.
PT. Trafoindo Prima Perkasa didirikan pada tahun 1981, dengan awal yang sederhana, yaitu dengan memproduksi trafo distribusi. Di tahun 1990 Trafoindo mulai memproduksi Trafo Instrument (CT-VT). Ditahun 2009, pabrik kedua khusus untuk CT dan VT diresmikan, dan di tahun 2013 Pabrik ketiga khususDry Typediresmikan. PT. Trafoindo Prima Perkasa merupakan pabrikan trafo pertama di Indonesia yang memiliki sertifikasi ISO terlengkap, yaitu ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001. Pada kegiatan kerja praktek ini, berfokus pada Production Line 1 yaitu lini produksi yang berfokus pada produksi atas permintaan dari PLN yang berada pada unit trafo 4.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan kerja praktek yang dilaksanakan di PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah menghitung indikator performansi produktivitas pada Production Line1 menggunakan metodeObjective Matrix(OMAX)
1.3 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam kerja praktek ini merupakan metode gabungan, yang menyatukan antara studi pustaka yang Penulis lakukan dengan data-data yang diperoleh dari lokasi kerja praktek. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam kerja praktek ini, antara lain:
1. Persiapan Kerja Praktek
Hal yang perlu dilakukan adalah menentukan tujuan yang akan dilakukan oleh peneliti, dilanjutkan dengan memahami dan mempersiapkan materi yang digunakan dalam melakukan analisis dan menentukan metode yang digunakan dalam menganalisa permasalahan.
2. Studi Pustaka
Pada tahap ini peneliti mencari, mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Sebagai acuan dan kerangka pikiran bagi perancangan dan perkembangan kerja praktek.
3. Survey Lapangan
Melakukan Survey lapangan untuk mengetahui kondisi secara langsung di perusahaan saat ini, terutama yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti. Survey Lapangan dilakukan di PT.
Trafoindo Prima Perkasa.
4. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian di analisa dengan metode yang sudah ditentukan sebelumnya. Dan membandingkan antara metode produktivitas yang sudah diterapkan persuahaan dengan metode produktivitas yang dipelajari di kampus dan jurnal penelitian.
5. Kesimpulan dan Saran
Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, dapat ditarik kesimpulan serta memberikan saran dari hasil kerja praktek yang
sudah dilakukan.yang ada.
Gambar 1.1 Diagram Alir Kerja Praktek.
Kegiatan Agust 2018
Sept 2018
Okt 2018
Nov 2018
Des 2018 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan
Penelitian &
pengajuan proposal Kerja
Praktek Pelaksanaan &
Pengumpulan Data
Pengolahan Data Penyusunan Laporan Akhir Kerja Praktek
Sidang Laporan
Kerja Praktek
1.4 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
Jadwal pelaksanaan kerja praktek dimulai dengan persiapan, penyusunan, pengumpulan data serta pengolahan data. Periode pengumpulan data pada PT.
Trafoindo Prima Perkasa dimulai sejak 24 Semptember 2018 – 5 Desember 2018.
Tabel 1.1Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
1.5 Lokasi Kerja Praktek
Lokasi yang digunakan sebagai objek kerja praktek dalam pengumpulan serta pengolahan data adalah sebagai berikut:
Nama Perusahaan : PT Trafoindo Prima Perkasa Alamat : Jalan Raya Siliwangi
RT04/RW05, Kel. Alam Jaya, Kec.Jatiuwung,Tangerang, Banten-Indonesia, 15135 1.6 Sistematika Penulisan
Dalam laporan penulisan kerja praktek ini, untuk mendapatkan hasil yang teratur, terarah dan mudah dipahami, maka penulisan disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara garis besar tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, metode kerja praktek, lokasi kerja praktek, jadwal kerja praktek dan sistematika penulisan laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini dijelaskan gambaran umum perusahaan tentang profil perusahaan, produk perusahaan, dan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan yang akan menjadi tempat kerja praktek.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menerangkan secara singkat tentang teori yang berhubungan dan berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Hasil dari kerja praktek berisikan pengumpulan data yang terdiri dari data khusus untuk pengolahan data produksi yang terjadi dalam proyek yang sedang berlangsung. Pengolahan data ini dilakukan berdasarkan data – data yang tersedia dengan mempertimbangkan teori yang terkait.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari pengolahan data secara menyeluruh serta diberikan juga saran untuk pihak perusahaan.
8 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat
PT. Trafoindo Prima Perkasa didirikan pada 28 Oktober 1981, dengan awal yang sederhana, yaitu dengan memproduksi trafo distribusi berpendingin minyak dengan tegangan menengah 24kV. Pada tahun 1985, dalam rangka pengembangan usaha untuk memperkuat posisi perseoran dibidang manajemen dan pemodalan dimana bergabung dengan PT. OMETRACO dalam perseroan dengan mengambil atau membeli saham, sehingga komposisi saham dibagi menjadi 55,6% dipegang pendiri dan 44,4% dipegang oleh OMETRACO. Pada tahun 1985 juga dilakukan diversifikasi produk dengan memproduksi Transformator Kering jenis Cast Resin yang berkerjasama dengan TRANSFORMATOREN UNION/SIEMENS AG, Jerman dengan merk dagang GEAFOL-TRAFINDO.
Seiring berjalannya waktu dan dengan merk dagang TRAFINDO yang semakin dikenal baik, pada tahun 1988 PT. Trafoindo mulai memproduksi kapasitas trafo yang lebih besar yaitu Transformator tenaga berpendingin minyak dengan tegangan primer sampai dengan 36 kV untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Memasuki tahun 1990 mulai memproduksi Trafo Instrument (CT-VT) 24 kV dengan merk dagang TRAFINDO. Dan juga PT. Trafindo Perkasa berubah menjadi perusahaan publik dan tercatat pada Bursa efek Jakarta yang merubah komposisi kepemilikan menjadi 51% dipegang OMETRACO, dan 49% dipegang publik.
Pada tahun 1991-1997 PT. Trafindo Perkasa melakukan perluasan dan diversifikasi produk dengan mendirikan beberapa anak perusahaan yang bergerak
pada bidang:
Tahun 1991: Jasa perdagangan mesin-mesin dan peralatan dapur – PT.
Omentraco Arya Samanta
Tahun 1991: Industri Water Cooling Tower – PT. Liang Chi Indonesia
Tahun 1993: Industri Kabel Telepon dan Tenaga – PT. Putera Ometraco Electric
Tahun 1995: Industri Kabel Serat Optik – PT. Siemens Kabel Optik
Tahun 1997: Jasa instalasi Jaringan Telkom / Pagas System – PT.
Prima Sentra Telekomunikasi, - PT. Antasena Sentra Infotek
Tahun 1997: Membentuk jasa perdagangan U.P.S – PT. Mega Gelar Elektronik Ometraco (MGEO).
Dengan catatan, PT. Trafindo Perkasa berstatus sebagai perusahaan induk atau holding company dan membawahi anak-anak perusahaan tersebut diatas.
Dan, Industri Transformator Distribusi atau Transformator Instrument serta aksesoris kabel sejak awal berdirinya PT. Trafindo Perkasa adalah bisnis inti (main business) perusahaan, dan tetap beroperasi dibawah nama perusahaan : PT.
Trafindo Perkasa sebagai unit dari PT. Trafindo Perkasa. Pada tanggal 1 November 1997 PT. Trafindo Perkasa memperoleh sertifikasi ISO 9001:1994 oleh KEMA dan pada Tanggal 9 Oktober 1997 memperoleh sertifikat SPM dari PT.
PLN Jasa Kelistrikan LMK.
Pada bulan Desember tahun 2001 terjadi Spin Off unit usaha Transformator dari PT. Trafindo Perkasa dan berdiri sendiri dengan nama perseroan : PT. Trafoindo Prima Perkasa dengan mengambil alih secara keseluruhan (100%):
Tanah dan Bangunan Pabrik Transformator distribusi, Transfor-mator instrument dan Kelengkapan kabel milik PT. Trafindo Perkasa unit usaha Transformator yang terletak di JL. Raya Siliwangi (Pasar Kemis) Kel. Alam Jaya, Kec. Jati Uwung, Tangerang.
Tanah dan Bangunan kantor PT. Trafindo Perkasa unit usaha Transformator yang terletak di JL. Hayam Wuruk No. 4 FX, Jakarta 10120.
Seluruh mesin-mesin; Perlengkapan dan Alat produksi; Perlengkapan Uji; Perangkat Keras dan Lunak Komputer; Perlengkapan Furnitur;
Perlengkapan Material Handling; dan Alat Transportasi.
Seluruh pendiri perusahaan, seluruh manajer madya dan seluruh jajaran karyawan/karyawati eks. PT. Trafindo Perkasa unit usaha transformator tanpa kecuali.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah Penerus Legal (Legal Successor) dari PT. Trafindo Perkasa unit usaha Transformator.
Pada tanggal 15 Januari 2003 PT.Trafoindo Prima Perkasa telah berhasil mengupgrade sertifikat ISO 9001:1994 ke versi ISO 9001:2000 sesuai ketentuan badan Sertifikasi. Pada tanggal 7 April 2003 PT. Trafoindo Prima Perkasa memperoleh sertifikat ISO 14001:1996 dari PT.KEMA. Pada tanggal 18 Maret 2003 PT.Trafoindo Prima Perkasa memperoleh Sertifikat OHSAS 18001:1996 dari PT.KEMA. Pada tanggal 8 Agustus 2006 PT. Trafoindo Prima Perkasa Melakukan Upgrade ISO 14001:1996 (Sistem Manajemen Lingkungan) menjadi ISO 14001:2004 oleh PT. SAI GLOBAL. Pada tanggal 23 Februari 2009 PT.
Trafoindo Prima Perkasa melakukan Upgrade ISO 9001:2000 menjadi ISO 9001:2008 dan pada tanggal 18 Maret 2009 melakukan Upgrade OHSAS 18001:1999 menjadi OHSAS 18001:2007.
Pada tahun 2010 mengembangkan unit usaha CTVT dengan membuka pabrik II yang memfokuskan pada bidang CTVT perbulan Februari 2010. Pada tahun 2013 mengembangan unit usaha Cast Resin Transformer dengan membuka pabrik III yang memfokuskan pada bidang Cast Resin perbulan Mei 2014.
2.2 Visi dan Misi 2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan kelistrikan terkemuka yang kompetitif, unggul dalam mutu produk dan jasa, berbasis budaya kerja profesional.
2.2.2 Misi
Dalam mewujudkan visi perusahaan, sebagai perusahaan penghasil produk dan jasa bermutu, kami menjalankan misi:
a. Bertekad memenuhi kepuasan pelanggan dan stakeholder lainnya.
b. Bekerja dengan komitmen tinggi yang dilandasi kompetensi dan nilai kekeluargaan.
c. Senantiasa melakukan proses kerja sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi untuk terwujudnya sistem manajemen mutu ISO 9001: 2015.
d. Peduli dengan lingkungan sesuai dengan ISO 14001 dan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan sesuai OHSAS 18001.
2.2.3 Nilai – Nilai dan Budaya Perusahaan
Dalam menjalankan usahanya PT Trafindo Prima Perkasa mempunyai nilai –nilai perusahaan, yaitu;
KEKELUARGAAN:
Kejujuran & Terpercaya 1. Disiplin
2. Peduli dan Penuh Tanggung Jawab 3. Asih Asah Asuh
4. Toleran, Kooperatif, dan Komunikatif 5. Hormat, Santun, dan Menjaga Tata Krama AGEN PERUBAHAN:
1. Inovatif
2. Produktif & Efisien
Dan juga PT. Trafoindo Prima Perkasa memiliki budaya perusahaan yaitu
“MEMBANGUN BUDAYA KEKELUARGAAN DALAM PERUSAHAAN DAN BERTEKAD MENJADI INSAN PERUBAHAN.”
2.3 Lokasi
Lokasi PT. Trafoindo Prima Perkasa dibagi menjadi 5 lokasi (1 kantor pusat dan 4 pabrik) yang dijabarkan sebagai berikut:
Kantor Pusat : Jl. Hayam Wuruk 4 FX, Jakarta 10120 – Indonesia Telp. (62)(21) 3451384, 3850703, 38618
Fac. (62)(21) 3850702, 3861869 e-mail : [email protected] [email protected]
website : http://www.trafoindonesia.com
Pabrik I : Jl. Raya Siliwangi, Kel. Alam Jaya, Kec. Jati Uwung,
Tangerang, Indonesia.
Telp. (62)(21) 5903801, 5903802, 5926367 Fac. (62)(21) 5900616
e-mail : [email protected]
Pabrik II : Jl. Raya Siliwangi, Kel. Alam Jaya, Kec. Jati Uwung,
Tangerang, Indonesia.
Telp. (62)(21) 59319002 - 05 Fac. (62)(21) 59319001
Pabrik III : Jalan Raya Siliwangi, RT004/RW001 Kel. Pasir Jaya
Kec.Jatiuwung,Tangerang, Banten- Indonesia Telp. +62 21 5903801, 5903802
Pabrik IV : Jalan Raya Siliwangi, RT004/RW001,
Kel. Gembor, Kec. Periuk, Tangerang, Banten- Indonesia
Telp.: +62 21 5903801, 5903802
2.4 Status Kepemilikan
Pada tahun 2017 lalu, PT. Trafindo Prima Perkasa mengumumkan akan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 16,67% atau sekitar 1,2 miliar lembar saham. Jadi status kepemilikannya adalah.
Pendiri : 83,33%
Publik (IPO) : 16,67%
2.5 Hasil Produksi
PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah perusahaan penghasil peralatan listrik nasional dan juga penyedia jasa perbaikan trafo. berikut merupakan produk dan jasa yang disediakan oleh PT. Trafoindo Prima Perkasa:
Transformator Distribusi berpendingin minyak : 15 kVA s/d 20.000 kVA, max. 36 kV
Gambar 2.1 Contoh trafo distribusi berpendingin minyak (Corrugated / Hermetically Sealed) Sumber: Trafoindo.com, 2018
Transformator Distribusi berpendingin udara / kering (Cast Resin
Transformator) : 25 kVA s/d 2.500 kVA, max. 26 kV
Gambar 2.2 Contoh trafo distribusi berpendingin udara (Cast Resin Transformator) Sumber: Trafoindo.com, 2018
Transformator Instrument Indoor & Outdoor (Current Transformator – CT) : 10 A s/d 3.000 A ; (Voltage Transformator – VT) : 3.3 kV s/d
24 kV
Gambar 2.3 Contoh Trafo instrument CTVT (Current Transformator, Voltage Transformator) Sumber: Trafoindo.com, 2018
Alat Pengukur, Pembatas, & Perlengkapannya Tegangan Rendah
Gambar 2.4 APP Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi :
Daya : 53 – 197 kVA
Bahan : Steel, SPCC 1.5 mm
Gardu Susun
Gambar 2.5 Gardu Susun Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi :
Bahan pembungkus SPHC 3 mm dan plat bordes 3 mm Berat ± 3.500 kg
Perangkat Hubung Bagi Tegangan Rendah
Gambar 2.6 Perangkat Hubung Tegangan Rendah Sumber: Trafoindo.com, 2018
Stasiun Penyedia Listrik Umum
Gambar 2.7 SPLU Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi : Dimensi (hxwxd) : 1500x520x520 tipe standing 4-meter energi
600x560x336 tipe hook 2 meter energi
Bahan pembungkus : plat spdd 2 mm tipe standing 4-meter energi
plat spdd 1.5 mm tipe hook 2 meter energi Tegangan : 240/400 V
Frek : 50 Hz
Trafo Distribusi SPLN D3
Gambar 2.8 Trafo SPLN D3 Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi : Kapasitas 25-1250 kVA Berat 335-3705 kg
Padmounted Transformer
Gambar 2.9 Padmounted Transformer Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi : Kapasitas 150-2500 kVA Berat 2220-8750 kg
Power Transformer
Gambar 2.10 Power Transformer Sumber: Trafoindo.com, 2018
Spesifikasi : Kapasitas 7500-35000 kVA Berat 16350-48000 kg
Jasa
PT. Trafoindo memiliki sendiri pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Pelayanan tersebut dapat berupa :
- Garansi dari produk baru - Pemasangan
- Perawatan trafo - Perbaikan
- Pergantian suku cadang
Gambar 2.11 Jasa Perusahaan Sumber: Trafoindo.com, 2018
2.6 Pemasaran Produk
Pemasaran produk dari PT. Trafoindo Prima Perkasa sudah menjangkau seluruh wilayah Indonesia, seluruh jenis perusahaan, pemerintah, maupun luar negeri. Berikut beberapa perusahaan yang menjadi konsumen PT. Trafoindo Prima Perkasa:
1. Industri Swasta
Aqua, Epson Indonesia, Gudang Garam, Suzuki, dll.
2. Industri Pertambangan dan Perminyakan
CNOOC, Kaltim Prima Coal, Vale, Newmont, dll
3. PLN (Perusahaan Listrik Negara) atau Badan Usaha Milik Negara Pertamina, Bank Indonesia, Gedung MPR/DPR, dll
4. Ekspor ke negara wilayah ASEAN/AFRIKA/AUSTRALIA Changi Business Park (Singapore)
Hard Rock Hotel, Penang (Malaysia) Coca Cola Plants (Phillipines)
Australia, Kenya, Qatar, Bangladesh, dll
Gambar 2.12 Konsumen PT. Trafoindo Prima Perkasa Sumber : Trafoindo.com, 2018
2.7 Unit Kerja
Unit kerja utama di PT. Trafoindo Prima Perkasa dipaparkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Unit Kerja PT. Trafoindo Prima Perkasa
Jabatan Nama
Direktur Utama Suryono Limputra
Direktur Teknik dan Produksi Utomo Budi Seniar Deputi Direktur Teknik dan Produksi 1 Supriyadi
Deputi Direktur Teknik dan Produksi 2 Eko Budiantoro General Manager Prod. Line 1 & 2 Mulyono General Manager Prod. Line 3 & Prod. Repair Pungky T. S.
General Manager Prod. Dry Type Ka’bah
General Manager Proses Material Muhammad Siswanto General Manager Maintenance & Energy Pantja W.
General Manager Inventory Control Arismanto General Manager PPIC Trafo Norman Syeh General Manager Unit CTVT Heru Purnomo General Manager Quality Assurance GB Kumlewan General Manager Engineering Trafo Tejo Wahono
General Manager Resource and Development Eko Budiantoro (ex Off) General Manager Quality Control KH. Harrutanto
General Manager Quality Service Ahmad Sujarwo Sumber: Trafoindo,2019
PT. Trafoindo Prima Perkasa kemudian memiliki perluasan dan diversifikasi usaha dengan mendirikan beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang bidang sebagai berikut:
Tahun 1991 : Jasa perdagangan Mesin-Mesin dan Peralatan dapur. - PT.
Ometraco Arya Samanta
Tahun 1991 : Industri Water Cooling Tower. - PT. Liang Chi Indonesia.
Tahun 1993 : Industri Kabel Telepon dan Tenaga. - PT. Putera Ometraco Electric.
Tahun 1995 : Industri Kabel Serat Optik. - PT. Siemens Kabel Optik.
Tahun 1997 : Jasa Instalasi jaringan TELKOM/PAGER SYSTEM. - PT.
Prima Sentra Telekomunikasi. - PT. Antasena Sentra Infotek.
Tahun 1997 : Membentuk jasa perdagangan U.P.S. - PT. Mega Gelar Elektronik Ometraco (MGEO).
Catatan :
PT. TRAFINDO PERKASA sejak tahun 1997 berstatus sebagai Perusahaan Induk/Holding Company dan membawahi anak-anak Perusahaan tersebut diatas.
Pabrik/Industri Transformator Distribusi/Transformator Instrumen serta aksesoris kabel yang sejak awal berdirinya PT. TRAFINDO PERKASA adalah bisnis inti (Main Business) perusahaan, tetap beroperasi dibawah payung nama Perusahaan : PT. TRAFINDO PERKASA. Sebagai unit usaha dari PT.
TRAFINDO PERKASA.
2.8 Diagram Alir Proses Produksi Trafo Production Line 1
Proses produksi trafo adalah proses pembuatan coil dilanjutkan ke mesin press dan oven dilanjutkan perakitan core coil diteruskan ke bagian koneksi dan dilanjutkan oven core coil sebelum dilakukan perakitan akhir. Dengan syarat dilakukan pengecekan sebelum memasuki stasiun kerja berikutnya.
Berikut diagram alir pembuatan trafo pada Production Line 1:
Gambar 2.13 Flow Chart Production Line 1 Sumber: Trafoindo
27 BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Produktivitas
Produktivitas (Productivity) adalah indeks yang mengukur ouput (barang dan jasa ) dibandingkan dengan input ( tenaga kerja, bahan baku, energi dan sumber daya lainnya) yang digunakan untuk memproduksi output (Stevenson dan Chuong,2015). Konsep umum produktivitas adalah suatu perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) persatuan waktu.
...3(1)
Menurut Organization For Economic and Development (OECD), menyatakan bahwa pada dasarnya produktivitas adalah output dibagi dengan elemen produksi yang dimanfaatkan. Menurut International Labour Organization (ILO), pada dasarnya produktivitas adalah perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan. Elemen-elemen tersebut berupa tanah, tenaga kerja, modal dan organisasi. Menurut European Productivity Agency (EPA), produktivitas adalah tingkat efektivitas pemanfaatan setiap elemen produktivitas.
Menurut formulasi dari National Productivity Board, Singapura, pada dasarnya produktivitas adalah sikap mental yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan ingin memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan. Sesuai dengan laporan Dewan Produktivitas Nasional (DPN), produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kualitas kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari
ini (Yamit,2007) .
3.2 Bentuk Dasar Produktivitas
Menurut Yamit (2007) produktivitas dikelompokkan berdasarkan faktorial, Terdapat tiga bentuk dasar produktivitas antara lain:
1. Produktivitas Total (Total Productivity)
Menunjukkan produktivitas dari semua faktor yang digunakan untuk menghasilkan output. Faktor tersebut dapat berupa bahan mentah, tenaga kerja, energi, peralatan produksi dan lain-lain. Formulasi yang dipakai untuk menghitung produktivitas total, yaitu :
...3(2) Keuntungan dari pengukuran produktivitas total:
1. Mempertimbangkan semua faktor keluaran dan masukan yang dapat dikuantitaskan, sehingga lebih akurat mencerminkan keadaan ekonomi perusahaan yang sesungguhnya.
2. Pengontrolan keuangan denga indeks produktivitas total merupakan manfaat yang besar bagi pimpinan perusahaan (top management).
3. Bila digunakan dengan pengukuran produktivitas parsial, dapat menarik perhatian pihak manajemen untuk melakukan tindakan yang relatif efektif.
Keterbatasan dari pengukuran produktivitas total:
1. Data untuk perhitungan relatif sulit diperoleh pada level produk dan level konsumen.
2. Sama seperti parsial dan total faktor, faktor yang intangible (tidak nyata) tidak dipertimbangkan.
2. Produktivitas Multifaktor (Multifactor Productivity)
Menunjukkan produktifitas dari beberapa faktor yang digunakan untuk menghasilkan keluaran antara lain modal dan tenaga kerja, Formulasi yang dipakai produktivitas multifaktor adalah:
...3(3)
Keuntungan pengukuran produktivitas total faktor adalah : 1. Data perusahaan relatif mudah diperoleh.
2. Biasanya dipertimbangkan dari sudut pandang ekonomi.
Keterbatasan pengukuran produktivitas total faktor adalah :
1. Tidak dapat mengetahui manajemen untuk menganalisa hubungan nilai tambah keluaran dengan efisiensi produksi.
2. Sulit bagi pihak manajemen untuk menganalisa hubungan nilai tambah keluaran dengan efisiensi produksi.
3. Tidak cocok bila biaya-biaya material merupakan bagian yang cukup besar dari biaya total produk dimana pengaruh yang besar dari masukan material tidak langsung ditunjukkan dalam pengukuran produktivitas ini.
3. Produktivitas Parsial (Partial Productivity)
Menunujukkan produktivitas dari faktor-faktor tertentu yang digunakan untuk menghasilkan keluaran. Faktor tersebut berupa bahan baku atau tenaga kerja atau energi atau yang lainnya. Misalnya : produktivitas material, berarti perbandingan antara keluaran dengan material yang dipakai untuk keluaran tersebut. Formulasi yang digunakan produktivitas parsial adalah:
...3(4) Keuntungan pengukuran dengan produktivitas parsial adalah :
1. Mudah dimengerti.
2. Mudah mendapatkan data.
3. Mudah menghitung indeks produktivitas.
4. Mudah untuk dipakai oleh manajemen suatu perusahaan karena ketiga keuntungan diatas.
5. Beberapa indikator data produktivitas parsial (seperti keluaran per jam kerja orang) tersedia atau mudah didapat pada perindustrian pada umumnya.
6. Alat diagnosa yang baik untuk bagian-bagian yang perlu ditingkatkan produktivitas, jika digunakan dengan indikator produktivitas total
Keterbatasan pengukuran produktivitas parsial adalah :
1. Bila digunakan pengukuran ini saja, hasilnya belum dapat dijadikan patokan perbaikan sehingga dapat menyebabkan kerugian.
2. Tidak dapat menjelaskan kanaikan biaya secara keseluruhan.
3. Cenderung untuk melakukan perbaikan hanya pada bagian yang diukur.
4. Tidak baik untuk pengontrolan profit 3.3 Pengukuran Produktivitas
Blocher, et al., (2007) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas operasional adalah rasio unit output terhadap unit input.
Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit).
Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input output, tetapi angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah).
Hal ini sekaligus ingin menegaskan bahwa pemilihan indikator pengukuran produktivitas harus mengacu pada kebutuhan Iangsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan perbaikan produktivitas dari perusahaan itu (Gaspersz, 2014):
a. Kuantitas Produksi / Kuantitas Pcnggunaan Tenaga Kerja.
b. Kuantitas Produksi / Kuantitas Penggunaan Material.
c. Kuanitas Produksi / Kuantitas Penggunaan Energi.
d. Jam Kerja Aktual / Jam Kerja Standar.
e. Jam Kerja Tidak Langsung / Jam Kerja Langsung.
f. Jam Kerja Setup Produksi / Jam Kerja Aktual Produksi.
g. Kuantitas unit Yang Diterima / Kuantitas Unit Yang Diinspeksi.
h. Kuantitas Produk Cacat / Kuantitas Produksi
i. Kuantitas Produksi Berdasarkan Skedul (Rencana Produksi) / Kuantitas j. Produksi Aktual.
3.4 Unsur - Unsur Produktivitas
Unsur-unsur yang terdapat pada produktivitasm (Silalahi, et al, 2014):
a. Efisiensi
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Efisiensi dapat diartikan sebagai kegiatan penghematan penggunaan sumber-sumber dalam kegiatan produksi atau kegiatan organisasi, seperti: penghematan pemakaian bahan baku, tenaga listrik, uang, tenaga kerja, waktu, ruangan,air, dan sebagainya.
b. Efektivitas
Menunjukkan pencapaian hasil produksi perusahaan bila dilihat dari sudut akurasi dan kualitasnya dari output produksi seperti hasil produksi, hasil produk cacat, hasil produk baik, hasil produk yang mengalami perbaikan dan sebagainya. Efektivitas menggambarkan seberapa jauh target yang ditentukan dapat dicapai, baik dari segi waktu maupun kualitas. Makin besar presentase target tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya, konsep ini berorientasi keluaran.
c. Kriteria Inferensial
Kriteria Inferensial menunjukkan suatu kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas. Bila diikutsertakan dalam matriks dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor-faktor yang mayor seperti kerusakan mesin dan
jam pemakaian mesin.
3.5 Manfaat Produktivitas
Suatu perusahaan harus mengetahui manfaat dari pengukuran produktivitas yang telah dilakukan. Berikut beberapa manfaat pengukuran produktivitas antara lain:
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa.
2. Perencanaan sumber daya bisa lebih mudah dilakukan melalui pengukuran produktivitas, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Tujuan ekonomi serta non ekonomi perusahaan dapat diatur kembali menurut prioritas dilihat dari sudut pandang usaha pengukuran produktivitas.
4. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.
5. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus- menerus (continuous productivity improvement).
6. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terusmenerus yang dilakukan dalam perusahaan itu.
7. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
3.6 Strategi Meningkatkan Produktivitas
Perusahaan atau departemen dapat mengambil sejumlah tahap penting dalam rangka meningkatkan produktivitas (Stevenson dan Chuong,2015 ) yaitu :
a. Mengembangkan ukuran produktivitas untuk seluruh operasi.
Pengukuran adalah tahap pertama dalam mengelola dan mengendalikan operasi.
b. Melihat sistem dalam keseluruhan agar dapat memutuskan operasi mana yang paling penting. Ini adalah keseluruhan produktivitas yang penting.
Manajer perlu bercermin pada nilai dari potensi peningkatkan produktivitas sebelum menyetujui usaha perbaikan. masalahnya adalah efektivitas. Ada beberapa aspek perbaikan. Salah satu aspeknya adalah memastikan hasilnya akan menjadi sesuatu yang diinginkan oleh pelanggan.
c. Mengembangkan metode untuk mencapai peningkatan produktivitas, seperti meminta ide dari tenaga kerja (mungkin mangtur tim tenaga kerja, insinyur, dan manajer), mempelajari bagaimana perusahaan lain meningkatkan produktivitas, dan menelaah kembali cara kerja yang dilakukan.
d. Menentukan sasaran perbaikan yang layak.
e. Menjelaskan bahwa pihak manajer mendukung dan mendorong peningkatan produktivitas. Pertimbangkan insentif untuk menghargai kontribusi tenaga kerja.
f. Mengukur perbaikan dan mengumumkannya.
3.7 Siklus Produktivitas
Siklus produktivitas adalah suatu proses untuk meningkatkan produktivitas yang melibatkan struktur organisasi yang formal dari level atas sampai level rendah. Menurut Sumanth (dalam Permadi, Bakar, & Helianty, 2015) memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai siklus produktivitas untuk dipergunakan dalam peningkatan produktivitas terus-menerus. Berikut empat siklus produktivitas terdiri dari, yaitu:
1. Pengukuran produktivitas (Measurement) 2. Evaluasi produktivitas (Evaluation) 3. Perencanaan produktivitas (Planning)
4. Peningkatan produktivitas (Improvement)
3.8 Metode Pengukuran Objective Matrix (OMAX)
Objective Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas disetiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (Objective). Model ini dikembangkan oleh Dr. James L. Riggs (Department of Industrial Engineering di Oregon State University). OMAX diperkenalkan pada tahun 80-an di Amerika Serikat. (Avianda, 2014).
Hasil akhir dari pengukuran ini adalah nilai tunggal untuk kelompok kerja, dalam OMAX diharapkan aktivitas seluruh personal perusahaan turut menilai, memperbaiki dan mempertahankan performasi unitnya. (Avianda, Yuniati, Yuniar, 2014). Dengan demikian model ini dapat digunakan untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang amat berpengaruh dan yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Kegunaan Objective Matrix (OMAX) menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) yaitu:
1. Sebagai sarana pengukuran produktivitas
2. Sebagai alat bantu pemecah masalah produktivitas 3. Alat pemantau pertumbuhan produktivitas
3.9 Kelebihan dan Kekurangan Metode Objective Matrix (OMAX)
Objective Matrix mempunyai kelebihan - kelebihan sebagai berikut:
Relatif sederhana dan mudah dipahami; Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus; Merupakan kombinasi dari pendekatan kualitatif dan kuantitatif;
Satuan kritertia produktivitas yang berbeda dapat dijadikan satuan baku; Dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kinerja atau kriteria produktivitas yang dipertimbangkan dalam unit kerja yang terkait; Indikator kerja untuk setiap masukan dan keluaran dapat terdefinisi dengan jelas; Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan menejemen dalam penentuan bobot; Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana.
Selain kelebihan-kelebihan diatas, Objective Matrix (OMAX) juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut: Subjektifitas terkadang dilakukan dalam menentukan level indikator kerja. Untuk mendapatkan indeks
kinerja yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar.
3.10 Bentuk dan Sususan Objective Matrix (OMAX)
Menurut Christopher (2003), Objective Matrix merupakan suatu metode pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator pencapaian dan suatu prosedur pembobotan untuk memperoleh indeks produktivitas total. Susunan model ini berupa matriks yaitu sebuah tabel yang sel-selnya disusun menurut kolom dan baris sehingga dapat dibaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
Susunan matriks ini akan memudahkan dalam pengoperasiannya. Susunan model Objective Matrix ini terdiri atas beberapa bagian yakni sebagai berikut :
1. Kriteria Produktivitas
Adalah kegiatan dan faktor yang mendukung produktivitas unit kerja yang sedang diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan perbandingan (rasio). Kriteria ini menyatakan ukuran efektivitas, kuantitas dan kualitas dari output, efisiensi dan utilisasi dari input, konsistensi dari operasi dan
ukuran khusus atau faktor lainnya yang secara tidak langsung berhubungan dengan tingkat produktivitas yang diukur. Setiap kriteria harus terukur dan sebaiknya tidak saling bergantung. Kriteria yang melukiskan ukuran produktivitas letaknya di kelompok paling atas dari matriks ini.
2. Tingkat Pencapaian
Setelah beberapa periode waktu, dilakukanlah pengukuran untuk memantau besarnya pencapaian performansi untuk setiap kriteria.
Keberhasilan pencapaian itu kemudian diisikan pada baris performance yang tersedia untuk semua kriteria. Kemudian untuk perhitungan rasio diperoleh dari bagian yang berkaitan dengan produktivitas.
3. Sel-sel skala Matrix
Kerangka dari badan matriks disusun dari besaran pencapaian setiap kriteria. Di dalamnya terdiri dari 11 baris, dimulai dari baris paling bawah yang merupakan pencapaian terendah atau terburuk yang dinyatakan dengan level 0, sampai dengan baris paling atas yang merupakan sasaran atau target produktivitas yang realistis yang dinyatakan dengan level 10. Tingkat pencapaian semula yaitu tingkat pencapaian yang diperoleh saat matriks mulai dioperasikan, ditempatkan pada level 3. Setelah sel-sel skala 0, 3 dan 10 diisi, sisa sel lainnya untuk setiap kriteria dengan lengkap dicantumkan secara bertingkat. Sel pada level 1, 2, dan 4 sampai 9 merupakan tingkat pencapaian antara (intermediate).
4. Skor
Pada baris skor (bagian bawah matriks), besar pencapaian pada poin nomor 2 (di bagian atas badan matriks) diubah ke dalam skor yang sesuai. Hal ini dilakukan dengan mencocokkan besaran realisasi pencapaian rasio pada poin nomor 2 dengan sel matriks yang ada dan ekuivalen dengan skala tertentu.
5. Bobot
Setiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda pada tingkat produktivitas yang diukur. Untuk itu, perlu dicantumkan bobot yang menyatakan derajat kepentingan (dalam satuan
%) yang menunjukkan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. Jumlah seluruh bobot kriteria adalah 100%.
6. Nilai
Nilai dari pencapaian yang berhasil diperoleh untuk setiap kriteria pada periode tertentu didapat dengan mengalikan skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut.
7. Indikator Pencapaian
Pada periode tententu jumlah seluruh nilai dari setiap kriteria dicantumkan pada kotak indikator pencapaian. Besarnya indikator awalnya adalah 300 karena semua kriteria mendapat skor 3 pada saat matriks mulai dioperasikan. Peningkatan produktivitas ditentukan dari besarnya kenaikan indikator pencapaian yang terjadi.
3.11 Tahapan – tahapan dalam metode OMAX
Tahapan-tahapan yang dilakukan untuk mengukur tingkat produktivitas dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX) adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Kriteria
Penentuan kriteria produktivitas harus sesuai dengan unit kerja dimana pengukuran ini dilakukan. Proses penentuan kriteria produktivitas sebaiknya lebih dari satu kriteria karena mewakili keseluruhan produktivitas yang berada pada unit kerja (Avianda, Yuniati & Yuniar, 2014).
Kriteria produktivitas dipilih sebagai acuan dalam melakukan perhitungan produktivitas, kriteria produktivitas ini akan diukur levelnya untuk menentukan tingkat produktivitas perusahaan (Helpern, et al., 2009).
b. Menghitung Rasio Performance
Performance adalah tingkat produktivitas yang merupakan rasio tiap kriteria tiap periode pengukuran. Nilai performansi diperoleh dengan cara membagi rasio input dengan output pada masing-masing kriteria (Hamidah, Deoranto & Astuti, 2013)
Fluktuasi nilai performansi menunjukkan tingkat pencapaian produktivitas belum baik sehingga perlu dilakukan perbaikan. Tingkat nilai performanse bergantung pada efisiensi pemakaian input dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang maksimal (Hamidah,
Deoranto & Astuti, 2013).
c. Penentuan Target dan Bobot
Pengukuran produktivitas dengan metode OMAX diperlukan penentuan target dan bobot untuk setiap kriteria. Target yaitu nilai yang ingin dicapai oleh perusahaan, target yang ingin dicapai tentunya harus realistis dengan keadaan perusahaan saat ini. Bobot merupakan derajat kepentingan dari kriteria yang dinyatakan dalam satuan persen (%), total bobot dari semua kriteria bernilai 100% (Avianda, Yuniati &
Yuniar, 2014).
d. Penentuan Performansi Standar (Level 3)
Pada tahap ini menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) nilai performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio performansi dan ditempatkan pada level 3.
Menurut Hamidah, Deoranto & Astuti (2013) secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
...3(5) Keterangan:
Xi = Rasio performance ke-i n = Jumlah data
e. Penentuan Performansi Terendah (Level 0)
Level 0 merupakan skala terkecil yang didapatkan dari nilai terkecil perhitungan setiap rasio performansi (Avianda, Yuniati &
Yuniar,2014). Nilai produktivitas terendah merupakan nilai yang harus dihindari perusahaan karena nilai ini merupakan pencapaian terburuk (Hamidah, Deoranto & Astuti, 2013).
f. Penentuan Performansi Tertinggi (Level 10)
Pada tahap ini menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) level 10 didapatkan dari target yang ingin dicapai oleh perusahaan Setiap perusahaan pasti mempunyai target yang ingin dicapai dalam waktu tertetu sesuai dengan kemampuan perusahaan.
Secara matematis menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) penentuan performansi tertinggi yaitu:
( ) ...3(5)
g. Penentuan Level 1 – Level 2 dan Level 3 – Level 9
Menurut Hamidah, Deoranto & Astuti (2013) level 1-2 dan level 4-9 merupakan nilai yang mungkin dicapai sebelum sasaran akhir, nilai level 1- level 2 dan level 4 – level 9 pada masing–masing kriteria dapat dilihat sebagai berikut:
...3(6)
...3(7)
h. Perhitungan Skor dan Indikator Performansi
Skor yaitu level terpilih yang diperoleh dengan cara melihat pada data pengukuran saat ini pada berada dilevel mana, kemudian level dari performansi tersebut ditulis dalam kolom skor, yang ditulis adalah level perfomansinya bukan nilai performansinya. Jika skor sudah diketahui langkah berikutnya yaitu menghitung nilai, nilai diperoleh dari hasil perkalian skor dengan bobot. Untuk menghitung indikator performansi, diperoleh dari hasil penjumlahan nilai dari keseluruhan rasio kriteria
(Avianda, Yuniati & Yuniar, 2014).
i. Tabel Objective Matrix (OMAX)
Tabel 3.1 Format Tabel Objective Matrix (OMAX) Kriteria
Level Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4
Performansi
Target 10
9 8 7 6 5 4 Performansi
Standar 3
2 1 Performansi
Terendah 0
Skor
Bobot (%)
Nilai
Indikator Performansi
Indeks Produktivitas j. Pengukuran Indeks Produktivitas
Menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) pengukuran indeks produktivitas dilakukan untuk mengetahui terjadi kenaikan atau penurunan selama periode tersebut, secara matematis, yaitu:
o Indeks Produktivitas terhadap performansi standar
......3(8)
o Indeks Produktivitas terhadap performansi sebelumnya =
...3(9)
k. Analisis Pencapaian Skor Setiap Rasio
Menurut Avianda, Yuniati & Yuniar (2014) analisis pencapaian skor setiap rasio yaitu analisis yang bertujuan untuk melihat skor masing- masing kriteria rasio produktivitas. Sehingga dapat diketahui rasio dengan nilai terendah.
42 BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data
4.1.1 Data Produksi
PT. Trafoindo Prima Perkasa merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang kelistrikan khususnya trafo. Untuk merk dagang PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah Trafindo. Sesuai penempatan kerja praktek yang berada pada trafindo 4. Trafoindo memiliki 3 Production Line yaitu Production Line 1 &
2 yang khusus mengerjakan permintaan dari PLN dan Production Line 3 khusus mengerjakan permintaan dari swasta. Penulis hanya fokus pada Production Line 1 dan jenis trafo 100KVA di PT. Trafoindo Prima Perkasa. Penulis fokus pada objek penelitian yang dibutuhkan dalam pengukuran produktivitas dengan mengidentifikasi data-data sebagai berikut:
1. Data jumlah tenaga kerja 2. Data hari kerja tenaga kerja 3. Data rencana produk 4. Data produk aktual 5. Data label trafoindo
Data total produk yang dihasilkan pada Production Line 1 selama periode Februari 2018 – Agustus 2018 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Total Produksi Trafo 100kva pada Production Line 1
Periode Total Rencana Produk (set) Total Produk Aktual (set)
Feb-18 125 96
Mar-18 145 70
Apr-18 67 60
May-18 69 20
Jun-18 20 5
Jul-18 106 20
Aug-18 75 50
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
4.1.2 Data Jumlah Tenaga Kerja
Data jumlah tenaga kerja Production Line 1 di PT. Trafoindo Prima Perkasa diperoleh dari shift manager PT. Trafoindo Prima Perkasa. Data jumlah tenaga kerja di Production Line 1 di PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Data Total Tenaga Kerja pada Production Line 1 Periode Total Tenaga Kerja
Feb-18 81
Mar-18 81
Apr-18 128
May-18 128
Jun-18 68
Jul-18 68
Aug-18 65
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
Data total hari terpakai pada Production Line 1 di PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Hari Kerja
Periode Total Hari Kerja Tenaga Kerja
Feb-18 26
Mar-18 25
Apr-18 23
May-18 24
Jun-18 20
Jul-18 26
Aug-18 25
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
4.1.3 Data Perakitan Label Trafoindo
Data penggunaan Label Trafindo pada Production Line 1 Trafo 100KVA di PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Total Label Trafindo yang digunakan
Periode Total Label Trafindo (pcs)
Feb-18 130
Mar-18 148
Apr-18 70
May-18 75
Jun-18 25
Jul-18 100
Aug-18 79
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
Keterangan:
Untuk 1 set trafo terdapat 1 pcs Label Trafindo 4.2 Pengolahan Data
Pada pengukuran produktivitas OMAX ini, peneliti membagi menjadi dua tahap yaitu tahap pertama pembuatan matriks OMAX dan tahap pengoperasian matriks OMAX.
4.2.1 Tahap pembuatan standar matrix objective matrix (OMAX)
Tahap ini merupakan tahap awal dalam melakukan pengukuran produktivitas dengan metode OMAX. Tahap ini performansi standar diperoleh dari hasil perhitungan rata-rata setiap rasio performansi dan ditempatkan pada level 3. Selanjutnya rasio yang memiliki nilai terbaik akan ditempatkan pada level 0.
1. Menentukan Kriteria Produksi
Ada 4 kriteria yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas yang ada di lantai Procution Line 1 PT. Trafoindo Prima Perkasa. Kriteria melalui proses pengamatan, wawancara, dan ketersediaan data dalam perusahaan. Berikut ini merupakan 4 kriteria yang digunakan:
Keterangan:
• Total Produk Aktual adalah jumlah produk yang di produksi perusahaan selama satu bulan
• Total Waktu Tenaga Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada Production Line 1
• Total Rencana Produk adalah jumlah produk yang direncanakan perusahaan selama satu bulan
• Total Label Trafoindo
2. Menghitung Rasio Produktivitas dan Rasio Performansi
Setelah menentukan kriteria produktivitas yang akan diukur, dan semua data telah dikumpulkan langkah selanjutnya yaitu mengubah kriteria-kriteria tersebut ke dalam bentuk rasio produktivitas maka langkah selanjutnya melakukan perhitungan rasio produktivitas.
Perhitungan ini dilakukan unutk mngetahui nilai dari tiap rasio yang telah ditentkan. Nilai-nilai rasio dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Data perusahaan Production Line 1 periode Februari 2018 - Agustus 2018
Satuan Hari Set Orang Pcs
Periode
Total Waktu Tenaga
Kerja
Total Produk Aktual
Total Rencana
Produk
Total Tenaga
Kerja (orang)
Total Label Trafoindo (pcs)
Feb-18 26 96 125 81 130
Mar-18 25 70 145 81 148
Apr-18 23 60 67 128 70
May-18 24 20 69 128 75
Jun-18 20 5 20 68 25
Jul-18 26 20 106 68 100
Aug-18 25 50 75 65 79
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Rasio Tiap Kriteria
Periode Rasio 1 (Set/Hari)
Rasio 2
(Set/Orang) Rasio 3 (%) Rasio 4 (%)
Feb-18 3.692 1.185 0.768 0.738
Mar-18 2.800 0.864 0.483 0.473
Apr-18 2.609 0.469 0.896 0.857
May-18 0.833 0.156 0.290 0.267
Jun-18 0.250 0.074 0.250 0.200
Jul-18 0.769 0.294 0.189 0.200
Aug-18 2.000 0.769 0.667 0.633
Rata-Rata 1.851 0.544 0.506 0.481
Terendah 0.250 0.074 0.189 0.857
Tertinggi 3.692 1.185 0.896 0.200
Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan:
Rasio 1 =
Rasio 2 =
Rasio 3 =
Rasio 4 =
Contoh Perhitungan Rasio 1 Bulan Februari 2018 Rasio 1 =
Rasio 1 =
=3,692 Set/hari
Contoh Perhitungan Rasio 2 Bulan Februari 2018 Rasio 2 =
Rasio 2 =
=1,185 Set/Orang
Contoh Perhitungan Rasio 3 Bulan Februari 2018 Rasio 3 =
Rasio 3 =
=0,768 = 76,8
Contoh Perhitungan Rasio 4 Bulan Februari 2018 Rasio 4 =
Rasio 4 =
=0,738 = 73,8%
Tahap selanjutnya menentukan nilai produktivitas rata-rata (level 3) dari setiap rasio, nilai produktivitas terendah (level 0) serta menentukan nilai produktivitas tertinggi dengan target yang ingin dicapai perusahaan (level 10).
3. Penentuan Target dan Bobot
Dalam menentukan bobot dan target diperoleh dari wawancara dengan manager produksi Production Line 1 PT. Trafoindo Prima Perkasa
Tabel 4.7 Peningkatan yang diinginkan PT. Trafoindo Prima Perkasa Rasio Peningkatan yang Diinginkan
1 20%
2 20%
3 80%
4 20%
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
Tabel 4.8 Bobot yang diinginkan PT. Trafoindo Prima Perkasa Rasio Bobot yang Diinginkan
1 20%
2 20%
3 20%
4 20%
Sumber: PT. Trafoindo Prima Perkasa
4. Menentukan nilai produktivitas rata-rata (level 3) dan nilai produktivitas terendah (level 0)
Nilai level 3 didapatkan dari pengukuran rata-rata nilai produktivitas perusahaan, periode pengukaran dilakukan selama Februari 2018 sampai Agustus 2018. Nilai level 0 merupakan nilai yang harus dihindari oleh perusahaan karena merupakan pencapaian terburuk,level 0 didapatkan dari nilai terkecil pada perhitungan produktivitas perusahaan selama Februari 2018 sampai Agustus 2018.
Berikut adalah tabel nilai rasio performansi rata-rata (level 3) dan nilai rasio performansi terendah ( level 0).
Tabel 4.9 Penentuan Level 3 dan Level 0
Rasio
Rasio Perfomansi
Rata-Rata (Level 3)
Rasio Performansi
Terendah (Level 0)
Rasio 1 1.851 0.250
Rasio 2 0.544 0.074
Rasio 3 0.506 0.189
Rasio 4 0.481 0.857
Sumber: Hasil Perhitungan
5. Menghitung nilai produktivitas tertinggi dengan target yang ingin dicapai perusahaan (level 10).
Setiap perusahaan mempunyai target yang ingin dicapai dalam waktu tertentu dengan kemampuan. Target perusahaan tersebut digambarkan pada level 10.
Level 10 = (Peningkatan yang diinginkan x Rasio Produktivitas Tertinggi) + Rasio Produktivitas Tertinggi
Berikut adalah tabel nilai rasio performansi yang diinginkan perusahaan (level 10)
Tabel 4.10 Penentuan Level 10
Rasio
Rasio Performansi
Tertinggi
Peningkatan yang diinginkan
Rasio Performansi yang diinginkan
(Level 10)
Rasio 1 3.692 20% 4.431
Rasio 2 1.185 20% 1.422
Rasio 3 0.896 80% 1.612
Rasio 4 0.200 20% 0.160
Sumber: Hasil Perhitungan
Contoh Perhitungan Level 10 Rasio 1
Level 10 = (Peningkatan yang dinginkan x Rasio Produktivitas Tertinggi) + Rasio Produktivitas Tertinggi
Level 10 = (
)
6. Menghitung skala antara level 1 dan level 2
Tabel 4.11 Penentuan Level 1 dan Level 2
Rasio
Rasio Perfomansi Rata-Rata (Level
3)
Rasio Performansi Terendah (Level
0)
Level1-Level2
1 1.851 0.250 0.534
2 0.544 0.074 0.157
3 0.506 0.189 0.106
4 0.481 0.857 -0.125
Sumber: Hasil Perhitungan
Contoh perhitungan level 1 dan level 2 Rasio 1 Level 1 = Level 0 + (Level 1 – Level 2)
= 0,250 + (0,534) = 0,784
Level 2 = Level 1 + ( Level 1 – Level 2) = 0,784 + (0,534) = 1,318