LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN KANTOR KEMENTERIAN AGAMA RI DAN BADAN
LEGISLASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Laporan Individu Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Dosen Pembimbing Lapangan: Hj. Lathifah Munawwaroh, Lc., M.A
Disusun Oleh:
Ahmad Haris Sa’dullah (2102016036)
HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2024
ii
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Program Studi Hukum Keluarga Islam
Ahmad Haris Sa’dullah 2102016036
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui sebagaimana mestinya.
Semarang, 17 Maret 2024
Menyetujui, Mengetahui,
Dosen Pembimbing Lapangan Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam
Hj. Lathifah Munawwaroh, Lc., M.A.
NIP. 198406132019031003
Hj. Nur Hidayati Setyani, SH., MH.
NIP. 196703201993032001
iii
menyelesaikan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sampai dengan pembuatan laporan KKL ini. Laporan ini merupakan gambaran secara global dari kegiatan KKL yang dilakukan penyusun di Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam (BIMAS ISLAM) KEMENAG dan Lembaga Legislasi (DPR). Kegiatan KKL telah dilaksanakan oleh mahasiswa mulai tanggal 26 Februari sampai dengan 29 Februari 2024. Dalam kurun waktu tersebut penyusun telah melaksanakan berbagai kegiatan berkaitan dengan bagaimana Tugas dan Fungsi Dirjen Bimas Islam dan Lembaga Legislasi.
Sebagai ungkapan syukur, tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak atas bimbingan, bantuan, dukungan secara material, tenaga, maupun moral. Dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih pada:
1. Prof. Dr. Nizar, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
2. Dr. KH. Moh. Arja Imroni, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan izin pelaksanaan kegiatan PPL.
3. Nur Hidayati Setyani, S.H., M.H. selaku ketua jurusan Hukum Keluarga Islam.
4. Ahmad Fuad Al-Anshary, S.H.I., M.H.I. selaku ketua panitia pelaksanaan PPL Fakultas Syari’ah dan Hukum Tahun 2024.
5. Hj. Lathifah Munawwaroh, Lc., M.A. Selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama proses pelaksanaan dan penyusunan laporan KKL.
iv
banyak membantu, mengarahkan, serta membimbing dalam pelaksanaan KKL.
8. Bapak/Ibu pegawai serta seluruh karyawan Lembaga Legislasi DPR RI yang banyak membantu, mengarahkan, serta membimbing dalam pelaksanaan KKL
9. Rekan-rekan KKL Kelompok 15 Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
10. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam Pelaksanaan PPL dan penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam pelaksanaan program PPL serta dalam menyusun laporan ini. Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan himbauan sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Semarang, 17 Maret 2024
Ahmad Haris Sa’dullah NIM. 2102016036
v
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I ... 7
PENDAHULUAN ... 7
A. Latar Belakang ... 7
B. Tujuan Pelaksanaan KKL ... 8
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan KKL ... 8
BAB II ... 9
PELAKSANAAN KKL ... 9
A. Pembekalan ... 9
B. Kuliah Kerja Lapangan di Kementrian Agama RI ... 11
C. Kuliah Kerja Lapangan di Badan Legislasi ... 12
BAB III ... 13
ANALISIS PELAKSANAAN KKL ... 13
A. Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Kementrian Agama RI ... 13
B. Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Badan Legislasi ... 19
BAB IV ... 25
PENUTUP ... 25
A. Kesimpulan ... 25
B. Saran ... 26
LAMPIRAN ... 27
vi
Gambar 3. 1………………27
Gambar 3. 2 ... 27 Gambar 3. 3 ... 28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di bidang hukum tidak hanya mencakup pemahaman teoritis mengenai prinsip-prinsip hukum, tetapi juga melibatkan penerapan konsep-konsep tersebut dalam konteks nyata. Salah satu elemen kritis dalam menyiapkan mahasiswa hukum untuk menjadi praktisi yang kompeten adalah melalui kuliah kerja lapangan (KKL). KKL menjadi langkah penting dalam menyeimbangkan teori dengan praktik, memberikan mahasiswa kesempatan untuk meresapi esensi profesi hukum di dunia sebenarnya.
Sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada aturan dan norma yang mengatur perilaku manusia dalam masyarakat, hukum memerlukan penerapan langsung untuk memahami kompleksitas situasi, konflik, dan tantangan yang dihadapi oleh para praktisi hukum. Oleh karena itu, KKL bukan hanya sekadar tambahan pada kurikulum, tetapi merupakan komponen integral dalam membentuk mahasiswa menjadi individu yang mampu menjembatani jurang antara teori dan realitas hukum.
Pada tahap awal pendidikan hukum, mahasiswa terpapar pada prinsip- prinsip dasar dan konsep-konsep hukum yang bersifat umum. Namun, tanpa pengalaman langsung di lapangan, pemahaman mereka cenderung bersifat terbatas dan abstrak. KKL memberikan ruang untuk memperdalam pemahaman mahasiswa melalui partisipasi aktif dalam proses-proses hukum sehari-hari. Dalam konteks KKL, mahasiswa tidak hanya memiliki pemahaman tentang bagaimana hukum berfungsi, tetapi juga belajar untuk mengatasi permasalahan praktis dan mendapatkan wawasan tentang dinamika interpersonal yang terlibat dalam praktik hukum. Dengan demikian, KKL bukan hanya sekadar 'latihan' untuk merinci pengetahuan teoritis, melainkan peluang berharga untuk mengasah keterampilan praktis dan sosial yang penting untuk keberhasilan dalam karir hukum.
Laporan ini akan menguraikan kegiatan KKL mahasiswa dalam konteks pendidikan hukum, melihat bagaimana kerja secara langsung di lapangan tidak hanya menambahkan dimensi praktis pada pendidikan, tetapi juga membentuk mahasiswa menjadi profesional hukum yang tanggap, etis, dan siap menghadapi tantangan kompleks dalam dunia hukum yang beragam.
B. Tujuan Pelaksanaan KKL
Adapun tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang adalah untuk mengimplementasikan teori-teori mata kuliah keahlian khusus yaitu mata kuliah yang berkaitan dengan prosedur penegakan hukum serta pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia
Dengan demikian KKL merupakan sarana yang tepat bagi seluruh mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang untuk bisa mengembangkan potensi dirinya sebagai bagian dari civitas akademika UIN Walisongo Semarang. Dengan demikian, tujuan pendidikan akan dapat terwujud secara bersama-sama dan mmapu menjadikan sebuah kontribusi yang signifikan bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
C. Tempat dan Waktu Pelaksanaan KKL Tempat Pelaksanaan KKL:
1. Kementrian Agama RI 2. Badan Legislasi RI Waktu Pelaksanaan KKL:
27 – 29 Februari 2024
BAB II
PELAKSANAAN KKL
A. Pembekalan
Sebelum memulai kegiatan KKL online, tahapan pertama dari serangkaian KKL adalah pembekalan atau coaching yang diselenggarakan oleh jajaran kepanitiaan KKL Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang. Tujuan dari pembekalan ini adalah untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki pemahaman yang jelas tentang ekspektasi, tugas, dan tanggung jawab yang diharapkan selama KKL, serta untuk mempersiapkan mereka secara mental dan praktis untuk menghadapi lingkungan kerja yang sesungguhnya. Pembekalan ini wajib diikuti oleh seluruh peserta KKL.
Waktu pelaksanaan pembekalan KKL yakni tanggal 22 Februari 2024 pada pukul 08.00-12.00 WIB secara offline bertempat di Gedung Auditorium 2 UIN Walisongo Semarang.
Sebelum pembekalan, terlebih dahulu diawali dengan pembukaan yang di buka oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang diwakili oleh Wakil Dekan I Fakultas Syariah dan Hukum. Agenda selanjutnya adalah laporan panitia pelaksanaan KKL Fakultas Syariah dan Hukum oleh Ibu Hj. Briliyan Ernawati SH., M. Hum.
Sesi selanjutnya adalah penyampaian pembekalan. Adapun materi yang disampaikan adalah sebagai berikut:
1. Penyampaian Rundown Acara
Sebagai bagian dari persiapan untuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Panitia menjelaskan rundown acara terkait pelaksanaan KKL.
2. Pengenalan terhadap Lembaga Kunjungan KKL
Panitian KKL menyampaikan pembekalan dengan memberikan pengenalan yang komprehensif terhadap lingkungan kerja lembaga yang
akan dikunjungi di mana mahasiswa akan menjalani KKL. Lembaga yang akan dikunjungi oleh Mahasiswa Hukum Keluarga Islam selama pelaksanaan KKL nnatinya adalah Kementrian Agama RI Republik Indoensia serta Badan Legislasi.
3. Penekanan pada Etika dan Profesionalisme
Salah satu aspek yang penting dalam pembekalan adalah penekanan pada etika dan profesionalisme dalam lingkungan kerja. Panitia KKL membahas tentang pentingnya menjaga integritas, menghormati aturan, dan kebijakan perusahaan, serta berperilaku dengan sikap yang profesional dalam setiap interaksi dengan rekan kerja dan atasan. Hal ini bertujuan untuk membentuk mahasiswa menjadi individu yang berintegritas di tempat kunjungan KKL.
4. Sesi Tanya Jawab dan Diskusi
Pembekalan juga mencakup sesi tanya jawab dan diskusi, di mana mahasiswa memiliki kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami atau klarifikasi mengenai tugas dan tanggung jawab mereka selama KKL. Diskusi juga dapat melibatkan pengalaman- pengalaman dari mahasiswa yang sudah melaksanakan KKL sebelumnya, untuk memberikan wawasan tambahan dan mempersiapkan mereka secara lebih baik.
Dengan mengikuti pembekalan yang diselenggarakan oleh Panitia KKL Fakultas Syariah dan Hukum, diharapkan mahasiswa dapat memasuki periode KKL dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan kerja yang akan mereka hadapi serta memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk berhasil dalam tugas-tugas yang diberikan.
B. Kuliah Kerja Lapangan di Kementrian Agama RI
Lembaga yang menjadi tujuan pertama dari pelaksanaan kunjungan KKL bagi Mahasiswa Hukum Keluarga Islam adalah Kantor Kementrian Agama Republik Indonesia.
Sesi kunjungan diawali dengan memberikan paraf kehadiran dalam daftar peserta KKL Mahasiswa Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang. Selanjutnya, para mahasiswa diarahkan untuk memasuki auditorium pertemuan di Gedung Kementrian Agama Republik Indonesia Lantai 4. Setelah seluruh mahasiswa peserta KKL berkumpul di auditorium, agenda selanjutnya adalah main acara.
Main acara diawali dengan penyampaian maksud dan tujuan kedatangan pihak UIN Walisongo Semarang ke Kantor Kemenag Republik Indonesia yang disampaikan oleh Ibu Antin Lathifah selaku Perwakilan dari pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.
Sesi selanjutnya adalah bagian paling inti dari pelaksanaan Kunjungan KKL Mahasiswa Hukum Keluarga Islam yaitu penyampaian substansi materi yang meliputi Pengenalan Umum Kementrian Agama RI, Sejarah Pembentukan Kementrian Agama RI, Wewenang dan Tugas Kementrian Agama RI, Struktur Kementrian Agama RI, Anggota Kementrian Agama RI, Tugas dari Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam serta Peran Mahasiswa bersama Kementrian Agama RI dalam rangka mewujudkan tatanan keagamaan di Indonesia yang bersih. Usainya penyampaian materi, agenda dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mahasiswa kepada pemateri.
Sesi terakhir dari kunjungan KKL Kementrian Agama RI adalah penyerahan kenang-kenangan baik dari pihak UIN Walisongo Smearang kepada Komis Yudisial maupun dari pihak Kementrian Agama RI ke pihak UIN Walisongo Semarang.
C. Kuliah Kerja Lapangan di Badan Legislasi RI
Lembaga yang menjadi tujuan kedua dari pelaksanaan kunjungan KKL bagi Mahasiswa Hukum Keluarga Islam adalah Badan Legislasi Republik Indonesia.
Sesi kunjungan diawali dengan screening kehadiran peserta KKL Mahasiswa Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang. Selanjutnya, para mahasiswa diarahkan untuk memasuki auditorium pertemuan di Gedung Nusantara 1 Badan Legislasi Republik Indonesia. Setelah seluruh mahasiswa peserta KKL berkumpul di auditorium, agenda selanjutnya adalah main acara.
Main acara diawali dengan pembukaan oleh Badan Legislasi yang dalam kesempatan itu diwakili oleh Ketua Layanan Hubungan Masyarakat Badan Legislasi dilanjutkan penyampaian maksud dan tujuan kedatangan pihak UIN Walisongo Semarang ke Badan Legislasi Republik Indonesia yang disampaikan oleh Ibu Antin Lathifah selaku Perwakilan dari pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang.
Sesi selanjutnya adalah bagian paling inti dari pelaksanaan Kunjungan KKL Mahasiswa Hukum Keluarga Islam yaitu penyampaian substansi materi yang meliputi Pengenalan Umum Badan Legislasi, Sejarah Pembentukan Badan Legislasi, Wewenang dan Tugas Badan Legislasi, Anggota Badan Legislasi, serta Peran Badan Legislasi dalam menangani problematika pembuatan peraturan di Indonesia. Usainya penyampaian materi, agenda dilanjutkan dengan sesi tanya jawab mahasiswa kepada pemateri.
Sesi terakhir dari kunjungan KKL Badan Legislasi adalah penyerahan kenang-kenangan baik dari pihak UIN Walisongo Smearang kepada Badan Legislasi maupun dari pihak Badan Legislasi ke pihak UIN Walisongo Semarang.
BAB III
ANALISIS PELAKSANAAN KKL
A. Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Kementrian Agama RI
Pelaksanaan KKL di Kementrian Agama RI memberikan banyak materi dan pengetahuan yang dapat dipelajari oleh para mahasiswa. Materi-materi tersebut meliputi:
1. Latar Belakang/Alasan Utama Pembentukan Kementrian Agama RI Latar belakang terbentuknya Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) berkaitan dengan sejarah dan konteks Indonesia sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Berikut adalah beberapa poin penting yang mendasari terbentuknya Kementerian Agama RI:
1) Kehidupan Beragama yang Penting
Di Indonesia, agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Islam menjadi kekuatan yang mendasari banyak aspek kehidupan, termasuk politik, sosial, dan budaya.
2) Warisan Sejarah
Sebelum terbentuknya Kementerian Agama, fungsi administrasi dan regulasi agama di Indonesia dikelola oleh lembaga-lembaga yang berbeda-beda, tergantung pada masa pemerintahan dan kondisi politik pada saat itu. Pembentukan Kementerian Agama menyatukan fungsi- fungsi ini di bawah satu otoritas pemerintah yang khusus menangani urusan agama.
3) Perlunya Koordinasi
Dalam masyarakat yang beragam agama seperti Indonesia, koordinasi yang efektif dalam mengelola urusan keagamaan menjadi sangat penting.
Kementerian Agama berperan dalam memfasilitasi dialog antaragama,
serta mengkoordinasikan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh berbagai komunitas keagamaan di Indonesia.
4) Pendidikan Agama
Salah satu peran utama Kementerian Agama adalah mengatur sistem pendidikan agama di Indonesia. Hal ini mencakup pendidikan formal seperti madrasah dan pondok pesantren, serta pengawasan terhadap kurikulum dan kualitas pendidikan agama di sekolah-sekolah umum.
5) Layanan Keagamaan
Kementerian Agama juga bertanggung jawab atas penyelenggaraan layanan keagamaan, seperti administrasi haji dan umrah, pengelolaan masjid, serta pelayanan keagamaan bagi masyarakat secara umum.
Alasan utama di balik pembentukan Kementerian Agama RI adalah untuk menyediakan wadah formal bagi pemerintah Indonesia untuk mengelola urusan keagamaan, menjamin perlindungan hak-hak keagamaan warga negara, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama dalam konteks keberagaman Indonesia.
2. Peraturan Hukum yang Mengatur Kementrian Agama RI
Dasar hukum pembentukan Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan peraturan-peraturan pelaksana yang terkait.
Berikut adalah beberapa dasar hukum utama yang menjadi landasan terbentuknya Kementerian Agama RI:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) :
• Pasal 29: Menjamin kebebasan menjalankan ibadah agama.
• Pasal 31: Menjamin setiap warga negara Indonesia memiliki kebebasan beragama dan berkeyakinan serta memprakarsai, memeluk, dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya dan kepercayaannya.
• Pasal 32: Menjamin setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.
• Pasal 33: Menjamin perlindungan terhadap para penganut agama.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1945 tentang Pembentukan Kementerian-Kementerian Negara: Undang-Undang ini memberikan dasar hukum bagi pembentukan kementerian-kementerian negara, termasuk Kementerian Agama.
3) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia: Undang- Undang ini mengatur hak-hak asasi manusia, termasuk hak atas kebebasan beragama, yang menjadi landasan bagi keberadaan Kementerian Agama untuk memfasilitasi hak-hak asasi manusia. hak tersebut.
4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan: Undang-Undang ini memberikan dasar hukum bagi Kementerian Agama untuk melaksanakannya dalam hal administrasi kependudukan yang berkaitan dengan status keagamaan.
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kementerian Agama: Peraturan ini mengatur standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi oleh Kementerian Agama dalam memberikan layanan kepada masyarakat di berbagai bidang, termasuk pendidikan agama, penyelenggaraan ibadah, dan lain-lain.
3. Kedudukan Kementrian Agama RI dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) memiliki kedudukan yang penting dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan kedudukan Kementerian Agama dalam sistem ketatanegaraan Indonesia:
1) Eksekutif: Sebagai salah satu menteri dalam pemerintahan Republik Indonesia, Kementerian Agama berada di bawah otoritas eksekutif.
Kementerian ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia.
2) Legislatif: Meskipun Kementerian Agama tidak terlibat langsung dalam proses pembuatan undang-undang, namun keberadaannya dan kebijakan- kebijakannya dapat dipengaruhi oleh undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
3) Yudikatif Kementerian Agama juga berada di bawah sistem pengawasan yudikatif, yang dipimpin oleh Mahkamah Agung. Sistem yudikatif memiliki peran dalam menafsirkan undang-undang dan memastikan bahwa kebijakan Kementerian Agama sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
4) Fungsinya dalam Pemerintahan: Kementerian Agama memiliki fungsi khusus dalam pemerintahan, yaitu mengelola urusan keagamaan di Indonesia. Hal ini termasuk mengatur pendidikan agama, layanan keagamaan, masalah haji dan umrah, pembangunan sarana keagamaan, serta kerja sama antaragama.
5) Perlindungan Hak-hak Keagamaan: Salah satu tanggung jawab utama Kementerian Agama adalah melindungi hak-hak keagamaan warga negara Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan peraturan-undangan lainnya.
4. Struktur Organisasi Kementrian Agama RI
Struktur organisasi Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) terdiri dari beberapa unit organisasi yang bertanggung jawab atas berbagai bidang dan fungsi. Berikut adalah gambaran umum tentang Struktur Organisasi Kementerian Agama RI:
1) Menteri Agama: Menteri Agama adalah kepala Kementerian Agama RI dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Menteri Agama mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan dalam urusan keagamaan.
2) Sekretariat Jenderal: Sekretariat Jenderal adalah unit organisasi yang bertanggung jawab atas koordinasi dan administrasi umum di seluruh Kementerian Agama. Sekretariat Jenderal mendukung Menteri Agama dalam mengoordinasikan kegiatan dan kebijakan Kementerian.
3) Direktorat Jenderal: Direktorat Jenderal adalah unit organisasi yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan dan program-program di bidang tertentu. Di bawah Direktorat Jenderal, terdapat beberapa direktorat yang fokus pada bidang-bidang spesifik seperti Pendidikan Islam, Bimbingan Masyarakat Islam, Pembinaan Kelembagaan Agama, dan lain-lain.
4) Badan Administrasi Keuangan dan Umum (BAKU) : BAKU adalah unit organisasi yang bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi keuangan dan umum di Kementerian Agama. BAKU mengelola anggaran, keuangan, sumber daya manusia, dan aset-aset Kementerian Agama.
5) Badan Litbang dan Diklat: Badan Litbang dan Diklat adalah unit organisasi yang fokus pada penelitian, pengembangan, dan pelatihan di bidang keagamaan. Badan ini bertanggung jawab atas pengembangan sumber daya.
Gambar 1.1 struktur organisasi Kementrian Agama RI
5. Tugas dan Kewenangan Kementrian Agama RI
Kementerian Agama Republik Indonesia (RI) memiliki sejumlah tugas kewenangan yang luas dalam mengelola urusan keagamaan di Indonesia.
Beberapa kewenangan utama Kementerian Agama RI antara lain:
1) Pengaturan Pendidikan Agama
Kementerian Agama mempunyai wewenang dalam mengatur sistem pendidikan agama, termasuk penyelenggaraan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
2) Pengelolaan Urusan Keagamaan
Kementerian Agama bertanggung jawab atas pengelolaan urusan keagamaan di Indonesia, termasuk pengaturan pelaksanaan ibadah, pengelolaan masjid, penyelenggaraan haji dan umrah, serta memberikan dukungan bagi aktivitas keagamaan lainnya.
3) Pengawasan dan Pembinaan Terhadap Kelembagaan Agama
Kementerian Agama mempunyai peran dalam mengawasi dan membina lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia, seperti pondok pesantren, madrasah, majelis taklim, dan organisasi keagamaan lainnya.
4) Penyusunan Kebijakan Agama
Kementerian Agama terlibat dalam penyusunan kebijakan agama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, termasuk dalam hal pembinaan akhlak dan moral, promosi kerukunan antarumat beragama, serta peningkatan pemahaman agama yang moderat dan toleran.
5) Penyelenggaraan Hubungan Antaragama
Kementerian Agama berperan dalam memfasilitasi dialog dan kerjasama antaragama, serta mendorong toleransi dan perdamaian antarumat beragama di Indonesia.
6) Penerbitan Fatwa
Melalui Lembaga Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan lembaga di bawah naungan Kementerian Agama,
Kementerian Agama ikut berpartisipasi dalam menerbitkan fatwa sebagai panduan bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan beragama.
7) Administrasi Kependudukan Berbasis Agama
Kementerian Agama bertanggung jawab atas administrasi kependudukan yang berkaitan dengan status keagamaan, seperti pencatatan dan pendaftaran nikah, perceraian, serta penetapan status agama.
B. Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Badan Legislasi
Pelaksanaan KKL di Badan Legislasi memberikan banyak materi dan pengetahuan yang dapat dipelajari oleh para mahasiswa. Materi-materi tersebut meliputi:
1. Dasar Hukum Pembentukan Badan Legislasi
Badan Legislasi dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang.
Jumlah anggota Badan Legislasi ditetapkan dalam rapat paripurna menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap- tiap fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPR dan pada permulaan tahun sidang.
Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial, yang terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggotaBadanLegislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat Pembentukan Badan Legislasi DPR pertama kali (Tahun 1999) melalui Peraturan DPR tentang Tata Tertib DPR RI yang ditetapkan pada tanggal 23 September 1999, dasar hukum Badan Legislasi:
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
d. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib.
e. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib.
f. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib.
2. Sejarah Lahirnya Badan Legislasi
Sejarah terbentuknya badan lagislasi (DPR RI) secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga periode:
1) Volksraad
2) Masa perjuangan Kemerdekaan
3) Dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada
tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai berikut:
• Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo
• Wakil Ketua I : Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
• Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary
• Wakil Ketua III : Adam Malik 3. Tugas Badan Legislasi
Tugas Badan Legislasi (berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD), sebagai berikut:
1) Menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan prioritas tahunan di lingkungan DPR;
2) Mengoordinasikan penyusunan program legislasi nasional yang memuat daftar urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 (lima) tahun dan Prioritas tahunan antara DPR, Pemerintah dan DPD;
3) Mengoordinasikan penyusunan naskah akademik dan rancangan undang-undang yang diajukan oleh anggota DPR, komisi, dan gabungan komisi;
4) Menyiapkan dan menyusun rancangan undang-undang usul Badan Legislasi dan/atau Anggota Badan Legislasi berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan;
5) Melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang diajukan anggota, komisi, atau gabungan komisi, sebelum rancangan undang-undang tersebut disampaikan kepada pimpinan DPR;
6) Memberikan pertimbangan terhadap rancangan undang-undang yang diajukan oleh anggota DPR, komisi, atau gabungan komisi di luar prioritas rancangan undang-undang atau di luar rancangan undang- undang yang terdaftar dalam program legislasi nasional perubahan;
7) Melakukan pembahasan, pengubahan, dan/atau penyempurnaan rancangan undang-undang yang secara khusus ditugaskan oleh Badan Musyawarah;
8) Melakukan pemantauan dan peninjauan terhadap undang-undang 9) Menyusun, melakukan evaluasi, dan penyempurnaan peraturan DPR;
10) Mengikuti perkembangan dan melakukan evaluasi terhadap pembahasan materi muatan rancangan undang-undang melalui koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus;
11) Melakukan sosialisasi program legislasi nasional dan/atau Prolegnas perubahan;
12) Membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan setiap akhir tahun sidang untuk disampaikan kepada Pimpinan DPR; dan
13) Membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPR untuk dapat digunakan oleh Badan Legislasi pada masa keanggotaan berikutnya.
4. Wewenang Badan Legislasi
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Badan Legislasi memiliki wewenang antara lain:
1) Melakukan kunjungan kerja pada masa rese atau pada masa sidang dengan persetujuan Pimpinan DPR;
2) Mengadakan rapat koordinasi dengan komisi dan/atau panitia khusus yang mendapat penugasan membahas rancangan undang-undang, yang hasil rapatnya diinventarisasi dan dijadikan bahan evaluasi pelaksanaan prolegnas;
3) Melakukan inventarisasi dan evaluasi dengan mempertimbangkan pelaksanaan:
• Prolegnas satu masa keanggotaan;
• RUU Prioritas Tahunan;
• Penyusunan dan pembahasan rancangan undang-undang dalam satu masa keanggotaan;
• Jumlah rancangan undang-undang yang belum dapat diselesaikan;
serta
• Masalah hukum dan perundang-undangan.
5. Keanggotaan Badan Legislasi
Berdasarkan konstitusi Republik Indonesia (UUD 1945), Dewan Perwakilan Rakyat diwajibkan untuk melaksanakan tiga fungsi:
Legislasi, Anggaran, dan Pengawasan. Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, dimana setiap Anggota Dewan wajib mengutamakan kepentingan rakyat yang diwakilinya (konstituen) sehingga menjadikan mereka “Wakil Rakyat”.
Dalam periode keanggotaan DPR 2014-2019, telah terpilih 560 (lima ratus enam puluh) wakil rakyat yang duduk di DPR RI, dari 77 Daerah Pemilihan (Dapil). Anggota Dewan yang terpilih bertugas mewakili rakyat selama 5 (lima) tahun, kecuali bagi mereka yang tidak bisa menyelesaikan masa jabatannya. Anggota Dewan yang berhenti di tengah-tengah masa jabatannya akan digantikan oleh Calon Legislator lain (yang mengikuti Pemilu Legislatif) melalui PAW (Pergantian Antar Waktu).
Untuk dapat dipilih menjadi Anggota Dewan, calon legislator harus berusia minimal 21 (dua puluh satu) tahun dengan latar belakang pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) dan merupakan Warga Negara Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Calon Anggota DPR juga diwajibkan berasal dari partai politik (tidak ada calon independen).
Sebelum memangku jabatannya, Anggota DPR terlebih dahulu mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam rapat paripurna DPR. Sedangkan Anggota Pengganti Antar Waktu, mengucapkan sumpah/janji dipandu oleh Pimpinan DPR, yang juga dilaksanakan dalam rapat paripurna DPR.
6. Sistem Pendukung Badan Legislasi RI
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang Badan Legislasi DPR RI, Badan Legislasi DPR RI didukung oleh:
1. Sekretariat Badan Legislasi DPR RI, yang terdiri dari:
a. 1 (satu) orang Kepala Bagian
b. 1 (satu) orang Kepala Sub Bagian Rapat c. 1 (satu) orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha d. 6 (enam) orang Staf Pelaksana
2. Tenaga Ahli Badan Legislasi DPR RI yang berjumlah 15 (Lima Belas) orang
3. Badan Keahlian DPR, yang terdiri dari:
a. Peneliti;
b. Legal Drafter.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan bagian integral dari pendidikan di bidang hukum, dimana KKL tidak hanya menambah dimensi praktis pada kurikulum, tetapi juga membentuk mahasiswa menjadi profesional hukum yang tanggap, etis, dan siap menghadapi tantangan kompleks dalam dunia hukum yang beragam. KKL memungkinkan mahasiswa untuk menerapkan konsep-konsep teoritis dalam situasi nyata, membantu mereka memperdalam pemahaman mereka tentang praktik hukum sehari-hari, dan mengembangkan keterampilan sosial yang penting dalam karir hukum.
Pada tahap awal pendidikan hukum, mahasiswa terpapar pada prinsip- prinsip dasar dan konsep-konsep hukum yang bersifat umum. Namun, tanpa pengalaman langsung di lapangan, pemahaman mereka cenderung bersifat terbatas dan abstrak. KKL memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merasakan esensi profesi hukum di dunia nyata melalui partisipasi aktif dalam proses-proses hukum sehari-hari. Dalam konteks KKL, mahasiswa tidak hanya memahami bagaimana hukum berfungsi, tetapi juga belajar untuk mengatasi permasalahan praktis dan memperoleh wawasan tentang dinamika interpersonal yang terlibat dalam praktik hukum.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang memiliki tujuan untuk mengimplementasikan teori-teori mata kuliah keahlian khusus yang berkaitan dengan prosedur penegakan hukum serta pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia. Tujuan ini tidak hanya memberikan manfaat pada mahasiswa, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia Indonesia secara keseluruhan. Waktu dan tempat pelaksanaan KKL yang beragam, termasuk kunjungan ke institusi- institusi seperti Kantor Kementrian Agama RI dan Badan Legislasi RI memberikan mahasiswa kesempatan untuk mendapatkan pemahaman yang luas tentang berbagai aspek hukum.
Analisis pelaksanaan KKL di Kementrian Agama RI dan Badan Legislasi menunjukkan bahwa mahasiswa mendapatkan pengetahuan mendalam tentang peran lembaga-lembaga tersebut dalam sistem peradilan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Materi yang disampaikan meliputi latar belakang, peraturan hukum yang mengatur, kedudukan, struktur organisasi, kewenangan, dan tugas dari masing-masing lembaga. Selain itu, melalui sesi tanya jawab dan diskusi, mahasiswa juga dapat berinteraksi langsung dengan pemateri dan memperdalam pemahaman mereka tentang topik-topik yang dibahas.
Kesempatan ini tidak hanya memperkaya pengetahuan teoritis mahasiswa, tetapi juga membantu mereka memahami aplikasi praktis dari konsep-konsep hukum yang dipelajari.
B. Saran
Demikianlah laporan yang kami susun. Semoga dengan adanya laporan ini dapat menambah wawasan dan pemahaman kita mengenai Pelaksanaan KKL pada Lembaga Tatanan Negara. Kami menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan baik dari segi tulisan maupun referensi yang menjadi bahan rujukan. Untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang diberikan, guna penyempurnaan makalah kami berikutnya.
LAMPIRAN
Gambar 3.1 Gambar 3. 1
Gambar 3. 2
Gambar 3.3
Gambar 3.4