LAPORAN MAGANG
MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA (MBKM) STANDARISASI PRODUK INDUSTRI KAYU LAPIS
DI PT SAL (SAMBAS ALAM LESTARI)
OLEH:
GUSTI KABIR SURAHMAN G1012221017
FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK 2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan magang yang berjudul "Standarisasi Produk Industri Kayu Lapis di PT SAL (Sambas Alam Lestari)". Laporan magang ini disusun sebagai bukti bahwa penulis telah melakukan kegiatan magang dan bertanggung jawab atas laporan ini Kepada Jurusan Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Penulis sangat menyadari banyak kendala yang muncul selama pelaksanaan kegiatan magang dan penyusunan laporan ini berlangsung, namun berkat bantuan, dukungan dan semangat dari dari berbagai pihak dalam proses penyusunan laporan ini, baik secara moril atau material memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan magang ini. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kash yang sebesar- besarnya kepada :
1. H Gusti Abdurahman dan Hj Dayang Fatmawati selaku Orang Tua penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa selama pelaksanaan magang.
2. Ibu Dr. Hj. Farah Diba, S.Hut, M.Si selaku Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura.
3. Bapak Prof.Dr.H.A. Oramahi, S.TP, MP selaku Dosen Pembimbing Magang yang telah memberi pengarahan, bimbingan, saran, serta dorongan selama pelaksanaan magang.
4. Bapak Ponty Wijaya, S.Hut,. MM, selaku Kepala UPT KPH Wilayah Sambas yang telah memberikan izin untuk melaksanakan kegiatan magang di UPT КРН Wilayah Sambas.
5. Ibu Dwi Erlina Susanti, S.Hut, M.Si, selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha sekaligus Koordinator Lapangan di UPT KPH Wilayah Sambas.
6. Bapak H. Asmadi, S.Hut, selaku Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat di UPT KPH Wilayah Sambas
7. Bapak Uray Ruhiyat, S.Hut. selaku Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan di UPT KPH Wilayah Sambas.
8. Bapak Annaas Azhari, S.Hut, selaku Pembimbing Lapangan saat pelaksanaan magang di UPT KPH Wilayah Sambas.
9. Para Staf serta Tim Brigade di UPT KPH Wilayah Sambas yang telah membantu dalam pelaksanaan magang, baik mendampingi saat melakukan kegiatan lapangan maupun berbagi pengalaman dalam penerapan ilmu di lapangan.
10. Teman-teman kelompok magang yang selalu memberikan semangat, dukungan serta kerja sama dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan magang ini.
Penulis menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata sempurna dan mash terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun serta semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Sambas,5 Desember 2024
Gusti Kabir Surahman NIM. G1012221017
LEMBAR PENGESAHAN
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN MANGROVE DESA SEBUBUS KECAMATAN PALOH
KABUPATEN SAMBAS
Tanggung Jawab Yuridis Material Pada : GUSTI KABIR
SURAHMAN G1011211050 Disetujui Oleh
Pembimbing Magang Pembimbing Lapangan
Prof.Dr.H.A.Oramahi, S.TP,MP Dwi Erlina Susanti,S.Hut,.M.Si NIP. NIP. 198109272010012011
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura
Dr.
Ir.Hj.Farah Diba, S.Hut., M.Si., IPU NIP.
197011161996012001
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupa program yang memfasilitasi mahasiswa menguasai keilmuan untuk memasuki dunia kerja. Program yang dimulai sejak awal tahun 2020 ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untik memilih mata kuliah sesuai dengan minat masing- masing.Mahasiswa/i yang mengikuti program ini dapat mengkonservasi pengalamannya dalam bentuk satuan kredit semester (SKS) sebanyak 20 SKS per periode. Periode maksimal dapat di jalankan oleh mahasiswa sebanyak 3 semester setara maksimum 60 SKS.Kampus merdeka yang di luncurkan oleh menteri pendidikan dan kebudayaan merupakan kerangka untuk menyiapkan mahasiswa menjadi sarjana yang tangguh, relevan dengan kebutuhan zaman dan mahasiswa tidak hanya menjadi lulusan terbaik yang pandai dalam berteori akan tetapi mampu merealisikan teori. Terjun kelapangan dengan bekal ilmu yang dalam untuk terobosan yang relevan. Magang 20 SKS MBKM merupakan salah satu Bentuk Kegiatan Pembelajaran (BKP) MBKM yang membuka kesempatan kepada mahasiswa untuk mendapatkan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan umum dan khusus/keahlian kerja, menginternalisasi sikap professional serta budaya kerja yang sesuai dan diperlukan bagi dunia usaha. Program magang adalah program kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran yang dilaksanakan pada lembaga mitra yang releven untuk mencapai kompetensi mahasiswa sesuai level KKNI dan SN-Dikti dibidangnya. Program dapat dilaksanakan dilembaga pemerintah maupun swasta, dunia usaha dan dunia industri, yayasan/organisasi nirbala, organisasi multilateral, maupun perusahaan rintisan (startup), yang dalam pelaksanaan programnya wajib dibimbing oleh seorang dosen serta pembimbng dari pihak mitra. BKP ini akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, penyelesaian masalah (promble solving), komunikasi, dan kolaborasi mahasiswa.
Dalam rangka memantapkan materi yang didapatkan di bangku perkuliahan maka penulis melakukan kegiatan magang di UPT KPH Wilayah Sambas dan melakukan miniriset dengan judul "Standarisasi Produk Industri Kayu Lapis (Plywood) di PT.
Sambas Alam Lestari Desa Tambatan Kecamatan Teluk Keramat Kabupaten Sambas" saat kunjungan dan pengamatan ke PT. SAL (Sambas Alam Lestari) di Desa Tambatan, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas.
PT. Sambas Alam Lestari adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri plywood yang ada di Kalimantan Barat yang menggunakan kayu berdiameter kecil sebagai bahan bakunya. Plywood merupakan salah satu produk hasil pengembangan industri hilir pengolahan kayu yang menggunakan bahan baku bulat atau kayu gelondongan (log).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan Program Kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka pada Lembaga Instansi Pemerintah UPT KPH Wilayah Sambas sebagai berikut :
1. Magang dapat memberikan pengalaman yang berharga dalam hal tanggung jawab dan pengaturan waktu. Dalam magang, mahasiswa akan memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu yang harus mereka penuhi dalam batas waktu yang ditetapkan.Hal ini dapat membantu mahasiswa memperoleh keterampilan manajemen waktu dan tanggung jawab yang sangat berguna dalam dunia kerja.
2. Magang dapat membantu mahasiswa mempelajari berbagai soft skill, seperti kemampuan beradaptasi, bekerja dalam tim, dan lain sebagainya.
3. Magang dapat membantu mahasiswa memikirkan dan merefleksikan pekerjaan apa yang sesuai dengan minat dan keterampilan mereka.
4. Magang dapat membantu perusahaan menemukan karyawan potensial dari peserta magang yang memiliki kualitas serta kinerja yang baik.
5. Memperoleh masukkan serta umpan balik (feedback) kepada pihak prodi dan fakultas dalam menyesuaikan kurikulum yang sesuai tuntutan dunia kerja.
6. Salah satu penyebab perpecepatan keterserapan alumni pada pasar kerja sehingga terjalin kerja sama yang sangat menguntungkan, pihak industry akan memperoleh input calon tenaga kerja yang sesai kebutuhannya serta mengurangi biaya recruitment dan treaning awal.
1.3 Manfaat
Magang dapat memberikan manfaat kepada Fakultas Kehutanan, mahasiswa, dan mitra
1. Manfaat bagi Fakultas Kehutanan
a) Menciptakan kemitraan dengan Lembaga pemerintah maupun swasta,dunia usaha dan dunia industri,yayasan atau organisasi,maupun perusahaan perindustrian b) Sebagai sarana untuk menyelaraskan kurikulum prodi dengan kurikulum mitra
magang
c) Menjalin interaksi dan komunikasi antara pihak kampus dan pihak kemitraan d) Mengikuti perkembangan informasi dan teknologi terbaru dalam Perindustrian 2. Manfaat bagi Mahasiswa
a) Sarana mengaplikasikan ilmu dari dalam kelas kedunia kerja untuk melatih keterampilan mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu yang didapatkan selama proses
b) Sarana mempelajari proses industri dan praktik dunia kerja mulai dari perencanaan, pengorganisasian,pelaksanaan dan evaluasi
c) Meningkatkan kemampuan hardskils dan softskils yang dimiliki d) Menambah pengalaman di dunia kerja
3. Manfaat bagi mitra
a) Memperoleh tenaga kerja yang diharapkan dapat berperan serta dalam pelaksanaan pekerjaan magang
b) Menumbuhkan kerja sama yang saling menguntungkan dan memudahkan industri/mitra dalam memperoleh sumber daya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Lapis
Kayu lapis adalah suatu susunan bersilangan tegak lurus dari lembaran vinir yang diikat dengan perekat. Kayu lapis menjadi pilihan sebagai salah satu teknologi rekayasa perkayuan dikarenakan memiliki sifat yang waterproof dan stabil(Ganiron, 2013)
Kayu lapis adalah produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran finir yang direkatkan secara bersusun dengan arah bersilangan tegak lurus. Kayu lapis termasuk dalam keadaan salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktural. Kayu lapis adalah produk yang terbuat dari finir- finir kayu yang direkatkan secara bersamaan dengan keadaan arah serat sejumlah finir tegak lurus dan lainnya sejajar dengan sumbu panel (Bowyer, 2003)
Menurut Simmon dan Olin (2001), ada tiga jenis pengelompokan kayu lapis berdasarkan penggunaannya, kelompok pertama merupakan kayu lapis penggunaan umum dimana kayu lapis tersebut dalam penggunaannya tidak membutuhkan kekuatan yang besar namun dapat digunakan didalam maupun diluar ruangan. Kelompok kedua yaitu kayu lapis kontruksi, kelompok kayu lapis jenis ini dapat digunakan untuk pemakaian yang membutuhkan kekuatan yang besar seperti untuk pembangunan rumah dan panel. Kelompok terakhir yaitu kayu lapis dekoratif yang peruntukkan untuk digunakan sebagai panel dinding, kabinet work dan mabel.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan bahan kontruksi kayu maka keberadaan industri kayu lapis mulai berkembang. Di Indonesia sendiri, perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun 1980-an semenjak diberlakunya larangan larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah. Pada tahun tersebut, kondisi hutan Indonesia masih mendukung perkembangan industri kayu lapis, ketersediaan log-log besar dan silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama bahn baku dalam pembuatan kayu lapis, lain halnya dengan sekarang kondisi hutan alam tak mampu lagi mensuplai kayu berdiameter besar, hal ini akan berdampak pada indutri kayu lapis yang ada(Nugraha, 2020)
Melalui perbaikan dan peningkatan teknologi telah berhasil meningkatkan rendemen vinir yang dihasilkan. Persyaratan log yang berdiameter besar bukan lagi menjadi faktor utama lagi dalam pembuatan kayu lapis. Penggunaan log berdiameter besar sudah tidak menjadi fator utama, penggunaan log berdiameter kecil sudah biasa digunakan dalam pembuatan kayu lapis karena sekarang industri kayu lapistelah menggunakan spindles (Nugraha, 2020)
Industri pengolahan kayu merupakan industri yang memanfaatkan sumber bahan baku dari hutan. Di Indonesia kebutuhan bahan baku industri sebagian besar dari hutan alam, baik yang berasal dari areal HPH maupun areal konservasi. Selain itu, dari hutan tanaman masyarakat dengan jenis pohon yang sudah dapat dibudidayakan oleh masyarakat untuk digunakan industri kayu lapis. Industri pengolahan kayu lapis merupakan industri yang banyak mengkonsumsi kayu dibandingkan dengan industri penggergajian kayu. Menurut data Kementerian Kehutanan untuk tahun 2015 menunjukkan bahwa produksi kayu lapis di Indonesia telah mencapai 3,64 juta m?, sedangkan produksi kayu gergajian di Indonesia hanya mencapai sekitar 1,76 juta m' (Heri, 2020)
Salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan dari pohon adalah dengan mengolahnya menjadi finir. Finir merupakan lembaran kayu yang memiliki tebal 0.24 mm hingga 0.6 mm yang diperoleh melalui pengupasan kayu jenis- jenis tertentu. Finir yang memiliki ketebalan diatas 0.6 mm sudah dapat dikatakan sebagai papan. Selain digunakan sebagai bahan finishing pada kayu lapis dan blockboard, veneer sebenarnya merupakan bahan baku untuk pembuatan kedua produk itu sendiri. Pembuatan kayu lapis, veneer ditempelkan menjadi satu dengan arah serat yang sejajar atau saling silang dalam jumlah yang ganjil. Finir adalah lembaran kayu tipis yang dapat diakukan dengan mesin kupas, mesin sayat (slicer), atau gergaji. Tetapi sebagian terbesar dilakukan dengan mesin kupas seperti dalam industri kayu lapis, korek api dan tusuk gigi. Menurut FAO, kayu yang umum dibuat veneer adalah yang mempunyai kerapatan 0,40 – 0,70 g/cm3, sedangkan yang terbaik adalah pada kerapatan 0,50 – 0,55 g/cm3 (Tahnur, 2021)
2.2. Bahan Baku
Kayu merupakan bahan furnitur yang memiliki sifat unggul seperti bobot yang ringan, kuat, serat yang indah, dan ramah lingkungan. Seiring dengan perkembangan
ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, permintaan manusia akan kayu semakin meningkat. Namun, pasokan kayu berkualitas tinggi menjadi semakin langka, dengan demikian kontradiksi antara penawaran dan permintaan kayu menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu, masyarakat beralih untuk memanfaatkan papan komposit untuk mensubtitusi kayu(Hidayati, 2019)
Bahan baku yang digunakan untuk finir muka (face), finir belakang (back) dan finir inti (core) adalah kayu yang mempunyai berat jenis 0,4-0,7. Kayu yang dibuat finir adalah dari jenis-jenis kayu yang lunak, ringan, kelas kuat dan kelas awetnya sekitar I-TV dan bila dikupas tidak mudah pecah.
Persyaratan umum kayu sebagai bahan baku kayu lapis (plywood) adalah:
1) Lapisan pertama face veneer a) Berdiameter minimal 45 cm b) Lapisan luar yang visualnya bagus c) Posisi letaknya memanjang
d) Utuh dengan mutu yang bagus e) Log harus lurus, bulat dan silindris 2) Lapisan kedua core veneer
a) Posisi letaknya melintang b) Diameter minimal 45 cm c) Log minimal 85% sillindris d) Boleh ada sambungan
e) Tidak boleh pecah, kasar, busuk, lubang, tersisip, dan bertindih 3) Lapisan ketiga back veneer
a) Lapisan luar boleh kurang bagus
b) Boleh sambungan, agak kasar, dan ada lubang gerek kayu berdiameter besar, hal ini akan berdampak pada indutri kayu lapis yang ada.
Adapun jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku di PT. Sambas Alam Lestari adalah jenis kayu sengon dengan minimal diameter 10 cm dan maksimal diameter 60 cm.
2.3. Perekat
Perekat merupakan bahan utama dalam industri pengolahan kayu khususnya komposit. Dari total biaya produksi kayu yang dibuat dalam berbagai bentuk dan jenis kayu komposit, lebih dari 32 % adalah biaya perekatan. Perekat yang umum digunakan pada industri pengolahan kayu di Indonesia adalah urea formaldehida (UF) yang menghasilkan emisi formaldehida, yaitu gas beracun yang bisa menimbulkan penyakit.
Emisi ini dapat merugikan kesehatan manusia karena jika terkena panas sedikit saja, gasnya dapat menyebar di udara. Jika emisi formaldehida ini terhirup secara terus- menerus dapat menyebabkan penyakit kanker dan gangguan pada sistem pernapasan (Fitri, 2016)
Perekat yang biasa digunakan pada kayu lapis adalah Polyvinyl Acetate (PVAc).
PVAc memiliki sifat yang kuat, tidak berbau, tidak mudah terbakar dan mudah didapatkan dipasaran. Analisis sifat fisika diperlukan untuk mengetahui potensi bambu tali sebagai penguat pada kayu lapis sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan. Parameter fisis yang akan dianalisis adalah kuat tekan dan kuat lentur kayu lapis (Heri, 2020)
Perekat yang biasa digunakan dalam hal merekatkan kayu lapis adalah Phenol Formaldehida(PF), Urea Formaldehida(UF), dan Melamin Formaldehida. Melamin formaldehida (MF) adalah salah satu jenis perekat yang banyak digunakan untuk panel eksterior dan untuk menyiapkan lapisan permukaan yang biasa disebut paper laminates dan overlays. Karakteristik yang membedakan perekat MF dan UF adalah perekat MF sangat tahan terhadap serangan air sehingga harganya lebih mahal. MF resin digunakan sebagai perekat kayu lapis untuk eksterior dan semi eksterior sesuai dengan grade plywood. Phenol formaldehida merupakan hasil kondensasi formaldehida dengan monohidrik phenol, termasuk phenol itu sendiri, kresol dan xylenol. Phenol formaldehida ini dapat dibagi menjadi dua kelas yaitu resol yang bersifat thermosetting dan novolak yang bersifat thermoplastic. Urea formaldehida merupakan hasil kondensasi dari urea dan formaldehida dengan perbandingan molar 1:(1,5-2). Urea formaldehida ini larut dalam air dan proses pengerasannya akan terbentuk pola ikatan jaringan (crosslink). Urea
formaldehida akan cepat mengeras dengan naiknya temperatur dan/atau turunnya pH (Nugraha, 2020)
BAB III
GAMBARAN UMUM KPH (KESATUAN
PENGELOLAAN HUTAN) UNIT WILAYAH UPT KPH SAMBAS
3.1 Sejarah UPT KPH Wilayah Sambas
Berdasarkan SK. 144/MENLHK/SETJEN/PLA.0/2/2019, tanggal 13 Februari tentang penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Lindung (KPHL) dan Kesatuan pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Provinsi Kalimantan Barat, luas KPHP UNIT I adalah 128.318 Ha yang terdiri dari fungsi Hutan Lindung seluas 25.616 Ha, fungsi H utan Produksi seluas
91.250 Ha dan Fungsi Hutan Produksi Terbatas Seluas 11.182 Ha.
Secara geografis wilayah kelola KPHP Unit I terletak paling utara antara 0º5729,8º - 2º04’53,1º Lintang Utara serta 108º54’17,0 dan 109º45’7,56º Bujur Timur secara Administrasi, berbatasan langsung dengan Wilayah Kabupaten Sambas, sebelah Utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia) dan Laut Natuna, sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkayng dan Kota Singkawang, sebelah Barat berbatasan dengan Sarawak (Malaysia) dan Kabupaten Bengkayang.
Ruang lingkup Pengelolaan KPHP Unit I meliputi 2 aspek yaitu aspek Wilayah dan aspek kegiatan dalam rencana pengelolaan. Ruang lingkup aspek Wilayah adalah kawasan hutan diwilayah kerja KPHP Unit I dengan Lingkup seluas 128.318 Ha dan ruang lingkup wilayah tertentu pada Blok pemanfaatan di Kawasan Hutan Lindung seluas 2.075 Ha dan wilayah tertentu pada Blok Pemanfaatan Hutan Produksi seluas 10.758 Ha pada Blok Pemberdayaan dan 7.681 Ha pada Blok Pemanfaatan. Sedangkan lingkup kegiatan terdiri dari inventarisasi dan penataan kawasan hutan secara berkala, pemanfaatam hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan, rehabilitas hutan dan lahan, perlindungan dan pengamanan hutan, konservasi sumberdaya alam, pemegang ijin, peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan investasi, pengembangan data base, pedanaan dan lainnya.
Gambar 1. Peta Wilayah Kerja UPT KPH WILAYAH SAMBAS 3.2 Tugas dan Fungsi UPT KPH Wilayah Sambas
Berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan Pasal 123 Tugas Dan Fungsi UPT KPH Wilayah Sambas Organisasi KPH mempunyai tugas dan fungsi:
a. menyusun rencana pengelolaan Hutan yang dituangkan dalam dokumen rencana pengelolaan Hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan Hutan jangka pendek.
b. melaksanakan koordinasi perencanaan pengelolaan Hutan dengan pemegang Perizinan Berusaha, pemegang persetujuan penggunaan dan Pelepasan Kawasan Hutan serta pengelola Perhutanan Sosial.
c. melaksanakan fasilitasi implementasi kebijakan di bidang lingkungan hidup dan Kehutanan yang meliputi:
1. inventarisasi Hutan, Pengukuhan Kawasan Hutan, Penatagunaan Kawasan Hutan dan pengurusunan rencana Kehutanan.
2. rehabilitasi Hutan dan reklamasi
3. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; dan
4. perlindungan dan pengamanan Hutan, pengendalian kebakaran Hutan dan lahan, mitigasi ketahanan bencana dan perubahan iklim.
d. melaksanakan fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, dan pembinaan kelompok tani Hutan dalam mendukung kegiatan Perhutanan Sosial.
e. melaksanakan fasilitasi Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pengukuhan Kawasan Hutan dan Penataan Kawasan Hutan dalam rangka Pemanfaatan Kawasan Hutan.
f. melaksanakan fasilitasi pertumbuhan investasi, pengembangan industri, dan pasar untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
g. melaksanakan fasilitasi kegiatan dalam rangka ketahanan pangan (food estatel dan energi;
h. melaksanakan fasilitasi peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
i. melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan Hutan.
j. melaksanakan Pengawasan dan pengendalian atas kegiatan pengelolaan Hutan; dan k. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
wilayah kerjanya.
3.2 Lokasi UPT KPH Wilayah Sambas 1. Letak dan Luas
Kantor Unit Pelaksanaan Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah Sambas terletak di Jl. Moh. Sohor, Pemangkat Kota, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. UPT KPH Wilayah Sambas secara geografis wilayah kelola KPHP Unit I terletak paling utara antara 0º5729,8º - 2º04’53,1º Lintang Utara serta 108º54’17,0 dan 109º45’7,56º Bujur Timur secara Administrasi yang berbatasan langsung dengan :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sarawak (Malaysia) dan Laut Natuna.
b. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Sarawak (Malaysia) dan Kabupaten Bengkayang.
Ruang lingkup Pengelolaan KPHP Unit I meliputi 2 aspek yaitu aspek Wilayah dan aspek kegiatan dalam rencana pengelolaan. Ruang lingkup aspek Wilayah adalah
kawasan hutan diwilayah kerja KPHP Unit I dengan Lingkup seluas 128.318 Ha dan ruang lingkup wilayah tertentu pada Blok pemanfaatan di Kawasan Hutan Lindung seluas 2.075 Ha dan wilayah tertentu pada Blok Pemanfaatan Hutan Produksi seluas 10.758 Ha pada Blok Pemberdayaan dan 7.681 Ha pada Blok Pemanfaatan. Sedangkan lingkup kegiatan terdiri dari inventarisasi dan penataan kawasan hutan secara berkala, pemanfaatam hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan, rehabilitas hutan dan lahan, perlindungan dan pengamanan hutan, konservasi sumberdaya alam, pemegang izin, peningkatan sumberdaya manusia, pengembangan investasi, pengembangan data base, pedanaan dan lainnya.
2. Iklim
Kondisi iklim di Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang termasuk beriklim tropis basah dengan tipe B (menurut Schmidt dan Ferguson) dengan kelembaban nisbi berkisar antara 80- 90 %, rata-rata temperature udara tahunan mencapai 27°C dengan temperatur minimum 23°C dan temperatur maksimum 32°C. Rata-rata kecepatan angin yang tercatat sebesar 3 knot dengan kecepatan angin tertinggi mencapai 6 knot di Bulan Januari. Rata-rata penyinaran matahari selama tahun 2018.
3. Topografi
Keadaan topografi di UPT KPH Wilayah Sambas KPHP Unit 1 tahun 2019 menunjukan topografi yang datar dengan tingkat kelerengan < 2% (51,87%) seluas 66.560 Ha.
3.2 Stuktur Organisasi UPT KPH Wilayah Sambas
Gambar 2. Stuktur organisasi UPT KPH Wilayah Sambas
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Kegiatan Magang MBKM
1. Kedatangan Mahasiswa Magang di Kantor UPT KPH Wilayah Sambas
Agenda pada Rabu tanggal 25 September 2023 kedatangan Mahasiswa Magang MBKM di Kantor UPT KPH Wilayah Sambas, dan Sambutan dari pihak kantor yang dilakukan oleh Bapak Ponty Wijaya, S.Hut,. MM selaku Kepala UPT KPH Wilayah, Ibu Dwi Erlina Susanti, S.Hut, M.Si selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Bapak Iwan Kusnadi, S.Hut selaku Pembimbing lapangan magang, serta melakukan perkenalan dengan seluruh staf yang ada di UPT KPH Wilayah Sambas.
Gambar 13. Kedatangan Mahasiswa MBKM ke Kantor UPT KPH Wilayah Sambas Pada sambutan yang dilakukan, sekaligus diberikan pengarahan kepada Mahasiswa MBKM terkait bagaimana teknis kerja dan apa saja kegiatan yang akan dilaksanakan di Kantor UPT KPH Wilayah Sambas.
2. Merevisi dan merapikan ANJAB (Administrasi Jabatan)
Belajar mengenai administrasi khususnya dalam melakukan Revisi dan Merapikan Jabatan. Analisis Jabatan atau disebut (ANJAB) bagi pegawai negeri sipil (PNS) adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan pengkajian data jabatan / proses pencatatan data jabatan yang menjadi informasi jabatan sebagai wujud pendayagunaan aparatur.
Proses merevisi dan merapikan ANJAB ini dilakukan di Kantor KPH Wilayah Sambas.
Gambar 14. Proses Merevisi dan Merapikan ANJAB 3. Olahraga Pagi setiap Hari Jum’at
Olahraga pagi yang rutin dilakukan pada hari jum'at. Kegiatan ini dilakukan di sekitaran Kecamatan Pemangkat, meliputi Taman Wisata Tanjung Batu, Puncak HL.
Gunung Pemangkat, Puncak HL. Gunung Selindung, Puncak Vihara Tri Dharma Bumi Raya Pemangkat, Taman At-Taqwa, dan lain-lain.
Gambar 15. Olahraga Pagi setiap Hari Jum’at 4. Apel Pagi Setiap Hari Senin
Melakukan Apel pagi setiap hari senin. Apel pagi yang dilakukan secara rutin pada hari senin ini memiliki manfaat bagi kelancaran dalam pelaksanaan tugas dan fungsi di UPT KPH Wilayah Sambas. Selain sebagai sarana bagi pimpinan memberikan pembinaan, arahan dan melakukan pengawasan, juga untuk menyampaikan berbagai informasi pelaksanaan program dan kegiatan.
Gambar 16. Apel Pagi Setiap Hari Senin 5. Ground Check dan Hotpot di HP Gunung Raya
Agenda pada hari Selasa,1 Oktober 2024 yaitu melakukan ground check terkait titik hotpot yang tepantau di aplikasi sipongi di HP Gunung Raya yang ada di Desa Sebubus terdapat bekas pembukaan lahan dengan cara dibakar.
Gambar 17. Ground Check dan Hotpot di HP Gunung Raya 6. Pengecekan Embung Air di HL Gunung Raya
Agenda pada hari Rabu,2 Oktober 2024 yaitu melakukan pengecekan embung air yang ada di HL Gunung Raya di Desa Temajok,embung air yang terdapat di HL Gunung Raya ini di alirkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari- hari.
Gambar 18. Pengecekan Embung Air di HL Gunung Raya 7. Ground Check di HL Sungai Bemban
Agenda pada hari Kamis.3 Oktober 2024 yaitu melakukan ground check (GC) di HL Sungai Bemban yang berada di Desa Sebubus terkait dugaan aktivitas pembabatan dan pengeksploitasian yang terjadi di HL Sungai Bemban.
Gambar 19. Ground Check di HL Sungai Bemban
8. Mengunjungi Budidaya Madu Kelulut di Desa Semanga’ dan Prigi Limus Agenda pada hari Selasa dan Rabu,8-9 Oktober 2024 yaitu ,mengunjungi Budidaya Madu Kelulut di Desa Semanga’ dan Prigi Limus untuk mengambil data-data yang diperlukan untuk rekognisi mata kuliah Teknologi Pengolahan Madu dan Wirausaha Hasil Hutan
Gambar 20. Melihat Budidaya Madu Kelulut di Desa Semanga’ dan Prigi Limus 9. Patroli di HL Gunung Senujuh
Agenda pada hari Kamis,10 Oktober 2024 yaitu patroli di HL Gunung Senujuh yang berada di Desa Senujuh dan Desa Prigi Limus Kecamatan Sejangkung,patroli dilakukan untuk memastikan tidak adanya tindakan illegal logging di kawasan Hutan Lindung Gunung Senujuh.
Gambar 21. Patroli di HL Gunung Senujuh 10. Patroli di HL Gunung Selindung dan Pengecekan Embung Air
Agenda pada hari Selasa,15 Oktober 2024 yaitu Kegiatan Patroli oleh Brigade UPT KPH Wilayah Sambas dikuti Mahasiswa MBKM di Hutan Lindung Gunung Selindung tepatnya yang ada di Desa Twi Mentibar dan Desa Bentunai, Kecamatan Selakau. Patroli dilakukan untuk memastikan tidak ada kegiatan illegal logging di kawasan Hutan Lindung. Dilakukan juga pengecekan Embung Air di Desa Twi Mentibar, kondisi embung air yang ada sudah kering karena keadaan beberapa minggu yang tidak turun hujan.
Gambar 22. Kegiatan Patroli di HL Gunung Selindung dan Pengecekan Embung Air 11. Pengenalan dan penggunaan dasar AlpineQuest
Agenda pada hari Kamis dan Jum’at,16-17 Oktober 2024 yaitu Pengenalan dan penggunaan dasar AlpineQuest.Di UPT KPH Wilayah Sambas, Brigade menggunakan aplikasi AlpineQuest untuk memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan di lapangan seperti pengecekan titik koordinat, tracking, dan menentukan titik titik yang penting saat di lapangan seperti sumber air, dan lain-lain. Pada saat melakukan ground check (GC), jika ada titik api yang terpantau di Aplikasi SiPongi, maka untuk menuju ke lokasi terjadi
hotspot, digunakan Aplikasi AlpineQuest untuk menentukan rute dan titik koordinat yang didapat melalui Aplikasi SiPongi.
Pengenalan Aplikasi dan praktek langsung penggunaan AlpineQuest ini dilakukan oleh Brigade UPT KPH Wilayah Sambas kepada Mahasiswa MBKM untuk membantu dan memudahkan mahasiswa dalam melakukan kegiatan lapangan nantinya.
Gambar 23. Pengenalan AlpineQuest pada Mahasiswa MBKM 12. Pengenalan dan Praktek Dasar Penggunaan Drone
Agenda pada hari Kamis,17 Oktober 2024 yaitu Pengenalan dan praktek dasar penggunaan drone dilakukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu mengoperasikan drone. Pengenalan drone dilakukan mulai dari cara merangkai dan memasang baling-baling, cara menghidupkan drone, dan teknis menerbangkan drone.
Gambar 24. Pengenalan dan Praktek Dasar Penggunaan Drone Pada Mahasiswa MBKM
13. Kunjungan ke KUPS Hijau Daun di Desa Sungai Baru
Agenda pada hari Rabu,30 Oktober 2024 yaitu Melakukan Koordinasi dan meminta izin kepada perangkat Desa Sungai Baru sebelum melakukan kegiatan pengamatan RHL di Dusun Pinang Merah, Desa Sungai Baru yang di kelola oleh KUPS Hijau Daun.
Di sana terdapat pengelolaan lahan pasca kebakaran dengan metode agroforestri oleh KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) Hijau Daun yang bergerak dibidang pembibitan dan penanaman tanaman buah dan kehutanan serta tanaman hortikultura.
KUPS Hijau Daun ini bekerja sama dengan program dari BRGM, program BRGM ini bertujuan untuk pembibitan tanaman berkayu dengan metode agroforestri dan rangka pemulihan lahan pasca kebakaran. Tegakan yang ditanam adalah pohon akasia carpa (Acacia crassicarpa), geronggang (Cratoxylum arborescens), matoa (Pometia pinnata), pinang (Areca catechu) dan Nangka(Artocarpus heterophyllus) pohon-pohon ini dipilih karena termasuk tanaman yang gampang tumbuh. Lalu tanaman pertanian Nanas(Ananas comosus),Ubi Kayu(Manihot esculenta) dan Kopi Liberika(Coffea liberica).
Gambar 25. Kunjungan ke KUPS Hijau Daun di Desa Sungai Baru 14. Mengidentifikasi Jenis Vegetasi di Hutan Kota Sambas
Agenda pada hari Kamis dan Jum’at,31 Oktober -1 November 2024 yaitu Mahasiswa melakukan kegiatan Identifikasi jenis serta memberi label pada pohon yang sudah di identifikasi seperti Ulin (Eusideroxylon zwageri),Sengon (Albizia falcataria),Trembesi (Samanea saman),Jelutung (Dyera constulata),Pulai (Alstonia scholaris) dan lain-lain.
Gambar 26. Mengidentifikasi Jenis Vegetasi di Hutan Kota Sambas
15. Kunjungan Ke Rumah Bapak Darmawan Selaku Anggota NGO Kalilaek Desa Sebubus
Agenda pada hari Sabtu,2 November 2024 yaitu Kunjungan ke rumah Bapak Darmawan Desa Sebubus, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas.Kunjungan terkait Strategi pengembangan mangrove dan menanyakan seputar hutan mangrove serta potensi yang dapat dihasilkan dari hutan mangrove yang ada di Desa Sebubus. Sebelum melakukan kegiatan pengamatan di hutan mangrove Desa Sebubus, dilakukan koordinasi ke rumah Bapak Darmawan untuk meminta arahan untuk memandu mahasiswa selama melakukan kegiatan di Desa Sebubus.
Gambar 27. Koordinasi ke Rumah Pak Darmawan
Kami melakukan pengamatan lapangan di sekitar hutan mangrove untuk melihat keanekaragaman hayati yang ada. Dengan melakukan pengamatan lapangan kami dapat melihat lebih jelas keanekaragaman jenis vegetasi dan satwa liar yang ada di sekitar hutan mangrove.
Gambar 28. Kegiatan pengamatan untuk melihat keanekaragaman hayati di hutan mangrove Desa Sebubus
Saat melakukan pengamatan kami melihat Bekantan (Nasalis larvatus) yang merupakan hewan endemik di Kalimantan dan merupakan salah satu hewan yang dilindungi.
Gambar 29. Bekantan (Nasalis larvatus)
Di Desa Sebubus memiliki berbagai macam HHBK yang dimanfaatkan dari hasil hutan mangrove salah satunya adalah sirup dan selai dari Pidada merah/gerambang (Sonneratia caseolaris).
Gambar 30. sirup dan selai dari Pidada merah/gerambang (Sonneratia caseolaris) 16. Kunjungan Ke PT SAL (Sambas Alam Lestari)
Agenda pada hari Senin,4 November 2024 yaitu melakukan kunjungan di PT. SAL (Sambas Alam Lestari) untuk melakukan pengamatan tentang proses produksi kayu lapis (plywood) mulai dari seleksi log sampai ke pemanfaatan limbah sisa produksi, serta pengenalan alat dan mesin yang digunakan pada saat proses produksi.
Gambar 31. Kunjungan Ke PT SAL
Di PT. SAL (Sambas Alam Lestari), Bahan baku yang digunakan adalah Sengon yang di dapat dari masyarakat sekitar. Kriteria kayu log yang diterima oleh PT SAL adalah kayu log yang berdiameter minimal 10 cm dan maksimal 60 cm, serta panjang kayu log sekitar 260 cm.
PT. SAL mempunyai total pekerja sebayak 140 orang yang sudah termasuk staf dan karyawan dengan pekerja laki-laki sebanyak 44 orang dan pekerja perempuan sebanyak 96 orang.
17. Mengidentifikasi Tumbuhan Obat dan Keanekaragaman Pohon Hutan Di HL Gunung Bantarang
Agenda pada hari Rabu,6 November 2024 yaitu melakukan identifikasi serta mengamati keanekaragaman yang ada di HL Gunung bantarang yang di pandu oleh Bapak Jerman (masyarakat setempat).
Tumbuhan obat yang kami dapatkan di HL Gunung Bantarang seperti Akar bajakah(Spatholobus littoralis),Akar Manggis (Garcinia mangostana),Sirih hutan(Piper aduncum),Empedu tanah (Andrographis paniculata),Pakis hantu (Athyrium x hybrida’Ghost’).
Pohon Hutan yang kami dapatkan di HL Gunung Bantarang seperti Ulin (Eusideroxylonzwageri), Bengkirai (Shorealaevis), Aren (Arengapinnata), Simpur (Dilleniaexcelsa), Pulai (Alstona sholaris) dan lain-lain
Gambar 32. Mengidentifikasi Tumbuhan Obat dan Keanekaragaman Pohon Hutan Di HL Gunung Bantarang
18. Mengamati Potensi Ekowisata Riam Berasap di HL Gunung Bantarang
Agenda pada hari Kamis,7 November 2024 yaitu Mengamati Potensi Ekowisata Riam Berasap di HL Gunung Bantarang di dampingi oleh Bapak Jerman (masyarakat setempat) Jarak yang di tempuh dari desa ke Riam Berasap sejauh 1,08 KM
Gambar 33. Mengamati Potensi Ekowisata Riam Berasap di HL Gunung Bantarang 4.3 Sistem Kegiatan Magang
Kegiatan Magang dilakukan di Lokasi di Kantor KPH Sambas Di Jalan M.Sohor Pemangkat Kota, Kabupaten Sambas. Magang dilakukan selama 79 hari yang dimulai pada tanggal 25 September 2024 s/d 6 Desember 2024 (Terlampir jurnal harian) di UPT Wilayah KPH Wilayah Sambas. Mahasiswa Magang terdiri dari 6 (enam) orang dengan ragam judul magang masing-masing di areal kerja UPT KPH Wilayah Sambas.
Selanjutnya pada tanggal 25 September 2024 kegiatan penerimaan mahasiswa magang oleh Kepala Kasi Sub Bagian Tata Usaha UPT KPH Wilayah Sambas hingga penutupan kegiatan magang yang dilaksanakan pada 6 Desember 2024 berupa penyerahan sertifikat hasil magang di kantor UPT KPH Wilayah Sambas.
4.4. Hasil Magang MBKM
Pada kegiatan magang ini dilakukan miniriset tentang “Standarisasi Produk Industri Kayu Lapis (plywood) di PT. SAL (Sambas Alam Lestari), Desa Tambatan, Kecamatan Teluk Keramat”. Miniriset ini dilakukan selama 1 (satu) hari pada Senin, 4 November 202. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam miniriset yaitu, Alat Tulis, Hp, dan Laptop untuk mengolah dan memasukan data yang dikelola.
Menggunakan metode wawancara dan pengamatan langsung bersama Bapak Awan selaku Direktur yang ada di PT. Sambas Alam Lestari. Bahan yang digunakan berupa
data-data seperti apa dan darimana bahan baku untuk proses produksi didapatkan, jenis perekat yang digunakan, alat yang digunakan dalam proses produksi,serta standar seperti apa yang digunakan pada produk kayu lapis.
Gambar 34. Wawancara Proses Produksi Kayu Lapis Bersama Pak Awan 1. Bahan Baku
Di PT. SAL, bahan baku dibeli dari masyarakat menggunakan jalur air yang berupa kayu sengon dengan kriteria diameter minimal 10 cm dan maksimal 60 cm dengan panjang minimal 260 cm. Kriteria log yang sudah ditentukan bertujuan untuk penyesuaian dengan mesin. Selain diameter dan panjag Log, Kriteria dari log yang diterima oleh PT.
SAL juga memperhatikan cacat yang ada pada bahan baku. Log yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kayu lapis mempunyai standar yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Standar Kualitas Perutukan log
Item Peruntukan
Face Back Core
Mata Kayu Tidak Boleh Sedikit Boleh
Busuk Tidak Boleh Tidak Boleh Sedikit
Retak Tidak Boleh Tidak Boleh Sedikit
Lubang Tidak Boleh Tidak Boleh Tidak Boleh
Busuk Hati Tidak Boleh Tidak Boleh Tidak Boleh
Bengkok Tidak Boleh Tidak Boleh Tidak Boleh
Sumber : PT. SAL 1. Perekat
Perekat yang digunakan dalam proses produksi kayu lapis di PT. SAL adalah UF (Urea Formaldehida) dengan campuran tepung terigu. Untuk formulasi perekat Urea Formaldehida dalam satu pengadukan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Formulasi Urea Formaldehida satu pengadukan
Bahan Berat Bagian
Urea Formaldehida cair Pengeras (NH4Cl)
Ekstender (Tepung industri) Air
150 kg 25 kg 80 kg 2 liter Sumber : PT. SAL
3. Alat/Mesin Yang Digunakan
Alat atau mesin yang dignakan di PT. SAL saat proses produksi kayu lapis adalah sebagai berikut :
1) Chainsaw adalah mesin untuk pemotongan kayu bulat agar sesuai dengan panjang mesin rotary.
2) Debarker Machine adalah mesin yang digunakan untuk menghilangkan kulit kayu, baik kulit lunak atau keras yang dapat mempengaruhi terhadap mesin pengupas.
3) Rotary Machine adalah mesin yang digunakan untuk mengupas kayu bulat menjadi finir sesuai dengan ukuran.
4) Reeling adalah alat untuk menggulung finir dan finir yang terputus-putus dipisahkan, sedangkan untuk finir yang digulung akan dilepaskan kembali setelah proses selanjutnya.
5) Arisun Clipper adalah alat yang digunakan untuk memotong-motong finir yang masih basah.
6) Continous Dryer adalah mesin yang digunakan untuk mengeringkan finir sampai kadar air yang dikehendaki, sehingga dapat memudahkan dalam proses perekatan.
7) Automatic Veneer Clipper adalah alat yang digunakan untuk memotong ukuran lembaran finir dengan lebar tertentu, dan juga memotong bagian-bagian yang cacat dari face dan back secara otomatis. Alat ini terletak di belakang continous dryer.
8) Vinir Cutter adalah alat yang digunakan untuk memotong finir saat proses reparasi.
9) Core Builder adalah mesin yang digunakan untuk menyambung core.Potongan - potongan kecil core kering hasil pengeringan dari roller dryer akan disambung menjadi lembaran besar sesuai spesifikasi
10) Back Composer adalah mesin yang digunakan untuk menyambung back.Potongan- potongan finir kecil core kering hasil pengeringan dari continous dryer akan disambung menjadi lembaran besar sesuai spesifikasi yang dipersyaratkan.
11) Glue Mixer adalah mesin yang digunakan untuk mengaduk campuran perekat.
12) Glue Spreader adalah mesin yang digunakan melaburkan perekat. Mesin ini juga merupakan tempat perakitan kayu lapis, finir core diberikan campuran perekat pada permukaan atas dan bawah, sedangkan face dan back akan dilapiskan diatas dan dibawah core tersebut.
13) Cold Press adalah mesin pengempaan dingin yang bertujuan untuk mengeluarkan perekat yang berlebihan pada lapisan finir yang disusun menjadi kayu lapis agar tebalnya rata. Semakin lama pengempaan diberikan, maka semakin tinggi keteguhan rekat pada kayu lapis. Tetapi secara umum, waktu yang paling baik untuk proses pengempaan dingin adalah 20-30 menit.
14) Hot Press adalah mesin pengempaan panas yang berfungsi untuk mematangkan perekat agar ikatan perekat antar finir akan lebih kuat dan untuk menguapkan kandungan air yang ada.Lamanya pengempaan tergantung pada tebal tipisnya kayu lapis
15) Boiler adalah alat yang berupa tungku yang dapat menghasilkan uap air yang akan dialirkan ke hot press dan dryer.
16) Sizer adalah mesin yang digunakan untuk memotong pinggir dan ujung kayu lapis setelah kayu lapis keluar dari mesin kempa panas (hot press).Pemotongan pinggir dan jung dilakukan pada kedua sisi kayu lapis.Sander adalah mesin yang digunakan untuk menghaluskan kayu lapis (bekas pendempulan, serat terangkat, kekasaran bekas pemotongan dan cacat lainnya). Mesin ini bekerja dengan 3 tahapan yaitu : meratakan, menghilangkan serabut, dan melicinkan.
4. Proses Pembuatan Kayu Lapis 1) Log Pond dan Log Yard
PT. Sambas Alam Lestari menempatkan seluruh kayu yang dibeli dari masyarakat yang menggunakan jalur air, terkumpul di log pond yang berada di sungai dengan luas sekitar 100 m'. Dari log pond kayu akan dipindahkan ke log yard menggunakan mesin hoist. Kayu akan disusun lalu diikat di sungai oleh satu orang kemudian diangkat menggunakan mesin hoist dan disambut oleh satu orang lalu dipindahkan ke log yard untuk dilakukan penyortiran dan pemotongan.
Log yard merupakan tempat penyimpanan log-log yang akan disortir dan dipotong.
Log yard memiliki luas sekitar 400 m', seluruh kayu yang dibeli dari penjual yang lewat jalur darat ditempatkan di log yard. Disini kayu akan diukur diameternya, dilakukan penyortiran dan pemotongan pada kayu.Kayu yang sudah dipotong maupun disortir selanjutnya akan dibawa menggunakan alat yaitu lowry (alat muat kayu), kayu diangkat dan disusun di lowry oleh pekerja berdasarkan panjang kayu. Selanjutnya kayu tersebut didorong dan dibawa ke log debarker. Log Yard dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 35. Log Yard 2) Penyortiran
Penyortiran dilakukan setelah kayu ditempatkan di log yard, pekerja juga akan mengukur diameter kayu. Penyortiran kayu bulat dilakukan oleh 2 pekerja ahli yang disebut Ganish. Kayu untuk face veneer dan back veneer adalah kayu tersebut harus lurus, bulat dan silindris, tidak terdapat cacat kayu, serta tidak terdapat mata kayu tidak sehat.
Sementara kayu untuk core veneer adalah kayu minimal 85% silindris, boleh ada cacat berupa mata kayu sehat dan bengkok tetapi tidak bengkok parabola. Diameter kayu yang digunakan untuk face veneer dan back veneer yaitu diameter diatas 20 cm, sedangkan untuk core veneer yaitu diameter 10 cm keatas. Sementara itu, untuk kayu yang mempunyai cacat seperti busuk hati, pecah gelang, mata kayu busuk, pecah memanjang, serat berputar, dan bengkok serta diameter dibawah 10 cm akan digunakan sebagai bahan baku untuk produk lain seperti balken dan stick finir.
3) Pemotongan Log (Log Cutting)
Pemotongan log bertujuan untuk mendapatkan hasil potongan yang sesuai standar produksi, yaitu 160 cm dan 260 cm. Pemotongan ini harus memperhatikan ketepatan ukuran. Untuk kayu yang diameternya <60 cm dipotong dengan ukuran 130 cm, sedangkan untuk kayu yang diameternya diatas 60 cm dipotong dengan ukuran 260 cm.
Selain melakukan pemotongan pada kayu, pekerja juga memotong mata kayu atau cabang yang menonjol agar kayu tersebut lurus untuk memudahkan pada proses pengupasan.Pemotongan menggunakan chainsaw yang hanya dilakukan oleh pekerja yang ahli.
4) Pengupasan Kulit (Debarking)
Selanjutnya log-log tersebut kemudian diangkut dan dibawa ke mesin pengupas log (Log Debarker). Kayu tersebut harus dikupas kulit luarnya menggunakan mesin log debarker, ini bertujuan untuk membersihkan kulit luar kayu dari kotoran, lumpur, pasir, batu dan sebagainya. Di bagian ini harus dilakukan oleh operator yang ahli. Pengupasan kulit dapat dilihat pada Gambar .
\
Gambar 36. Pengupasan Kulit 5) Pengupasan Log Menjadi Finir
Log yang sudah yang sudah dikupas kulitnya, kemudian dimasukkan ke dalam rotary 8 feet dan 9 feet untuk face veneer dan back veneer. Sedangkan untuk core veneer menggunakan rotary 4 feet. Perbedaan rotary yang digunakan berdasarkan finir yang dihasilkan disesuaikan dengan ukuran panjang bahan bakunya. Kayu yang sudah dikupas kulit luarnya selanjutnya akan diproses di mesin rotary untuk menghasilkan lembaran finir dengan ketebalan 0,5 mm dan 1 mm untuk face veneer dan back veneer, sedangkan core veneer tebalnya 1,8 mm dan 2,4 mm. Lembaran-lembaran finir tersebut mash dalam keadaan basah. Di bagian ini saya ditugaskan untuk menyambut lembaran finir face dan back yang keluar dari mesin rotary, proses ini cukup sulit karena lembaran-lembaran finir tersebut keluar dengan cepat dan juga lembaran-lembaran finir tersebut sangat tipis
sehingga sulit dalam memegangnya. Pengupasan Log menjadi finir dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 37. Pengupasan Log Menjadi Finir 6) Penyusunan Finir Basah
Finir yang mash basah disusun rapi dan rata untuk memudahkan dalam proses pengeringan. Dalam penyusunan finir harus disesuaikan dengan peruntukannya. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil yang baik dan merata. Susunan finir yang ditumpuk harus diselingi dengan stick agar memudahkan dan mempercepat pengeringan serta untuk menghindari tumbuhya jamur pada lembaran finir. Untuk core veneer disusun sebanyak 60 lapis per palet sedangkan untuk face dan back veneer disusun 80 lapis per palet. Dibagian ini saya turut membantu dalam penyusunan finir. Penyusunan finir basah dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 38. Penyusunan Finir Basah 7) Pemotongan Poly
Di PT. SAL core veneer yang rusak akan dipotong dan dijadikan short core dan hasil potongan disebut poly. Pemotongan poly merupakan pemotongan sisi samping dan sisi jung pada finir, ukuran panjang finir hasil pemotongan poly yaitu 65 cm dan 130 cm. Alat pemotongan poly penggunaannya menggunakan tangan ataupun kaki. Tujuan dari
pemotongan ini adalah untuk meratakan sisi-sisi finir agar memudahkan penyusunan finir.Pemotongan poly dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 39. Pemotongan Poly 8) Pengeringan Finir
Di PT. SAL pengeringan finir menggunakan Kiln Dryer atau yang biasa disebut KD. Setelah disusun kemudian finir dibawa menggunakan forklift untuk dimasukkan ke dalam ke dalam ruangan Kiln Dryer untuk proses pengeringan. Semua finir face, back, dan core dimasukkan ke dalam satu ruangan. Suhu yang digunakan dalam KD adalah maksimal 600C, disimpan selama ± 3 hari sampai lembaran finir mencapai kadar air 5% - 15%.Pengeringan menggunakan mesin KD lebih lama karena hanya mengandalkan suhu panas dari boiler. Pengeringan finir dan Boiler dapat dilihat pada gambar .
Gambar 40. Pengeringan Finir 9) Reparasi Finir
Setelah proses pengeringan, semua finir tersebut harus direparasi apabila terdapat mata kayu, pecah, dan bolong. Bagian-bagian finir yang pecah dapat langsung dirapatkan dengan menggunakan finir tape, dan pada bagian yang terdapat bolong bisa disisipkan finir. Di bagian ini saya turut membantu reparasi, untuk finir yang pecah bisa langsung
disambung dengan finir tape, sedangkan bagian finir yang bolong akan dissipkan finir untuk ditambal kemudian diberi finir tape agar melekat. Pekerjaan ini dilakukan oleh 2 orang dalam satu meja. Hasil reparasi dalam satu hari tergantung finir yang direparasi, karena untuk finir yang memiliki banyak kerusakan akan lebih memperlambat pengerjaan. Reparasi finir dapat dilihat pada Gambar.
Gambar 41. Repair Finir 10) Penyusunan Face Veneer dan Back Veneer
Finir face dan back selanjutnya akan disusun. Penyusunan ini bertujuan untuk memisahkan finir yang digunakan untuk bagian face dan finir untuk bagian back agar memudahkan pada saat perakitan lapisan. Finir yang digunakan untuk bagian face yaitu finir yang permukaannya bagus dan tidak ada cacat atau hanya sedikit cacat. Sedangkan untuk finir bagian back adalah finir yang terdapat sambungan dan terdapat banyak tambalan. Pekerjaan ini dilakukan oleh 2 orang, selanjutnya finir tersebut dibawa ke bagian glue spreading untuk direkatkan bersama core. Penyusunan f'ace Veneer dan Back Veneer dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 42. Penyusunan Face Veneer dan Back Veneer 11) Pelaburan Perekat
Pada proses ini core veneer dilaburi perekat menggunakan mesin glue spreader.
Core veneer akan dilaburi perekat pada dua permukaannya menggunakan mesin glue
spreader yang kemudia n akan direkatkan bersama face veneer dan back veneer. Untuk setiap ketebalan kayu lapis yang dibuat memiliki susunan lapisan yang berbeda.Core veneer yang keluar dari mesin glue spreader yang kemudian diletakkan di meja untuk di rekatkan bersama face veneer dan back veneer. Satu meja ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja.Pelaburan perekat dengan mesin glue spreade Perekat yang terlabur berasal dari glue mixer yang merupakan mesin pengaduk yang mempersiapkan campuran lem yang terdiri dari urea formaldehida, tepung terigu, amonium klorida, dan air. Proses pencampuran dilakukan secara mekanis selama ± 1 jam. Mesin glue mixer dapat dilihat pada
Gambar 43. Pelaburan Perekat 12) Pengempaan Dingin (Cold Press)
Pengempaan dingin merupakan pengempaan awal terhadap susunan finir yang sudah direkatkan. Ini bertujuan untuk meratakan perekat pada seluruh permukaan finir dan memaksa perekat masuk ke dalam pori-pori kayu. Karena ini merupakan pengempaan awal maka rata-rata lama pengempaan 1 jam dan tekanan yang digunakan yaitu 60 kg/cm2.Pengempaan dingin dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 44. Pengempaan Dingin 13) Pengempaan Panas (Hot Press)
Setelah melewati proses pengempaan awal, selanjutnya kayu lapis tersebut harus diberikan lagi pengempaan panas untuk mematangkan perekat shingga daya rekatnya menjadi maksimal dan menguapkan sisa air yang tersisa dalam kayu lapis. Pengempaan panas dilakukan selama ± 7 menit dengan tekanan yang digunakan yaitu 50 kg/cm2. Suhu yang digunakan pada suhu 1100 C - 1200 C. Dalam satu kali pengempaan ada 15 bahan yang dimasukkan. Karena bahan yang tebal dan perekat belum masuk secara merata pada lapisan finir, ini cukup menyulitkan pada saat proses memasukkan bahan ke dalam mesin kempa. Dan pada saat proses mengeluarkan bahan dari mesin kempa, mata akan terasa perih karena terpapar emisi dari formaldehida. Pengempaan panas dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 45. Pengempaan panas 14) Pemotongan Sisi (Sizing)
Pemotongan sisi dilakukan pada kedua sisi panjang dan sisi lebar kayu lapis menggunakan mesin Double Sizer. Tujuan dari proses ini adalah untuk mendapatkan kayu lapis dengan ukuran yang sesuai dengan yang ditentukan atau dinginkan. Ukuran kayu lapis setelah dipotong yaitu 244 cm x 122 cm.Pemotongan sisi (Sizing) dapat dilihat pada Gambar .
\
Gambar 46. Pemotongan Poly 15) Pengamplasan (Sanding)
Proses selanjutnya adalah pengamplasan pada kayu lapis yang bertujuan untuk mendapatkan kayu lapis dengan permukaan yang halus sehingga dapat menambah kualitas kayu lapis. Sebelum kayu lapis diamplas, terlebih dahulu operator mengatur kecepatannya dan mengecek amplas yang digunakan agar tidak memperngaruhi kualitas kayu. Sanding terdiri dari 3 pekerja. Satu orang diantaranya sebagai operator dan 2 orang lainnya bertugas untuk menyambut kayu lapis dari mesin sander. Pengamplasan dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 47. Pengampalasan 16). Pemilahan (Granding)
Grading merupakan penyeleksian pada kayu lapis untuk menentukan grade kualitasnya. Penyeleksian kayu lapis secara visual dengan memeriksa seluruh permukaan dan isi kayu lapis dari cacat atau kerusakan. Di bagian ini saya ikut membantu dengan mendempul pada bagian permukaan yang cacat sedangkan kayu lapis yang terdapat core berlubang maka ditambal menggunakan potongan finir agar terlihat rapi. Dibagian ini terdapat 5 orang pekerja yang bertugas menentukan grade kayu lapis, untuk yang terdapat cacat fisik ringan dikategorikan sebagai grade A, sedangkan kayu lapis yang terdapat cacat fisik sedang dikategorikan sebagai grade B dan kayu lapis yang terdapat cacat fisik berat dikategorikan sebagai grade C.Proses grading dapat dilihat pada Gambar
Gambar 48. Pemilihan
16) Pengemasan (Packing)
Semua kayu lapis yang sudah melewati proses grading selanjutnya akan dilakukan pengemasan. Setiap kayu lapis yang telah dikemas harus terdiri dari kayu lapis yang mempunyai ketebalan yang sama. Hasil pengemasan dapat dilihat pada Gambar .
Gambar 49. Pengemasan (Packing)
Pengemasan kayu lapis disusun berdasarkan ketebalan dan masing-masing ketebalan mempunyai harga dan grade yang berbeda. Daftar harga kayu lapis di PT.
Sambas Alam Lestari dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Daftar Harga Plywood Ketebalan Harga Satuan/
Lembar A
Jlh Lembar /Palet
Jumlah Harga/
Palet (A)
Harga Satuan/
Lembar (B)
Jumlah Harga/
Palet (B)
3 mm Rp 52.000 250 Rp 13.000.000 Rp 47.000 Rp 11.750.000
4 mm Rp 65.000 200 Rp 13.000.000 Rp 59.000 Rp 11.800.000
5 mm Rp 80.000 160 Rp 12.800.000 Rp 72.000 Rp 11.520.000
6 mm Rp 90.000 130 Rp 11.700.000 Rp 81.000 Rp 10.530.000
8 mm Rp 120.000 110 Rp 13.200.000 Rp 108.000 Rp 11.880.000
10 mm Rp 150.000 80 Rp 12.000.000 Rp 135.000 Rp 10.800.000
12 mm Rp 165.000 70 Rp 11.550.000 Rp 149.000 Rp 10.430.000
15 mm Rp 200.000 60 Rp 12.000.000 Rp 180.000 Rp 10.800.000
18 mm Rp 230.000 50 Rp 11.500.000 Rp 207.000 Rp 10.350.000
Sumber: PT SAL 5. Jumlah Produksi
Produksi kayu lapis di PT. Sambas Alam Lestari dalam setahun mencapai 21.366 keping kayu lapis yang diproduksi. Sehingga jika di akumulasikan untuk produksi dalam waktu sebulan rata-rata mencapai kurang lebih 1.750 keping kayu lapis dan untuk produksi perhari dapat mencapai rata-rata 58 keping kayu lapis.
6. Grading Kayu Lapis
Grading merupakan penyeleksian pada kayu lapis untuk menentukan grade kualitasnya. Penyeleksian kayu lapis secara visual dengan memeriksa seluruh permukaan dan isi kayu lapis dari cacat atau kerusakan. Di bagian ini saya ikut membantu dengan mendempul pada bagian permukaan yang cacat sedangkan kayu lapis yang terdapat core berlubang maka ditambal menggunakan potongan finir agar terlihat rapi. Dibagian ini terdapat 5 orang pekerja yang bertugas menentukan grade kayu lapis, untuk yang terdapat cacat fisik ringan dikategorikan sebagai grade A, sedangkan kayu lapis yang terdapat cacat fisik sedang dikategorikan sebagai grade B dan kayu lapis yang terdapat cacat fisik berat dikategorikan sebagai grade C.Proses grading dapat dilihat pada Gambar
Gambar 50. Grading Kayu Lapis
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil Miniriset di PT. Sambas Alam Lestari maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Secara umum, proses produksi kayu lapis di PT. Sambas Alam Lestari sudah sangat baik. Hanya terdapat sedikit perbedaan jika dilihat secara teori diperkuliahan dan yang ada dilapangan.
2) Proses pembuatan kayu lapis di PT. Sambas Alam Lestari dimulai dari persiapan bahan baku, kemudian log dipotong. Setelah itu pengupasan kulit menggunakan mesin log debarker. Selanjutnya log dibawa ke mesin rotary untuk menghasilkan lembaran- lembaran finir. Finir yang tidak rusak disusun rapi, sedangkan finir yang rusak dipotong poly untuk menghasilkan short core. Kemudian finir dibawa ke ruang pengering. Finir yang sudah dikeringkan kemudian direparasi. Kemudian finir face dan back di susun kembali. Kemudian dilanjutkan pelaburan perekat pada core dan disusun dengan finir face dan back sesuai ketentuan produksi untuk menghasilkan kayu lapis. Setelah itu dikempa dingin dan kempa panas. Tahap selanjutnya adalah pemotongan kayu lapis dan dilanjutkan dengan pengamplasan untuk mendapatkan permukaan kayu lapis agar lebih halus. Kemudian proses selanjutnya adalah grading dan diakhiri dengan proses pengemasan (packing) kayu lapis.
5.2. Saran
1) Pihak perusahaan sebaiknya perlu mengingatkan kembali kepada tenaga kerja terutama di bagian kempa panas untuk menggunakan kaca mata putth transparan untuk menghindari emisi formaldehida.
2) Limbah-limbah produksi kayu lapis seperti kulit batang, empulur, serbuk gergaji, serphan kayu, sisa potongan gergajian dan kayu yang pecah dapat dijadikan sebagai briket arang dan papan partikel.
3) PT. Sambas Alam Lestari masih banyak pekerjan yang dilakukan secara manual yaitu dalam proses pengerjaannya dan kurangnya alat yang membantu pengesjaan agar lebih cepat. Sebaiknya menambah alat dan teknologi terkini dalam pengerjaan yang masih dilakukan secara manual sehingga dapat mempercepat dan mengoptimalkan produksi kayu lapis (plywood).
DAFTAR PUSTAKA
Bowyer, J.L., Shumulssky, R., & Haygreen, J. G. (2003). Forest Product and Wood Science. An Introduction, Fourth Edition. A Blackwell Publishing Company.
Fitri, M. (2016). PEREKAT KAYU LAPIS DARI DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala). Jurnal Sains Dan Teknologi: Jurnal Keilmuan Dan Aplikasi Teknologi Industri, 16(1), 55. https://doi.org/10.36275/stsp.v16i1.55
Ganiron, T. U. (2013). An Investigation of Moisture Performance of Sawdust and Banana Peels Ply-board as Non-Veneer Panel. An Investigation of Moisture Performance of Sawdust and Banana Peels Ply board as Non-Veneer Panel.
International Journal of U-and e-Service, 6(3).
https://www.researchgate.net/publication/317381582
Heri, M., Adil, E., Sari, M., Rahmadi, A., & Kehutanan, J. (2020). Analysis of the supply of raw materials for sengon laut wood (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) to support the production of plywood at PT Surya Satrya Timur Coorporation Banjarmasin. Jurnal Sylva Scienteae, 03(2), 307–317.
Hidayati. (2019). RENDEMEN FINIR PADA MESIN ROTARY BERDASARKAN KELOMPOK JENIS KAYU PADA INDUSTRI KAYU LAPIS DI PT. SURYA SATRYA TIMUR Rendemen of Veneer on Rotary Machine based on Wood Type Groups in Plywood industry at PT. Surya Satrya Timur. Jurnal Sylva Scienteae, 02(4), 612–620.
Nugraha, D. R. (2020). Perbandingan_Uji_Keteguhan_Rekat_Kayu_La.
Tahnur, M., & Ahmad, N. (2021). TINGKAT KESILINDRISAN KAYU RAKYAT PADA INDUSTRI VENEER (Cylindrisian Level Of Community Wood In The Veneer Industry). Jurnal Celebica : Jurnal Kehutanan Indonesia, 2(1), 41.
https://doi.org/10.33772/jc.v2i1.20562