• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan

N/A
N/A
azzahra putri

Academic year: 2024

Membagikan " Laporan Pendahuluan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN PEMASANGAN KATETER

DISUSUN OLEH :

Azzahra Putri Nugraeni (22.0601.0014)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

TAHUN 2024

(2)

A. Definisi

Kateter adalah sebuah alat berbentuk selang yang digunakan untuk membantu pasien dalam mengeluarkan urine dari kandung kemih. Proses memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra disebut kateterisasi urinarius. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk mengalirkan atau mengeluarkan urine dari kandung kemih.

Penggunaan kateter urine bisa bersifat sementara, seperti saat pasien dirawat di rumah sakit, atau dalam kasus yang lebih kronis, bahkan di lingkungan rumah.

Dalam konteks perawatan kesehatan, kateterisasi urinarius dapat menjadi prosedur yang penting untuk memastikan pengeluaran urine yang efektif dari tubuh, terutama jika pasien tidak dapat melakukan hal tersebut secara alami. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai kondisi, termasuk pascaoperasi, kondisi medis tertentu, atau saat perawatan jangka panjang. Penting untuk memastikan bahwa prosedur kateterisasi dilakukan dengan hati-hati dan steril untuk mengurangi risiko infeksi atau komplikasi lainnya.

B. Aspek Fisiologis serta Patologis Pemasangan dan Pelepasan Kateter a. Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis pemakaian kateter umumnya terkait dengan kondisi pasien yang mengalami kesulitan dalam berkemih, seperti kesulitan berkemih (disuria), retensi urin, atau gangguan lain pada fungsi kandung kemih. Kateterisasi dapat membantu memperlancar aliran urin dan meringankan gejala yang terkait dengan masalah tersebut.

Aspek fisiologis pelepasan kateter terjadi ketika pasien sudah mampu berkemih secara alami atau fisiologis tanpa bantuan kateter. Ini menunjukkan bahwa fungsi kandung kemih telah pulih dan tidak memerlukan bantuan tambahan untuk mengeluarkan urin.

b. Aspek Patologis

Aspek patologis pemakaian kateter terkait dengan risiko infeksi saluran kemih yang dapat terjadi karena kateter merupakan benda asing yang dimasukkan ke dalam saluran kemih. Bahan plastik atau karet dari kateter dapat menjadi tempat bagi bakteri untuk berkembang biak, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien.

(3)

Aspek patologis dari pelepasan kateter termasuk rasa tidak nyaman yang dapat dirasakan oleh pasien setelah kateter dilepas. Hal ini bisa disebabkan oleh iritasi atau trauma pada uretra akibat penggunaan kateter, serta perasaan tidak nyaman karena kandung kemih harus beradaptasi kembali dengan pengeluaran urin tanpa bantuan kateter.

C. Tujuan

1. Mengatasi distensi kandung kemih 2. Mendapatkan spesimen urine

3. Penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, gangguan neuro muscular, atau inkompeten kandung kemih, serta pasca operasi besar 4. Mengatasi obstruksi aliran urine

5. Mengatasi retensi perkemihan

6. Mengkaji jumlah residu urine, jika kandung kemih tidak mampu sepenuhnya dikosongkan

7. Mempermudah pasien untuk membuang air kecil yang tidak bisa membuang air kecil sendiri

D. Indikasi dan Kontraindikasi a. Indikasi

1. Inkontinensia urine 2. Retensi urine

3. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat

4. Mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama operasi dan sebelum suatu pemeriksaan diagnostic

5. Memperoleh bahan urine steril

6. Mengukur jumlah residu urine dalam kandung kemih

7. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal

8. Menjaga agar pasien yang inkontinen tetap kering pada daerah perineum, agar kulit tetap utuh dan tidak infeksi

b. Kontraindikasi

(4)

1. Urethritis dan Infeksi Kandung Kemih Jika pasien telah didiagnosis mengalami urethritis dan atau infeksi saluran perkemihan, maka tindakan katetrisasi urethra belum boleh dilaksanakan. Karena pada proses kateterisasi yang kurang steril, mikroba dapat dengan mudah masuk ke urethra dan bahkan sampai pada vesica urinaria sehingga dapat menyebabkan superinfection.

2. Trauma pada Uretra Kateterisasi dapat menyebabkan trauma pada urethra semakin parah, sehingga pada pasien yang mengalami trauma pada uretra tidak diperbolehkan untuk dilakukan tindakan pemasangan kateter.

3. Ruptur urethra.

4. Gross Hematuria.

E. Alat dan Bahan

1. Handschoon steril (1 pasang)

2. Kateter steril sesuai ukuran yang perlu digunakan 3. Urine bag dan gantungannya

4. Aquadest steril (secukupnya) 5. Spuit 10cc berisi aquadest

6. Set instrument steril : duk lubang steril/duk bolong, 2 buah kom kecil dan kassa steril

7. Jelly

8. Lidokain 1% jelly masukan dalam spuit (tanpa jarum) 9. Betadine solution 10% (secukupnya)

10. Kapas chlorhexidine

11. Pispot (untuk pemasangan sementara) 12. Perlak dan pengalas

13. Pinset anatomis 14. Bengkok 15. Plester/hypavik 16. Gunting pinset 17. Sampiran/scarm 18. Korentang

(5)

F. Prosedur Tindakan a. Tahap Orientasi

1. Melakukan verivikasi data pasien 2. Mencuci tangan

3. Menempatkan alat didekat pasien

4. Memberikan salam sebagai pendekatan kepada pasien 5. Menjelaskan prsedur tindakan dan tujuan

6. Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan 7. Menjaga privacy pasien

b. Tahap Kerja

1. Untuk pasien wanita :

1) Gunakan sarung tangan bersih.

2) Buka kemasan alat yang steril untuk ditempatkan ke dalam bak instrumen steril seperti kateter, spuit, cylocain jelly, handscoen steril serta tuangkan bethadine dan aqua ke dalam kom kecil.

3) Buka pakaian bawah pasien dan atur posisi dorsal recumbent.

4) Pasang alas bokong perlak dan letakkan bengkok di bawah perineum, selanjutnya bersihkan labio mayora, labio minora, orifisium uretra dan vagina dengan arah dari atas ke bawah menggunakan kapas chlorhexidine.

5) Setelah selesai membersihkan area pemasangan kateter lepaskan sarung tangan bersih.

6) Dekatkan peralatan yang sudah disiapkan diantara tungkai bawah ± 45 cm di bawah perineum.

7) Pakai handscoen steril kemudian pasang duk bolong pada daerah pemasangan kateter.

8) Lakukan test halon kateter dengan memasukkan cairan aqua sampai balon mengembang dan pastikan tidak ada kebocoran setelah itu aspirasi kembali cairan aqua.

9) Bersihkan orifisium urethra dengan kassa bethadine.

10) Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly dari ujung kateter ± 2,5 cm - 5cm.

11) Pasang kateter dengan cara buka labia menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri lalu masukkan kateter melalui

(6)

lubang urethra sedalam ± 5cm- 7cm secara perlahan-lahan sambil arahkan pasien untuk menarik nafas panjang hingga urin keluar, ketika urin keluar masukkan lagi 2,5cm-5cm, tampung urin dengan bengkok/ pispot. Lalu sambungkan selang kateter dengan urin bag dan lakukan fiksasi dengan mengisi cairan aqua sesuai dengan volume yang tertera pada lebel spesifikasi kateter yang dipakai.

12) Setelah difiksasi dengan cairan aqua tarik sedikit kateter sampai adanya tahanan kemudian fiksasi kateter pada paha bagian dalam.

13) Gantung urin bag dengan posisi lebih rendah dari vesika urinaria 2. Untuk pasien laki – laki :

1) Gunakan sarung tangan bersih.

2) Buka kemasan alat yang steril untuk ditempatkan ke dalum bak instrument steril seperti kateter, spuit, cylocain jelly, handscoen steril serta melihat bethadine dan aqua ke dalam kom kecil.

3) Buka pakaian bawah pasien dan atur posisi supine.

4) Pasang alas bokong / perlak dan letakkan bengkok di antura kedua paha

5) pasien selanjutnya bersihkan penis dengan menggunakan kapas chlorhexidin.

6) Setelah selesai membersihkan area pemasangan kateter lepaskan sarung tangan bersih.

7) Dekatkan peralatan yang sudah disiapkan diantara kedua paha pasien.

8) Pakai handscoen steril kemudian pasang duk bolong pada daerah pemasangan kateter.

9) Lakukan test balon kateter dengan memasukkan cairan aqua sampai balon mengembang dan pastikan tidak ada cairan setelah itu aspirasi kembali cairan aqua.

10) Bersihkan orifisium uretra dengan kassa bethadine.

11) Lumasi ujung kateter dengan xylocain jelly dari ujung kateter ± 12,5 cm

12) 17,5 cm (untuk dewasa).

(7)

13) Pasang kateter dengan cara angkat penis pada posisi tegak lurus menggunakan tangan kiri, lalu masukkan kateter melalui meatus sedalam ± 17,5 cm - 22em (untuk dewasa) dan ± 5 cm - 7,5 cm (untuk anak) secara perlahan-lahan sambil arahkan pasien untuk meriarik nafas panjang hingga urin keluar, ketika keluar urin masukkan lagi 2,5cm – 5 cm dan tarmpung urin dengan bengkok/pispot. Jika pemasangan kateter tetap sambungkan selang kateter dengan urin bag dan lakukan fiksasi dengan mengisi cairan aqua sesuai dengan volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai.

14) Setelah difiksasi dengan cairan aqua tarik sedikit kateter sampai adanya takan kemudian fiksasi kateter pada abdomen bawah / di puncak paha dengan posisi penis mengarah ke abdomen.

15) Gantung urin bag dengatn posisi lebih rendal dari vesika urinaria c. Tahap Terminasi :

1. Mengucapkan hamdalah

2. Merapikan pasien dan tanya perasaan klien setalah dilakukan tindakan 3. Membereskan alat

4. Perawat cuci tangan 5. Dokumentasi

G. Referensi

https://id.scribd.com/document/389553062/Lp-Pemasangan-Dan-Pelepasan-Kateter https://id.scribd.com/document/580256825/Lp-Pemasangan-Kateter-Urine

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian flebitis adalah jenis kateter, bahan kateter, ukuran kateter, lama pemasangan, tempat insersi, penutup

Kejadian plebitis disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah jenis, ukuran dan bahan kateter, lama waktu pemasangan, pemilihan tempat insersi, jenis penutup

Dan beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena dapat berupa jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui vena seksi, kateter yang terpasang

Dokumen ini menjelaskan aspek kemampuan penjelasan peserta didik dalam UbD, termasuk definisi dan kriteria

Dokumen ini menjelaskan tentang akses air minum dan sanitasi yang layak dan aman bagi masyarakat, termasuk definisi, jenis-jenis, dan

Dokumen ini membahas tentang evaluasi pembelajaran, termasuk definisi, fungsi, dan

Dokumen ini membahas dasar-dasar algoritme, termasuk definisi, jenis, dan cara menganalisis

Dokumen ini memberikan pengenalan tentang akuntansi, termasuk definisi, proses, dan ruang