• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS V.A SDN 066/IX SENGETI

N/A
N/A
Rizki Putra

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS V.A SDN 066/IX SENGETI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN PEM

BELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT SISWA KELAS V.A SDN 066/IX SENGETI

Dosen Pengampu : SUSANTI, S.Pd, M.Pd

ERNAWATI 856620271

S1 PGSD BI KELAS 1A POKJAR KOTA JAMBI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Laporan PTK peningkatan hasil belajar materi energi dan perubahannya menggunakan pem belajaran kooperatif tipe tgt siswa kelas v.a sdn 066/ix sengeti ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu SUSANTI, S.Pd, M.Pd, selaku Dosen Penelitain Tindakan Kelas yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga ingin memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh

dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

kami butuhkan demi kesempurnaan laporan ini.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PEDAHULUAN ... 4

1.1 Latar belakang ... 4

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kajian Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar ... 6

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 7

2.1.3 Energi dan Perubahannya ... 10

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Seting Penelitian ... 14

3.2 Prosedur Penelitian ... 14

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 15

3.4 Teknik Analisa Data ... 15

(4)

BAB I PEDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pendidikan sebagai suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa agar menjadi manusia seutuhnya berjiwa Pancasila. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional juga menyatakan sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Disamping itu, pendidikan juga merupakan suatu sarana yang paling efektif dan efisien dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk mencapai suatu dinamika yang diharapkan.

Berdasarkan hasil ulangan harian yang dilakukan di Kelas V.A SDN 066/IX Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, diperoleh informasi bahwa hasil belajar Materi Energi dan Perubahannya siswa rendah di bawah standar ketuntasan Minimal yaitu dibawah 70.

Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan seperti di atas antara lain :

a Kemampuan kognitif siswa dalam pemahaman konsep – konsep Pendidikan IPA masih rendah,

b Pembelajaran yang berlangsung cenderung masih monoton dan membosankan,

c Siswa tidak termotivasi untuk belajar Pendidikan IPA hanya sebagai hafalan saja.

Dengan belajar secara menghapal membuat konsep–konsep IPA yang telah diterima menjadi mudah dilupakan. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Dikembangkan, misal dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran.

Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif bagi siswa diantaranya hasil belajar siswa akan lebih baik dan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Energi dan Perubahannya adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT karena siswa dapat terlibat aktif karena memiliki peran dan

(5)

tanggung jawab masing–masing, sehingga aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung meningkat.

Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebagai peneliti merasa penting melakukan penelitian terhadap masalah di atas. Oleh karena itu, upaya meningkatkan hasil belajar Materi Energi dan Perubahannya siswa dilakukan penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “Peningkatan Hasil Belajar Materi Energi dan Perubahannya melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas V.A SDN 066 Sengeti “.

1.2 Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permsalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar Materi Energi dan Perubahannya siswa Kelas V.A SDN 066 Sengeti ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Meningkatkan hasil belajar Materi Energi dan Perubahannya menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT siswa Kelas SDN 2 Pasar Panas.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1 Bagi peneliti : penelitian ini dapat mempengaruhi pembelajaran, membantu untuk meningkatkan hasil belajar Materi Energi dan Perubahannya, memberikan alternative pembelajaran yang aktif, kreatif efektif, dan menyenangkan bagi siswa, serta meningkatkan mutu pembelajaran Materi Energi dan Perubahannya.

2 Bagi siswa : untuk meningkatkan pemahaman konsep Materi Energi dan Perubahannya sehingga pelajaran Materi Energi dan Perubahannya menjadi lebih sederhana.

3 Bagi sekolah : penelitian ini dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(6)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Bloom (dalam Sudjana, 2012: 53) membagi tiga ranah hasil belajar yaitu [1] :

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemauanm bertindak, ada enam aspek, yaitu: gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, ketrampilan membedakan secara visual ketrampilan dibidang fisik, ketrampilan komplek dan komunikasi.

a Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

b Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.

Hasil belajar yang dicapai menurut Nana Sudjana, melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukan dengan ciri – ciri sebagai berikut.

1 Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsic pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankanya apa yang telah dicapai.

2 Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

3 Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

4 Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau

(7)

wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku.

5 Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicaPendidikan IPAnya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mencapai hasil belajar, Setelah melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang didalamnya mengkondisikan para siswa bekerja bersama-sama di dalam kelompok- kelompok kecil untuk membantu satu sama lain dalam belajar.

Muhammad Nur (2005: 1) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi seluruh siswa, memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil tanggungjawab. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks [2]. Pendapat ini sejalan dengan Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata [3].

Untuk menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah. Untuk menciptakan suasana belajar tersebut diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi serta latihan yang cukup pula.

Pembelajaran kooperatif didasarkan pada gagasan atau pemikiran bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar, dan bertanggung jawab terhadap akfivitas belajar kelompok mereka seperti terhadap diri mereka sendiri.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang menganut paham konstruktivisme.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan kerjasama antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menggunakanpembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelorpok kecil.

Menurut teori konstruktivis, tugas guru (pendidik). adalah memfasilitasi agar proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan pada diri sendiri tiap-tiap siswa terjadi secara optimal.

Terkait dengan model pembelajaran ini, Ismail (2003: 21) menyebutkan (enam) langkah dalam pembelajaran Kooperatif, yaitu sesuai tabel berikut ini [4].

(8)

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajarran Kooperatif Fase Ke

-

Indikator Tingkah Laku Guru

1 Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebutdan memotivasi siswa belajar.

2 Menyampaikan

informasi Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok- kelompok

belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok.

Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda Dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:

1 Merumuskan tujuan pembelajaran,

2 Menentukan jumlah kelompok dalam kelompok belajar, 3 Menentukan tempat duduk siswa,

4 Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif, 5 Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif, 6 Menjelaskan tugas akademik,

7 Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama, 8 Menyusun akuntabilitas individual,

9 Menyusun kerja sama antar kelompok, 10 Menjelaskan kriteria keberhasilan,

11 Menjetaskan perilaku siswa yang diharapkan, 12 Memantau perilaku siswa,

13 Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas, 14 Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama,

(9)

15 Menutup pelajaran,

16 Menilai kerja sama antar anggota kelompok.

Tiga model pembelajaran kooperatif umum yang cocok untuk hamper seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Students Teems Achievement Division (STAD), Teams-Games-Tournament (TGT), dan Jigsaw.

Teams-Games-Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok–kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing–masing.

Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama–sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja-meja turnamen,dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing.

Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya datam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok team recognition) [5].

Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1 Siswa Bekerja dalam Kelompok-kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda.

Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar Siswa yang berkemampuan

(10)

lebih dengan Siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.

2 Games Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang lama.

Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.

Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membacakan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan yang perlu ditempuh, yaitu:

a Mengajar (teach)

Mempersentasikan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau kegtiatan yang harues dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

b Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras/suku yang berbeda. Setelah guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam mer jawab.

c Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok darti masing-masing kelompok yang berbeda. Tujuan Dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan- pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

d Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh oleh kelompokdari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategorti rerata poin sebagai berikut.

2.1.3 Energi dan Perubahannya 1 Gaya Magnet

(11)

Ada bermacam-macam gaya, salah satunya adalah gaya magnet. Gaya magnet adalah gaya tarik atau gaya tolak yang terdapat pada magnet. Benda, menurut sifat kemagnetannya, dapat dikelompokkan menjadi benda magnetis dan benda nonmagnetic. Benda magnetis adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet. Contoh benda magnetis adalah paku besi dan gunting.

Benda nonmagnetic adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.

Penghapus dan kaca adalah contoh benda nonmagnetic. Magnet hanya dapat menarik benda-benda yang terbuat dari besi, baja, nikel, dan kobalt. Benda yang terbuat dari kayu, plastic, karet dan kaca tidak dapat ditarik magnet.

Kata magnet berasal dari kata magnus atau magnesia. Magnus adalah nama orang yang pertama kali menemukan magnet. Ia menemukan magnet yang berbentuk seperti batu hitam. Magnet pertama itu ditemukan di suatu tempat yang bernama Magnesia.

2 Garis Gaya Magnet

Berdasarkan percobaan bahwa serbuk besi membentuk pola di atas kertas.

Serbuk besi dapat membentuk pola di atas kertas karena digerakkan oleh gaya yang berasal dari kutub-kutub magnet. Pola tersebut berbentuk garis lengkung. Garis-garis tersebut mengelilingi magnet dan tidak saling bersilangan. Garis garis lengkung itulah yang disebut garis gaya magnet.

3 Penggunaan Gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari

Kita sering menggunakan magnet dalam kehidupan sehari-hari. Gaya magnet telah banyak membantu manusia selama ini Contoh benda yang mengandung magnet adalah kompas. Orang memakai Kompas untuk mengetahui arah utara dan selatan bumi. Ada juga stiker yang menggunakan magnet. Stiker yang bermagnet disebut stiker magnet. Magnet tersebut diletakkan d belakang stiker. Stiker magnet biasanya ditempelkan pada pintu lemari es sebagai hiasan. Magnet dapat pula menahan pintu Magnet diletakkan di dinding di balik pintu. Magnet akan menarik logam yang menempel di pintu sehingga pintu dapat tetap terbuka.

Bel listrik juga menggunakan magnet. Magnet yang digunakan dalam bel listrik disebut electromagnet. Electromagnet adalah magnet yang dibuat dengan cara mengalirkan arus listrik pada logam magnetis. Bila menekan bel listrik, maka arus listrik akan mengalir akan mengubah besi dalam kumparan menjadi electromagnet. Akibatnya besi menarik alat pemukul yang terbuat dari logam magnetis. Alat tersebut memukul bel listrik sehingga bel listrik berbunyi.

4 Gaya Grafitasi

Gaya tarik yang dimiliki bumi disebut gaya grafitasi bumi. Gaya

grafitasi bumi disebut juga gaya tarik bumi. Sumber gaya grafitasi bumi adalah pusat bumi. Pusat bumi adalah bagian bumi yang paling dalam.

Makin jauh jarak dengan pusat bumi, makin kecil pengaruh gaya grafitasi bumi terhadap benda tersebut.

Setiap benda di bumi mengalami gaya grafitasi bumi yang sama

(12)

besar. Pengaruh gaya grafitasi pada suatu benda tidak berhubungan dengan berat, bentuk dan ukuran benda tersebut. Bila dua benda jatuh dari ketinggian yang sama, maka gaya gravitasi yang dialami kedua benda tersebut sama besar.

5 Gaya Gravitasi Menyebabkan Benda Bergerak ke Bawah

Pada bagian awal telah disebutkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak menuju ke pusat bumi. Pusat bumi adalah bagian bumi yang paling dalam, maka gaya gravitasi selalu menarik benda-benda di bumi ke bawah.

6 Gaya Gesek

Ketika benda berada di udara, benda bergesekan denga udara. Gaya gesek tersebut memperlambat benda sampai di tanah Akibat gesekan dengan tanah, benda itu berhenti bergerak. Jadi, gaya gesek adalah gaya yang memperlambat dan akhirnya menghentikan gerak benda.

7 Berbagai Cara Memperkecil dan Memperbesar Gaya Gesek

Gaya gesek dapat diperkecil atau diperbesar. Ada beberapa cara memperkecil gaya gesek. Gaya gesek pada lantai dapat diperkecil dengan menuang air atau minyak ke lantai. Tepung yang ditabur ke lantai juga memperkecil gesekan pada lantai. Gaya gesek apada lantai dapat pula diperbesar. Salah satu caranya adalah dengan meletakkan karpet di atas lantai.

8 Pesawat sederhana

Orang sering menggunakan alat untuk memudahkan pekerjaan. Alat yang orang gunakan untuk memudahkan pekerjaan disebut pesawat sederhana.

Escalator atau tangga berjalan otomatis adalah contoh pesawat sederhana.

Escalator memudahkan orang menaiki dan menuruni tangga.

9 Pengungkit

Kamu dapat membuat pengungkit dengan meletakkan sebuah tongkat kayu di atas balok. Salah satu ujung kamu gunakan untuk

meletakkan barang yang akan diangkat atau dipindahkan. Ujung tongkat tersebut dinamakan titik beban. Ujung lain tongkat kamu gunakan untuk memberi gaya. Ujung tongkat itu disebut titik kuasa. Balok berfungsi sebagai penumpu dan titik tumpu.

10 Bidang Miring

Pernahkah kamu melihat seseorang memasukkan barang ke dalam truk dengan menggunakan bantuan papan yang diletakkan secara miring. Papan yang diletakkan secara miring tersebut adala contoh bidang miring. Orang membutuhkan gaya yang besar untuk memasukkan barang ke dalam bak truk dengan cara mengangkatnya. Sebaliknya, dengan bantuan bidang miring gaya yang diperlukan jauh lebih kecil. Jadi, bidang miring berfungsi meperkecil gaya yang diperlukan untuk memindahkan barang.

11 Katrol

(13)

Katrol adalah pesawat sederhana yang menggunakan roda dan tali. Tali dipasang pada roda sehingga kedua ujung tali dapat digerakkan secara bebas. Salah satu ujung tali dihubungkan dengan beban. Ujung tali yang lain digunakan untuk memberikan gaya. Roda pada katrol berputar sesuai dengan pergerakan tali.

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Seting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 066/IX Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi. SDN 066/IX Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi mempunyai fasilitas yang hampir lengkap dengan adanya Perpustakaan yang memadahi, ada Laboratorium IPA, Tidak ada Laboratorium Komputer dan lain-lain. Dengan jumlah guru sebanyak 23 orang terdiri dari 13 orang Guru PNS dan 10 orang guru Non PNS Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah Siswa Kelas V.A SDN 066/IX Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 18 siswa laki – laki dan 12 siswa perempuan.

3.2 Prosedur Penelitian

Waktu Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu pada bulan Pebruari sampai dengan April 2023. Penelitian ini pada materi Materi Energi dan Perubahannya diajarkan.Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus masing – masing siklus 2 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas dengan Siklus.

1 Siklus I

Pada siklus ini membahas Materi Energi dan Perubahannya.

a Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan persiapan–persiapan untuk melakukan perencanaan tindakan dengan membuat silabus, rencana pembelajaran, lembar observasi guru dan siswa, lembar kerja siswa, dan membuat alat evaluasi berbentuk tes tertulis dengan model pilihan ganda.

b Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini dilakukan :

1 Guru menjelaskan materi Materi Energi dan Perubahannya secara klasikal.

2 Pengorganisasian siswa yaitu dengan membentuk 4 kelompok, masing– masing kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa, kemudian LKS dan siswa diminta untuk mempelajari LKS.

3 Dalam kegiatan pembelajaran secara umum siswa melakukan kegiatan sesuai dengan langkah–langkah kegiatan yang tertera dalam LKS, diskusi kelompok, diskusi antar kelompok, dan menjawab soal – soal. Dalam bekerja kelompok siswa saling membantu dan berbagi tugas. Setiap anggota bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

c Tahap Observasi

(15)

Pada tahapan ini dilakukan observasi pelaksanaan tindakan, aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dan guru dalam proses pembelajaran menggunakan lembar observasi aktivitas dan respon siswa serta guru.

Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari tes hasil belajar siswa.

d Tahap refleksi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi proses pembelajaran pada siklus I dan menjadi pertimbangan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Pertimbangan yang dilakukan bila dijumpai satu komponen dibawah ini belum terpenuhi, yaitu sebagai berikut :

1 Siswa mencapai ketuntasan individual ≥ 70 %.

2 Ketuntasan klasikal jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual yang diambil dari tes hasil belajar siswa.

2 Siklus II

Hasil refleksi dan analisis data pada siklus I digunakan untuk acuan dalam merencanakan siklus II dengan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Tahapan yang dilalui sama seperti pada tahap siklus I.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

beberapa teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam PTK ini yaitu : a Observasi dilakukan oleh guru yang bersangkutan dan seorang

kolaborator untuk merekam perilaku, aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

b Tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

Instrumen yang digunakan pada Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari:

1 Lembar Test / ulangan harian untuk mengetahui hasil belajar siswa.

2 Lembar observasi siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa.

3 Lembar observasi Guru untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru.

3.4 Teknik Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara Deskriptif, seperti berikut ini :

1 Data tes hasil hasil belajar digunakan untuk mengetahui ketuntasan Belajar siswa atau tingkat keberhasilan belajar pada materi Materi Energi dan Perubahannya dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 70.

Ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 70 ini

jumlahnya sekitar 85% dari seluruh jumlah siswa dan masing – masing di hitung dengan rumus, menurut Arikunto (2012: 24) sebagai berikut:

(16)

P = 𝐹

𝑁 x 100%

Dimana : P = Prosentase

F = frekuensi tiap aktifitas N = Jumlah seluruh aktifitas

(17)

DAFTAR PUSTAKA

[1] N. Sudjana, “Tujuan Belajar Mengajar,” Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

[2] N. Muhammad, J. Parr, M. D. Smith, and A. D. Wheatley,

“Removal of heavy metals from storm and surface water by slow sand filtration: the importance of speciation,” Urban Water J., vol. 2, no. 1, pp. 33–37, 2005.

[3] A. Irawan and M. A. Wardani, “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga Pada Tingkat Sekolah Menengah Pertama,” J. Inov. dan Teknol. Pembelajaran Kaji. dan Ris. Dalam Teknol.

Pembelajaran, vol. 2, no. 2, pp. 248–342, 2017.

[4] G. Raymond and I. Ismail, “The effect of geogrid reinforcement on unbound aggregates,” Geotext. Geomembranes, vol. 21, no. 6, pp. 355–380, 2003.

[5] Y. Purnamasari, “Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

teams games tournament (TGT) terhadap kemandirian belajar dan

peningkatan kemampuan penalaran dan koneksi matematik

peserta didik SMPN 1 kota Tasikmalaya,” J. Pendidik. dan

Kegur., vol. 1, no. 1, p. 209664, 2014.

Referensi

Dokumen terkait

langkah pembelajaran tipe NHTyang akan digunakan adalah sebagai berikut. a) Guru menyiapkan alat dan bahan. c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari. d)

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan keahlian berbeda, dan di

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini

a) Dalam proses pembelajaran guru perlu menerapkan suatu model pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang menarik dan menyenangkan. Dengan cara seperti itu maka

Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas V. Saran yang diharapkan

Trianto (dalam Natalia, 2007: 49) mengatakan bahwa terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mana siswa ditempatkan dalam tim belajar (kelompok) secara heterogen untuk

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil