HIDRO-ELEKTROMETALURGI
LAPORAN PRAKTIKUM HIDRO-ELEKTROMETALURGI Acara 7 – Electrowinning Seng
Dewa Gde Yoga S1, Abdullah2, Aulia3, Errandy4, Firmansyah5, Nabil6, Syahwanul7, dan Syifa8
1Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Mineral, UPN Veteran Yogyakarta, Kampus 2 UPN Babarsari 55281, Indonesia
Abstrak. Proses recovery untuk mendapatkan logam seng dengan kadar yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan metode electrowinning. Electrowinning merupakan proses pengambilan logam berharga yang ada di pregnant leach solution sesuai teori elektrolisis dengan menggunakan katoda dan anoda. Anoda yang digunakan dalam praktikum ini yaitu lempengan timbal, sedangkan katoda yang digunakan yaitu lempengan aluminium. Dari data yang didapatkan, dilakukan perhitungan dengan interval waktu 2, 4, 6, 8, dan 10 menit terhadap efisiensi arus dan konsumsi energi. Hasil yang didapatkan untuk efisiensi arus yaitu 77,27%, 63,63%, 75%, 75% dan 70,45%. Untuk konsumsi arus yang didapatkan yaitu 450,038 Kwh/ton, 458,235 Kwh/ton, 450,857 Kwh/ton, 491,845 Kwh/ton dan 459,055 Kwh/ton. Hasil yang diperoleh tidak sesuai teori yaitu ketika efisiensi arus yang dihasilkan dalam proses electrowinning semakin meningkat, maka konsumsi energi yang dibutuhkan akan menurun begitu juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena terdapat pengotor dan pembentukan gas H2, sehingga hasil yang didapatkan tidak signifikan.
Keyword : Electrowinning, Seng, Recovery
1. Pendahuluan
Pulau yang tersebar luas di Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam terutama dalam bidang mineral tersebar secara merata. Salah satunya yaitu seng (Zn) yang biasanya digunakan sebagai paduan. Seng merupakan unsur kimia golongan 12 dengan nomor atom 30 dengan massa atom relatif bernilai 65,39. Seng memiliki warna putih kebiruan dan memiliki kilau. Struktur kristal yang dimiliki seng ini berbentuk heksagonal. Seng ini memiliki kemiripan dengan magnesium yang disebabkan karena ukuran ion yang tidak jauh berbeda diantara keduanya. Keadaan oksidasi yang dimiliki oleh kedua unsur ini juga sama yaitu +2. Seng memiliki kemampuan dalam menghantarkan listrik dengan baik [1].
Logam Zn ini biasanya membentuk ikatan dengan unsur S yang disebut sebagai mineral sphalerite (ZnS) yang dapat dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk mendapatkan logam seng (Zn) sebagai produk utama yang diinginkan. Logam ini dapat dilakukan proses ekstraksi salah satunya menggunakan jalur hidrometalurgi. Dalam hidrometalurgi, setelah mineral tersebut sudah mengalami proses leaching atau pelindian pada akhirnya dilanjutkan dengan dilakukan proses recovery dengan metode electrowinning [1].
Metode electrowinning ini merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan logam seng yang dilakukan secara elektrolisis dari larutan sulfat hasil leaching dengan memberikan arus katoda dan anoda yang dimasukkan ke dalam larutan tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi pada seng sulfat (ZnSO4) [2].
Dalam praktikum electrowinning seng kali ini, pengujian yang dilakukan menggunakan larutan seng sulfat (ZnSO4). Untuk elektroda yang digunakan yaitu
lempengan timbal sebagai anoda serta lempengan aluminium sebagai katoda yang dijepitkan menggunakan kabel yang dialirkan menggunakan DC supply power. Waktu yang ditetapkan dalam pengujian ini yaitu setiap 2 menit dalam 10 menit dengan tegangan listrik sebesar 2; 2,5; 3; 3,5; dan 5 Volt yang dicek menggunakan multimeter.
2. Landasan Teori
Seng (Zn) merupakan logam berat yang termasuk ke dalam golongan transisi dengan nomor atom 30. Unsur seng merupakan unsur yang melimpah di kerak bumi, dimana terletak di urutan ke-24 untuk unsur yang banyak terdapat di kerak bumi. Di alam, unsur seng ini biasanya berikatan dengan unsur lain contohnya adalah unsur S dan disebut dengan sphalerite (ZnS). Mineral sphalerite (ZnS) memiliki kadar seng yang tinggi.
Mineral sphalerite (ZnS) yang tergolong ke dalam mineral sulfida biasanya ditemukan bersamaan dengan galena (PbS) yang tersebar luas di Indonesia [4].
Dalam memperoleh logam seng, dapat dilakukan proses ekstraksi salah satunya melalui metode hidrometalurgi. Metode hidrometalurgi ini dilakukan dalam berbagai tahapan untuk nantinya menghasilkan logam seng murni. Tahapan ini dilalui dari kominusi, klasifikasi, roasting, proses pelindian (leaching), hingga tahapan recovery [4].
Tahapan recovery dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan menggunakan metode electrowinning. Electrowinning ini merupakan suatu tahapan dalam proses pemurnian yang dapat dilakukan dengan menerapkan teori elektrolisis menggunakan elektroda yaitu anoda dan katoda untuk mendapatkan logam berharga dengan kadar yang lebih tinggi dari
sebelumnya dari larutan hasil pelindian. Proses electrowinning ini dilakukan sebagai tahapan terakhir dari proses ekstraksi dengan metode hidrometalurgi, sehingga pada hasil akhirnya didapatkan logam yang memiliki kadar relatif tinggi dari sebelumnya [2].
Dalam memperoleh logam seng (Zn) melalui metode electrowinning, digunakan elektroda yang terdiri dari anoda dan katoda yang dapat mengalirkan arus listrik. Anoda yang digunakan yaitu anoda inert yang tidak ikut bereaksi. Contoh anoda yang dapat digunakan salah satunya adalah timbal. Sedangkan katoda digunakan sebagai tempat ion logam terlarut yang mengendap. Salah satu katoda yang dapat digunakan dalam proses ini yaitu aluminium karena dapat mengurangi pembentukan dari gas H2 [1].
Peristiwa elektrolisis yang terjadi pada metode electrowinning berupa reaksi redoks yaitu reduksi oksidasi. Tujuan dari elektrolisis ini yaitu untuk memperoleh endapan logam yang terjadi pada katoda dan gas pada anoda. Elektroda berupa anoda dan katoda inilah yang dijadikan sebagai tempat untuk berlangsungnya reaksi tersebut. Katoda akan mengalami reaksi reduksi yang dimana kutub negatif dari sumber arus akan mengarah pada katoda. Anoda akan terjadi sebaliknya yaitu mengalami reaksi oksidasi dimana kutub positif dari sumber arus akan mengarah pada anoda. Katoda yang bermuatan negatif akan menarik kation-kation yang ada sehingga terjadi proses reduksi dan akan menghasilkan endapan logam.
Sedangkan anoda yang bermuatan negatif akan menarik anion-anion yang ada dan terjadi reaksi oksidasi sehingga menghasilkan gas [5]. Dalam proses electrowinning seng, logam seng akan mengendap pada permukaan katoda karena reaksi reduksi oleh larutan ZnSO4. Sedangkan pada anoda inert yang digunakan akan terjadi pembentukan oksigen karena anoda tersebut tidak ikut bereaksi [1]. Dalam reaksi yang terjadi pada electrowinning seng dapat dituliskan sebagai berikut :
Anoda (Pb) : H2O = 2H+ + ½ O2 + 2e- Katoda (Al) : Zn2+ + 2e- = Zn
2H+ + 2e- = H2 (tidak diinginkan)
Reaksi Sel : Zn2+ + H2O = Zn + ½O2 + 2H+
Untuk memperoleh endapan dengan hasil yang terbaik perlu memperhatikan adanya pengaruh dari logam pengotor dan kondisi optimum yang terjadi dalam pengendapan. Biasanya endapan yang memiliki hasil yang baik, dapat diamati secara fisik dimana memiliki bulir yang halus, seragam, serta nampak seperti logam. Pada endapan dengan kemurnian kurang baik, biasanya sulit melekat pada elektroda yang ada dengan tampilan morfologi berongga berupa serbuk atau gumpalan [3].
Faktor yang dapat mempengaruhi electrowinning seng yaitu temperatur operasi, gaya dorong (driving force), dan pembentukan gas H2. Temperatur operasi dapat meningkatkan efisiensi arus yang dihasilkan karena laju reaksi, konduktivitas larutan, dan transfer massa pada sistem meningkat, dimana hal ini disebabkan jika temperatur yang digunakan semakin
tinggi. Gaya dorong (driving force) ini dapat menyebabkan potensial dari katoda akan mencapai nilai potensial dari kestabilan logam Zn sehingga logam Zn dapat terendapkan dimana gaya dorong terjadi pada arus dan tegangan. Pembentukan gas H2 yang terjadi selama proses electrowinning seng akan menurunkan efisiensi arus karena terjadi hambatan pada katoda dalam mengendapkan Zn [1].
3. Metode Penelitian
Praktikum electrowinning seng dilakukan dengan menggunakan alat dan bahan di bawah.
3.1 Peralatan
Terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum electrowinning seng, diantaranya yaitu :
3.1.1 DC Power Supply
DC Power Supply digunakan sebagai sumber listrik pada proses electrowinning seng berlangsung. Dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. DC Power Supply
3.1.2 Amplas
Amplas digunakan untuk menghilangkan lapisan (coating) yang terdapat pada lempengan logam katoda dan anoda. Dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Amplas
3.1.3 Gelas Beker
Gelas beker digunakan sebagai wadah larutan elektrolit untuk pengujian. Dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Gelas beker
3.1.4 Timbangan Digital
Timbangan digital merupakan alat yang digunakan sebagai penimbang dari larutan elektrolit yang akan digunakan. Dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Timbangan digital
3.1.5 Multimeter
Multimeter merupakan alat yang digunakan sebagai alat untuk mengukur alus listrik dan tegangan listrik yang ada pada proses electrowinning seng. Dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Multimeter
3.1.6 Stopwatch
Stopwatch merupakan alat yang digunakan untuk menentukan setiap interval waktu dalam pengujian, sehingga lempengan logam dapat dicek dengan multimeter. Dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Stopwatch
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum electrowinning seng, antara lain :
3.2.1 Aquades
Aquades merupakan bahan yang digunakan untuk membuat larutan elektrolit dengan serbuk Zn menggunakan ZnSO4. dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Aquades
3.2.2 ZnSO4
ZnSO4 merupakan bahan utama untuk membuat larutan elektrolit dengan aquades. Dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. ZnSO4
3.2.3 Elektroda
Elektroda merupakan bahan yang terdiri dari anoda (lempengan Pb) dan katoda (lempengan Al). Dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Elektroda
3.2.4 Alkohol
Alkohol merupakan bahan yang digunakan sebagai pencuci elektroda yang digunakan dalam electrowinning seng. Dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Alkohol
3.2 Prosedur Praktikum
Pada praktikum electrowinning seng dilakukan dengan menggunakan larutan elektrolit seng sulfat, katoda aluminium, dan anoda timbal. Hal pertama yang dilakukan yaitu melakukan pengamplasan pada lempengan anoda dan katoda. Pada lempengan tersebut diberikan tanda menggunakan spidol sepanjang 2 cm.
Dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Menandai elektroda setelah diamplas
Selanjutnya menyiapkan aquades sebanyak 500 gram pada gelas beker dengan menggunakan timbangan digital. Dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Menyiapkan aquades 500 gram
Langkah selanjutnya yaitu menimbang serbuk seng sulfat (ZnSO4) sebanyak 8 gram menggunakan timbangan digital. Dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Menimbang seng sulfat sebanyak 8 gram
Kemudian melarutkan serbuk seng sulfat tersebut ke dalam aquades yang sudah ditimbang serta dilakukan pengadukan agar campuran homogen. Dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Membuat larutan seng sulfat dengan aquades
Setelah selesai, dilanjutkan dengan menyiapkan DC power supply dengan cara menghubungkan kutub positif dengan anoda dan kutub negatif dengan katoda.
Setelah DC power supply sudah dihidupkan, kemudian dilakukan proses electrowinning dimana anoda dan katoda tersebut dimasukkan ke dalam larutan elektrolit yang sudah disiapkan. Proses ini dilakukan selama 10 menit, dimana tegangan dinaikkan dengan interval 2V, 2,5V, 3V, 3,5V, dan 5V setiap 2 menit. dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Memasukkan elektroda ke larutan elektrolit
Pada tiap interval itu juga dilakukan pengecekan secara berkala menggunakan multimeter untuk mengecek tegangan dan arus yang ada. Dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Mengecek elektroda menggunakan multimeter
4. Hasil Pengamatan
Dalam praktikum electrowinning seng ini, data yang digunakan yaitu data sekunder dan data hasil percobaan yang telah dilakukan oleh praktikan.
4.1 Hasil Data Pengamatan
Data yang didapatkan pada praktikum electrowinning seng, yaitu :
Tabel 1. Data Hasil Electrowinning Seng
V Aktual (Volt)
I Aktual (mA)
2 2 0,549 10,8
4 2,5 0,559 10,8
6 3 0,550 10,8
8 3,5 0,600 10,8
10 5 0,560 10,8
Luas Katoda Time (minutes) V Input (Volt)
Tabel 2. Data Hasil Berat Electrowinning Seng
4.2 Perhitungan
Dalam perhitungan yang dilakukan pada kali ini digunakan beberapa rumus yang dapat membantu untuk menghitung parameter yang dicari, yaitu :
4.2.1 Tegangan Dekomposisi Diketahui : Eo Katoda = -0,76
Eo Anoda = -1,23
• Eo Sel
= E Katoda + E Anoda
= -0,76 + (-1,23)
= -1,99 Volt
• Tegangan Dekomposisi
= |E anoda-E katoda|
= |-1,23 - (-0,76)|
= 0,47 Volt
4.2.2 Berat Endapan Zn
Berat Endapan Zn = Berat Akhir – Berat Awal
• 2 Menit
= 5,00034 – 5 = 0,00034 gram
• 4 Menit
= 5,00062 – 5,00034 = 0,00028 gram
• 6 Menit
= 5,00095 – 5,00062 = 0,00033 gram
• 8 Menit
= 5,00128 – 5,00095 = 0,00033 gram
• 10 Menit
= 5,00159 – 5,00128 = 0,00031 gram
4.2.3 Berat Teoritik Berat Teoritik = 𝐼 ×𝑡 ×𝐴𝑟 𝑍𝑛
96500 ×𝑒
= 0,0108 ×120 ×65,4 96500 ×2
= 0,00044 gram
4.2.4 Efisiensi Arus Efisiensi Arus = Berat Aktual
Berat Teoritik ×100%
• 2 Menit
= 0,00034
0,00044 ×100% = 77,27%
• 4 Menit
= 0,00028
0,00044 ×100% = 63,63%
• 6 Menit
= 0,00033
0,00044 ×100% = 75%
• 8 Menit
= 0,00033
0,00044 ×100% = 75%
• 10 Menit
= 0,00031
0,00044 ×100% = 70,45%
4.2.5 Konsumsi Energi Konsumsi energi (W) = 𝑈 × 𝑧 ×𝐹
𝑀 × 1000
• 2 Menit 3600
= 0,549 × 2 ×96500 65,4 × 1000
3600 = 450,038 Kwh/ton
• 4 Menit
= 0,559 × 2 ×96500 65,4 × 1000
3600 = 458,235 Kwh/ton
• 6 Menit
= 0,550 × 2 ×96500 65,4 × 1000
3600 = 450,857 Kwh/ton
• 8 Menit
= 0,600 × 2 ×96500 65,4 × 1000
3600 = 491,845 Kwh/ton
• 10 Menit
= 0,560 × 2 ×96500 65,4 × 1000
3600 = 459,055 Kwh/ton
5. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang acara electrowinning seng yang merupakan salah satu metode dalam proses recovery untuk memperoleh kembali logam berharga dengan kadar yang lebih tinggi dari larutan kaya (pregnant leach solution) dengan menggunakan sumber arus listrik. Di dalam proses electrowinning tersebut, terdapat elektroda yang terdiri dari anoda dan katoda. Anoda yang digunakan dalam proses ini berupa lempengan timbal (Pb), sedangkan katoda yang digunakan dalam proses ini yaitu lempengan aluminium (Al). Anoda timbal digunakan karena memiliki sifat inert sehingga tidak mudah untuk mengalami reaksi, sedangkan katoda yang digunakan yaitu aluminium karena memiliki nilai overpotensial hidrogen yang tinggi. Anoda dan katoda ini nantinya akan dihubungkan menggunakan kabel yang dijepit ke lempengan tersebut dan dihubungkan ke DC power supply sebagai sumber energi listrik yang digunakan.
Setelah itu anoda dan katoda tersebut dimasukkan ke dalam larutan elektrolisis yaitu ZnSO4. Pada proses inilah terjadinya suatu reaksi oksidasi dan reduksi atau yang disebut dengan reaksi redoks. Reaksi oksidasi terjadi pada anoda yaitu lempengan timbal, dimana nantinya akan dihasilkan ion H+, O2, dan juga elektron.
Sedangkan reaksi reduksi terjadi pada katoda berupa lempengan aluminium, dimana Zn2+ tereduksi menjadi logam Zn dan akan mengendap di katoda. Hal ini dapat dituliskan dalam reaksi sebagai berikut,
Anoda (Pb) : H2O = 2H+ + ½ O2 + 2e- Katoda (Al) : Zn2+ + 2e- = Zn
2H+ + 2e- = H2 (tidak diinginkan)
Reaksi Sel : Zn2+ + H2O = Zn + ½O2 + 2H+ Waktu Berat Awal (gram) Berat Akhir (gram)
2 5 5,00034
4 5,00034 5,00062
6 5,00062 5,00095
8 5,00095 5,00128
10 5,00128 5,00159
Dari pengujian yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan perhitungan terhadap data-data yang diperoleh selama praktikum dan tambahan data sekunder.
Perhitungan ini ditujukan untuk mengetahui efisiensi arus dan konsumsi energi yang digunakan selama proses berlangsung. Interval waktu yang digunakan dalam setiap pengujian tersebut yaitu 2, 4, 6, 8, 10 menit. Dari perhitungan terhadap efisiensi arus, didapatkan hasil untuk setiap interval waktu tersebut yaitu 77,27%, 63,63%, 75%, 75% dan 70,45%. Dari hasil perhitungan efisiensi arus dapat disimpulkan bahwa arus yang didapatkan tidak optimal karena terdapat kenaikan yang tidak signifikan dimana arus mengalami naik turun yang tidak stabil disetiap interval waktu yang digunakan. Hal ini dapat disebabkan oleh pengotor yang menutupi katoda yang digunakan selama proses electrowinning berlangsung dan terdapat pembentukan gas H2, sehingga menyebabkan ketidakoptimalan efisiensi arus.
Setelah itu, pada perhitungan mengenai konsumsi energi diperoleh hasil untuk setiap interval waktu yaitu 450,038 Kwh/ton, 458,235 Kwh/ton, 450,857 Kwh/ton, 491,845 Kwh/ton dan 459,055 Kwh/ton. dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumsi energi yang digunakan tidak stabil. Dalam teori yang ada, disebutkan bahwa ketika efisiensi arus yang dihasilkan dalam proses electrowinning semakin meningkat, maka konsumsi energi yang dibutuhkan dalam proses electrowinning akan menurun begitu juga sebaliknya.
Dari perhitungan tersebut dapat digambarkan ke dalam suatu grafik antara efisiensi arus dan konsumsi energi terhadap waktu seperti pada Gambar 17.
Gambar 17. Grafik efisiensi arus dan konsumsi energi terhadap waktu
Dalam proses electrowinning seng terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberlangsungan dari proses tersebut terjadi. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu temperatur operasi, gaya dorong (driving force), dan pembentukan gas H2. Dalam variabel temperatur atau suhu operasi berpengaruh pada proses electrowinning seng, hal ini disebabkan karena ketika suhu operasi mengalami peningkatan dapat menyebabkan konduktivitas dari larutan ikut mengalami peningkatan. Ketika konduktivitas tersebut meningkat, maka laju proses pengendapan dari seng ini dapat berjalan dengan lebih efisien. Dari sisi lain, meningkatnya temperatur ini dapat menurunkan nilai dari hydrogen overpotential sehingga hal ini dapat menyebabkan evolusi hidrogen serta penurunan tingkat efisiensi dari arus. Sehingga suhu harus dijaga dengan
optimal, dimana tidak terlalu rendah atau tinggi. Jika terlalu rendah juga dapat menyebabkan kemampuan hantar listrik oleh ion-ion elektrolit menjadi rendah dan pengendapan logam pada katoda berjalan dengan kurang optimal. Sedangkan jika terlalu tinggi, maka dapat menyebabkan menurunnya umur pemakaian dari sel elektrolisis ataupun bagian alat lainnya sehingga dapat meningkatkan biaya operasional. Selanjutnya adalah gaya dorong atau yang disebut juga dengan driving force. Gaya dorong ini biasanya terjadi pada arus dan juga tegangan yang dapat menyebabkan potensial dari katoda akan mencapai nilai potensial dari kestabilan logam Zn dan dapat mengendapkan Zn.
Selanjutnya yaitu pembentukan dari gas H2, dimana pembentukan dari gas ini sangat dihindari keberadaanya dalam reaksi. Hal ini disebabkan karena dapat menghambat katoda dalam mengendapkan Zn sehingga dapat menurunkan efisiensi arus suatu proses reaksi.
Gas H2 ini biasanya terbentuk karena nilai dari potensial reduksi standar dari Zn tersebut lebih rendah dari nilai potensial reduksi dari hidrogen. Dalam prosesnya, anoda yang mengalami oksidasi tersebut menghasilkan ion H+ yang ada dalam larutan elektrolit sehingga dapat ikut terendapkan pada katoda dan akan dihasilkan gas H2. Karena penggunaan starting chatode yang mempunyai nilai overpotensial hidrogen terlalu rendah ini mengakibatkan gas tersebut dapat terbentuk. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan aluminium sebagai katoda karena memiliki nilai overpotensial hidrogen yang tinggi sehingga dapat meminimalisir terjadinya pembentukan gas H2. Pembentukan gas H2
digambarkan di dalam diagram pourbaix Zn yang dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Diagram pourbaix Zn
Pada diagram pourbaix Zn di atas, dijelaskan tentang pembentukan H+ menjadi H2 dimana saat pH berada di daerah asam, maka terjadi pengendapan dari kation Zn2+ yang menuju daerah kestabilan menjadi Zn berupa padatan. Pengendapan ini juga beriringan dengan pembentukan dari gas H2 karena mengalami reduksi dari H+. Pembentukan gas ini disebabkan karena potensial kesetimbangan reduksi Zn2+ yang memiliki nilai di bawah potensial kesetimbangan reduksi dari H+, sehingga arus listrik yang digunakan untuk mengendapkan Zn tidak berjalan optimal.
Metode electrowinning dalam mengambil logam berharga dengan kadar yang lebih tinggi menggunakan aliran listrik dari katoda dan anoda ini diterapkan pada
PT. Global Mineralium Corporindo serta PT. Smelting contohnya. Dimana dalam penerapannya pada PT.
Smelting, proses electrolisis ini digunakan untuk menghasilkan copper cathode dengan kemurnian 99,9%. Hasil ini diperoleh dari peleburan anoda tembaga yang memiliki kandungan Cu sebesar 99,5%
lalu dimurnikan dengan proses electrolisis.
6. Kesimpulan
1) Electrowinning merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan logam berharga pada pregnant leach solution dengan kadar yang lebih tinggi menggunakan teori elektolisis dimana digunakan anoda dan katoda.
2) Faktor yang mempengaruhi dalam proses electrowinning seng yaitu temperatur operasi, gaya dorong (driving force), dan pembentukan gas H2. 3) Hasil efisiensi arus yang didapatkan dari
perhitungan pada tiap interval waktu yaitu :
• 2 menit = 77,27%
• 4 menit = 63,63%
• 6 menit = 75%
• 8 menit = 75%
• 10 menit = 70,45%
4) Hasil konsumsi energi yang didapatkan dari perhitungan pada tiap interval waktu yaitu :
• 2 menit = 450,038 Kwh/ton
• 4 menit = 458,235 Kwh/ton
• 6 menit = 450,857 Kwh/ton
• 8 menit = 491,845 Kwh/ton
• 10 menit = 459,055 Kwh/ton
5) Dari perhitungan terhadap efisiensi arus dan konsumsi energi yang dilakukan terdapat ketidakstabilan yaitu terjadi kenaikan dan penurunan yang disebabkan karena terdapat pengotor yang menyebabkan ketidakstabilan tersebut serta akibat dari adanya pembentukan gas H2.
Referensi
1. Bramantyo, R. C. & Soedarsono, J. (2014). Studi Pengaruh Konsentrasi Larutan Pelindi dan Suhu Elektrowinning terhadap Perolehan Kembali Seng dari Dross Seng dengan Metode Hidro- Elektrometalurgi. Naskah Publikasi. Departemen Teknik Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
2. Novega, D. I., Subandrio, & Kurniawati, R. (2022).
Pengaruh Waktu Pelindian Dan Suhu Electrowinning Terhadap Peningkatan Timbal Dari Konsentrat. Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti.
3. Purba, S. A., Suyati, L., & Widodo, D. S. (2014).
Studi Pengaruh Temperatu Terhadap Pengendapan Kobalt (Co) Dengan Keberaaan Logam Seng (Zn) Dalam Media Sulfat. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi, 17(3), 90-94.
4. Rachman, F. F. (2023). Analisis Pengaruh Waktu Dan Temperatur Pemanggangan Konsentrat Sphalerite Terhadap Perolehan Seng. Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti.
5. Rinaldi, R., Yusnimar, & Drastinawati. (2017).
Pemisahan Emas Pada Motherboard Komputer Dengan Metode Elektrolisis. Jom FTEKNIK, 4(1).