• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM II EKOLOGI UMUM

N/A
N/A
bule sleketep

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM II EKOLOGI UMUM "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM II EKOLOGI UMUM ACARA IV&V

DISUSUN OLEH:

NAMA: MUHAMMAD IRFAN RAHMADANA NIM: M0821050

KELOMPOK: 3

ASISTENSI:MARCHELINA NURCAHYATI

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2022

(2)

ACARA IV: DISTRIBUSI POPULASI DAN ASOSIASI SPESIES I. TUJUAN

1. Memahami metode analisis penyebaran populasi tumbuhan pada suatu habitat.

2. Memahami metode analisis asosiasi antar spesies dalam suatu populasi

II. KAJIAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupun faunanya. Hampir setiap wilayah Indonesia memiliki hutan dengan jenis tumbuhan yang sangat beragam. Keanekaragaman flora dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung penyebarannya. Faktor tersebut antara lain faktor lingkungan, faktor iklim/cuaca, dan faktor letak geografis. Dalam hidup, makhluk hidup tidak bisa hidup sendiri. Beberapa organisme berinteraksi dengan organisme lain dari spesies yang sama. Sekumpulan makhluk hidup sejenis yang mendiami suatu daerah disebut populasi. Dalam kamus, penduduk Indonesia diartikan sebagai sekelompok orang, benda, atau sesuatu yang menjadi sumber pengambilan sampel.

Populasi dapat didefinisikan sebagai seperangkat istilah terkait penelitian (Ji dan Xi, 2020). Juga dapat dikatakan bahwa populasi sekelompok individu yang memiliki ciri- ciri yang sama. Sedangkan individu dapat dianggap sebagai anggota suatu populasi (Lubis, 2021).Populasi memiliki ciri penting dimana struktur umur karena memberikan gambaran dari sifat-sifat populasi yang sesuai dengan karakter dari setiap batas kisaran umur individu di dalam suatu populasi seperti berkaitan dengan tingkat angka kelahiran, tingkat kematian, kecendrungan berimigrasi dan keperluan dari bahan makanan beserta potensi kerja dan nilai sosial ekonomi(Jaya.,2022). Pola sebaran dan struktur populasi merupakan salah satu cara untuk menilai kesehatan populasi suatu spesies. Penyebaran atau distribusi adalah pola spasial relatif individu dalam suatu populasi. Populasi memiliki distribusi banyak atau individu, biasanya menunjukkan tiga pola distribusi (Karev and Novozhilov, 2019).

Pola atau sebaran populasi itu sendiri merupakan pola penyebaran organisme yang serupa di suatu daerah. Pola persebaran penduduk dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu seragam, mengelompok, dan acak (Ilhamdi, 2018). Dalam ekosistem, populasi memiliki pola distribusi. Ruang yang ditempati makhluk hidup dapat direpresentasikan dengan skala distribusi. Distribusi populasi merupakan salah satu

(3)

faktor utama dalam menentukan ukuran sampel yang optimal untuk mengamati keberadaan suatu organisme (Haryanta dan Susilo, 2018). sosiasi itu sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok: asosiasi positif dan asosiasi negatif. Asosiasi positif terjadi ketika spesies tumbuhan hidup berdampingan dengan tumbuhan lain dan tidak terbentuk tanpa bantuan tumbuhan lain, dan asosiasi negatif terjadi karena spesies tumbuhan tidak hidup berdampingan (Mansournia and Altman., 2018)

III. PEMBAHASAN

Pola atau sebaran populasi secara keseluruhan adalah pola penyebaran organisme sejenis di suatu daerah. Ada berbagai jenis pola atau distribusi populasi.

Yaitu, pola seragam atau terinformasi, pola berkerumun, dan pola acak atau acak. Pola seragam atau seragam terjadi karena kondisi lingkungan yang seragam. Dalam pola seragam ini terjadi persaingan yang sangat ketat antar setiap individu untuk menghasilkan pola yang seragam. Pola kelompok disebabkan oleh kondisi lingkungan yang seragam dan pola reproduksi setiap individu dan mendorong pembentukan kelompok. Pola cluster juga yang paling umum di alam. Pola acak adalah pola yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak seragam, tetapi tidak ada persaingan yang ketat antar individu dan cenderung tidak berpisah. Pola acak juga merupakan pola yang paling tidak umum di alam. Selain pola dan persebaran penduduk, juga terdapat relevansi. Asosiasi umumnya mengacu pada hubungan antara organisme di lingkungan. Asosiasi biasanya ditandai dengan interaksi. Interaksi yang terjadi dapat berupa interaksi antar individu dari spesies yang sama, tetapi juga dapat berupa interaksi antar individu dari spesies yang berbeda. Asosiasi bisa positif atau negatif, nilai positif menunjukkan adanya hubungan yang saling menguntungkan atau saling menguntungkan, dan nilai negatif merugikan salah satu organisme yang berinteraksi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antar spesies. Artinya, mengamanatkan spesies yang bergantung pada kelembaban tanah, ada tidaknya spesies dominan, dan spesies parasit yang tidak memiliki inang yang tidak tumbuh

Metode transek garis digunakan untuk menentukan sebaran habitat atau sebaran populasi. Transek adalah jalur sempit yang melintasi lahan yang sedang diselidiki atau diselidiki. Metode transek garis ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan, serta

(4)

mengidentifikasi secara cepat hubungan antara vegetasi lapangan. Dalam hal ini, jika vegetasinya sederhana, garis yang digunakan akan lebih pendek. Untuk hutan, panjang tali biasanya sekitar 50m 100m, tetapi untuk vegetasi semak, tali yang digunakan adalah 5m 10m. Menerapkan metode ini pada vegetasi yang lebih sederhana, garis yang digunakan hanya 1 m. Metode transek garis merupakan sistem analisis berdasarkan variabel kerapatan, kerapatan, dan frekuensi yang menentukan INP (nilai indeks Penting) Digunakan untuk menamai vegetasi

Berdasarkan pola distribusi praktikum ini diidentifikasi dari nilai Indeks Morisita(Id) jika Id=1 maka distribusi akan acak namun jika Id<1 maka distribusi seragam serta jika Id>1 maka distribusinya akan mengelompok, Praktikum ini menggunakan data pada sampel di table 1 yang terlampir, setelah dilakukan perhitungan maka akan mendapatkan nilai Indek Morisita yang terdapat pada tabel 2 yang terlampir. Kemudian dari data-data tersebut akan didapatkan spesies A,B,C, dan E mendapat Indeks Morisita lebih dari 1 maka termasuk dalam pola penyebaran kelompok kemudian didapatkan spesies F mendapat Indek Morisita sama dengan 1 maka terbasuk dalam pola penyebaran acak dan spesies D mendapat Indeks Morisita kurang dari 1 maka termasuk dalam pola penyebaran beragam. Dari tabel 3 yang terlampir dapat ditemukan nilai asosiasi menggunakan tabel kontingensi dengan dibandingkan antara X2 hitung dengan X2 tabel, jika X2 hitung> X2 tabel maka H0 ditolak diartikan dengan adanya asosiasi, jika X2 hitung< X2 tabel maka H0 diterima diartikan tidak ada asosiasi antara spesies tersebut, Nilai asosiasi hanya mengambil 2 spesies yang memiliki jumlah populasi paling banyak yaitu pada data yang didapat yaitu spesies B dan spesies C.Berdasarkan perhitungan X2 hitung< X2 tabel yaitu 1,0125< 3,84146 atau 1,0125<6,63489, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, jadi disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asosiasi antara spesies B dan C

Pentingnya melakukan distribusi dan analisis terkait untuk pengelolaan ekosistem, yaitu Itu ada di ekosistem. Data pola distribusi dapat menentukan tingkat kelompok individu, yang dapat mempengaruhi ukuran populasi rata-rata per satuan luas. Hal ini dapat terjadi karena organisme dapat berubah keberadaannya setiap saat melalui kelahiran, kematian, imigrasi, dan imigrasi. Selain itu, analisis dapat menentukan apakah pola persebaran populasi seragam, mengelompok, atau acak.

(5)

Nilai indeks Morishita dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola sebaran.

Hubungan antara satu spesies dengan spesies lainnya, atau yang sering disebut dengan simbiosis, juga dapat diketahui. Memahami data memungkinkan otoritas yang berwenang untuk menggunakan data yang diperoleh untuk menentukan keadaan populasi dan bagaimana mengelola ekosistem dengan cara yang sesuai untuk keadaan saat ini. Hal ini membuat pengelolaan ekosistem lebih efektif dan spesies di dalamnya dapat dipertahankan dan dikembangkan.

IV. KESIMPULAN

Metode analisis persebaran populasi tumbuhan pada suatu habitat dapat dilakukan dengan menentukan nilai indeks Morishita. Cara ini bisa dilakukan dengan cara crafting Garis transek sepanjang 25 meter. Dibangun dari 5 petak contoh (plot) berukuran 1 x 1 meter dengan interval antar petak 5 meter. Kami kemudian mengamati setiap plot dan memplot jumlah plot, jumlah total individu di semua plot, dan kotak individu per plot untuk dimasukkan dalam rumus indeks Morishita. Jika nilai yang keluar adalah 1 maka distribusinya acak, dan jika lebih besar dari 1 maka distribusinya mengelompok. Jika kurang dari 1, maka hamburannya seragam. Anda dapat melakukan metode pengaitan dengan memasukkan data dalam tabel kontingensi, menggunakan ekspresi chi-kuadrat untuk menemukan nilai hitungan X², dan membandingkan hasilnya dengan tabel X². Jika X²hitung > X²tabel, maka terdapat hubungan antara kedua jenis tersebut dan sebaliknya.

(6)

ACARA V: DISTRIBUSI HORIZONTAL DAN VERTIKAL HEWAN TANAH I. TUJUAN

1. Mahasiswa memahami metode sampling hewan tanah & menginden- tifikasinya.

2. Mahasiswa memahami analisis distribusi horizontal dan vertikal hewan tanah.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan kaitan antara diversitas dan distribusi hewan tanah dengan kondisi lingkungan.

II. ALAT, BAHAN, CARA KERJA A. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, patok kayu, rafia, cetok, gelas aqua/bejana/modifikasi wadah lainnya, alcohol 70%, deterjen dan pinset

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah lahan dengan potensi fauna tanah dan populasi hewan tanah itu sendiri

C. Cara Kerja

Cara kerja praktikum ini adalah dengan menyiapkan larutan deterjen yang dibuat dengan mencapur air dan deterjen dan dengan tambahan alcohol(opsional), lalu dipilih lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi pengambilan data setelah itu lokasi di ratakan tanahnya, dibersihkan dan digali sedalam ukuran gelas/wadah yang digunakan lalu gelas air tersebut dimasukan dalam lubang dan tanah sekitarnya diratakan dilanjutkan dengan pemasangan kanopi menggunakan sumpit dan infraboard lalu dibuat pitt fall trap lainnya dengan jarak 30 cm kemudian jebakan ditinggal selama 1x24-3x24 jam

III. KAJIAN PUSTAKA

Organisme tanah merupakan salah satu komponen terpenting dalam ekosistem tanah. Organisme tanah berperan dalam berbagai proses degradasi dan aliran energi yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Organisme tanah tersebar luas di seluruh dunia dan memainkan peran biologis penting di lingkungan hutan dan pertanian (Wang et al., 2020). Secara ekologis, tanah terdiri dari dua kelompok zat yaitu: bahan biologis berupa biofasik (organisme), bahan non hayati berupa pasir (sand), lanau

(7)

(silt), lempung (clay) (Mansur dkk. , 2014). Tabel tanah adalah hewan yang hidup di atas tanah, baik di tanah maupun di tanah. Hewan tanah juga tersebar di seluruh komunitas. Itu bisa seragam, acak, atau berkelompok, lalu horizontal atau vertikal.

Distribusi ini terkait dengan kondisi lingkungan (misalnya ketersediaan pangan) atau memiliki faktor kendala Fisik (Latuconsina, 2019).Hewan tanah dapat dibagi menjadi dua kelompok: hewan permukaan dan hewan bawah tanah. Hewan tanah sangat beragam, termasuk protozoa, nematoda, moluska, artropoda, bahkan vertebrata.

Hewan tanah yang sangat tahan terhadap faktor lingkungan terutama drifting feeder umumnya berpenduduk padat dan memiliki pola distribusi yang seragam (Lee, 2020).

Pola persebaran hewan tanah dapat bersifat acak, seragam, atau berkelompok.

Cara ini dapat diterapkan secara langsung maupun tidak langsung untuk mengetahui pola sebaran hewan tersebut. Salah satu metode yang efektif untuk menghilangkan hewan tanah adalah metode perangkap perangkap. Selain metode perangkap jebakan, hal ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode perangkap kuning (Oktavianda dkk., 2019). Distribusi hewan tanah di suatu daerah tergantung pada faktor lingkungan abiotik dan biologis. Faktor abiotik berupa kondisi tanah, suhu tanah, tekstur tekstur dan pH tanah. Meskipun faktor biologis dapat berupa aktivitas manusia. Perubahan bentuk sebaran hewan dikaitkan dengan perubahan populasi (Basna dkk, 2017). Berbagai jenis fauna tanah dengan ukuran dan bentuk yang berbeda ditemukan di tanah dan permukaan tanah. Konstituen biologis tanah seperti makrofauna tanah berperan sebagai faktor dalam proses aliran energi Ekosistem tanah itu sendiri (Aulia dan Hakim, 2017).

IV. PEMBAHASAN

Hewan tanah, atau hewan yang sering disebut sebagai makrofauna tanah, adalah hewan dengan ukuran tubuh kurang lebih 220 mm dan terdiri dari herbivora (herbivora) dan karnivora (hewan kecil pemakan hewan). Semua fauna tanah adalah fauna yang sebagian atau seluruhnya bergantung pada tanah untuk siklus hidupnya karena sumber makanannya ada di dalam tanah. Hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah

Hal ini sangat penting untuk mengurangi bulk density, meningkatkan kesenjangan dan memperbaiki struktur tanah dengan aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi residu organik, pencampuran partikel tanah dan dispersi mikroorganisme. Pengelompokan hewan tanah sangat beragam dan termasuk ke

(8)

dalam kelompok seperti protozoa, cacing, nematoda, annelida, moluska, dan artropoda. Tabel tanah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok dasar berdasarkan keberadaan mereka di tanah, habitat mereka, mencari makan, dan ukurannya.

Distribusi populasi hewan tanah bersifat vertikal dan horizontal. Distribusi horizontal adalah distribusi keseluruhan yang berjalan secara paralel. Pola sebaran horizontal hewan darat pada suatu lokasi dapat ditentukan dengan menghitung populasi hewan darat. Selanjutnya, kami menggambarkan distribusi vertikal itu sendiri, pola di mana hewan tanah menyebar ke bawah atau vertikal di atas tanah di dalam permukaan mereka. Distribusi vertikal hewan tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran celah tanah, suhu tanah, dan kelembaban tanah. Distribusi vertikal dan horizontal dipengaruhi oleh berbagai faktor non-biologis dan biologis dan biasanya dibatasi oleh suhu, kelembaban dan kondisi tanah. Distribusi hewan secara horizontal dan vertikal dapat dibagi menjadi tiga jenis: seragam, acak, dan agregasi.

Distribusi horizontal & vertikal fauna tanah masih ada faktor-faktor yg memengaruhi misalnya faktor biologis & non biologis. Faktor-faktor tadi misalnya faktor biologis, hal tadi bisa pada mensugesti pola distribusi jumlah makhluk hayati &

hubungan yg terjadi, dan bisa mensugesti distribusi fauna lantaran sebagian akbar jenis fauna membutuhkan perlindungan. Kemudian berdasarkan factor abiotic/non biologis yg bisa mensugesti distribusi ini antara lain, pH tanah, kelembapan, suhu, ketersediaan air, cuaca, intensitas cahaya, & lain sebagainya. Pengaruh faktor abiotik

& biotik tadi nir hanya akan mensugesti sebaran, namun jua mensugesti keanekaragaman biologi berdasarkan mereka. Selain itu faktor-faktor tadi jua akan mensugesti kelangsungan hayati & kegiatan fauna tanah, faktor tadi hubungan antar spesies organisme pada tanah,

Metode pitfall trap merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan hewan-hewan tanah yang aktif di permukaan tanah. B. Hewan dari kelompok artropoda darat yang bersifat diurnal dan nokturnal. Tujuan dari metode pitfall trap adalah untuk mengukur kepadatan atau kelimpahan fauna besar di dalam tanah. Jumlah hewan yang ditangkap adalah lokasi perangkap, ketersediaan vegetasi atau pakan di sekitar perangkap, perubahan berbagai faktor fisikokimia tanah, perilaku hewan akibat perubahan kondisi cuaca, dan standar hidup hewan tanah. . ..

Jumlah dan jenis hewan tanah yang ditangkap juga tergantung pada kedalaman lubang pembuangan dan sifat tanah di sekitar perangkap. Metode perangkap jebakan adalah jenis perangkap yang cukup sederhana namun sangat efektif. Metode perangkap

(9)

jebakan biasanya menggunakan jebakan dengan bahan yang terdiri dari lempengan atau cekungan kecil yang terendam dalam tanah, permukaan tanah sejajar dengan bibir atas bak mandi yang diisi formalin sebagai pembunuh, dan hewan diklasifikasikan. menyimpan dan melindungi hewan yang ditangkap diidentifikasi, dicatat dan dihitung menggunakan Indeks Morishita. Biasanya, perangkap ini dapat dibagi menjadi dua jenis: perangkap tanpa umpan dan perangkap umpan. Pada jebakan non-makanan, orang yang tidak sengaja berjalan di tanah menuju jebakan akan jatuh ke dalam jebakan, sedangkan pada jebakan berbasis makanan, hewan yang tertangkap adalah mereka yang terpengaruh oleh adanya makanan di dalam jebakan.

Berdasarkan penilitian dari jurnal Keanekaragaman Tanah Makrofauna di Perkebunan Kopi Desa Batu Kalung Kecamatan Muara Kemumu Kabupaten Kepahiang diperoleh bahwa makrofauna merupakan kelompok hewan yang paling penting karena berperan dalam menjaga kualitas lingkungan terutama lingkungan tanah. , meningkatkan kadar bahan organik tanah dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kualitas tanah. Desa Batu Kalung, Kecamatan Muara Kemumu, Kabupaten Kepahiang memiliki luas areal penanaman kopi sekitar 1.200 hektar.

Berdasarkan penyelidikan, ada berbagai jenis arthropoda (jangkrik dan kelabang), cacing tanah (cacing merah dan cacing kebun), dan berbagai jenis moluska (siput).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data keanekaragaman makrofauna yang dapat dicatat secara sistematis sehingga dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi masyarakat khususnya petani kopi. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pinset, plastik, pinset, kelambu, kamera, alat tulis, endoskop, kertas label, termometer, aquades 70 n alkohol 50 ml. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survey dan observasi langsung di lokasi penelitian, luas penelitian dibatasi hanya 2 hektar, luas taman mencapai 1200 hektar. Hal ini dikarenakan lokasi yang sangat luas tidak memungkinkan pencarian semua barang dan membatasi waktu pencarian, biaya dan tenaga kerja. Pengambilan sampel makrofauna tanah di permukaan tanah menggunakan metode pit trap, sedangkan pengambilan sampel fauna tanah di dalam tanah menggunakan metode knuckle. Alur pencarian dimulai dengan menganalisis data yang diperoleh termasuk kelimpahan relatif (KR) dan Indeks Keanekaragaman Spesies ShannonWinner menggunakan rumus Kr = x100 di mana Kr adalah kelimpahan relatif spesies ke-i; Ki adalah kelimpahan relatif spesies ke-i dan k adalah jumlah kelimpahan semua spesies. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, telah

(10)

ditemukan 13 spesies dari 11 famili dan 9 ordo yang sebagian besar termasuk dalam ordo Orthoptera (famili Gryllotalpidae, famili Gryllidae dan famili Rhaphidophoridae). Sedangkan beberapa ordo yang ditemukan adalah ordo Scorpiones, Scolopendromorpha, Pirbolida, Coleoptera, Olrgochaeta dan Arhynchobde. Berdasarkan hasil perhitungan keanekaragaman total, nilai indeks keanekaragaman makro tanah sebesar 0,942 yang berarti indeks keanekaragaman hayati tanah relatif rendah (H` < 1).

V. KESIMPULAN

Metode pengambilan sampel hewan tanah yang digunakan adalah metode pitfall trap. Tujuan dari metode pitfall trap adalah untuk mengukur kepadatan atau kelimpahan fauna besar di dalam tanah. Metode perangkap jebakan biasanya menggunakan perangkap dengan bahan yang terdiri dari lempengan kecil atau cekungan terendam dalam tanah, permukaan tanah sejajar dengan bibir atas palung diisi dengan pembunuh cair formalin dan menjebak hewan pengganggu. Hewan ternak diklasifikasikan dan dicatat, dan dihitung menggunakan indeks Morishita.

Analisis sebaran horizontal adalah analisis untuk mengetahui pola sebaran satwa di permukaan tanah, dan analisis sebaran vertikal adalah analisis untuk mengetahui pola sebaran vertikal satwa di dalam tanah. Hubungan antara keanekaragaman hewan tanah dan sebarannya Kondisi lingkungan, yaitu jika kondisi lingkungan baik pada suatu tempat tertentu, keanekaragaman dan Sebaran hewan darat semakin meningkat dan sebaliknya.

(11)

VI. DAFTAR PUSTAKA

Aulia, A. N., dan L. Hakim. 2017. Pengembangan Potensi Ekowisata Sungai Pekalen Atas, Desa Ranu Gedang, Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo. Jurnal Wilayah dan Lingkungan 5(3) : 156-167.

Basna, M., R. Koneri., dan A. Papu. 2017. Distribusi dan Diversitas Serangga Tanah di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSRAT. 6 (1) : 3642.

Haryanta, D. dan A. Susilo. 2018. Pola Distribusi dan Identifikasi Jenis Benalu pada Tumbuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya. Journal of Reseacrh and Technology.

4 (2) : 86-93.

Ilhamdi, M. L. 2018. Pola Penyebaran Capung (Odonata) di Kawasan Taman Wisata Alam Suranadi Lombok Barat. Jurnal Biologi Tropis. 18(1): 27-33.

Jaya, I. K. (2022). KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. Feniks Muda Sejahtera.

Ji, H., and F. Xi. 2020. Stationary Distribution of Stochastic Population Dynamics in State- Dependent Random Environments. System & Contol Letters. 144 : 1-8.

https://doi.org/10.1016/j.sysconle.2020.104774.

Karev, G. P. and A. S. Novozhilov. 2019. How trait distributions evolve in populations with parametric heterogeneity. Mathematical Biocsciences. 315 : 1 – 9.

https://doi.org/10.1016/j.mbs.2019.108235.

Latuconsina, H. 2019. Ekologi Perairan Tropis: Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Daya Hayati Perairan. Yogyakarta : UGM PRESS

Lee, D. N. 2020. Diversity and Inclusion Activisms in Animal Behaviour and The ABS: A Historical View from The U.S.A. Animal Behavior. 164 : 273-280.

https://doi.org/10.1016/j.anbehav.2020.03.019

Lubis, Z. 2021. Statistika Terapan untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Ekonomi. Yogyakarta: ANDI.

Mansournia, M. A. dan D. G. Altman. 2018. Population attributable fraction. Bmj. 360.

https://doi.org/10.1136/bmj.k757.

Mansur, M., Kohyama, T., Simbolon, H., Partomihardjo, T., & Tani, T. 2014. Distribusi Vertikal dan Horizontal Asplenium Nidus L. di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Berita Biologi, 7(1&2) : 81-86.

(12)

Oktaviananda, A., D. Bakti, dan Lisnawita. 2019. Keanekaragaman Serangga Pada Perkebunan Kopi Arabika (Coffea arabica L.) dan Robusta (Coffea canephora pierre.) di Desa Juma Lubang dan Desa Tumangger Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Jurnal Agroekoteknologi. 7(2): 400-406.

Wang, C., G. Wang, Z. Guo, L. Dai, H. Liu, Y. Li, H. Chen, Y. Zhao, Y. Zhang, H. Cheng.

2020. Effects of Land-Use Change on The Distribution of The Wintering Red-Crowned Crane (Grus Japonensis) in The Coastal Area of Northern Jiangsu Province, China.

Land Use Policy. 90 : 1-19.

https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2019.104269.

VII. LAMPIRAN Tabel 1. Data Sampling

Plot Nama Spesies Jumlah Individu

Seluruh Plot

1 Spesies A 1

Spesies B 10

Spesies C 28

Spesies D 0

Spesies E 2

Spesies F 2

2 Spesies A 8

Spesies B 28

Spesies C 9

Spesies D 0

Spesies E 15

Spesies F 0

3 Spesies A 2

Spesies B 61

Spesies C 7

Spesies D 4

Spesies E 1

Spesies F 0

4 Spesies A 1

Spesies B 58

Spesies C 10

Spesies D 2

Spesies E 0

Spesies F 0

5 Spesies A 0

Spesies B 27

Spesies C 2

Spesies D 2

Spesies E 2

Spesies F 0

(13)

Tabel 2. Perhitungan Indeks Morisita Spesies

A

Spesies B

Spesie s C

Spesies D

Spesies E

Spesie s F

Plot 1 1 10 28 0 2 2

Plot 2 8 28 9 0 15 0

Plot 3 2 61 7 4 1 0

Plot 4 1 58 10 2 0 0

Plot 5 0 27 2 2 2 0

Jumlah Plot(n)

4 5 5 3 4 1

Jumlah Total Individu Seluruh Plot (N)

12 184 56 8 20 2

Kuadrat Jumlah Individu Per

Plot (

X2 )

70 8698 1018 24 234 4

Indeks Morisita (I

δ )

1,757 1,264 1,561 0,857 2,252 1

 Spesies A  Spesies E

=n

X2N

N(N−1) =n

X2N

N(N−1) =470−12

12(11)=1,757 =4234−20

20(19) =¿ 2,252

 Spesies B  Spesies F

=n

X2N

N(N−1) =n

X2N

N(N−1) =58698−184

184(183) =1,264 =14−2

2(1)=¿ 1

 Spesies C

(14)

=n

X2N

N(N−1) =51018−56

56(55) =¿ 1,561

 Spesies D =n

X2N

N(N−1) =324−8

8(7) =0,857

Tabel 3. Kontingensi Pengamatan Spesies dan Perhitungannya

Spesies Spesies B Jumlah

Ada Tidak Ada

Spesies C Ada 5 5 5

Tidak Ada 5 0 5

Jumlah 10 5 15

X2= n(|adbc|−0,5n)2 (a+c)(b+d)(c+d)(a+b) X2= 5(|0−25|−0,5x5)2

(5+5)(5+0)(5+0)(5+5) X2=5(|−25|−2,5)2

(10)(5)(5)(10) X2=2531,25

2500 X2=1,0125

H0 = Tidak ada asosiasi antara spesies B dan C H1 = Terdapat asosiasi antara spesies B dan C

X2=tabel dengan α=0,05dan derajat bebas1adalah3,84146 X2=tabel dengan α=0,0 1dan derajat bebas1adalah6,63489

(15)

Gambar 1.Metode Transek

Gambar 2.Pit Fall Trap

Gambar 3.Review Jurnal

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Paspalum conjugatum memiliki frekuensi relatif, kerapatan relatif dan Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dibanding hijauan pakan lainnya baik di area integrasi maupun

Kerapatan Relatif (FR), Frekuensi Relatif (FR) dan Indeks Nilai Penting (INP) dari Jenis-jenis Tumbuhan Bawah yang diperoleh di Hutan Pendidikan Konservasi Gunung

Analisis Vegetasi Tumbuhan dihitung dengan menggunakan perhitungan Indeks Nilai Penting yang merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan

Indeks Nilai Penting (INP) dapat digunakan unutk menentukan dominansi jenis tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang bersifat

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis tumbuhan mangrove, kerapatan, frekuensi dan dominasi serta Indeks Nilai Penting (INP) dan pola penyebaran jenis

Kemudian dihitung jumlah jenis dan jumlah individunya, kerapatan, frekuensi, dominansi, indeks nilai penting INP, dan keanekaragaman dari tumbuhan riparian yang berada dalam area

Keterangan: BA = Basal Area DBH = Diameter pohon mangrove setinggi dada π = 3,1416 Indeks Nilai Penting INP adalah jumlah nilai Kerapatan Relatif jenis KR, Frekuensi Relatif jenis

Dokumentasikan gulma setiap spesies menggunakan kamera handphone 3.4 Variabel Pengamatan 3.4.1 Indek Nilai Penting INP Dapat digunakan untuk menentukan domisasi jenis tumbuhan