• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR

N/A
N/A
Renaldy Putra

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk Menyelesaikan Laboratorium Proses Manufaktur Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Universitas Bung Hatta

Disusun oleh :

Nama : 1. Muhammad Faris Khan (2110017211008) 2. Raffi Risqullah ( 2110017211009)

3. Digum Kanaya (2110017211010)

4. Renaldy Putra Pratama (2110017211011) 5. Novebri Nur ( 2110017211012)

Group / Kel: A / III Jurusan : Teknik Mesin

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

(2)

Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan itu anda dapat mengubah dunia, pendidikan adalah sebuah tiket untuk masa depan, hari esok dimiliki oleh orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini.

Pendidikan memerlukan pembelajaran, dan seseorang yang berhenti belajar ibarat orang yang lanjut usia, tidak tahu serta peduli dengan masa depan.

Sementara seseorang yang terpelajar akan terlihat muda selamanya karena kepeduliannya untuk menggapai masa depan selalu ada dan selalu mengalir di dirinya semangat juang masa depan.

Pendidikan bukan lah proses mengisi wadah yang kosong, pendidikan adalah menyalakan api pikiran yang redup untuk kembali menatap indahnya masa depan. Jika kamu tidak mengejar apa yang kamu inginkan, maka kamu tidak akan mendapatkannya, jika kamu tidak bertanya maka jawabannya pasti tidak, dan jika kamu tidak melangkah maju maka kamu akan tetap berada ditempat yang sama.

Padang, 24 Desember 2023

(KELOMPOK A/ III )

(3)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana penulis telah dapat menyusun Laporan Laboratorium Proses Manufaktur serta dapat menyelesaikan pratikumnya sampai selesai.

Sesuai dengan kurikulum Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta, bahwa setiap mahasiswa diwajibkan untuk melaksanakan Pratikum Poses Manufaktur dengan syarat telah mengambil mata kuliah yang telah ditentukan.

Dalam menyusun pelaksanaan pratikum ini, penulisbanyak mendapatkan bantuan dari segala pihak. Oleh karena itu izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua kami yang telah memberikan biaya tambahan untuk melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas Bung Hatta ini.

2. Bapak Duskiardi, S.T., M.T selaku Kepala Laboratorium Prestasi Mesin

3. Yakub Barutusebagai Asisten Pembimbing

4. Tim Instruktur Laboratorium Proses Manufaktur ( Loli Kurniawati, S.T., M.T, Mario Fernando, S.T, Fikri Ikhsan Aulia,Yacub Barutu, Rizky Wahyudi, Muhammad Iqbal, Alessandro Chiesa, Fajri Fadhli) Sebagai Asisten Laboratorium Proses Manufaktur

5. Dan rekan-rekan yang telah mencurahkan tenaga,waktu dan pemikiran menyelesaikan Laboratorium Proses Manufaktur ini tanpa terkecuali.

Padang, 24 Desember 2023

KELOMPOK A/III

(4)

Padang

LEMBARAN PENGESAHAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Dengan Ini Menyatakan Bahwa Mahasiswa Dibawah Ini Telah Menyelesaikan Praktikum Proses Manufaktur

KELOMPOK A / III

 Muhammad Faris Khan 2110017211008

 Raffi Risqullah 2110017211009

 Digum Kanaya 2110017211010

 Renaldy Putra Pratama 2110017211011

 Novebri Nur 2110017211012

Disetujui oleh : (Padang, 24 Desember 2023)

Asisten Pembimbing

Yakub Barutu

Mengetahui:

Kepala Laboratorium Proses Manufaktur

( Duskiardi, S.T., M.T )

(5)

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang...1

1. Mesin Frais... 1

2. Las...2

3. Mesin Bubut...3

4. Kerja Bangku...3

1.2 Tujuan Pratikum... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Teori Dasar ... 5

2.1.1 Freis... 5

2.2.2 LAS...8

2.3 Teknologi Pengelasan Busur... 11

2.3.1Bubut...14

2.3.2 Komponen Mesin Bubut...15

2.3.3 Jenis-Jenis Pahat... 16

2.3.4 Macam-Macam Alat Potong Pada Mesin Bubut... 19

2.4. Kerja Bangku...19

2.4.1 Teori Dasar ... 19

2.4.2 Hasil Belajar Kerja Bangku...20

2.4.3 Macam –Macam Pekerjaan Bangku... 21

2.4.4 Cara Kikir... 23

2.4.5 Prinsip Kerja Bangku...24

BAB III ... 25

METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Freis... 25

3.3.1 Design Benda Kerja...25

3.3.2 Alat dan Bahan... 25

3.3.3 Proses Pengerjaan... 29

3.3.4 Parameter Pengerjaan... 29

3.2 Las...32

3.3.1 Design Benda Kerja...32

3.3.2 Alat dan Bahan... 32

3.3.3 Proses Pembuatan Benda Kerja...34

3.3.4 Parameter Yang Digunakan...34

3.3 BUBUT...36

3.3.1 Design Benda Kerja...36

3.3.2 Alat dan Bahan... 36

3.3.3 Prosedur Pengujian ... 36

3.3.4 Parameter Pengujian... 37

BAB IV ...39

ANALISA DATA...39

(6)

4.2.1 Pengolahan Data... 43

4.4.2 Analisa Data ...44

4.3 Bubut...45

4.4 Analisa Data Bubut...45

4.5 Kerja Bangku...52

BAB V... 53

KESIMPULAN DAN SARAN... 53

5.1 Freis... 53

5.1.1 Kesimpulan...53

5.1.2 Saran... 53

5.2 Las...53

5.2.1 Kesimpulan...53

5.2.2 Saran... 54

5.3 Bubut...54

5.3.1 Kesimpulan...54

5.3.2 Saran... 54

5.4 Kerja Bangku...55

5.4.1 Kesimpulan...55

5.4.2 Saran... 55

DAFTAR PUSTAKA...56

(7)

Gambar 2. 2 Konfigurasi dan Rangkaian Listrik Dasar Proses Pengelasan Busur10

Gambar 2. 3 Komponen Utama Mesin Bubut...16

Gambar 2. 4 Jenis Pahat Bubut...16

Gambar 2. 5 Bor Standar Panjang Normal...17

Gambar 2. 6 Mata Pahat Mesin Bubut... 18

Gambar 2. 7 Alat Kikir...21

Gambar 2. 8 Alat Ragum...22

Gambar 2. 9 Alat Gergaji... 23

Gambar 3. 1 Mesin Miling... 26

Gambar 3. 2 Center Gauge ... 26

Gambar 3. 3 Jangka Sorong...26

Gambar 3. 4 Stopwatch... 27

Gambar 3. 5 Kunci Chuck...27

Gambar 3. 6 Kunci Pas...27

Gambar 3. 7 Kunci L...28

Gambar 3. 8 Obeng...28

Gambar 3. 9 Poros Berulir...28

(8)

Tabel 4. 1 Hasil Praktikum...39

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian ...43

Tabel 4. 3 Hasil Percobaan Lengan Snai...45

Tabel 4. 4 Hasil Percobaan Badan Snai...45

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses Manufaktur adalah suatu proses menciptakan suatu produk melalui tahapan dari bahan baku untuk diubah atau diproses dengan cara- cara tertentu secara urut dan sistematis untuk menghasilkan suatu produk yang lebih berguna atau berfungsi

Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah prodduksi melalui tahapan tahapan dari bahan untuk diubah atau al transformasikan atau diproses dengan cara cara tertentu secara urut dan sistematis untuk menghasilkan produk yang berfungsi.

Dalam praktikum proses manufaktur ini akan mempelajari bagaimana proses dari pemotongan benda uji dengan menggunakan beberapa mesin seperti mesin bubut mesin fresh mesin bor sin Gurdi mesin gerinda mesin las dan lain lain serta beberapa belajar memahami segala yang berhubungan dengan mesin mesin perkakas tersebut berikut beberapa penjelasan mengenai mesin mesin yang digunakan dalam laboratorium proses manufaktur.

1. Mesin Frais

Pada tahun 1018 miling atau disebur mesin freis, Pertama kali ditemukan di New Heaven conecitut Olen Eli Whtney. Pada tahun 1952 john parson mergembangkan miling dengan kontrol berbasis angka( miling numeric control) dalam Perkembangannya mesin frais mengalami berbagai perkembangan bak secara mekanis maupun secara teknologi pengoperasiannya.

Mesin miling jika dikelaborasikan dengan suatu alat bantu atau alat potong pembentuk khusus, akan dapat beberapa bentuk yang sesuai dengan tunturan produksi, misal, uliran , spiral, roda gigi, cam, drum , proses bintang, poros cacing dan lain-lain, baiasanya pada mesin frai menghasilkan sebuah bidang dimana

(10)

pisau berputar dan benda bergerak melakukan pemakanan. Sedangkan proses nya adalah suatu proses yang menghasilkan bidang datar karena pergerakan dari meja.

Peranan mesin frais dalm pembuatan produk menjadi sangat penting karena akan berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan pada proses pembuatan sendiri bagian yang sering mengalami kerusakan adalah pada bagian pahatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti lama pemakanan, kedalaman pemakanan dan lain-lain.

2. Las

Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas.

Pengelasan (welding) adalah salah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya.

Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya.

(11)

3. Mesin Bubut

Proses bubut dalam industri manufaktur digunakan untuk membuat produk dalam jumlah masal sehingga diperlukan pemantauan terhadap kondisi Permesinan salah satu teknik untuk pemotongan dengan melibatkan pengukuran gaya pemotongan.

Perubahan gaya pemotongan menunjukkan perubahan dalam parameter proses Permesinan seperti kecepatan potong kecepatan makan kedalaman potong dan kondisi perkakas dengan demikian akurasi operasi permesinan dapat ditingkatkan melalui umpan gaya balik gaya potongan juga dapat digunakan untuk menghitung daya pemotongan sehingga dapat diketahui beban biaya listrik yang dibutuhkan dalam proses permesinan.

4. Kerja Bangku

Politeknik menyiapkan kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang punya kemampuan kerja dalam bidang industri sesuai dengan bidangnya masing- masing.

Tenaga kerja yang diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, profesional dan sikap kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Politeknik ini mempunyai perbedaan dengan sekolah tinggi atau universitas yaitu membekali mahasiswanya dengan keterampilan agar setelah lulus mampu bekerja sebagai operator atau teknisi menengah di industri agar tetap sesuai dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat perlu menekankan pada kualitas pendidikan yang didalamnya mengandung adanya unsur–unsur : relevan dengan kegunaan, efesien dalam proses Pendidikan.

(12)

1.2 Tujuan Pratikum A. Frais

1. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasian dan memahami parameter yang digunakan.

2. Menignkatkan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin perkakas.

3. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian.

B. LAS

1. Supaya mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang proses pengelasan

2. Mahasiswa dapat mengerti definisi dan jenis-jenis mesin las

3. Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen mesin las beserta fungsi dari masing-masing komponen

4. Mahasiswa dapat mengetahui benda apa saja yang dapat disambung dan dikerjakan oleh mesin las

5. Mahasiswa mampu menyambung benda kerja dengan menggunakan teknik pengelasan

C. Mesin Bubut

1. Pengenalan mesin bubut dan komponennya.

2. Dapat menjalankan mesin bubut mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut.

3. Mengetahui pengaruh parameter proses terhadap produk dan mampu menganalisa parameter proses pembubutan.

D. Kerja Bangku

1. Pengenalan secara langsung peralatan-peralatan.

2. Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang peralatan kerja bangku.

3. Mengetahui jenis-jenis peralatan kerja bangku serta mempu menggunaan peralatan kerja bangku

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar

2.1.1 Freis

Pada umumnya proses pemotongan logam oleh mesin (proses pemesinan), dipergunakan mesin perkakas sebagai sarana terjadinya interaksi dalam bentuk potong (cutting) dan gerak makan (feeding) antara pahat potong (tools) dengan material benda kerja. Dengan demikian mesin perkakas dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses pemotongan material benda kerja oleh pahat potong. Mesin perkakas yang baik mampu menghasilkan produk benda kerja dalam berbagai macam bentuk yang berkualitas.

Mesin Frais merupakan penghasil sebagian besar produk industri logam yang mempergunakan proses-proses pengerjaan tertentu. Karena mesin ini dipergunakan untuk membuat produk, maka ketelitian produk yang dibuat sangat tergantung pada kondisi kerja mesin itu. Banyak faktor yang mempengaruhi ketelitian produk tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah ketelitian mesin perkakas yang meliputi:

 Ketelitian permukaan referensi

 Ketelitian geraklinear

 Ketelitian putaranspindel

 Ketelitain gerak perpindahan

Mesin freis yang telah dipakai dalam jangka waktu tertentu mengalami keausan pada berbagai komponennya sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap ketelitian semula. Besarnya penyimpangan itu tidak boleh melewati batas yang diijinkan. Besarnya penyimpangan yang terjadi dapat

(14)

diketahui dari hasil pengujian ketelitian geometri. Untuk mesin perkakas yang telah mengalami rekondisi ( rehabilitasi ) maka data pengujian geometric

dapat pula dijadikan ukuran keberhasilan usaha rehabilitasi tersebut.

Untuk mengetahui besarnya penyimpangan terhadap ketelitian semula perlu dilakukan pengujian. Pengujian awal yang harus dilakukan yaitu pengujian geometri secara statik, yaitu pengukuran ketelitian geometri suatu mesin yang dilakukan dalam keadaan diam.

Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui penyimpangan atau kesalahan salah satu mesin perkakas yang ada di Laboratorium manufaktur dilakukan pengukuran ketelitian geometrik mesin perkakas pada pengujian mesin frais horizontal.

Mesin perkakas adalah alat mekanis yang ditenagai, biasanya digunakan untuk mempabrikasi komponen metal dari sebuah mesin. Kata mesin perkakas biasanya digunakan untuk mesin yang digunakan tidak dengan tenaga manusia, tetapi bisa juga di gerakan oleh manusia bila dirancang dengan tepat. Para ahli sejarah teknologi berpendapat bahwa mesin perkakas sesungguhnya lahir ketika keterlibatan manusia dihilangkan dalam proses pembentukan atau proses pengecapan dari berbagai macam peralatan. Mesin bubut pertama dengan kontrol mekanis langsung terhadap alat potongnya adalah sebuah bubut potong ulir tahun 1483. Mesin bubut ini membentuk aliran ulir pada kayu.

Mesin perkakas merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengubah bentuk suatu produk dari logam dengan cara memotong (proses pemotongan logam).

Sesuai dengan jenis pahat yang digunakan, dikenal dua macam cara yaitu, mengefrais datar(slab milling)dengan sumbu putaran pahat frais selubung sejajar permukaan benda kerja, dan mengefrais tegak (face milling) dengan sumbu putaran pahat frais muka tegak lurus permukaan benda kerja. Selanjutnya

(15)

mengefrais datar dibedakan menjadi dua macam yaitu mengefrais naik (up milling/conventional milling)dan mengefrais turun(down milling).

(Rochim.,1985)

Mesin Frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak yang berputar (multipoint cutter) yang biasa dikenal dengan pisau frais (milling cutter). Pada saat alat potong (cutter) berputar, gigi- gigi potongnya menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit ragum pada meja mesin frais, sehingga terjadilah pemotongan/penyayatan dengan kedalaman sesuai penyetingan. Maka setelah beberapa proses penyayatan jadilah benda produksi sesuai dengan gambar kerja yang dikehendaki. Penyayatan pada benda kerja dengan mesin frais dapat dilakukan pada bidang datar, sisi tegak, miring bahkan pembuatan alur dan roda gigi (Adi Bawanto, 2013). Untuk lebih jelasnya pada Gambar 2.1 dapat dilihat bagianbagian utama mesin frais.

Gambar 2. 1 Bagian Utama Mesin Frais

Mesin Frais termasuk mesin perkakas yang mampu melakukan banyak variasi bentuk pekerjaan dibandingkan dengan mesin perkakas lainnya.

Permukaan yang datar atau berlekuk, celah, roda gigi, lubang, dove tail, dan lain - lain dengan berbagai bentuk alat potong. Jika mesin digunakan dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan terjadinya keausan pada elemen mesin tersebut sehingga menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap ketelitian standar yang telah ditetapkan.

(16)

2.2.2 LAS

Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan hingga meleleh. Kalau tepi lempengan logam itu disatukan, terbentuklah sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan dengan bahan penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau campuran tersebut sudah dingin, molekul kawat las yang semula merupakan bagian lain kini menyatu.

Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder di mana untuk menyolder bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah pada suhu kerjanya di mana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu 450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu yang digunakan jauh lebih tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.

Pengelasan dengan gas dilakukan dengan membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api (30000C) dengan suhu tinggi yang mampu mencairkan logam induk dan logam pengisinya. Bahan bakar yang dapat digunakan berupa gas-gas asetilen, propan atau hydrogen. Di antara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen. Karena tidak memerlukan tenaga listrik, maka las oksi-asetilen banyak dipakai dilapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektroda terbungkus.

Oksigen diperoleh dari proses elektrolisa atau proses pencairan udara.

Oksigen komersil umumnya berasal dari proses pencairan udara dimana oksigen dipisahkan dari nitrogen. Oksigen ini disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan air.

(17)

Gelembung-gelembung gas naik dan endapan yang terjadi adalah kapur tohor.

Reaksi yang terjadi dalam tabung asetilen adalah : CaC2 + 2H2O = Ca(OH)2 + C2H2

Kalsium Karbida + Air Tohor = Kapur + Gas Asetilen

Bila dihitung ternyata 1 kg CaC2 menghasilkan kurang lebih 300 liter asetilen. Sifat dari asetilen (C2H2) yang merupakan gas bahan bakar adalah tidak berwarna, tidak beracun, berbau, lebih ringan dari udara, cenderung untuk memisahkan diri bila terjadi kenaikan tekanan dan suhu (di atas 1,5 bar dan 3500 C), dapat larut dalam massa berpori (aseton).

Karbida kalsium keras, mirip batu, berwarna kelabu dan terbentuk sebagai hasil reaksi antara kalsium dan batu bara dalam dapur listrik. Hasil reaksi ini kemudian digerus, dipilih dan disimpan dalam drum baja yang tertutup rapat. Gas asetilen dapat diperoleh dari generator asetilen yang menghasilkan gas asetilen dengan mencampurkan karbid dengan air atau kini dapat dibeli dalam tabung- tabung gas siap pakai.

Agar aman tekanan gas asetilen dalam tabung tidak boleh melebihi 100 Kpa, dan disimpan tercampur dengan aseton. Tabung asetilen diisi dengan bahan pengisi berpori yang jenuh dengan aseton, kemudian diisi dengan gas asetilen.

Tabung jenis ini mampu menampung gas asetilen bertekanan sampai 1,7 MPa.Prisip dari pengelasan ini tidak terlalu rumit, Hanya dengan mengatur besarnya gas asetilen dan oksigen, kemudian ujungnya didekatkan dengan nyala api maka akan timbul nyala api.

Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih mulai langka.

(18)

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan menggunakan paku keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji

‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan).

Proses pengelasan dibagi dalam dua katagori utama, yaitu pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.

Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut : - pengelasan busur (arc welding, AW);

- pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW);

- pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW);

- proses pengelasan lebur yang lain.

Gambar 2. 2 Konfigurasi dan Rangkaian Listrik Dasar Proses Pengelasan Busur Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah

(19)

tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000 oF (5500oC) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode.

Kebanyakan proses pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak.

Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas.

Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu :

Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja

Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik.

2.3 Teknologi Pengelasan Busur

Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :

- elektrode,

- pelindung busur (arc shielding), - sumber daya dalam pengelasan busur.

Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai :

- elektrode terumpan (consumable electrodes), dan

(20)

- elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes).

Elektrode terumpan; elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan.

Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam pengisi.

Elektrode tak terumpan;

dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an.

Pelindung busur(arc shielding)

pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas.

Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las-an tersebut menjadi padat.

(21)

Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an.

Fluks, digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus dilepaskan dengan cara dipecahkan.

Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa fungsi, seperti : - memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar, - untuk menstabilkan busur, dan

- untuk mengurangi terjadinya percikan.

Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat dilakukan dengan cara :

- menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan,

- menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi

- menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode diumpankan.

Sumber daya dalam pengelasan busur

Sumber daya dalam pengelasan busur dapat berupa : - arus searah (direct current, DC), atau

- arus bolak-balik (alternating current, AC).

Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat

(22)

dipakai untuk semua jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula.

2.3.1 Bubut

Proses bubut atau tunning merupakan salah satu proses pembentukan benda kerja yang cara pemotongannya dilakukan dengan memutar benda kerja dan Pahat yang menyentuh benda kerja yang digerakkan secara translasi sejajar dengan Sumbu putar dari benda kerja membentuk kontur tertentu berbentuk silindris atau kronis.

Mesin bubut termasuk mesin perkakas dengan gerak utama berputar mesin ini berfungsi untuk menghilangkan sebagian bahan benda kerja membentuk benda kerja dengan berputar dan pengirisan .

Pengambilan bagian material dengan proses pemakanan total chip

Bentuk akhir benda kerja bisa berupa batang batang silindris Konis dan Ulir peniruan dapat dilakukan di luar atau benda kerja mesin bubut terdiri dari beberapa bagian. Pada umumnya terdiri dari :

1) Kepala tetap

Pada bagian ini terdapat:

a. Transmisi roda gigi untuk pengaturan kecepatan putar benda kerja b. Batang atau tangkai pengaturan kecepatan

c. Pemegang benda kerja 2) Kepala lepas( tail Stock)

Pada bagian ini dapat dipasangkan center sebagai pendukung benda kerja yang panjang juga dapat dipasangkan tangkai pemegang mata drill .

3) Bad macthin

Berfungsi sebagai tempat meluncurnya atau bergeser di atasnya eretan atau carrange kepala lepas atau stay di res Alas atau meja mesin atau bet mesin Alas meja mesin

4) Eretan

(23)

Tempat pemasangan alat IRESS Eretan terdiri dari tiga bagian elemen diantaranya,Eretan memegang atau longitudinal berfungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah memanjang.

5) Perlengkapan mekanik

a. Perlengkapan untuk membubut secara otomatis.

b. Perlengkapan untuk membuat Ulir.

6) Tuas atau bandel

Pada setiap mesin bubut dengan merek atau pabrik yang berbeda pada umumnya memiliki posisi atau letak dan cara kerja penggunaan nya maka dari itu di dalam mengatur Tuas atau handal pada setiap melakukan proses mau Bhutan harus ber pedoman pada tabel tabel.

Penyebaran pada bubut adalah pembuatan lubang dengan alat potong mata bor proses pengeboran pada mesin bubut pada umumnya dilakukan untuk pekerjaan lanjutan diantaranya akan dilanjutkan dengan proses perlengkapan pembesaran lobang primer Ulir .

Mesin bubut adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses pengerjaanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata potong Pahat atau tus sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut.

Mesin bubut merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja berbentuk silindris pada proses nya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada cuk atau mencekam yang terpendam pada spindel mesin.

kemudian spindel yang benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan.

2.3.2 Komponen Mesin Bubut

Mesin bubut terdapat beberapa bagian pada di dalamnya berikut contoh gambar dari mesin bubut dan bagian bagiannya.

(24)

Gambar 2. 3 Komponen Utama Mesin Bubut 2.3.3 Jenis-Jenis Pahat

Jenis mesin bubut sangat fariatif dan terbagi ke dalam beberapa kategori utama. Dari mesin ini sendirinya yaitu untuk memotong benda kerja dengan cara diputar.

Gambar 2. 4 Jenis Pahat Bubut Keterangan :

1.Pahat Kikis tekuk kanan 2. Pahat kikis lurus kanan 3.Pahat Kikis lurus kiri 4. Pahat Kikis samping kanan 5. Pahat lurus samping kanan 6. Pahat Poles pucuk

7. Pahat Poles lebar

8. Pahat bubut samping kanan 9. Pahat bubut samping kiri

(25)

10. Pahat Ulir 11. Pahat Ulir pucuk 12. Pahat penggal 13. Pahat bubut dalam 14. Pahat bubut bentuk 15. Pahat sudut dalam 16. Pahat Kait

17. Pahat Ulir dalam

Gambar 2. 5 Bor Standar Panjang Normal

 Bor senter mata sayat

Bertingkat bor center mata sayat berfungsi untuk membuat lubang center Bogor yang memiliki sudut pengarah center 60 ° perbedaan nya adalah apabila pada saat membuat lobang center board diperlukan hasil lobang centernya bertingkat setelah turisnya.

 Mata bor (Twitter Drill)

Mata bor adalah salah satu alat potong untuk membuat pada benda pegal dalam membuat lubang bor.

Pahat bubut merupakan salah satu alat potong yang sangat diperlukan pada proses pembubutan.

a) Pahat rata

Pahat bubut jenis ini digunakan untuk membuat permukaan rata pada bidang memanjang.

(26)

Gambar 2. 6 Mata Pahat Mesin Bubut

Gambar diatas adalah beberapa contoh mata pahat mesin bubut. Mata pahat ini digunakan sesuai dengan fungsinya.

b) Pahat sisi muka

digunakan untuk membubut pada permukaan benda kerja.

c) Pahat potong

Digunakan khusus untuk memotong suatu benda kerja.

d) Pahat alur

Membuat profil alur pada permukaan.

Bagian bagian utama dari mesin bubut : 1. Kepala tetap (hand stock)

Terdiri atas unit Penggerak digunakan untuk memutar spindel yang memutar benda kerja dan berfungsi sebagai Dudukan beberapa perlengkapan.

2. Kepala lepas(tail stock)

Terletak bersebrangan dengan kepala tetap yang digunakan sebagai Dudukan center putar center tetap cakram atau bor dan mata bor.

3. Pemegang Pahat atau tool pos.

Digunakan untuk menjepit atau memegang Pahat.

4. Peluncur lintang

Berfungsi untuk menghantarkan Pahat dalam arah yang tegak lurus . 5. Pembawa

Dapat meluncur sepanjang batang Hantaran untuk menghantarkan perkakas.

6. Batang Hantaran

(27)

Merupakan rel tempat meluncurkan pembawa ditempat/dibuat dengan Akurasi kesejajaran.

7. Bangku

Digunakan sebagai tempat kedudukan kepala lepas deretan penyangga dan merupakan tumpuan gaya pemakanan

2.3.4 Macam-Macam Alat Potong Pada Mesin Bubut

Selain empat Bobot terdapat beberapa macam alat potong yang digunakan mesin bubut diantaranya:

1) Bor senter ( sendat drill) 2) Bor senter standar

Jumlah mata sayat kater stig:

1.Jumlah mata satu 2. mata saya dua 3. Mata sayat tiga 4 mata sayat empat 5. mata sayat lima 2.4. Kerja Bangku

2.4.1 Teori Dasar

Kerja bangku merupakan mata kuliah yang terdapat diprogram studi pendidikan mesin. Mata kuliah ini adalah mata kuliah praktek yang dipelajari tentang proses kerja bangku.

Mahasiswa belajar didorong dengan kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, dorongan, perhatian, dan kemauan yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa mengenai apa saja bagian serta proses pengerjaan dari kerja bangku. Dengan penerapan job sheet berbasis assesment check listdiharapkan dapat membantu mahasiswa.

(28)

2.4.2 Hasil Belajar Kerja Bangku

Di era informasi, seorang pekerja harus memiliki kemampuan dan profesionalisme, serta kinerja yang tinggi agar dapat bersaing dengan bangsa- bangsa lain yang ada di belahan dunia ini.

a Hakikat Hasil Belajar Kerja Bangku

Hasil belajar mata pelajaran kerja bangku di SMK pada dasarnya adalah kemampuan seorang siswa terhadap keterampilan dasar teknik. Sedangkan istilah

“kemampuan” mengarah kepada kapabilitas belajar dan merupakan hasil belajar seseorang.

Untuk mempelajari keterampilan motorik perlu pentahapan-pentahapan sesuai dengan tingkatnya. Ada tujuh tingkatan klasifikasi domain psikomotor yaitu:

1. Perception (interpreting) 2. Set (preparing)

3. Guided Response (learning) 4. Mechanism (habituating)

5. Complex overt response (performing) 6. Adaptation (modifying)

7. Origination (creating).

Aspek dasar pengetahuan dan keterampilan, sikap serta keselamatan kerja sangat ditanamkan di dalam mata pelajaran kerja bangku (keterampilan dasar).

Karakteristik alami dari suatu argumen induktif adalah kesimpulan yang diambil dari suatu argumen mengikuti premispremis dari agumen-argumen itu sendiri, sehingga kesimpulan yang tidak diambil tidak mungkin salah.

Dalam pemikiran induktif, kita mulai dari pengamatan dan pengukuran yang khusus, selanjutnya dengan mendeteksi pola dan sifat yang beraturan, kemudian rumusan hipotesis yang tentatif yang dapat digali dan akhirnya mengembangkan beberapa kesimpulan yang umum atau teori

(29)

Berpikir Induktif dapat dijabarkan dalam tiga tahap yaitu:

1) memahami dan mengerti pengamatan atau keadaan informasi.

2) membentuk suatu hipotesis yang dapat menggambarkan informasi di atas dalam hubungannya dengan pengetahuan umum seseorang.

3) mengevaluasi validitas kesimpulan yang telah diperkaya.

2.4.3 Macam –Macam Pekerjaan Bangku

Macam-macam pekerjaan tersebut meliputi mengikir, mengebor, menggergaji, menyenai, menetap, menyetemping, dan sebagainya.

Mata kuliah ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa untuk melatih kedisiplinan, ketrampilan, ketelitian, kesabaran, keuletan dan tanggung jawab mahasiswa dalam menggunakan perkakas tangan. Kunci keberhasilan mahasiswa dalam mata kuliah ini adalah mampu memahami metode-metode praktik, secara baik, misalnya mengenai petunjuk, proses, pemakaian, dan hasil kerja bangku.

Ada beberapa alat yang digunakan dalam pengerjaan kerja bangku 1. Kikir

Material kikir adalah dari baja karbin tinggi/baja special. Alat ini digunakan untuk mengurangi sebagian material dengan jalan memarut sehingga menjadi rata, cekung, cembung, bulat, dan lainnya.

Gambar 2. 7 Alat Kikir

(30)

Jenis kikir yang digunakan menurut tingkat kehalusan dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Kikir Bastard 2. Kikir Half Smooth 3. Kikir Smooth

2. Ragum

Ragum digunakan untuk menjepit benda kerja saat melaksanakan pekerjaan mekanik seperti mengikir, menggergaji, mengebor, memahat dan lain- lain.

Gambar 2. 8 Alat Ragum

Agar benda kerja tidak mengalami kerusakan/luka maka pada mulut ragum dilengkapi denganvice klem.

Pemasangan ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi pekerja yang akan bekerja. Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja, maka tinggi mulut ragum setinggi pinggang.

3. Gergaji Besi

Gergaji besi dengan fungsi untuk menggergaji lapisan besi atau besi tipis, karena bentuknya yang demikian beda dengan gergaji kayu biasa. Geriginya yang kecil dan ujung depan dan belakangnya ada pemuntir yang gunanya

(31)

Gambar 2. 9 Alat Gergaji

untuk mengencangkan dan menggendorkan gergaji besi.

Gergaji besi terdiri dari sengkang dan daun gergaji., sengkang adalah alat pegangan untuk menggergaji sedangkan daun gergaji ada yang mempunyai gigi berbentuk lurus dan berbentuk zig sak.

Kerja bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai dalam mengerjakan benda kerja secara manual. Pekerjaan kerja bangku melakukan penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan, dan dilakukan dibangku kerja.

2.4.4 Cara Kikir

1. Tangan kanan : Peganglah tangkai kikir dengan posisi ibu jari diatas pegangan dan jari lainnya dibawah pegangan.

2. Tangan kiri : Tempatkan ibu jari pada ujung kikir dan jari-jari yang lain sedikit dilakukan tekukan akan tetapi tidak sampai memegang atau mengemggam.

Cara kerja

Siapkan benda kerja dan alat- alat yang akan digunakan

Gunakan alat pengaman dan kaos tangan sebagai pelindung

Jepit benda kerja dengan ragum dengan ¾ bagian benda terjepit kemudian lakukan pengikiran

Perlu kita perhatikan posisi tubuh selama mengikir, berdiri di sebelah ragum dengan kaki tetap tidak berubah

(32)

2.4.5 Prinsip Kerja Bangku

Prinsip kerja bangku terdiri dari beberapa proses yang meliputi kegiatan mengikir,mengores,menitik,membuat ulir dan mengikir benda kerja.

Prinsip proses kerja bangku tergantung proses pekerjaan yang akan dilakukan.Prinsip proses kerja bangku adalah menyelesaikan suatu pekerjaan denganbantuan alat-alat yang dibantu dengan tangan biasanya tersedia dalam kehidupansehari-hari. Beberapa proses pengerjaan yang terdapat dalam kerja adalahmengikir, menggambar, memanaskan, dan proses kerja bangku antara lain:

1. Mengukur

Mengukur dalam arti lain adalah membandingkan suatu besaran dengan Besaran acuan.

2. Mengores

Mengores adalah memberikan garis-garis yang telah di ukur pada benda kerja pemberian tanda dilakukan pada benda kerja dengan menggunakan pulpen atau jangka sorong.

3. Menitik

Proses pemberian tanda ini merupakan proses pengoresan tanda pada benda kerja pemberian tanda dilakukan pada benda yang lebih lunak dibandingkan dengan alat penitikyang digunakan tujuan dari penandaan penitik adalah menentukan titik atau garis.

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Freis

3.3.1 Design Benda Kerja

3.3.2 Alat dan Bahan 1. Miling Machine

Mesin perkakas untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau milling ( Cutter).

(34)

Gambar 3. 1 Mesin Miling 2. Center Gauge

Menyeterkan benda kerja

Gambar 3. 2 Center Gauge 3. Jangka Sorong

Mengukur suatu benda dan juga untuk mengukur sisi luar dalam benda yang berlubang.

Gambar 3. 3 Jangka Sorong

(35)

4. Stopwatch

Mengukur waktu yang digunakan selama proses berlangsung.

Gambar 3. 4 Stopwatch 5. Kunci Chuck

Mengunci atau mengecangkan agar posisi benda kerja tidak berubah

Gambar 3. 5 Kunci Chuck 6. Kunci Pas

Mengecangkan benda kerja pada poros berulir dan mengatur kedudukan index crank

Gambar 3. 6 Kunci Pas 7. Kunci L

Mengecangkan tallstock agar selama proses pengerjaan, kedudukan tallstock tidak berubah

(36)

Gambar 3. 7 Kunci L

8. Obeng (-)

Mengatur Sector Arm

Gambar 3. 8 Obeng 9. Poros Berulir

Tempat kedudukan kerja sebelum dipasang pada chuck

Gambar 3. 9 Poros Berulir Bahan :

3 besi as∅1 inchi 4 besi as∅2,5 inchi

(37)

3.3.3 Proses Pengerjaan

1. Pemasangan benda kerja pada poros berulir.

2. Memasang poros berulir pada chuck.

3. Mengendurkan mur pengunci engkol indek plate.

4. Meletakkan engkol pada titik pertama indek plate.

5. Mengencangkan mur pengunci engkol indek plate.

6. Memposisikan stopeer start pada posisi nol.

7. Mengatur kecepatan mesin 8. Menyalakan mesin

9. Menentukan titik nol pemakanan

10. Melakukan pemakanan pada masing-masing sisi pada table poed hand wheal.

11. Memposisikan stop start ke posisi akhir engkol.

12. Setelah bendakerja sesuai desain , kemudian lepaskan poros berulir dari chuck.

13. Melepaskan benda kerja dari poros

3.3.4 Parameter Pengerjaan

Rumus utama untuk pembagian tidak langsung�� = 402

Dimana : nK = Putaran engkol

Z = Jumlah alur atau gigi yang akan di buat.

Cara menghitung roda gigi :

No Nama bagian Rumus

1 Diameter kepala �� = � + � �

2 Diameter kaki �� = �. 2,332 �

3 Diameter pitch �� = �. �

(38)

4 Tinggi kepala gigi �� = �

5 Tinggi kaki �� = 1,166. �

6 Tinggi gigi �� = 2,166. �

7 Lekuk lebar gigi

� = 21 40 �

8 Tebal gigi

� = 19 40 �

9 Jarak bagi lingkaran � = � . �

Tabel 3. 1 Parameter Catatan :

m = Modul z = Jumlah gigi Keterangan :

W : Lebar Pemotongan (mm) lw : Panjang pemotongan (mm) lt : lv + lw + ln (mm)

a : kedalaman potong (mm) pahat frais

d : diameter luar (mm) z : jumlah gigi (mata potong)

xr : sudut potong utama (90)untuk pahat frais selubung pahat freis :

n : putaran poros utama (rpm) vf : kecepatan makan (mm/putaran)

1) Kecepatan potong

(39)

� = 1000�.�.� (m/m.enh)

Dimana :

v = kecepatan potong (m/mm) d = diameter luar pisau freis (mm) n = putaran poros utama (r/mm) 2) Kecepatan makan

�� = �2 . � . �

Dimana :

VF = Kecepatan makan (mm/min) Fz = gerak makan pergigi (mm/gigi) Z = jumlah gigi (matan potong) n = putaran poros utama (r/mm) 3) Panjang pengefreisan

�� = �� + �� + �� (mm) Dimana :

lt = Panjang pengefraisan (mm) lv = Panjang awalan (mm) lw = Panjang bahan (mm) ln = Panjang akhir (mm) 4) Waktu pemotongan

�� = ���� (menit)

Dimana :

Tc = waktu pemotongan (min)

(40)

Lt = Panjang pengefraisan (mm) 5) Kecepatan penghasil geram

� =

��. �.�1000 (�������3 )

3.2 Las

3.3.1 Design Benda Kerja

3.3.2 Alat dan Bahan a. Mesin las

Yang berfungsi sebagai pengubah arus bolak-balik dari PLN menjadi arus pengelasan, serta menjaga kestabilan arus.

(41)

Berdasarkan jenis arusnya, mesin las dapat dibagi menjadi:

❖Mesin las arus bolak-balik (AC)

❖Mesin las arus searah (DC)

❖Mesin las arus bolak-balik dan searah (AC-DC).

Berdasarkan mekanisme pembangkitan arus, mesin las terbagi menjadi :

➢Mesin las transformator.

➢Mesin las dengan pembangkit motor disel atau motor bensin (generator).

b. Kabel las listrik

Yang berfungsi sebagai penghantar arus pengelasan dari mesin las ke benda kerja.

c. Setang las

Yang berfungsi sebagai pemegang elektroda yang digunakan sebagai bahan isisan dalam pengelasan.

d. Klem massa

Berfungsi sebagai penghantar arus massa yang dijepit ke benda kerja.

e. Elektroda

Digunakan sebagai bahan tambahan untuk proses pengelasan, dimana bagian selaput luar akan terbakar pada saat proses pengelasan den menghasilkan gas pelindung, Elektroda yang digunakan dapat dibedakan menjadi elektroda tak terumpan dan elektroda terumpan.

1. Mesin Las

Digunakan untuk menyambung benda kerja.

1. Topeng Las

Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan berjalan.

2. Tang

Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila diperlukan.

3. Stopwatch

Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.

4. Meteran

(42)

Digunakan untuk mengukur benda kerja setelah dilas.

5. Palu

Digunakan untuk membersihkan terak.

6. Penggaris Siku

Digunakan untuk menegakluruskan benda kerja.

A. BAHAN 1. Besi Siku 2. Besi Pelat

3.3.3 Proses Pembuatan Benda Kerja

1. Potong besi siku dengan mesin potong.

2. Sambungkan las SMAW ke sumber listrik 3. Nyalakan las SMAW

4. Atur arus yang digunakan 5. Atur voltase

6. Gunakan sarung tangan dan kacamata las

7. Lakukan proses pengelasan dan catat waktu pengelasan.

8. Bersihkan benda kerja

3.3.4 Parameter Yang Digunakan

Pengolahan Data Rumus perhitungan yang digunakan : 1) Kecepatan Pengelasan

v = l /t (m/min) Dimana =

l = Panjang Pengelasan (m) t = Waktu Pengelasan (min)

2) Heat Input

(43)

HI = (V.l.60)/v (J/m) Dimana =

HI = Head Input(J/m) I = Arus listrik (Ampere) V = Tegangan (volt) Hasil Perhitungan:

1. Kecepatan Pengelasan v = l/t (m/min) 2. Heat Input

HI = V.l.60)/v (J/m)

(44)

3.3 BUBUT

3.3.1 Design Benda Kerja

3.3.2 Alat dan Bahan Alat :

1. Jangka sorong 2. Pahat bubut 3. kunci tiok post 4. kuas

5. kunci chuck Bahan :

1. Besi as 2 inch 2. Besi 12 mm 3.3.3 Prosedur Pengujian

1. Siapkan alat dan bahan untuk proses pembubutan.

2. Pasang benda kerja pada cuk dengan jarak bebas Pahat kurang lebih 85 mm arah sejajar benda kerja.

3. Mengatur posisi benda kerja.

(45)

4. Mengatur mata Pahat supaya tegak lurus.

5. Menghidupkan mesin dengan tombol on off.

6. Melakukan langkah kerja pada sesuai urutan 7. Matikan mesin saat proses pembubutan selesai.

3.3.4 Parameter Pengujian A) Kecepatan Potongan

V =�.����.�1000 (m/min) Keterangan:

V = Kecepatan Potong (m/min) π = Phi (3,14)

Davg= Diameter rata-rata (mm)

N= Kecepatan putar poros utama (rpm) B) Kedalaman Pemakanan

d =(�0−��)2 (mm)

Keterangan:

Do = Diameter Awal (m/min) Df = Diameter akhir

C) Laju Pembangunan Geram (Material Removal Rate) MRR = π.Davg.d.f.N (mm3/min)

Keterangan:

D = Kedalaman Pemakanan (mm) f = Gerak makan (mm/rev)

(46)

D) Waktu Pemotongan

� =f.N (min) Keterangan:

l = Panjang Pemesinan

3.4.1 Alat dan Bahan Alat :

1. Jangka sorong 2. Mistar

3. Siku-siku baja 4. Dan lainnya.

Bahan :

3. Besi as berukuran 1 inc dan 2 inc 4. Dial besi berukuran 6 mm

(47)

BAB IV ANALISA DATA

4.1 Frais

4.1.1 Tabel Hasil Praktikum

Tabel 4. 1 Hasil Praktikum

No Lt(m) N(rpm) a(mm) d(mm) vF(mm) Z t

1 25 278 0,25 44 30 120

2 25 157 0,5 44 26 120

3 25 98 0,75 44 22 120

4 25 78 1 44 18 120

5 25 78 1,5 44 14 120

Diket :

Jumlah gigi (z) : 20 Modul (m) : 2

Index ing nk =407 = 4022=2

(48)

4.1.2 Hasil Analisa Data 1. Diameter kepala

Dk = (z + 2 ) m

Dk 1 = (20 + 2) 2 = 44 Dk 2 = 44

Dk 3 = 44 Dk 4 = 44 Dk 5 = 44 2.Diameter kaki

DF = (Z - 2,332) m

DF 1 = (20 - 2,332).2 = 35,33 DF 2 = 35,33

DF 3 = 35,33 DF 4 = 35,33 DF 5 = 35,33 3.Diameter pitch

DP = Z.M

DP1 = 20 x 2 = 40 DP 2 = 40

DP 3 = 40 DP 4 = 40 DP 5 = 40 4.Tinggi kepala gigi

HK = M HK 1 = 2 HK 2 = 2 HK 3 = 2

(49)

HK 4 = 2 HK 5 = 2 5.Tinggi kaki

HF = 1,166 x m

HF 1 = 1,166 x 2 = 2,33 HF 2 = 2,33

HF 3 = 2,33 HF 4 = 2,33 HF 5 = 2,33 6.Tinggi gigi

Hz = 2,166 x m

Hz 1 = 2,166 x 2 = 4,33 Hz 2 = 4,33

Hz 3 = 4,33 Hz 4 = 4,33 Hz 5 = 4,33 7. Lebar Lekuk Gigi

L= (21/40).T

L1=(21/40).120 = 63 L2=63

L3=63 L4=63 L5=63

8. Lebar Lekuk Gigi B = (19/40).120 B 1= (19/40).120 = 57 B 2= 57

B 3= 57

(50)

B 4 = 57 B 5 = 57

9. Jarak Bagi Lingkaran t =

� .m

t

2 = 3,14.2 = 6,28

t

2 = 6,28

t 3

= 6,28

t 4

= 6,28

t 5

= 6,28

10. Kecepatan potong

� 1 =

�.�.�1000

=

3,14 � 44� 278

1000

=

38,40 (m/menit)

� 2 =

�.�.�1000

=

3,14 � 44 � 197

1000

=

27,21 ( m/ menit)

� 3 =

�.�.�1000

=

3,14 � 44 � 98

1000

=

13,53 ( m/ menit)

� 4 =

�.�.�1000

=

3,14 � 44 � 78

1000

=

10,77 ( m/ menit)

� 5 =

�.�.�1000

=

3,14 � 44 � 78

1000

=

10,77 ( m/ menit)

11. Kecepatan makan

 Fz1 =�1�1��1 =278 � 2030 = 185,33(mm/gigi)

 Fz2 =�2�2��2 =197�2026 = 151,3(mm/gigi)

 Fz3 =�2�2��2 =98�2022 =89,09 (mm/gigi)

 Fz4 =�2�2��2 =178�2018 =86,66 (mm/gigi)

 Fz5 =�2�2��2 =78�2014 = 111,42(mm/gigi)

(51)

12. Panjang Pengfraisan

 Lt1 = 25

 Lt2 = 25

 Lt3 = 25

Lt4 = 25

Lt5 = 25 13. Waktu Pengfraisan

Tc =���� = menit

Tc1 =185,3325 = 0,134 menit Tc2 =151,5325 = 0,164 menit Tc3 =89,0925 = 0,280 menit Tc4 =86,6625 = 0,288 menit Tc 5 =111,4225 = 0,244 menit

4.2 Las

4.2.1 Pengolahan Data

Tabel 4. 2 Hasil Pengujian

No l

(mm)

I (Ampere)

V (volt)

t (s)

1 60 80 220 21,24

2 60 80 220 16,96

3 60 80 220 11,75

(52)

4.4.2 Analisa Data

a) Kecepatan pengelasan V =

(

m / min)

 Percobaan Pertama

V =

= =

0,109 (m / min)

 Percobaan Kedua

V =

= =

0,212 (m / min)

 Percobaan Ketiga

V =

= =

0,307 (m / min)

b) Heat input

HI = (J / m)

 Percobaan Pertama

HI =

= = 6 248

(J / m)

 Percobaan Kedua

HI =

= = 3 744

(J / m)

 Percobaan Ketiga

HI =

= = 3 439

(J / m)

(53)

4.3 Bubut

Tabel 4. 3 Hasil Percobaan Lengan Snai No ℓ(mm) d0

(mm)

dr (mm)

ƒ (mm)

N Teoritis

(rpm)

N Actual

(rpm) d (mm)

t (derik)

γ0 (°)

λh (°)

1 18 25 24,5 0,034 185 180 0,5 3,179 13 28

2 18 24,5 24 0,034 275 270 1 2,139 13 28

Tabel 4. 4 Hasil Percobaan Badan Snai No ℓ(mm) d0

(mm)

dr (mm)

ƒ (mm)

N Teoritis

(rpm)

N Actual

(rpm) d (mm)

t (derik)

γ0 (°)

λh (°)

1 18 50 49,5 0,034 185 180 0,5 2,861 13 28

2 18 49,5 49 0,034 275 270 1 1,925 13 28

4.4 Analisa Data Bubut

 Teoritis

A. Mencari rata-rata (diameter rata-rata) untuk lengan snai berdasarkan data praktikum

1.���� = ��+�12

=25+24,52

= 24,75 mm 2.���� = ��+�12

=24,5+242

= 24,25 mm

(54)

 Kecepatan potong 1. V = � . Davg . N

1000

= 3,14 × 24,75 × 185 1000

= 14,37 mm/menit 2. V = � . Davg . N

1000

= 3,14 × 24,25 × 275 1000

= 20,93 mm/menit

 Laju Pembuangan Geram

1.��� = � × ���� × � × � × �

= 3,14 × 24,75 �� × 0,5 �� × 0,034 × 185

= 244,41 �����3

2.��� = � × ���� × � × � × �

= 3,14 × 24,25 �� × 1 �� × 0,034 × 275

= 711,95 �����3

 Waktu Pemotongan

� = � × � = ���

1. � = 0,034 × 18520

� = 20

6,29 = 3.179 ���

2.� = 0,034 × 27520

� = 20

9,35 = 2.139 ���

 Untuk gerak makan pada feedign 0,034 mm/rev dan kedalaman pemakan 0,5

(55)

Rasio Penempatan tebal geram

�ℎ = ℎ�

ℎ ℎ� = �ℎ × ℎ

= 2,8 × 0,5

= 1,4 ��2

 Penampang Geram

� = � × �

= 0,034 × 0,5

= 0,017 ��2

 Penampang Bidang Geser

��ℎ� = �

��� ∅

= 0,024

��� 21° =

0,017

0,6 = 0,0283 ��2

 Gaya geser fs = Ash . Tshi

= 0,283.185 N/��2

= 5,235 N

 Berdasarkan analis lingkaran merchant (gaya pemotongan ) untuk gerak makan 0,034 mm (rev dan kedalaman 0,5 mm maka di dapatkan

Ø = 15°

h = 55°

Y = 13°

Fv = Tshi . f . a = cos ( �− �0 ) sin ∅ cos ( ∅+�− �0 )

= 185 x 0,039 x 0,5 = 0,7 ( 53−13 ) 0,6 � 15(0,7)� (15 + 55 +13

=0,275 mm

 Untuk gerak makan pada feeding 0,034 mm/rev dan kedalaman pemakanan 1mm

 Rasio penempatan Tebal Geram

(56)

�ℎ = ℎ� Hc =�h.h

= 2,8.1

= 2,8 mm

 Penampang Geram sebelum terpotong

� = �. �

=0,034 × 1 = 0,034mm²

 Penampang Bidang Geser

��ℎ� = �

��� ∅

= 0,034

0,6 = 0,0566 ��2

 Gaya geser fs = Ash . Tshi

= 0,0566 . 156

= 10,471 N

 Gaya dorong

Berdasarkan analisis lingkaran merchant ( gaya pemotongan ) untuk gerak makan 0,034 mm/rev dan kedalaman 1mm maka didapatkan :

Ø = 15°

h = 55°

Y = 13°

Fv = Tshi . f . a = cos ( �− �0 ) sin ∅ cos ( ∅+�− �0 )

= 185 x 0,034 x 1 = (−0,7) ( 55−13 ) 0,6. 15(−0.7) ( 15+55−13)

= 6,29−359,1−29,4

= 0,514

= 0,514 mm

 Aktual

(57)

Mencari Davg ( Diameter rata-rata ) untuk lengan snai berdasarkan data praktikum

1.���� = ��+�12

=25+24,52

= 24,75 mm 2.���� = ��+�12

=24,5+242

= 24,25 mm

 Kecepatan potong 1. V = � . Davg . N

1000

= 3,14 × 24,75 × 185 1000

= 14,37 mm/menit 2. V = � . Davg . N

1000

= 3,14 × 24,25 × 275 1000

= 20,93 mm/menit

 Laju Pembuangan Geram

1.��� = � × ���� × � × � × �

= 3,14 × 24,75 �� × 0,5 �� × 0,034 × 185

= 244,41 �����3

3. ��� = � × ���� × � × � × �

= 3,14 × 24,25 �� × 1 �� × 0,034 × 275

= 711,95 �����3

 Waktu Pemotongan

� = � × � = ���

1.� = 0,034 × 18020

(58)

= 3.276 ���

2.� = 0,034 × 27520

= 2.178 ���

 Untuk gerak makan pada feedign 0,034 mm/rev dan kedalaman pemakan 0,5 Rasio Penempatan tebal geram

�ℎ = ℎ�

ℎ ℎ� = �ℎ × ℎ

= 2,8 × 0,5

= 1,4 ��2

 Penampang Geram

� = � × �

= 0,034 × 0,5

= 0,017 ��2

 Penampang Bidang Geser

��ℎ� = �

��� ∅

= 0,024

��� 21° =

0,017

0,6 = 0,0283 ��2

 Gaya geser fs = Ash . Tshi

= 0,283.185 N/��2

= 5,235 N

 Berdasarkan analis lingkaran merchant (gaya pemotongan ) untuk gerak makan 0,034 mm (rev dan kedalaman 0,5 mm maka di dapatkan

Ø = 15°

h = 55°

Y = 13°

Fv = Tshi . f . a = cos ( �− �0 ) sin ∅ cos ( ∅+�− �0 )

(59)

= 185 x 0,039 x 0,5 = 0,7 ( 53−13 ) 0,6 � 15(0,7)� (15 + 55 +13

=0,275 mm

 Untuk gerak makan pada feeding 0,034 mm/rev dan kedalaman pemakanan 1mm

 Rasio penempatan Tebal Geram

�ℎ = ℎ� Hc =�h.h

= 2,8.1

= 28 mm

 Penampang Geram sebelum terpotong

� = �. �

=0,034 × 1 = 0,034mm²

 Penampang Bidang Geser

��ℎ� = �

��� ∅

= 0,034

0,6 = 0,0566 ��2

 Gaya geser fs = Ash . Tshi

= 0,0566 . 156

= 10,471 N

 Gaya potong

Berdasarkan analisis lingkaran merchant ( gaya pemotongan ) untuk gerak makan 0,034 mm/rev dan kedalaman 1mm maka didapatkan :

Ø = 15°

h = 55°

Y = 13°

Fv = Tshi . f . a = cos ( �− �0 ) sin ∅ cos ( ∅+�− �0 )

(60)

= 185 x 0,034 x 1 = (−0,7) ( 55−13 ) 0,6. 15(−0.7) ( 15+55−13)

= 6,29−359,1−29,4

= 0,514

= 0,514 mm

4.5 Kerja Bangku

Dalam pekerjaan kerja bangku yang diperhatikan tidak hanya hasil dari pekerjaan tersebut akan tetapi juga memperhatikan dalam prosesnya. Apabila proses itu benar maka hasil dari pekerjaan kerja bangku jadi baik.

Praktikum kerja bangku merupakan pekerjaan dasar yang harus dikuasai dalam mengerjakan benda kerja secara manual bagi seseorang yang berkecimpung dalam bidang teknik mesin. Pekerjaan kerja bangku melakukan penekanan pada pembuatan benda kerja dengan alat tangan, dan dilakukan di bangku kerja. Praktik kerja bangku melatih mahasiswa agar mampu menggunakan alat kerja yang baik dan benar, serta mampu menghasilkan benda kerja yang memiliki standar tertentu .

(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Freis

5.1.1 Kesimpulan

Mesin frais merupakan mesin dengan prinsip kerja dimana pisau frais (modul) bergerak berputar pada spindel sedangkan benda kerja terpasang diam pada mesin. alat yang dihasilkan adalah roda gigi.

5.1.2 Saran

Dalam melakukan penelitian para praktikan mengikuti instruksi asisten dan para asisten membimbing dan mengarahkan praktikan agar tercipta lingkungan praktikum yang baik.

5.2 Las

5.2.1 Kesimpulan

Las elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yang banyak digunakan pada masa ini, dalam cara ini digunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan fluks. Busur listrik terbentuk diantara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama.

1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.

2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.

(62)

3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

5.2.2 Saran

Pada setiap melakukan pengujian pada mesin, diharapkan kepada praktikan dan asisten menggunakan perlengkapan keamanan, dan sebelum melakukan praktek mesin perlu dilakukan pengecekan.

5.3 Bubut

5.3.1 Kesimpulan

Praktikum mesin bubut adalah praktikum teknik dasar yang harusdikuasi dalam mengerjakan produk yang di buat dengan menggunakanmesin bubut pada dunia teknik industri. Pekerjaan membubut yaitu membuat konstruksi dengan menggunakan mesin bubut.

5.3.2 Saran

Dalam melakukan kerja proses pembubutan banyak yang perlu diperhatikan seperti parameter-parameter yang dapat menentukan hasil dari produk bubut, maka dari itu pada saat membubut dibutuhkan ketekunan dan kesabaran terhadap setiap proses pengerjaan dan prosedur yang dilaksanakan.

(63)

5.4 Kerja Bangku 5.4.1 Kesimpulan

Kerja bangku Adalah pekerjaan perkakas tangan yang di gunakan untuk melakukan pembentukan, perbaikan dan perakitan yang sesuai dengan masing- masing fungsi peralatan tangan dengan mesin dan semua pekerjaan dilakukan di atas meja kerja (work bench)

Setiap praktikan harus mengetahui prosdur dan cara penggunan alat dengan benar, supaya saat pengerjaannya hasilyangdi dapat sesuai dan penggunaan alat sesuai dengan fungsinya.

5.4.2 Saran

Dalam proses pengerjaan benda kerja bangku diutuhkan kesabaran dalam membuat benda kerja baik secara manual atau pun mesin, agar hasilnya baik.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Cary.Howard.B”Modern of welding Technology” PrenticeHallEnglewoodchitts.

New.JerseyQ7632.USA.1994

Mesler.R.w. Ir “Prinples of welding “ Jhon wiley & sons inc.USA1999

Athanasius P Bayuseno, 2010 ." Kajian pustaka tentang keausan pada pahat bubut

". Halaman 38-41. Volume 12 No 2.

Joko Waluyo, dkk, 2012. "Optimalisasi pemanfaatan baja konstruksi dan kikir bekas sebagai bahan pahat bubut". Halaman 1-8. volume nomor 1.

Raul, Widianti, Poppy, 2016. "Pengaruh variasi Kecepatan potong dan kedalaman potong pada mesin bubut terhadap tingkat kekerasan permukaan benda kerja". Halaman 1-9. Volume 24 Nomor 1.

Sang Putu Fitra Dewangga, dkk, 2017. "Pengaruh variasi kecepatan putaran mesin bubut terhadap keausan pada alat potong pahat HSS". Halaman 1 Setiap 10 titik volume 7 nomor 1.

Agus Widodo, 2020. "Penerapan jobsheet berbasis assessment checklist praktikum kerja bangku". Halaman 33-39. Vol 1 No 1.

Ali marsanto, dkk 2009. "Pembuatan mobile learning kerja bangku untuk sekolah menengah kejuruan". Halaman 58-62. Vol 1 no 4

I Nyoman Sutarna, 2013. "Analisis ketinggian ragum terhadap beban kerja Mahasiswa praktek kerja bangku". Halaman 82-87. Vol 13 no 3

(65)

Mochammad sukarjo, 2012."meningkatkan hasil kerja bangku". Halaman 108- 114. Vol 26 no 1

Trio Adi Wibowo dkk 2014. "Meningkatkan prestasi kerja bangku dengan penerapan ergonomi". Halaman 1-7. Vol 1 no 2

Anang Ansyori, 2015. " Pengaruh kecepatan potong dan makan terhadap unsur pahat pada pemesinan frais paduan magnesium". Hal 28-35 , vol 6 no 1 Dicky Septianto, dkk 2009." Analisa pengaruh perubahan ketebalan pemakanan,

kecepatan putar pada mesin, kecepatan pemakanan (feeding) press horizontal terhadap kekerasan permukaan logam ". Hal 33-38, vol no 1 Iwan meiranto, 2018." Pengukuran ketegaklurusan mesin fresh pfeifer". Hal 1-12 Krisna tolsi, rudy peng,Dkk, 2013. "Analisis ketelitian geometrik mesin frais

horizontal Kunzman vfgn". Halaman 1-11

Siska Anggraini riskosa, dkk, 2018. "Uji kelayakan flash tipe schaubin 13 menggunakan metode pengujian ketelitian geometrik". Hal 48-55 , vol 1 o 2

Gambar

Gambar 2. 2 Konfigurasi dan Rangkaian Listrik Dasar Proses Pengelasan Busur Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah
Gambar 2. 4 Jenis Pahat Bubut Keterangan :
Gambar 2. 3 Komponen Utama Mesin Bubut 2.3.3 Jenis-Jenis Pahat
Gambar 2. 5 Bor Standar Panjang Normal
+7

Referensi

Dokumen terkait