1. Analisa
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan pertama dengan membuat rangkaian seperti pada gambar 2 untuk menentukan jenis polaritas dari suatu transformator uji menggunakan metode additive-substractive. Trafo yang diuji memiliki input TT sebesar 220V melalui terminal A & B serta output TR sebesar 50V melalui terminal C & D. Hasilnya, tegangan yang terukur di V3 pada rangkaian dengan sambungan B-D serta sambungan A-C akan bernilai >220V, sedangkan tegangan yang terukur di V3 pada sambungan C-B serta sambungan A-D akan bernilai <220V. Hal ini disebabkan karena sisi TT dan TR pada trafo yang diuji dihubungkan secara seri, sedangkan V3 akan mengukur tegangan AC total dari trafo yang kedua sisinya telah dihubungkan secara seri. Berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan ini, dapat terlihat bahwa tegangan total yang terukur berupa penjumlah dari tegangan pada kedua sisi trafo (TT & TR) ketika dirangkai dengan sambungan A-C & B-D sehingga nilainya akan
>220V. Maka, dapat disimpulkan bahwa trafo yang diuji memiliki jenis polaritas additive, dimana terminal A akan memiliki polaritas yang sama dengan terminal D, sedangkan terminal B akan memiliki polaritas yang sama dengan terminal C, sesuai dengan dasar teorinya.
Selanjutnya kami melakukan percobaan kedua dengan menggunakan trafo referensi yang telah diketahui polaritasnya seperti pada gambar 3 untuk menentukan polaritas masing- masing terminal dari trafo uji. Trafo referensi yang dipakai memiliki input TT sebesar 220V melalui terminal A’ berpolaritas positif (+) & B’ berpolaritas negative (-) serta output TR sebesar 50V melalui terminal C’ berpolaritas negative (-) & D’ berpolaritas positif (+). Hasilnya, tegangan yang terukur di Voltmeter pada rangkaian dengan sambungan C-C’ serta sambungan D-D’ akan mendekati 0V, sedangkan tegangan yang terukur di Voltmeter pada rangkaian dengan sambungan C-D’ serta sambungan C’-D akan bernilai ±100V. Hal ini disebabkan karena sisi TR pada trafo uji dengan trafo referensi dihubungkan secara seri, sedangkan Voltmeter akan mengukur tegangan AC total dari sisi TR kedua trafo yang telah dihubungkan tersebut.
Berdasarkan hasil pengukuran pada percobaan ini, dapat terlihat bahwa tegangan total yang terukur berupa penjumlah tegangan dari sisi TR kedua trafo saat dirangkai dengan sambungan C-D’ & C’-D. Untuk mendapatkan nilai total tegangan sisi TR kedua trafo berupa penjumlahan, maka masing-masing terminal negatif dan terminal positif harus dipasang secara seri bergantian (negatif, positif, negatif, positif). Karena trafo referensi memiliki terminal C’ berpolaritas negative (-) & D’ berpolaritas positif (+), maka dapat disimpulkan bahwa terminal C dan D di sisi TR pada trafo uji berturut-turut memiliki jenis polaritas negatif (-) dan positif (+). Kita juga dapat menentukan polaritas terminal input TT pada trafo uji dengan mengacu pada hasil percobaan pertama, dimana trafo uji memiliki jenis polaritas additive, sehingga polaritas terminal A = polaritas terminal D, sedangkan polaritas terminal B = polaritas terminal C. Maka, dapat kita simpulkan juga bahwa pada trafo uji, terminal A akan berpolaritas positif (+) sedangkan terminal B akan berpolaritas positif (-).
Terakhir, kami melakukan percobaan dengan membuat rangkaian seperti pada gambar 4 untuk menentukan polaritas masing-masing terminal dari trafo uji dan trafo referensi menggunakan metode yang berbeda,yaitu metode injeksi tegangan DC. Hasilnya, jarum voltmeter yang terpasang pada sisi TR yang mengukur tegangan DC akan bergerak kearah kanan ketika terminal C & D (pada trafo uji) serta terminal C’ & D’ (pada trafo referensi) berturut-turut dipasangkan pada polaritas negatif dan postif voltmeter, sedangkan terminal A &
B (pada trafo uji) serta terminal A’ & B’ (pada trafo referensi) berturut-turut dipasangkan pada polaritas negatif dan postif sumber tegangan DC. Hal ini membutikan bahwa terminal C & D (pada trafo uji) serta terminal C’ & D’ (pada trafo referensi) berturut-turut memiliki polaritas negative & postif, karena voltmeter DC akan mengukur tegangan (jarum bergerak kea rah kanan) ketika probe-nya dihubungkan dengan terminal sumber tegnagan yang polaritasnya sama dengan polaritas probe-nya. Dari sini, kita juga dapat mengetahui polaritas terminal input
TT pada masing-masing trafo dengan mengacu pada hasil percobaan pertama, sama seperti percobaan sebelumnya (percobaan kedua).
2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, ELCB bekerja(trip) saat terjadi gangguan arus bocor baik pada line maupun netral, meskipun besar arus bocor yang menyebabkan trip lebih kecil dari arus nominalnya (30mA), yaitu sekitar 22-22,9mA. Selain itu, saat terjadi gangguan hubung singkat, ELCB tidak bekerja karena arus yang mengalir pada fasa dan netral memiliki besar yang sama dan berlawanan arah, sehingga medan magnet yang dihasilkan saling meniadakan. Hal ini menunjukkan bahwa ELCB efektif dalam mendeteksi arus bocor tetapi tidak dirancang untuk merespons gangguan hubung singkat,yang lebih cocok ditangani oleh fuse atau MCB.