LAPORAN PRAKTIKUM IV TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
PEMBUATAN FORMULASI SEDIAAN INJEKSI
Oleh :
1. I Putu Gede Pramana Putra ( 212009 ) 2. Margje Jasmijn Zweers ( 212010 ) 3. Nelcia Maria Soares Lopes ( 212011 ) 4. Ni Kadek Meisya Dewantari ( 212012 )
Kelompok/ Kelas : Kelompok 3/ D3 Reguler
Dosen Pembimbing : Apt. Dewa Ayu Arimurni., S.Farm.,M.Sc
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA
TAHUN 2022/2023
PERCOBAAN IV
FORMULASI SEDIAAN STERIL A. CAPAIAN PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan terampil menghitung bahan, tonisitas, membuat dan megevaluasi mutu sediaan injeksi meliputi pH, kejernihan dan partikel asing.
2. Indikator Pembelajaran
a. Mahasiswa mampu menimbang bahan pembuat dan membuat sediaan injeksi.
b. Mahasiswa mampu menggunakan persamaan matematis untuk menghitung tonisitas sediaan injeksi
c. Mahasiswa mampu merancang kemasan, label, leaflet sediaan injeksi yang dibuat
d. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyusunan laporan kerja pembuatan sediaan injeksi
B. DASAR TEORI
Sediaan steril merupakan sediaan terapetis dalam bentuk terbagi- bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Sediaan steril bisa dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, seperti bentuk sediaan cair, padat, ataupun semipadat. Proses pembuatan sediaan steril kurang lebih sama dengan proses pembuatan sediaan non steril, hanya saja dalam proses pembuatan sediaan steril kita perlu mengetahui proses sterilisasinya yang berkaitan dengan stabilitas bahan aktif maupun bahan-bahan tambahannya (Voight, 1994).
Injeksi merupakan salah satu contoh sediaan steril yang berbentuk cair yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumah obat kedalam sejumlah pelarut atau dengan
mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda (DepKes. RI, 1979).
1) Penggolongan Sediaan Injeksi
Menurut Anief (2008), Injeksi dapat digolongkan sebagai berikut : a. Injeksi intrakutan atau intradermal (i.c)
Biasanya berupa larutan atau suspensi dalam air, dengan volume yang disuntikan sedikit (0,1-0,2 mL), dan digunakan untuk tujuan diagnosa.
b. Injeksi subkutan atau hipoderma (s.c)
Umumnya larutan isotonis dengan jumlah larutan yang disuntikan tidak lebih dari 1 mL. Larutan harus sedapat mungkin isotonis dengan pH yang sebaiknya netral, sehingga dapat mengurangi iritasi jaringan dan mencegah kemungkinan terjadi nekrosis.
c. Injeksi intramuscular (i.m)
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi yang disuntikkan ke dalam otot dengan volume maksimal 4 mL. Penyuntikan dengan volume besar (lebih dari 4 mL) masih dapat dilakukan secara perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.
d. Injeksi intravenus (i.v)
Merupakan larutan, dapat mengandung cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat bercampur dengan air, yang dikemas dalam volume 1 - 10 mL. Larutan ini biasanya bersifat isotonis atau hipertonis. Bila larutan bersifat hipertonis maka harus disuntikan secara perlahan-lahan. Sediaan berupa emulsi M/A masih dapat diberikan secara intravena dengan catatan ukuran butiran minyak cukup kecil (emulsi mikro), sedangkan bentuk suspensi atau emulsi makro tidak boleh diberikan melalui intravena.
e. Injeksi intraarterium (i.a)
Umumnya berupa larutan, dapat mengandung cairan non-iritan yang dapat bercampur dengan air, dengan volume yang diinjeksikan sebanyak 1-10 mL dan digunakan bila diperlukan efek obat yang
segera dalam daerah perifer.
f. Injeksi intrakor atau intrakardial (i.k.d)
Berupa larutan, hanya digunakan untuk keadaan gawat, dan disuntikan ke dalam otot jantung atau ventrikulus, serta tidak boleh mengandung bakterisida.
g. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intradural
Berupa larutan isotonis, yang disuntikkan secara langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak yang ada cairan cerebrospinalnya. Lambatnya sirkulasi cairan cerebrospinal menjadi alasan sediaan yang dibuat harus isotonis, walaapun pada kenyataannya seringkali dijumpai larutan anestetika sumsum tulang belakang yang hipertonis. Larutan harus benar-benar steril, bersih sebab jaringan syaraf daerah anatomi di sini sangat peka.
h. Injeksi intraartikulus
Berupa larutan atau suspensi dalam air yang disuntikkan ke dalam cairan sendi dalam rongga sendi.
i. Injeksi subkonjungtiva
Berupa larutan atau suspensi dalam air yang diinjeksikan ke dalam selaput lendir bawah mata, umumnya dengan volume tidak lebih dari 1 mL.
j. Injeksi yang digunakan lain:
1. Intraperitoneal (i.p): Sediaan disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Cara penggunaan ini memiliki keuntungan yaitu penyerapan obatnya cepat, namun memiliki kemungkinan terkena infeksi yang lebih besar.
2. Peridural (p.d), ekstra dural, epidural: Sediaan disuntikan ke dalam ruang epidural, yang terletak diatas durameter, lapisan penutup terluar dari otak dan sumsum tulang belakang.
2) Komponen Penyusun Sediaan Injeksi
Sediaan farmasi, baik yang steril ataupun non-steril pasti mengandung dua jenis bahan penyusun sediaan, yaitu bahan aktif (zat berkhasiat) dan bahan tambahan (eksipien). Jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan suatu sediaan akan sangat bergantung dengan sifat fisika kimia zat aktif, bentuk sediaan yang dibuat, serta tujuan dan maksud penggunaan sediaan tersebut.
Adapun komponen penyusun sediaan injeksi yang umum digunakan antara lain:
1. Bahan aktif (zat berkhasiat)
a. Bahan aktif yang digunakan harus memenuhi persyaratan yang sesuai monografinya masing-masing dalam farmakope.
b. Pada etiketnya tercantum keterangan p.i (pro injection).
c. Obat yang beretiket p.a (pro analisa) 2. Bahan pembawa (pelarut)
a. Zat pembawa berair
Zat pembawa berair yang umum digunakan antara lain air untuk injeksi, injeksi NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Syarat utama zat pembawa injeksi harus memenuhi syarat uji pirogen dan uji endotoksin bakteri. Air untuk injeksi (aqua pro injection) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang cocok dan segera digunakan.
Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah diwadahkan.
b. Zat pembawa tidak berair
Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) seperti Ol. Sesami, Ol. Olivarum, dan Ol.
Arachidis. Pembawa tidak
berair diperlukan apabila bahan obatnya sukar larut dalam air, tidak stabil atau terurai dalam air, serta dikehendaki efek depo terapi. Syarat-syarat minyak yang dapat digunakan untuk injeksi antara lain:
a) Harus jernih pada suhu 100 OC b) Tidak berbau tengik
c) Bilangan asam antara 0,2-0,9 d) Bilangan iodium antara 79-128 e) Bilangan penyabunan antara 185-200 f) Harus bebas minyak mineral
g) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa padat yang menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik.
3. Bahan tambahan
Bahan tambahan pada sediaan injeksi ditambahkan dengan maksud:
a) Untuk mendapatkan pH yang optimal b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis c) Untuk mendapatkan larutan isoioni d) Sebagai zat bakterisida
e) Sebagai pemati rasa setempat (anastetika lokal) f) Sebagai stabilisator
Menurut Farmakope Indonesia IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitas dan efektivitas harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar. Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir
Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan lebih dari 5 mL. Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut:
a) Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01
b) Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5%
1. Timbang bahan secara seksama sesuai dengan hasil perhitungan .
2. Sterilisasi seluruh alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan injeksi vitamin C , sebelum praktikum.
3. Lakukan pengerjaan pembuatan dan pengisin di ruang aseptis.
4. Encerkan Natrium EDTA dengan sejumlah aqua pro injeksi steril 5ml
5. Campurkan Natrium EDTA dengan Na Metabisulfit,dalam Erlenmeyer, homogenkan dengan menggunakan hotplate stirrer.
7. Tambahkan Campuran no 5. Kedalamnya dan tambahkan Natrium Bikarbonat.
c) Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit atau metabisulfit, tidak lebih dari 0,2
%
C. PROSEDUR PEMBUATAN
A. PEMBUATAN INJEKSI VITAMIN C ( 100 mg/mL)
6. Masukkan Vitamin C kedalam Erlenmeyer yang berbeda, tambahkan dgn Sebagian aqua pro injeksi steril hingga larut.
8. Tambahkan sisa aqua pro injeksi steril sesuai dengan volume yang ditentukan, homogenkan Kembali dengan stirrer, cek pH dengan menggunakan pH strip
9. Saring campuran 8 dengan membrane filter
10. Masukkan sejumlah volume 30 ml kedalam ampul menggunakan spuit injeksi.
Kemudian tutup apul menggunakan metode tank putus ( leher ampul bagian bawah dekat scored point dipanaskan sampai leleh dengan menggunakan blow torch, kemudian ujung ampul diputar dan dibentuk dengan menggunakan pinset , kemudian ujung leher ditarik dari badan ampul hingga terputus)
a. Kejernihan dan Partikel asing Prosedur Uji
[1].Ambil sediaan yang sudah dikemas.
[2]. Terawang sediaan di bawah sumber cahaya, seperti lampu pijar putih dengan daya 100 watt atau 3 buah lampu neon dengan kekuatan masing-masing 15 watt pada ruang yang gelap (latar belakang hitam dan putih) dengan cara membalik sediaan secara perlahan- lahan untuk mencegah terjadinya gelembung udara, kemudian putar sedikit hingga posisi horisontal.
[3].Amati kejernihan sediaan tersebut, serta ada atau tidaknya partikel asing dalam sediaan.
[4].Wadah yang berisi larutan yang tercemar partikel asing harus dipisah.
[5]. Bila jumlah wadah yang tercemar melebihi batas persyaratan, maka pemeriksaan dapat diulang kembali untuk memastikan hasilnya ataupun produk dapat langsung ditolak.
b. Uji Keseragaman Volume (3 vial) Prosedur Uji
[1].Ambil 3 buah sediaan injeksi yang sudah dikemas
[2].Buka kemasan injeksi tersebut, kemudian ambil sediaan yang terdapat dalam kemasan dengan menggunakan alat suntik hipodermik.
[3].Masukkan sediaan tersebut ke dalam gelas ukur dengan volume yang sesuai. [4].Catat volume masing-masing kemasan.
[5]. Volume dikatakan seragam jika volume masing-masing sediaan tidak kurang dari volume sediaan yang tertera pada kemasa
c. Uji kebocoran (dye bath test) Prosedur Uji
[1].Buat larutan metilen blue dengan konsentrasi 0,0025 %(b/v) dalam larutan phenol.
[2].Masukkan sediaan yang sudah dikemas ke dalam larutan metilen blue hingga seluruh wadah terendam sempurna selama lebih kurang 15 menit.
[3].Ambil kemasan yang telah direndam dalam metilen blue, kemudian cuci bersih dengan menggunakan air detergen hingga warna biru pada kemasan bagian luar hilang, dan bilas dengan menggunakan akuades.
[4].Amati terjadinya perubahan warna pada bagian dalam kemasan ataupun pada sediaan
D. ALAT DAN BAHAN
6. Masukkan Vitamin C kedalam Erlenmeyer yang berbeda, tambahkan dgn Sebagian aqua pro injeksi steril hingga larut.
Alat Bahan
Vial Klorpromazin HCL
Tutup karet vial Asam Asetat Glacial
Alumunium foil Na Metabisulfit
Gelas ukur NaCl
Beker glass Aqua pi
Spatula logam Pipet ukur Kertas timbang
Stir Bar Pipet Filler
LAPORAN HASIL KERJA PRAKTIKUM IV A. PEMBUATAN INJEKSI VITAMIN C (100 mg/mL)
I. PREFORMULASI ZAT AKTIF ASAM ASKORBAT
BM = 84,01
Indikasi : Vitamin C, dikenal juga sebagai asam askorbat, merupakan suplemen yang diberikan untuk skorbut/scurvy
(defisiensi vitamin C) dan juga diperlukan untuk absorpsi zat besi, serta pertumbuhan tulang dan kolagen
Kontra Indikasi : Gangguang Ginjal pH Sediaan yang disarankan: 8,3
STRUKTUR KIMIA
PEMERIAN Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya , labat laun menjadi warna
gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada
suhu lebih kurang 1900C.
KELARUTAN Agak sukar larut dalam etarol : tidak larut dalam klorofom eter dan benten
STABILITAS (PANAS/CAHAYA /HIDROLISIS/pH)
Stabilitas maksimum terjadi dekat pH 3 dan Ph 6
KESIMPULAN
Sifat Zat aktif yang digunakan Asam/Basa/Ester/Garam *) coret yang tidak perlu Bentuk Sediaan yg
direkomendasikan Larutan/Suspensi/Emulsi/Serbuk kering/Salep/krim/pasta) coret yang tidak perlu
Cara Sterilisasi Sediaan [….] Autoklaf suhu 121oC selama 15 menit [….] Oven suhu 170oC selama 1 jam [….] Filtrasi dengan membrane 0,22 µm [ √] Teknik Aseptis/Tanpa Sterilisasi Akhir Beri tanda centang pada pilihan diatas Kemasan Primer : Dalam Wadah Tertutup rapat
Kemasan Sekunder : Dalam box
Masalah dalam Formulasi Penyelesaian masalah -Vitamin C mudah terdegradasi
dengan adanya panas
- pH vial yang diinginkan adalah 6.
- Adanya ion logam dalam vial mapu mengkatalisis reaksi penguraian vitamin C menjadi bentuk yang tidak stabil
- Disterilisasi menggunakan cara penyaringan atau filtrasi.
- Ditambahkan NaHCO3 sebagai pengatur pH.
- Ditambah Na EDTA 0,1% sebagai bahan pengkheleat untuk mengikat ion loga yang kemungkinan berasal dari botol vial dan membentuk senyawa komplek
II. PEMERIAN ZAT TAMBAHAN
PARAMETER Na EDTA Na
Metabisulfit NaHCO3
(Na Bikarbonat) Aqua Pro Injeksi
Wujud (padat/cair/gas) Padat Padat Padat Padat
BM (bobot Molekul) 292,24 g/mol 190,107 g/mol 84,007 g/mol 18,o1 g/mol Kelarutan dalam air Agak sukar larut 1 bagian larut
dalam
1,9 bagian air.
1 bagian larut dalam
1,2 bagian air
Larut dalam air Larut dalam air
Stabilitas (stabil/tidak stabil) 1. cahaya
2. panas 3. hidrolisis
- stabil - tidak stabil - stabil
- stabil - tidak stabil - stabil
Stabil stabil
Cara sterilisasi
Sumber informasi Jurnal Jurnal Jurnal Jurnal
III. FORMULA
Akan dibuat 3 ampul sediaan injeksi Vitamin C (100mg/mL) dengan volume tiap ampul 5 mL Maka volume yang dibuat adalah
V = (jumlah sediaan + 2) x ( Volume yang akan dibuat + volume kelebihan yg disarankan)
= (….. + 2) x (5 +…….)
= …………. mL atau setara dengan…...mL N
o Nama Bahan Jumlah Perhitungan dan penimbangan Fungsi/alasan penambahan bahan
1 Asam Askorbat 10% b/v 10 g : 100 ml x 30 ml = 3 g Penimbangan : 300 mg
Sebagai pembenukan kolagen
2 Na EDTA 0.1 % b/v 0,1 g : 100 ml x 30 ml = 0,03 g Penimbangan : 30 mg
Sebagai chleating agent 0,005- 0,1%
3 Na Metabisulfit 0.5% b/v 0,5 g : 100 ml x 30 ml = 0,15 g Penimbangan : 150 mg
Sebagai antioksidan 4 Natrium
Bikarbonat
1.39% b/v 1,39 g : 100 ml x 30 ml = 0,417 g Penimbangan : 417 mg – 420 mg
Alkalizing agent dan theraupet agent
5 Aqua pi Ad 100% Ad 30 ml
IV. PERHITUNGAN TONISITAS/OSMOLARITAS Perhitungan isotonis
Ptb asam askorbat : 0,105 ( b1) Ptb Na EDTA : 0,132 ( b2) Ptb Na Metabisulfit : 0,386 (b3) Ptb NaHCO3 : 0,380 ( b5) Ptb NaCL : 0,576 (B6)
B = 0,52 – (b1.c1+b2.c2+b3.c3+b4.c4) B5
= 0,52 – (0,105.1,5+0,132.0,1+0,386.0,5+0,380.1,39) 0,576
- 0,064% >> hipertonis , maka tidak perlu penambahan NaCL.
V. PERSIAPAN ALAT DAN WADAH
No Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi
1 Ampul 5 5 mL Autoklaf
2 Gelas ukur 2 10 mL Autoklaf
3 Erlenmeyer 2 100 mL Autoklaf
4 Spuit steril 1 1 mL Di cuci
5 Beker glass 1 100 mL Autoklaf
6 Spatula logam 2 Autoklaf
7 Pinset 1 Autoklaf
8 Kertas timbang 5 Oven
9 Membrane filter 1 0.22 µm Filtrasi
10 Stir bar 1 2 cm Cuci
V. HASIL PENGAMATAN pH Sediaan : 6
Tonisitas Sediaan : 0,064%
Replikasi Uji kejernihan Uji Keseragaman Volume Uji Kebocoran
1 Jernih 5ml -
2 Jernih 5ml -
3 Jernih 5ml -
1) Timbang bahan secara saksama sesuai dengan hasil perhitungan
2) Larutkan Klorpromazin HCl yang telah ditimbang ke dalam 3 mL aqua pro injeksi dalam beker glass A dengan cara menghomogenkannya diatas hotplate stirrer
3) Larutkan NaCl yang telah ditimbang ke dalam 3 mL aqua pro injeksi di beker glass terpisah, tuang ke Beker glass A, bilas beker glass untuk melarutkan NaCl dengan sedikit aqua
P.I dan tuang cairan ke beker A
5) Larutkan Natrium Asetat dalam 3 mL aqua pro injeksi di beker glass terpisah, tambahkan Asam asetat glasial, larutkan, dan tuang campuran ke beker glass A, bilas beker glass tadi dengan sedikit aqua P.I dan tuang cairan ke beker A
Cara Menggunakan Sediaan :
Penggunaan vitamin C suntikan/injeksi secara langsung pada kulit atau dengan di campurkan dengan produk lain seperti body lotion dapat menimbulkan iritasi kulit dan dematitis kontak yang justru dapat menimbulkna kerusakan struktur dan lapisan kulit. Selain itu, pencampuran produk tanpa uji klinis yang memadahi dapat menimbulkna reaksi kimiawi yang juga dapat berdampak buruk bagi tubuh.
B. PEMBUATAN INJEKSI CHLORPROMAZINE HCl (2.5%)
3) Larutkan NaCl yang telah ditimbang ke dalam 3 mL aqua pro injeksi di beker glass terpisah, tuang ke Beker glass A, bilas beker glass untuk melarutkan NaCl dengan sedikit aqua
P.I dan tuang cairan ke beker A
5) Larutkan Natrium Asetat dalam 3 mL aqua pro injeksi di beker glass terpisah, tambahkan Asam asetat glasial, larutkan, dan tuang campuran ke beker glass A, bilas beker glass tadi dengan sedikit aqua P.I dan tuang cairan ke beker A
6) Tambahkan aqua pro injeksi sampai volumenya 25 mL ke dalam beker A, homogenkan kembali dg stirrer, cek pH dengan menggunakan pH strip
Masukkan sejumlah volume ( mL) ke dalam vial menggunakan gelas ukur/pipet ukur
7) Kemudian tutup Vial menggunakan tutup karet yang tersedia, kemudian bungkus mulut vial dengan alumunium foil dan ikat dengan benang
Bungkus sediaan yang dibuat menggunakan kertas coklat, dan sterilisasi menggunakan metode terpilih
d. Kejernihan dan Partikel asing Prosedur Uji
[1].Ambil sediaan yang sudah dikemas.
[2]. Terawang sediaan di bawah sumber cahaya, seperti lampu pijar putih dengan daya 100 watt atau 3 buah lampu neon dengan kekuatan masing-masing 15 watt pada ruang yang gelap (latar belakang hitam dan putih) dengan cara membalik sediaan secara perlahan- lahan 4) Larutkan Na Metabisulfit dalam 3 mL aqua pro injeksi di beker glass terpisah,
tuang ke Beker glass A, bilas beker glass untuk melarutkan Na metabisulfit dengan sedikit aqua P.I dan tuang cairan ke beker A
untuk mencegah terjadinya gelembung udara, kemudian putar sedikit hingga posisi horisontal.
[3].Amati kejernihan sediaan tersebut, serta ada atau tidaknya partikel asing dalam sediaan.
[4].Wadah yang berisi larutan yang tercemar partikel asing harus dipisah.
[5]. Bila jumlah wadah yang tercemar melebihi batas persyaratan, maka pemeriksaan dapat diulang kembali untuk memastikan hasilnya ataupun produk dapat langsung ditolak.
e. Uji Keseragaman Volume (3 vial) Prosedur Uji
[1].Ambil 3 buah sediaan injeksi yang sudah dikemas
[2].Buka kemasan injeksi tersebut, kemudian ambil sediaan yang terdapat dalam kemasan dengan menggunakan alat suntik hipodermik.
[3].Masukkan sediaan tersebut ke dalam gelas ukur dengan volume yang sesuai. [4].Catat volume masing-masing kemasan.
[5]. Volume dikatakan seragam jika volume masing-masing sediaan tidak kurang dari volume sediaan yang tertera pada kemasan
f. Uji kebocoran (dye bath test) Prosedur Uji
[1].Buat larutan metilen blue dengan konsentrasi 0,0025 %(b/v) dalam larutan phenol.
[2].Masukkan sediaan yang sudah dikemas ke dalam larutan metilen blue hingga seluruh wadah terendam sempurna selama lebih kurang 15 menit.
[3].Ambil kemasan yang telah direndam dalam metilen blue, kemudian cuci bersih dengan menggunakan air detergen hingga warna biru pada kemasan bagian luar hilang, dan bilas dengan menggunakan akuades.
[4].Amati terjadinya perubahan warna pada bagian dalam kemasan ataupun pada sediaan g. pH sebelum dan sesudah sterilisasi
Prosedur Uji
[1].Masukkan kertas pH ke dalam druple plate.
[2].Tetesi dengan sediaan yang diuji hingga seluruh kertas terbasahi.
[3]. Amati warna yang ditunjukkan kertas lakmus dan cocokan dengan warna pH standar. [4].Catat nilai pH sediaan pada lembar kerja yang telah disediakan.
E. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
Vial Klorpromazin HCL
Tutup karet vial Asam Asetat Glacial
Alumunium foil Na Metabisulfit
Gelas ukur NaCl
Beker glass Aqua pi Spatula logam
Pipet ukur Kertas timbang
Stir Bar Pipet Filler
HASIL PENGAMATAN PEMBUATAN INJEKSI CHLORPROMAZINE HCl (2.5%)
I. PREFORMULASI ZAT AKTIF Klorpromazin HCl
BM = 318,86 g/mol Indikasi :
- Pengobatan gangguan mental - Gangguan psikotik
Kontra Indikasi :
- Riwayat alergi terhadap chlorpromazine - Koma
pH sediaan : 3,5 – 4,5
STRUKTUR KIMIA
PEMERIAN Serbuk hablur, agak putih kuning, tidak berbau
KELARUTAN Sangat mudah larut dalam air
STABILITAS (PANAS/CAHAYA /HIDROLISIS/pH)
Tidak stabil dalam larutan encer Pengaruh cahaya warna menjadi tua
Sifat Zat aktif yang digunakan Asam/Basa/Ester/Garam *) coret yang tidak perlu Bentuk Sediaan yg
Direkomendasikan Larutan/Suspensi/Emulsi/Serbuk kering/OTM/Salep Mata *) coret yang tidak perlu
Cara Sterilisasi Sediaan [√ ] Autoklaf suhu 121oC selama 15 menit [….] Oven suhu 170oC selama 1 jam
[√ ] Filtrasi dengan membrane 0,22 µm [ √ ] Teknik Aseptis/Tanpa Sterilisasi Akhir
Beri tanda centang pada pilihan diatas Kemasan dalam tertutup rapat
Masalah dalam Formulasi Penyelesaian masalah - Chlorpromazine HCl harus
terlindung dari cahaya - Chlorpromazin HCl mudah
teroksidasi
- Syarat sediaan injeksi (termasuk ampul) harus isotonis
- Sediaan ampul harus steril
- Ada penambahan NaCl sebagai zat pengisotonis - Menggunakan ampul berwarna coklat
- Dalam formula ini digunakan sebagai antioksidan adalah natrium metabisulfite karena stabil pada pH 3-5 (pH injeksi Chlorpromazin HCl ) tidak OTT terhadap Chlorpromazine HCl, serta dapat berfungsi sebagai antimikroba
- Dilakukan sterilisasi pada saat pembuatan sediaan ampul II. PEMERIAN ZAT TAMBAHAN
PARAMETER Na Asetat As. Asetat Glasial Na Metabisulfit NaCl Aqua P.I Wujud
(padat/cair/gas) Padat Padat Padat Padat Cair
BM (bobot Molekul)
82,03 60,05
2 190,107 58,44 18,01
Kelarutan dalam air
Larut dalam air Pelarut polar Larut dalam air sedikit larut dalam alcohol
Larut dalam air -
Stabilitas (stabil/tidak stabil)
1. cahaya 2. panas 3. hidrolisis
- tidak tahan terhadap cahaya - tahan
terhadap panas - tidak
mengala mi hidrolisis
- tidak stabil terhadap cahaya - tahan
terhadap panas - tidak
mengalami hidrolisis
- tahan terhadap panas - tidak
mengala mi hidrolisis - tahan
terhadap cahaya
- tahan terhada p panas - tidak
mengala mi hidrolisis - tahan
terhada p cayaha
III. FORMULA
Akan dibuat 3 ampul sediaan injeksi Klorpromazin HCl (100mg/mL) dengan volume tiap Vial 5 mL Maka volume yang dibuat adalah
V = (jumlah sediaan + 2) x ( Volume yang akan dibuat + volume kelebihan yg disarankan)
= ( 3 + 2) x (5 + 0,01)
= 13,01 mL
No Nama Bahan Jumlah Perhitungan dan penimbangan Fungsi/alasan penambahan bahan 1 Klorpromazin HCl 2.5
% b/v 2.5
X 102 = 2,55 mg
Zat aktif antipsikopis yang digunakan untuk injeksi karena klorpromazine praktis tidak larut air sehingga digunakan garamnya yang larut air 100
2 Na asetat 1% b/v 1
X 102 = 1,02 mg 100
Digunakan sebagai bahan pengawet
3 Asam Asetat Glacial 0.4% b/v 0,4
X 102 = 0,408 mg 100
Sebagai pelarut pada rekristalisasi untuk memurnikan senyawa organik
4 Na Metabisulfit 0.5% b/v 0,5
X 102 = 0,51 mg 100
Sebagai antioksidan
5 NaCl
-
Sebagai pelarut sediaan injeksi 6 Aqua pi Ad 100% = 102 mL – ( 2,55 + 1,02 + 0,408 +
0,51)
= 102 mL - 4,48
= 97,52 mL
Sebagai pelarut
IV. PERHITUNGAN TONISITAS/OSMOLARITAS - Klorpromazin HCl = 2,55/0,102 x 1000 x 1 = 25 = 1.01
24,55 24,55
- Na asetat = 1,02/0,102 x 1000 x 2 = 20 = 1,04
19,06 19,06
- Asam Asetat Glacial = 0,408/0,102 x 1000 x 2 = 8 = 0,20
38,44 38,44
- Na Metabisulfit = 0,51/0,102 x 1000 x 1 = 5 = 0,08
56,08 56,08
Jumlah total = 1,01 + 1,04 + 0,20 + 0,08
= 2,33 isotonis
V. PERSIAPAN ALAT DAN WADAH
No Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi
1 Vial 5 5 mL Sterilisasi
2 Tutup Karet Vial 5 Sterilisasi
3 Alumunium foil 5 8 x 8 cm Sterilisasi
4 Gelas ukur 1,1 10 mL, 50 mL Sterilisasi
5 Beker glass 4 50 mL Sterilisasi
6 Spatula logam 2 Sterilisasi
7 Pipet Ukur 2 5 mL Sterilisasi
8 Kertas timbang 5 Sterilisasi
9 Stir Bar 1 2 cm Sterilisasi
10 Pipet Filler 1 Sterilisasi
HASIL PENGAMATAN pH Sediaan: 6
Tonisitas Sediaan : 2,33
Cara Penggunaan Sediaan :
Chlorpromazine injeksi hanya boleh diberikan oleh dokter atau tenaga medis terlatih. Dosis obat akan diberikan sebagai suntikan intramuskular (IM), setiap pasien akan mendapatkan dosis obat beberapa kali sehari hingga gejalanya tertangani. Dosis yang ditentukan sesuai usia dan kondisi
yang dialami.
Replikasi Uji kejernihan Uji Keseragaman Volume Uji Kebocoran
1 Jerni
h
5 -
2 Jerni
h
5 -
3 Jerni
h
5 -
F. PEMBAHASAN
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral, suntikan baik dengan cara menembus atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau selaput lender.Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Pada umumnya pemberian dengan parenteral dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat seperti pada keadaan gawat, tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian lain. Wadah untuk sediaan injeksi ditempatkan didalam wadah dosis tunggal dan wadah dosis ganda (multiple dose).
Wadah dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang mempertahankan jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap steril. Sedangkan wadah dosis ganda adalah wadah yang memungkinkan pengambilan isinya berturut-turut tanpa terjadi perubahan kekuatan, kualitas atau kemurnian bagian yang tertinggal.
Wadah dosis ganda dilengkapi dengan penutup karet dan plastik yang memungkinkan untuk melakukan penusukan jarum suntik tanpa membuka atau merusak tutup. Apabila jarum ditarik kembali ke wadah, lubang tusukan akan tertutup rapat kembali dan melindungi isi dari pengotoran udara bebas. Apabila dinyatakan lain dalam monografi, obat dosis ganda diharuskan mengandung zat pengawet antimikroba, dengan jumlah total yang ada didalam sediaan tidak boleh lebih besar dari 30 ml. sehingga dapat membatasi jumlah tusukan yang dibuat pada penutupnya dan dapat terjaga sterilitasnya serta untuk membatasi jumlah pengawet antimikroba yang ada dalam sediaan.Kemudian dari hasil praktikum kami sudah mendapatkan pH di angka 6 yang stabil dan mendapatkan kejernihan dari suatu larutan injek yang kami buat.
Pada praktikum pembuatan injeksi vitamin c sudah sesuai dengan literatur maupun modul pedoman akan tetapi pada tahap akhir terjadi masalah yaitu 2 ampul yang kita gunakan pada proses pengisian injeksinya memgalami kebocoran dan kenapa bisa mengalami kebocoran ini bisa di sebabkan salahnya pada proses penutupan ampul dengan pembakaran.
G. KESIMPULAN
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parental, suntikan dengan cara menembus, atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. Pada sediaan injeksi proses sterilisasi sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi yang dapat terjadi dengan mudah, sediaan injeksi yang paling rentan terkena kontaminasi mikroorganisme adalah sediaan injeksi dosis ganda karena penggunaan nya secara berulang – ulang. Sediaan dosis ganda dipersyaratkan mampu steril selama 28 hari terhitung sejak penusukan pertama, beberapa usaha yang dilakukan untuk mempertahankan sterilitas sediaan dengan wadah dosis ganda antara lain dengan melakukan penambahan pengawet antimikroba.
Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus dilakukan dengan sangat hati – hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu persatu secara fisik. Selanjut nya, dapat dilakukan penolakan pada wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual. Obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat itu sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika, serta pertimbangan terapetik tertentu. Dalam pembuatan obat suntik syarat utamanya adalah obat harus steril, tidak terkontaminasi bahan asing, dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Niazi, K.S., 2004, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations: sterile products vol 6, CRC press, USA Lachman,L., and Lieberman, H.E. 1984. Parmaceutical Dosage
Forms : Parenteral Medications, Vol.1. Marcel Dekker Inc : New York, Basel