Isolasi bakteri mengacu pada proses pemisahan satu jenis bakteri dengan mikroba lainnya dari berbagai macam campuran mikroba dengan tujuan untuk mendapatkan biakan murni. Isolasi bakteri memerlukan teknik yang baik dan media nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan bakteri. Isolasi mikroba dilakukan pengenceran bertingkat, sehingga mikroba yang tumbuh tersebut dapat dilihat dengan jelas morfologinya. Pengenceran bertingkat pada isolasi bakteri umumnya mencapai pengenceran 10-6. Isolasi mikroba juga dilakukan untuk memperoleh koloni yang dapat dijadikan sebagai biakan murni (Putri dan Endang, 2018: 7).
Biakan murni mengacu pada asal mula dari pembibitan mikroba dari isolat terbaik. Biakan murni inilah yang diperbanyak menjadi biakan induk kemudian menjadi inokulum untuk membuat bibit induk. Biakan murni dapat diperoleh dengan cara dibeli maupun dibuat sendiri. Biakan yang diperoleh dengan cara dibeli harus diketahui urutan keturunannya agar bisa diketahui berapa banyak perbanyakan yang bisa dilakukan. Biakan murni rata-rata dapat tahan disimpan selama enam bulan. Cara memperoleh biakan murni dilakukan dengan melakukan teknik biakan murni kemudian diidentifikasi bakteri biakan murni tersebut (Herawati, dkk., 2022: 23).
Identifikasi bakteri mengacu pada proses mengamati dan menentukan jenis bakteri yang ditumbuhkan. Identifikasi bakteri terdiri atas identifikasi morfologi koloni bakteri dengan melihat ciri-ciri dari koloni tersebut.
Mulai dari bentuk, warna, tepi, elevasi dan ciri-ciri lainnya yang mendukung
1
penentuan jenis bakteri. Selain itu, identifikasi bakteri juga dapat dilakukan dengan pewarnaan gram. Melalui pewarnaan gram, jenis isolat bakteri dapat ditentukan dengan melihat ciri-ciri bakteri setelah diwarnai dengan zat warna kristal violet dan safranin. Pewarnaan gram membagi 2 jenis bakteri berdasarkan warna yang dihasilkan setelah pewarnaan gram di antaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Damayanti, dkk., 2018: 67).
Berdasarkan latar belakang di atas maka, dilakukan percobaan identifikasi morfologi bakteri dan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi morfologi isolat yang diduga isolat amilolitik, selulolitik, lipolitik dan proteolitik dan untuk melakukan pewarnaan gram pada isolat yang diduga isolat bakteri amilolitik, selulolitik, lipolitik dan proteolitik.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri morfologi isolat bakteri yang diduga isolat bakteri proteolitik?
2. Bagaimana cara melakukan pewarnaan gram terhadap isolat bakteri yang diduga isolat bakteri proteolitik?
C. Tujuan Percobaan
Tujuan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi ciri morfologi isolat bakteri yang diduga isolat bakteri proteolitik.
2. Mengetahui cara melakukan pewarnaan gram terhadap isolat bakteri yang diduga isolat bakteri proteolitik.
Ulat sagu adalah larva dari kumbang merah kepala yang bertelur pada limbah hasil panen petani setelah mengambil pati sagu bagian batang pucuk pohon sagu. Ulat sagu mengandung kadar protein dan karbohidrat tinggi sehigga dapat menjadi makanan sumber energi dalam mencegah gizi kurang dan gizi buruk pada anak. Setelah diolah menjadi berbagai makanan pun ulat sagu masih mempertahankan kadar proteinnya. Selain itu, ulat sagu juga mengandung asam-asam lemak seperti palmitic acid (32,4%), oleic acid (40,1%) dan linoleic (n-6) (13,0%) yang tinggi. Selain itu, ulat sagu juga mengandung beberapa asam amino esensial (Nuban, dkk., 2020: 26).
Gambar 2.1 Ulat Sagu (Rhynchophorus ferrugineus) (Sumber: Dokumentasi Praktikum)
Menurut Rosmin, dkk (2021: 36), klasifikasi atau taksonomi dari ulat sagu yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptra Family : Curculionidae Genus : Rhynchophorus
Spesies : Rhynchophorus ferrugineus
3
Ulat sagu memiliki ciri-ciri yang khas yaitu tubuhnya berwarna putih kekuningan, moncongnya panjang meruncing ke depan dan tubuhnya sebesar ibu jari tangan. Larva ulat sagu memiliki kulit yang berkerut. Ulat sagu dalam 100 gram tediri atas 9,34% protein serta beberapa jenis kandungan asam amino esensial seperti asam aspartat (1,84%), asam glutamat (2,72%), tirosin (1,87%), lisin (1,97%) dan metionin (1,07%). Rasa ulat sagu manis dan gurih. Larva bertahan hidup dengan memakan pati dari sisa proses pengolahan tepung sagu dan akan tumbuh menjadi kumbang merah dewasa.
Larva ulat sagu biasa digunakan untuk memproduksi berbagai enzim seperti enzim amilase yang berasal dari bakteri amilolitik (Masna, dkk., 2023: 15).
Pemanfaatan ulat sagu oleh masyarakat yaitu untuk dikonsumsi dan sebagai pakan ternak. Ulat sagu dapat memenuhi kebutuhan protein ternak.
Kandungan protein pada ulat sagu menandakan bahwa ulat sagu dapat digunakan sebagai substrat untuk menumbuhkan bakteri proteolitik. ulat sagu juga bisa dijadikan alternatif lauk makanan yang bebas dari kolestrol.
Ulat sagu diperoleh dari limbah pucuk dan batang sagu ang telah berumur 30-40 hari setelah ditebang dan terdengar bunyi sesuatu yang bergerak dalam gelondong sagu. Pemanenan ulat sagu hanya dapat dilakukan satu kali untuk setiap gelondong. Selain sebagai hama sagu, larva ulat sagu juga merupakan hama pada tanaman kelapa sawit, enau dan nipah (Muliani, dkk., 2023: 8).
B. Bakteri Proteolitik
Bakteri proteolitik adalah jenis bakteri yang bisa menghasilkan enzim protease. Bakteri proteolitik termasuk golongan probiotik karena dapat menghasilkan enzim protease ekstraseluler untuk menghidrolisis polipeptida dalam media menjadi peptida dan asam amino. Bakteri proteolitik dapat
menghasilkan enzim protease yang dapat mengubah protein ransum menjadi NH3. Jumlah bakteri proteolitik kurang lebih 30 dari total bakteri dalam rumen. Contoh bakteri proteolitik yaitu clostridium sporogenes, selemonas sp., butyrivibrio sp., dan bacteroides sp (Cahyaningrum, dkk., 2021: 85).
Isolasi dan seleksi bakteri penghasil protease yakni bakteri proteolitik dapat dilakukan dnegan cara sederhana menggunakan sistem kultur. Media yang biasa digunakan untuk isolasi adalah nutrien agar yang mengandung bovine serum albumin (BSA), pepton dan ekstrak ragi. Kandungan BSA media selektif proteolitik mengandung protein yang dapat dijadikan sebagai substrat atau sumber nutrisi oleh bakteri proteolitik. Proses degradasi kasein oleh bakteri proteolitik diharapkan enzim protease ekstraseluler yang disekresi oleh bakteri akan dapat terlihat sebagai zona bening di sekeliling koloni yang tumbuh pada media agar BSA dan pepton (Ethica, 2018: 73).
Keberadaan bakteri proteolitik dipengaruhi oleh jenis media pada saat isolasi. Terdapat hubungan antara populasi bakteri dengan keberadaan proteolitik pada masing-masing jenis media. Aktivitas proteolitik dalam menghasilkan enzim protease didasarkan pada kemampuan protease dalam mengkatalis hidrolisis protein sehingga menghasilkan produk asam amino.
Semakin besar produksi asam amino, maka nilai aktivitas protease semakin tinggi. produksi protease oleh proteolitik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pH, suhu, masa inkubasi yang sesuai sehingga menghasilkan produksi enzim protease secara maksimal dengan ditandai oleh tingginya aktivitas enzim protease yang dihasilkan (Fikri, 2022: 858).
Bakteri proteolitik dapat diperoleh dari usus larva ulat sagu yang mengandung enzim protease. Kandungan dari larva ulat sagu berpotensi untuk memproduksi berbagai enzim seperti enzim protease yang berasal dari
bakteri proteolitik yang terdapat dalam larva. Enzim protease dapat diperoleh dari usus larva kumbang sagu dengan cara isolasi bakteri. Bakteri proteolitik memiliki kemampuan untuk menghidrolisis protein. Larva kumbang sagu mengandung protein yang tinggi. Oleh karena itu, bakteri proteolitik pada usus larva kumbang sagu akan menghidrolisis protein dalam usus larva tersebut dan dalam metabolisme bakteri proteolitik dalam usus larva kumbang sagu akan dihasilkan enzim proteolitik (Baharuddin, dkk., 2022: 82).
C. Isolasi Bakteri
Isolasi adalah mengambil mikroorganisme yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam suatu medium buatan untuk memperoleh biakan murni. Proses pemisahan atau pemurnian mikroorganisme perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya dalam mengidentifikasi suatu mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lainnya dari campuran berbagai macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat sehingga akan membentuk koloni (Syahfari dan Syamad, 2023: 73).
Biakan murni dapat diperoleh dengan cara melakukan isolasi mikroba.
Tahapan isolasi mikroba diawali dengan pengenceran bertingkat. Proses isolasi mikroba harus dilakukan sterilisasi alat-alat maupun bahan yang akan digunakan. isolasi mikroba dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu cawan gores (streak plate), agar tuang (pour plate), dan metode sebar (spread plate). Tahapan isolasi terdiri dari pengambilan sampel dari alam, kemudian dilakukan pengenceran pada sampel dalam air steril dan disimpan media
agar pembiakan. Kemudian pencampuran agar pada sampel kemudian dilakukan inkubasi dan pemeriksaan hasil inkubasi (Setyowati, dkk., 2020:
76).
Teknik isolasi atau penanaman mikroba perlu diperhatikan faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen. Cara isolasi atau menumbuhkan mikroba aerob berbeda dengan mikrboa anaerob. Sebelum melakukan isolasi, perlu dipahami syarat-syarat pertumbuhan dan cara penanaman mikroba serta cara memurnikannya. Mikroba pada alat sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Umumnya mikroba berada dalam bentuk campuran berbagai macam mikroba (Fachrial, dkk., 2022: 16). Menurut Fachrial, dkk (2022: 16), macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikroba berikut adalah:
1. Teknik sebar (spread plate method)
Metode spread plate ialah isolasi mikroba dengan menginokulasi kultur mikroba secara sebaran di atas permukaan media agar yang sudah memadat. Metode ini dilakukan dengan mengencerkan biakan kultur mikroba. Karena konsentrasi sel-sel mikroba pada umumnya tidak diketahui, sehingga pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap, minimal terdapat satu dari pengenceran itu yang memiliki koloni terpisah (30-300 koloni). Koloni mikrobia yang terpisah memungkinkan koloni tersebut bisa dihitung.
2. Teknik tuang (pour plate method)
Dasar dari metode ini yaitu menginokulasi medium agar yang sedang mencair pada temperatur 45°-50°C dengan suspensi bahan yang mengandung mikroba, dan menuangkannya ke dalam cawan petri steril.
Setelah inkubasi akan terlihat koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel bakteri, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut.
3. Teknik gores (streak plate method)
Metode gores umumnya digunakan mengisolasi koloni mikroba pada cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni. Dasar metode ini yaitu dengan menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah inkubasi maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan lempengan yang basah.
Untuk mencegah hal itu digunakan lempengan agar yang benar-benar permukaan yang kering.
D. Identifikasi Bakteri 1. Uji Morfologi Bakteri
Identifikasi mikroba adalah proses membedakan jenis bakteri dan mengelompokkannya berdasarkan karakteristik yang diperoleh. Salah satu langkah identifikasi mikroba yaitu dengan uji morfologi bakteri. Identifikasi bakteri secara morfologi dilakukan dengan memperhatikan ukuran, bentuk warna dan elevasi dari bakteri tersebut kemudian ditentukan jenisnya.
Bentuk morfologi bakteri dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu bentuk basil (bacillus), bentuk bulat (coccus) dan bentuk spiral. Bakteri basil berbentuk seperti tongkat pendek dan agak silindris. Bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola-bola kecil. bentuk spiril yaitu bakteri yang berbentuk seperti spiral atau panjang berbengkok-bengkok (Adam, 1992: 17).
Bakteri membentuk koloni yang sangat terstruktur ketika tumbuh di permukaan padat. Selama proses pembentukan koloni, satu bakteri membelah untuk membuat koloni yang terdiri dari milyaran keturunannya yang diatur dalam struktu yang teratur. Koloni bakteri memiliki karakteristik yang berbeda seperti ukuran, warna, bentuk dan tekstur yang bervariasi sesuai dengan spesiesnya. Sel-sel individu bakteri dapat berbentuk seperti elips, bola, batang (silindris) atau spiral (heliks). Masing-masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies. Sel bakteri yang berbentuk seperti bola atau elips dinamakan kokus. Kokus muncul dalam beberapa penataan yang khas tergantung kepada spesiesnya. Sel bakteri berbentuk silindris atau seperti batang dinamakan basilus (Ulilalbab, 2023:
76).
Terdapat banyak perbedaan dalam ukuran panjang dan lebar di antara berbagai spesies basilus. Ujung beberapa basilus tampak persegi, yang lain bundar dan yang lain lagi meruncing atau lancip. Kadang-kadang basilus tetap saling melekat satu dengan yang lainnya, ujung dengan ujung, sehingga memberikan penampilan rantai. Terdapat banyak perbedaan struktural antara bakteri, seperti bentuk sel, pewarnaan gram atau komposisi bilayer.
Struktur tubuh bakteri ada yang agak berbentuk batang dan pada kedua ujung dari sel terdapat titik yang agak besar. Selain itu pada bakteri terdapat pula bulu atau flagella sebagai alat gerak. Tubuh bakteri juga ada yang terlihat berselubung sebagai pembungkus atau kapsul (Cahyani, 2021: 7).
2. Pewarnaan Gram
Berdasarkan perbedaaan kandungan dan dinding sel, bakteri dapat digolongkan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Bakteri gram positif dinding selnya tersusun atas peptidoglikan yang
memiliki senyawa asam teikoat. Bakteri gram negatif mengandung peptidoglikan dalam jumlah yang lebih sedikit, akan tetapi di bagian luar peptidoglikan terdapat memberan luar yang tersusun atas lipoprotein dan fosfolipid. Perbedaan komposisi dinding sel ini menyebabkan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif memiliki ketahanan yang berbeda. Bakteri gram positif lebih rentan terhadap antibiotik penisilin, karena antibiotik penisilin ini mampu merusak peptidoglikan. Karena jumlah peptidoglikan lebih banyak, akteri gram positif lebih rentan mengalami kerusakan mekanis (Amin, dkk., 2023: 31).
Pewarnaan gram adalah salah satu cara untuk menggolongkan bakteri dengan membedakan bakteri menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Pewarnaan berfungsi untuk memudahkan melihat bakteri dengan menggunakan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel vakuola, menghasilkan sifat–sifat dan kimia yang khas bakteri dengan zat warna,
serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Pewarnaan gram di laboratorium, dilakukan dengan memberikan warna pada bakteri menggunakan beberapa zat warna tertentu. Pewarna bakteri yang biasa digunakan yaitu pewarna sintetis diantaranya safranin, carbol fuchsin, kristal violet, dan methylen blue (Hidayanti, dkk., 2021: 47).
Fungsi pewarnaan bakteri terutama memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya, sehingga menambah kontras dan tampak lebih jelas.
Bakteri yang terwarnai jika termasuk gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet, sedangkan bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan zat pewarna air fuchsin atau
safranin. Bakteri gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri gram positif berwarna ungu. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan bakteri. Melalui pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel (Edyani, 2020: 6).
E. Mikroskop
Mikroskop digunakan untuk mengamati objek dengan ukuran yang sangat kecil seperti sel, bakteri dan amuba. Mikroskop mempermudah dalam melihat dan mengamati bagian-bagian sel karena penggunaan mikroskop ini dapat ditentukan sesuai ukuran komponen bagian sel yang akan diamati agar dapat memperbesar bayangan objek yang ingin dilihat atau diamati.
Mikroskop menggunakan sumber cahaya matahari dan ada juga dengan lampu listrik. Mikroskop terdiri dari bagian optik dan mekanik. Bagian optik terdiri dari lensa okuler, objektif, diafragma, cermin, dan kondensor. Bagian mekanik terdiri dari makrometer, mikrometer, meja benda, revolver dan tangkai mikroskop. Untuk pemeliharaan mikroskop hendaklah dalam keadaan bersih dan kering (Syamsurizal, 2005: 14).
Mikroskop ini sangat penting dalam pengamatan benda - benda kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop ini di dalam sel sangat berperan dalam pengamatan dasar sel, baik sel hidup maupun sel yang difiksasi atau diwarnai. Mikroskop cahaya ini memiliki kekurangan dalam hal keterbatasan perbesaran yang dapat dilihat sehingga bagian sel yang diamati tidak dapat terlihat secara spesifik bagian organelnya.
Perbesaraannya hanya berkisar antara 100 sampai 1000 kali. Oleh sebab itu, mikroskop cahaya ini hanya dapat mengamati bagian-bagian kasar saja dari sel yang akan diamati sedangkan bagian yang sangat kecil atau halus
membutuhkan mikroskop yang lebih besar lagi resolusinya (Rahmadina dan Febriani, 2017: 14).
Menurut Syamsurizal (2005: 11), model dan bentuk mikroskop ada bermacam-macam, namun secara umum bagian-bagian mikroskop yaitu:
a. Bagian optik terdiri atas:
1. Lensa okuler yaitu lensa yang terdiri atas lensa kompleks, menerima bayangan semu dan terbalik.
2. Lensa objektif yaitu lensa yang terdiri dari lensa kompleks dan menerima cahaya setelah menembus spesimen yang diamati, sehingga terbentuk bayangan dari materi tersebut.
3. Kondensor yaitu bagian mikroskop yang terdiri atas lensa kompleks dan digunakan untuk mengumpulkan cahaya yang terpantul atau terbias dari cermin. Dalam kondensor terdapat diafragma untuk mengatur banyaknya cahaya yang mengenai spesimen.
4. Cermin yaitu bagian mikroskop yang digunakan untuk menerima cahaya matahari atau lampu dan dipantulkan ke kondensor.
b. Bagian mekanis mikroskop terdiri atas:
1. Kaki dan lengan mikroskop yaitu bagian dari mikroskop yang berfungsi sebagai penyangga bagian optik. Pada beberapa mikroskop monokuler tangkai mikroskop ini dapat digerakkan sehingga teropong dapat dibuat dalam posisi tegak atau membentuk sudut dengan bidang horizontal.
Apabila menggunakan sediaan basah sebaiknya teropong dalam posisi tegak dan meja benda datar. Tujuannya agar cairan spesimen tidak tumpah. Preparat kering boleh diamati pada posisi meja benda miring.
2. Knop atau sekrup bagian mikroskop berfungsi sebagai penggerak bagian optik atau teropong yang terdiri atas dua jenis yaitu makrometer atau
pengatur kasar yang digunakan untuk menggerakkan teropong dan mengatur fokus, mikrometer atau pengatur halus yang digunakan untuk mempertajam fokus.
3. Meja benda yaitu bagian mikroskop yang terletak di antara kondensor dan objektif yang digunakan sebagai tempat untuk sediaan yang akan diamati.
Pada meja benda ini terdapat penjepit sediaan atau alat pemegang sediaan sehingga dapat digeser ke kiri atau ke kanan dengan memutar sekrup.
4. Revolver yaitu bagian mikroskop yang terletak pada ujung teropong digunakan untuk memutar dan tempat lensa objektif.
F. Integrasi Ayat
Makhluk hidup mikroskopis atau mikroorganisme disebutkan dalam al-Qur’an sebagai petunjuk adanya organisme sel tunggal sehingga diketahui bahwa masih ada substansi potensial dalam suatu zat yang lebih kecil dari sel. Sebagaimana firman Allah swt. dalam Qs. Al-Baqarah/2: 26 yang berbunyi:
ّق َح ۡلٱ ُهّنَأ َنوُمَل ۡعَيَف ْاوُنَماَء َنيِذّلٱ اّمَأَف ۚاَهَق ۡوَف اَمَف ٗةَضوُعَب اّم ٗلَثَم َب ِر ۡضَي نَأ ٓۦِي ۡحَت ۡسَي َل َ ّلٱ ّنِإ
ۚا ٗريِثَك ۦِهِب يِد ۡهَي َو ا ٗريِثَك ۦِهِب ّل ِضُي ۘ ٗلَثَم اَذ َٰهِب ُ ّلٱ َداَرَأ اَذاَم َنوُلوُقَيَف ْاوُرَفَك َنيِذّلٱ اّمَأ َو ۖۡمِهّبّر نِم َنيِق ِس َٰف ۡلٱ ّلِإ ٓۦِهِب ّل ِضُي اَم َو
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.”
Jalalayn (2003: 5) menasirkan bahwa kata (yang lebih rendah dari itu), menunjukkan bahwa Allah swt. kuasa untuk menciptakan apa saja, yaitu penciptaan apapun dengan obyek apa saja, baik yang besar maupun yang
lebih kecil. Allah swt. tidak pernah menganggap remeh sesuatu pun yang Dia ciptakan meskipun hal itu kecil. Orang-orang yang beriman meyakini bahwa dalam perumpamaan penciptaan yang dilakukan oleh Allah swt. memiliki manfaat bagi kehidupan manusia.
Maksud ayat di atas dengan percobaan ini adalah sebagaimana Allah swt.
menciptakan makhluk dengan ukuran yang besar, Allah swt. juga
menciptakan makhluk kecil seperti bakteri. Meskipun memiliki ukuran yang sangat kecil tetapi keberadaannya memiliki manfaat yang besar bagi
kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Kuasa Allah swt. yang telah menciptakan mikroba seperti bakteri proteolitik yang bersifat mikroskopis melalui isolasi mikroba. Makhluk sekecil bakteri proteolitik yang dapat diperoleh dari usus larva ulat sagu, Allah swt. jadikan sebagai makhluk yang bermanfaat.
Percobaan ini telah dilakukan pada hari senin, 20 November 2023 pukul 13.00-16.30 WITA di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
B. Alat dan Bahan 1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Laminar Air Flow (LAF), cawan petri, tabung reaksi, kaca preparat, cover glass, jarum ose, bunsen dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah akuades, alkohol 96%, kristal violet, lugol, marker, safranin, stok bakteri proteolitik, tisu dan wrapping plastik.
C. Prosedur Kerja
1. Pengamatan morfologi
Morfologi bakteri diidentifikasi dengan cara mengamati karakteristik dari isolat bakteri proteolitik yang meliputi bentuk koloni, elevasi, margin, warna dan permukaan dengan menggunakan bantuan cahaya lampu.
2. Pewarnaan gram
Dibuat lingkaran pada bagian bawah kaca objek menggunakan mareker.
Kemudian diambil isolat bakteri dari salah satu koloni murni sebanyak 1 ose dan disebar di sekitar lingkaran dengan menggunakan jarum ose yang telah disterilisasi. Kemudian difiksasi bakteri dengan cara melewatkan kaca objek di atas api langsung sebanyak 3 kali. Setelah itu,
15
diteteskan larutan kristal violet pada bakteri di atas kaca objek dan
didiamkan selama 1 menit lalu dibilas dengan akuades. Kemudian diteteskan larutan lugol pada bakteri di atas kaca objek dan didiamkan selama 45 detik.
Setelah itu, diteteskan alkohol 70% selama 45 detik lalu dibilas menggunakan akuades. Kemudian diteteskan larutan safranin pada bakteri di atas kaca objek menggunakan pipet tetes dan didiamkan selama 45 detik. Selanjutnya dibilas bakteri dengan akuades lalu dikeringkan. Kemudian ditutup kaca objek dengan cover glass dan diamati menggunakan mikroskop.
1. Tabel Pengamatan
Tabel IV. 1 Pengamatan Morfologi Isolat Bentuk
Koloni Elevasi Margin Warna Permukaan Gambar
A Bulat
sedang Convex
(Cembung) Smooth
(Halus) Putih
kekuningan Licin
B Bulat
sedang beraturan
Convex
(Cembung) Smooth
(Halus) Putih
kekuningan Licin
C Bulat
besar Hilly
(Berbukit) Wavy
(Bergelombang) Putih susu Titik
D Irregular Hilly
(Berbukit) Wavy
(Bergelombang) Putih susu Tidak beraturan
Tabel IV. 2 Hasil Pewarnaan Gram
Sampel Gambar Keterangan
B Bakteri gram negatif
(Batang)
17
B. Pembahasan
Mikroorganisme adalah suatu kelompok organisme yang bersifat mikroskopis atau dapat diamati dengan menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Mikroorgansime dapat ditumbuhkan dengan cara isolasi mikroba.
Isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba tersebut dari lingkungannya dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Prinsip isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran berbagai mikroba. Biakan murni merupakan bakteri yang berada dalam kondisi istirahat dan belum terkontaminasi mikroorganisme lainnya. Biakan murni dapat diperoleh melalui beberapa macam teknik biakan murni yaitu metode cawan gores, metode sebar dan metode tuang (Harahap, dkk., 2021: 14).
Percobaan ini dilakukan dengan dua tahap yaitu pengamatan morforlogi dan pewarnaan gram untuk mengidentifikasi jenis bakteri yang dibiakkan. Pengamatan morfologi dilakukan dengan cara mengamati dan menentukan ciri morfologi dari sampel isolat bakteri proteolitik. Kemudian pewarnaan gram dilakukan dengan membuat garis lingkaran pada bagian belakang kaca objek sebagai batas atau tempat mewarnai bakteri. Fiksasi dilakukan bertujuan untuk mematikan proses pertumbuhan atau pembelahan sel pada bakteri sehingga mudah untuk diamati karena tidak bergerak. Penambahan kristal violet berfungsi sebagai pewarna primer atau utama yang memberi warna ungu pada bakteri yang menunjukkan bakteri gram positif. Penambahan lugol berfungsi sebagai mordan atau larutan yang memperkuat ikatan kristal violet pada bakteri. Penambahan safranin berfungsi sebagai larutan dekolorisasi atau zat warna penutup yang menunjukkan bakteri gram negatif berwarna merah.
Hasil yang diperoleh pada percobaan ini yaitu berdasarkan uji morfologi dapat diketahui bahwa isolat A dan B memiliki karaktersitik yang sama, sedangkan C dan D memiliki karakteristik yang sedikit berbeda. Isolat A dan B memiliki bentuk koloni yang bulat, elevasi convex (cembung), tepi atau margin smooth (halus), berwarna putih kekuningan dan permukaannya licin. Sedangkan pada isolat C memiliki bentuk koloni besar bulat, elevasi hilly (berbukit), margin atau tepi wavy (bergelombang), berwarna putih susu dan permukaannya berupa titik-titik. Kemudian isolat D memiliki bentuk koloni irregular, elevasi hilly (berbukit), margin atau tepi wavy (bergelombang), berwarna putih susu dan permukaannya tidak beraturan.
Hasil pewarnaan gram yang telah diamati menggunakan mikroskop menunjukkan bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif karena berwarna merah dan termasuk bakteri bacillus atau berbentuk basil.
Sebagaimana teori Edyani (2020: 6) yang menyatakan bahwa akteri yang terwarnai jika termasuk gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet, sedangkan bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin. Bakteri gram negatif berwarna merah, sedangkan bakteri gram positif berwarna ungu. Pewarnaan gram merupakan salah satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan bakteri. Melalui pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel, dan penataan sel.
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:
1. Ciri morfologi isolat yang diduga isolat bakteri proteolitik yaitu isolat A berbentuk bulat sedang, convex (cembung), smooth (halus), berwarna putih kekuningan dan permukaannya licin. Isolat B berbentuk bulat sedang beraturan, convex (cembung), smooth (halus), berwarna putih kekuningan dan permukaannya licin. Isolat C berbentuk bulat besar, Hilly (berbukit), wavy (bergelombang), berwarna putih susu dan permukaannya titik-titik. Isolat D berbentuk irregular atau tidak beraturan, Hilly (berbukit), wavy (bergelombang), berwarna putih susu dan permukaannya tidak beraturan.
2. Cara melakukan pewarnaan gram yaitu dengan memindahkan isolat bakteri ke dalam kaca objek lalu difiksasi. Kemudian menambahkan larutan kristal violet, lugol dan safranin secara bergantian. Setelah itu dikeringkan dan diuji menggunakan mikroskop. Hasil pewarnaan gram pada percobaan ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif (basil).
B. Saran
Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya dilakukan pewarnaan gram dengan menggunakan pewarna migrosin sebagai pengganti kristal violet untuk mengetahui perbedaan antara keduanya dalam mengidentifikasi bakteri gram negatif.
20
Amin, Shaloma Salsabila, dkk. “Identifikasi Bakteri dari Telapak Tangan dengan Pewarnaan Gram”. Chemviro 1, no. 1 (2023): h. 30-35.
Baharuddin, dkk. “Karakterisasi Enzim Amilase Isolat Bakteri R2M Larva Kumbang Sagu dari Luwu Utara”. Chimica et Natura Acta 10, no. 2 (2022): h. 81-87.
Cahyani, Anisa Norma. “Analisis Bakteri Dominan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal dnegan Tingkat Resiko Sangat Tinggi di Kabupaten Sleman”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia, 2021.
Cahyaningrum, dkk. “Isolasi dan Pengaruh Monosodium Glutamat terhadap Pertumbuhan Bakteri Proteolitik Limbah Cair Tahu”. Bioma 23, no. 2 (2021): h. 84-90.
Edyani, Julin Syifa. “Systematic Review: Pemanfaatan Bahan Alami Sebagai Pewarna Alternatif Pengganti Safranin pada Pewarnaan Gram. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah, 2020.
Ethica. Bioremediasi Limbah Biomedik Cair. Yogyakarta: CV. Budi Utama. 2018.
Fachrial, dkk. Pengantar Teknik Laboratorium Mikrobiologi dan Pengenalan Bakteri Asam Laktat. Medan: UNPRI Press, 2022.
Fikri. Bioteknologi dan Penerapannya dalam Peneltiian dan Pembelajaran Sains. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding Management, 2022.
Herawati, dkk. “Biakan Murni (F0) Jamur Tiram Merah Muda (Pleorotus flabellatus) dengan Menggunakan Media PDA dan Media Campuran Jagung dan Bedak”. Loupe 18, no. 2 (2022): h. 22-29.
Hidayanti, Andi Sri Nurul, dkk. “Pemanfaatan Ekstrak Kulit Ubi Jalar Ungu Sebagai Pengganti Crystal Violet pada Pewarnaan Gram”. Sehat Mandiri 16, no. 2 (2021): h. 46-55.
Masna, dkk. “Analisis Morfologi Ulat Sagu (Rhynchophorus ferrugineus)”.
Cokroaminoto 5, no. 1 (2023): h. 14-19.
Muliani, dkk. “Perbandingan Produksi Ulat Sagu pada Pucuk, Batang, dan Ampas Sagu di Kelurahan Suramadu Kecamatan Wara Barat”.
Cokroaminoto Biological Science 5, no. 2 (2023): h. 8-10.
Nuban, dkk. “Makanan Tradisional dari Ulat Sagu sebagai Upaya Mengatasi Malnutrisi pada Anak”. Nursing and Health Sciences 1, no. 1 (2020):
h. 25-36.
Putri, Adde, L.O dan Endang Kusdiyantini. “Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asam Laktat dari Pangan Fermentasi Berbasis Ikan (Inasua) yang
Setyowati, dkk. “Screening dan Isolasi Mikroba Pengurai H2Suntuk Purifikasi Biogas dari Pome pda PLT Biogas”. Teknik Kimia 4, no. 2 (2020):
h. 75-81.
Syahfari dan Syamad. Buku Referensi Isolasi Jamur Tanah Saprofit Mikroskopis.
Jawa Tengah: PT. Nasya Espanding Management, 2023.
Syamsurizal. Biologi Umum. Padang: Nuansa Cendekis, 2005.
Ulilalbab, Arya, dkk. Pengantar Mikrobiologi. Banten: PT. Sada Kurnia Pustaka, 2023.
- Diambil bakteri proteolitik hasil biakan murni
- Diamati bentuk koloni, elevasi, margin, warna dan permukaan dengan menggunakan bantuan cahaya lampu.
B. Pewarnaan Gram
- Dibuat lingkaran pada bagian bawah kaca objek menggunakan marker
- Diambil 1 isolat bakteri menggunakan jarum ose dan disebar disekitar lingkaran yang telah dibuat
- Dilakukan fiksasi dengan melewatkan kaca objek di atas api langsung sebanyak 3 kali
- Diteteskan larutan kristal violet, didiamkan 1 menit dan dibilas dengan akuades
- Diteteskan larutan lugol dan didiamkan 45 detik
- Diteteskan larutan safranin, didiamkan selama 45 detik dan dibilas dengan akuades
- Dikeringkan dan diuji menggunakan mikroskop Isolat Bakteri
Hasil
Isolat Bakteri
Hasil
Diambil isolat bakteri
hasil biakan murni Diamati bentuk koloni, elevsi, margin, warna dan permukaan koloni 2. Pewarnaan gram
Dibuat lingkaran pada
bagian bawah kaca objek Dipindahkan 1 ose isolat bakteri ke atas kaca objek
menggunakan jarum ose
Dilakukan fiksasi dengan dilewatkan kaca objek
pada api langsung sebanyak 3 kali
Diteteskan kristal violet
selama 1 menit Dibilas dengan akuades Diteteskan lugol selama 45 detik