• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPRAK KULJAR HADIIKUM ACARA 7-8

N/A
N/A
hadi kusumandari

Academic year: 2024

Membagikan "LAPRAK KULJAR HADIIKUM ACARA 7-8"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA VII INDUKSI KALUS

A. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh berbagai auksin dan sitokinin terhadap induksi kalus pada wortel

2. Mengetahui cara sterilisasi eksplan secara fisik

B. Dasar Teori

Kalus merupakan sumber bahan pangan yang sangat penting dalam meregenerasi tanaman karena setiap sel memiliki kemampuan untuk membentuk individu yang baru. Induksi kalus didefinisikan sebagai tahapan awal dalam teknik kultu jaringa in vitro yang bertujuan untuk menghasilkan serta proses perbanyakan sel kalus secara massal (Rasud dan Bustaman, 2020).

Dalam kultur jarigan tentu membutuhkan eksplan. Ziraluo (2021), mengemukakan bahwa eksplan adalah potongan atau bagian dari jaringan yang diisolasi dari tanaman, kemudian digunakan untuk inisiasi suatu kultur secara in vitro.

Keberhasilan tumbuhnya kalus ditandai dengan adanya pembengkakan pada luka kemudian muncul sehingga ukurannya akan semakin besar, teksturnya remah serta berwarna putih bening atau putih kekuningan. Apabila warna kalus oklat atau hitam, ini menandakan bahwa terjadinya kematian sel.

Kalus yang berhasil kemudian akan berdeferensiasi menjadi organ tanaman seperti tunas, akar, ataupun embrio (Ramadhan dan Habibah, 2023)

Jenis-jenis kalus terbagi menjadi 3, yaitu kompak, remah, dan intermediet.

Kalus yang memiliki tekstur kompak baik digunakan untuk memproduksi metabolit sekunder. Tekstur yang lebih keras ini disebabkan oleh ZPT yang berperan pada proses transport unsur hara. Kalus bertekstur remah masuk ke dalam kategori baik karena dapat meningkatkan aerasi oksigen antar sel dan kemudahannya dalam memisahkan menjadi sel tunggal sehingga mempermdah perbanyakan jumlah. Kalus intermediet merupakan massa kalus yang terdiri

(2)

kelompok sel yang sebagian terdiri dari kalus kompak dan sebagian lainnya dari kalus remah (Rasud dan Bustaman, 2020).

Sterilisasi pada kultur jaringan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara fisik dan kimia. Nurrobifahmi dkk (2017) menyatakan bahwa sterilisasi secara fisik yaitu metode untuk membebaskan peralatan, media, dan eksplan yang digunakan dari mikroorganisme dengan menggunakan panas atau radiasi.

Metode sterrilisasi fisik yang sering digunakan adalah pemanasan, radiasi, dan pengeringan. Metode pemanasan (panas lembab) menggunakan autoclave dengan suhu 121 derajat celcius selama 1 jam, metode radiasi menggnakan gelombang elektromagnetik untuk meradiasi bahan pembawa, dan metode pengeringan menggunakan oven pada suhu 160-180 derajat C selama 2-4 jam.

Menurut Wulandari dkk (2021), sterilisasi kimia adalah metode agar peralatan, media, dan eksplan terbebas dari mikroorganisme dengan menggunakan bahan kimia. Bahan kimia yang sering digunakan berupa natrium hipoklorit (NaClO), etanol, Isopropil alkohol, merkuri klorida (HgCl2), dan Benomil.

Keberhasilan induksi kalus juga dipengaruhi oleh ZPT yang digunakan, contoh ZPT yang sering digunakan yaitu auksin dan sitokinin. Auksin berperan untuk mendorong pembelahan sel pada mitosis, meningkatkan permeabilitas membran sel, dan memicu deferensiasi dari sel menjadi akar. Sedangkan sitokinin berperan untuk pembelahan sel saat sitokinesis, meningkatkan sintesis protein dan RNA, serta memicu diferensiasi dari sel menjadi tunas. Apabila keduanya digunakan pada saat yang bersamaan, apabila rasio auksin yang lebih tinggi dibanding sitokinin, maka akan menghasilkan kalus yang kompak dan padat. Apabila rasio sitokinin lebih tinggi dibandingkan auksin, akan menghasilkan kalus yang bertekstur lunak dan remah (Rahman dkk., 2021).

Induksi kalus mengalami kegagalan karena adanya browning. Browning adalah perubahan warna menjadi kecoklatan pada tanaman berkayu atau eksplan yang telah diisolasi dari tanaman dewasa, Browning ini disebabkan karena senyawa fenolik yang biasanya muncul dan terakumulasi ketika eksplan terlukai (Nasution dkk., 2022).

(3)

C. Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan adalahmedia MS, umbi wortel, alkohol 96%, dan alkohol 70%. Alat yang digunakan berupa Laminar Air Flow (LAF), enkast, pinset, pisau blade, petridish, lampu spritus, dan aluminium foil.

D. Langkah Kerja

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu dengan mengambil umbi wortel yang sehat kemudian mengupasnya dan mencuci di bawah air mengalir.

Selanjutnya membersihkan menggunakan detergen dan bilas hingga sisa detergen hilang. Kemudian melakukan sterilisasi secara fisik dengan mencelupkan umbi wortel dalam alkohol 96% yang kemudian di bakar di atas lampu spritus. Langkah ini dilakukan sebanyak 3x. Lalu memotong umbi wortel dengan ukuran 1x1 cm, bagian kambium yang telah diambil harus disertakan karena sebagai tempat tumbuhnya kalus. Selanjutnya, kalus dimasukkan dalam botol eksplan dan memberinya label.

E. Hasil Pengamatan

Tabel 7.1 Parameter Pengamatan saat Tumbuh Kalus (HST) Kelompok Perlakuan

Saat Tumbuh Kalus

Rata - Rata

1 2 3 4 5

A4 W1 0 0 0 0 0 0

A5 W2 0 0 0 0 0 0

A6 W3 0 0 0 0 0 0

Sumber: Praktikum Kultur Jaringan 2024

Tabel 7.2 Parameter Pengamatan Persentase Tumbuh Kalus (%)

Kelompok Perlakuan

Jumlah Eksplan yang

Ditanam Hidup Mati

Persentase Tumbuh Kalus

(%)

A4 W1 5 0 5 0

A5 W2 5 4 1 80

A6 W3 5 5 0 100

Sumber: Praktikum Kultur Jaringan 2024

(4)

F. Pembahasan

Induksi kalus didefinisikan sebagai tahapan awal dalam teknik kultu jaringa in vitro yang bertujuan untuk menghasilkan serta proses perbanyakan sel kalus secara massal (Rasud dan Bustaman, 2020). Alat yang digunakan saat praktikum yaitu Laminar Air Flow (LAF), enkast, pinset, pisau blade, petridish, lampu spritus, dan aluminium foil. Bahan yang dibutuhkan berupa Bahan yang dibutuhkan adalahmedia MS, umbi wortel, alkohol 96%, dan alkohol 70%.

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu dengan mengambil umbi wortel yang sehat kemudian mengupasnya dan mencuci di bawah air mengalir.

Selanjutnya membersihkan menggunakan detergen dan bilas hingga sisa detergen hilang. Kemudian melakukan sterilisasi secara fisik dengan mencelupkan umbi wortel dalam alkohol 96% yang kemudian di bakar di atas lampu spritus. Langkah ini dilakukan sebanyak 3x. Lalu memotong umbi wortel dengan ukuran 1x1 cm, bagian kambium yang telah diambil harus disertakan karena sebagai tempat tumbuhnya kalus. Selanjutnya, kalus dimasukkan dalam botol eksplan dan memberinya label.

Pada praktikum induksi kalus menggunakann eksplan wortel yang komposisi medianya berbeda. Perlakuan W1 dengan kandungan MS + NAA 1 ml + kinetin 3 ml. Perlakuan W2 menggunakan MS + NAA 2 ml + kinetin 2 ml. Perlakuan W3 denhan menggunakan MS + NAA 3 ml + Kinetin 1 ml.

Komposisi yang berbeda ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi auksin dan sitokonin pada induksi kalus wortel.

Hasil yang didapat setelah melakukan pengamatan selama 7 hari yaitu parameter pengamatan saat tumbuh kalus perlakuan W1 rata-ratanya 0 dan telah terkontaminasi oleh bakteri. Perlakuan W2 memiliki rata-rata 0.

Perlakuan W3 juga menghasilkan rata-rata saat tumbuh kalus masih 0. Hal ini terjadi karena pengamatan yang dilakukan masih terlalu cepat. Kalus biasanya akan muncul setelah 4-30 HST. Kecepatan tumbuhnya kalus juga dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari ZPT yang diberikan. ZPT yang sering digunakan

(5)

untuk kultur jaringan yaitu auksin dan sitokinin. Inisiasi tumbuhnya tunas dan akar pada induksi kalus diatur oleh initeraksi antara suksin dan ditokinin yang diberikan ke dalam media (Khairan dkk., 2021).

Berdasarkan pengamatan parameter tumbuh kalus yang diamati selama 7 hari, didapat rata-rata presentase hidup pada perlakuan W1 yaitu sebanyak 0%.

Semua sampel yang digunakan mengalamu kematian karena terkontaminasi oleh bakteri. Perlakuan W2 memiliki rata-rata presentase hidup sebanyak 80%

dengan 4 sampel hidup dan 1 sampel mati yang disebabkan adanya kontaminasi oleh jamur. Perlakuan W3 dengan presentase hidup sebanyak 100% yang berarti semua sampel hidup. Terjadinya kontaminasi pada sampel dapat disebabkan kurang sterilnya alat maupun bahan saat praktikum sehingga bakteri maupun jamur yang akan menjadi kontaminan akan masuk ke dalam sampel dan mengganggu proses pertumbuhan induksi kalus pada wortel (Andriani dan Heriansyah, 2021).

Hasil yang paling baik berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perlakuan yang paling baik yaitu W3 dengan menggunakan media MS + NAA 3ml + kinetin 1 ml. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena seharusnya media yang paling baik yaitu media pada perlakuan W2 berupa MS + NAA 2 ml + kinetin 2 ml. Kalus akan didapatkan ketika proporsi antara auksin dan sitokinin dalam keadaan yang seimbang. Apabila proporsi auksin lebih tinggi dibandingkan sitokinin, maka akan didaptkan hasil berupa pertumbuhan akar.

Sedangkan apabila konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi dibandingkan auksin, hasil yang diperoleh berupa tumbuhnya tunas (Rahman dkk., 2021).

Penyebab ketidaksesuaian hasil pengamatan dengan teori, yaitu kurang sterilnya akat dan bahan sehingga memicu kontamunan masuk ke dalam media (Andriani dan Heriansyah., 2021).

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah didapat, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi paling baik untuk pertumbuhan kalus yaitu dengan perbandingan antara auksin dan sitokinin yang seimbang. Ketika

(6)

konsentrasi auksin lebih tinggi dibandingkan sitokinin, maka akan memicu pertumbuhan akar. Sedangkan ketika konsentrasi sitokinin lebih tinggi dibandingkan auksin, maka akan menyebabkan pertumbuhan tunas. Komposisi terbaik yaitu pada perlakuan W2 karena tingkat konsentrasi antara hormon auksin dan sitokinin yang seimbang.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan cara melakukan pencelupan umbi wortel kedalam box stainless yang berisi spritus, kemudia melakukan pembakaran di atas lampu bunsen, dan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

H. Daftar Pustaka

Andriani, D., dan P. Heriansyah. 2021. Identifikasi Jamur Kontaminan pada Berbagai Eksplan Kultur Jaringan Anggrek Alam (Bromheada finlaysoniana (Lind.) Miq. Agro Bali: Agricultural Journal, 4(2): 192-199 Khairan., B. M. Bustam., Yunita., S. Muhammad., R. Meilinda., dam R. Muna.

2021. Pengaruh Komposisis 2,4-D dan BAP terhadap Pembentukan Kalus Eksplan Pucuk Nilam (Pogostemon cablin Benth.) secara In Vitro dengan Pemotongan Horisontal dan Vertikal. Biotropic The Journal of Tropical Biology, 5(1): 8-20

Nasution, N. Hidayah., dan I. W. Nasution. 2022. Induksi Kalus Mangis (Garcinia mangostana L.). Sebuah Teknik dalam Kultur Jaringan Tanaman.

Pekalongan. Penerbit NEM

Nurrobihmi., I. Anas., Y. Setiadi., dan Ishak. 2017. Pengaruh Metode Sterilisasi Radiasi Sinar Gamma Co-6 dan Autoklaf terhadap Bahan Pembawa, Viabilitas Spora Gigaspora Margarita dan Ketersediaan Fe, Mn, dan Zn. Jurnal Tanah dan Iklim, 4(1)1-8

Rahman, N., H. Fitriani., N. Rahman., dam N. S. Hartati. 2021. Pengaruh Beragam Zat Pengatur Tumbuh terhadap Induksi Kalus Organogenik dari Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Ilmu Dasar, 22(2): 119-126 Ramadhan, T.R., dan N.A. Habibah. 2023. Induksi Kalus dari Eksplan Umbi

Bawang Merah (Allium ascalonicum L. var. Bima Brebes.) dengan Penambahan BAP dan Pikloram. Indonesian Journal of Mathematics and Natural Sciences, 46 (2): 53-60

Rasud, Y., dan Bustaman. 2020. Induksi Kalus secara In Vitro dari Daun Cengkeh (Syizigium aromaticum L.) dalam Media dengan Berbagai Konsentrasi Auksin. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1):67-72.

Ziraluo, Y.P.B. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan atau Stek Planlet. Jurnal Investasi Penelitian, 2 (3):1037-1046

(7)
(8)

ACARA VIII ORGANOGENESIS

A. Tujuan

Menginduksi akar dan tunas pada eksplan daun dengan berbagai macam auksin dan sitokinin.

B. Dasar Teori

Tyas dkk (2016), mengemukakan bahwa organogenesis adalah proses terbentuknya suatu organ baru dari jaringan tanaman yang ditanam pada media buatan. Jaringan ini kemudian disebut sebagai eksplan. Esplan ialah potongan atau bagian dari jaringan yang diisolasi dari tanaman, kemudian digunakan untuk inisiasi suatu kultur secara in vitro (Ziraluo, 2021).

Kegiatan organogenesis membutuhkan adanya ZPT. contoh ZPT yang sering digunakan yaitu auksin dan sitokinin. Auksin berperan untuk mendorong pembelahan sel pada mitosis, meningkatkan permeabilitas membran sel, dan memicu deferensiasi dari sel menjadi akar. Sedangkan sitokinin berperan untuk pembelahan sel saat sitokinesis, meningkatkan sintesis protein dan RNA, serta memicu diferensiasi dari sel menjadi tunas. Apabila keduanya digunakan pada saat yang bersamaan, apabila rasio auksin yang lebih tinggi dibanding sitokinin, maka akan menghasilkan kalus yang kompak dan padat. Apabila rasio sitokinin lebih tinggi dibandingkan auksin, akan menghasilkan kalus yang bertekstur lunak dan remah (Rahman dkk., 2021).

Tingkat keberhasilan organogenesis dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti genotipe, jenis eksplan, dan komposisi media yang digunakan. Terdapat beberapa genotipe yang lebih mudah diregenerasi dibanding genoipe lainnya.

Esplan yang masih muda dan berasal dari jaringan maristematik umumnya akan lebih mudah untuk diregenerasi. Media yang digunakan seperti komposisinya, adanya ZPT, makro dan mikronutrient, vitamin, dan sumber karbohidrat sangat penting untuk organgenesis. ZPT seperti auksin dan

(9)

sitokinin akan membantu dalam merangsang pembentukan organ (Rahman dkk., 2021).

Organogenesis tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan cara ini adalahperbanyakan yang dapat dilakukan dalam jumlah besar dan waktu yang cepat. Genetik yang didapatkan akan lebih stabil karena sifatnya yang identik dengan induknya. Tanaman yang dihasilkan akan bebas dari penyakit karena dilakukan pada keadaan yang selalu steril. Akan tetapi, ada kekurangan dari organogenesis yaitu tidak semua jenis dapat dilakukan organogenesis yang dapat disebabkan dari genotienya. Teknik dan keahlian yang dibutuhkan secara khusus, karena terjadinya kesalahan dalam prosedur dapat menyebabkan kegagalan organogenesis. Waktu yang dibutuhkan untuk optimisasi cukup lama, karena untuk menemukan kombinasi antara media tanam dan kondisi kultur yang optimal pada jenis tanaman tertentu membutuhkan waktu yang lama (Habibah, 2021).

C. Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan adalah media MS, daun melon, fungisida, klorok, alkohol 80%, dan alkohol 96%. Alat yang digunakan meliputi Laminar Air Flow (LAF), pinset, pisau blade, petridish, lampu spritus, dan aluminium foil steril.

D. Langkah Kerja

Langkah kerja yang dilakukan yaitu dengan memotong daun melon dengan ukuran 5 x 10 cm dan mencucinya dibawah air mengalir, setelahnya merendam daun dengan deterjen selama 5 menit. Merendam daun kedalam fungisida selama 10 menit dan membilasnya. Lalu memasukkan daun kedalam LAF.

Mensterilkan daun menggunakan klorok 10% selama 5 menit dan memasukkan daun kedalam klorok 5% selama 2 menit. Lalu mencucinya dengan aquades teril sebanyak tiga kali dengan masing masing ulangan selama semenit.

Memotong daun berukuran 1x 1 cm dan melukai tulang daun bagian,

(10)

memasukkannya kedalam botol berisi media dengan posisi luka sayatan menempel pada media. Naa auksin Ba sitokinin

E. Hasil Pengamatan

Tabel 8.1 Parameter Pengamatan Saat Tumbuh Akar (HST) Kelompok Perlakuan

Saat Tumbuh Akar

Rata - Rata

1 2 3 4 5

A4 D1 - - - - - -

A5 D2 - - - - - -

A6 D3 - - - - - -

Sember: Praktikum Kultur Jaringan 2024

Tabel 8.2 Parameter Pengamatan Saat Tumbuh Tunas (HST) Kelompok Perlakuan

Saat Tumbuh Tunas

Rata - Rata

1 2 3 4 5

A4 D1 - - - - - -

A5 D2 - - - - - -

A6 D3 - - - - - -

Sumber: Praktikum Kultur Jaringan 2024

Tabel 8.3 Parameter Pengamatan Persentase Hidup (%) Kelompok Perlakuan

Jumlah Eksplan

yang Ditanam Hidup Mati

Persentase Hidup (%)

A4 D1 5 0 5 0

A5 D2 5 0 5 0

A6 D3 5 0 5 0

Sumber: Praktikum Kultur Jaringan 2024

F. Pembahasan

Organogenesis adalah proses terbentuknya suatu organ baru dari jaringan tanaman yang ditanam pada media buatan (Tyas dkk., 2016). Alat yang diperlukan adalah Laminar Air Flow (LAF), pinset, pisau blade, petridish, lampu spritus, dan aluminium foil steril. Bahan yang dibutuhkan yaitu media MS, daun melon, fungisida, klorok, alkohol 80%, dan alkohol 96%.

(11)

Langkah yang perlu dilakukan yaitu dengan memotong daun melon dengan ukuran 5 x 10 cm dan mencucinya dibawah air mengalir, setelahnya merendam daun dengan deterjen selama 5 menit. Merendam daun kedalam fungisida selama 10 menit dan membilasnya. Lalu memasukkan daun kedalam LAF.

Mensterilkan daun menggunakan klorok 10% selama 5 menit dan memasukkan daun kedalam klorok 5% selama 2 menit. Lalu mencucinya dengan aquades teril sebanyak tiga kali dengan masing masing ulangan selama semenit.

Memotong daun berukuran 1x 1 cm dan melukai tulang daun bagian, memasukkannya kedalam botol berisi media dengan posisi luka sayatan menempel pada media. Naa auksin Ba sitokinin

Praktikum organogenesis menggunakan daun melom dengan perlakuan berbagai jenis media yang digunakan. Perlakuan D1 menggunakan MS + NAA 2 ml + BA 1 ml. Perlakuan D2 menggunakan MS +IAA 2 ml +kinetin 1 ml.

Perlakuan D3 menggunakan MS + IBA 2 ml + BAP 1 ml. Komposisi yang berbeda ini bertujuan untuk menginduksi akar dan tunas pada eksplan daun dengan menggunakan berbagai macam auksin dan sitokinin.t

Berdasarkan hasil dari pengamatan 3 parameter, yaitu saat tumbuh akar, saat tumbuh tunas, dan presentase hidup yang telah diamati selama 7 hari, semua sampel dari ketiga perlakuan mengalami kematian. Pada perlakuan D1 dan D2 sampel mati karena kontaminasi jamur. Perlakuan D3 mengalami kematian karena terkontaminasi jamur dan bakteri. Kontaminasi pada sampel dapat disebabkan karena saat pembuatan media tanam, kondisi yang kurang steril sehingga menyebabkan kontaminan masuk ke dalam media tanam yang akan digunakan. Pengamatan saat 7 hari, dianggap terlalu cepat karena pada umumnya akar tanaman baru akan muncul saat berumur 7-45 HST dan tunas akan muncul sekitar 40 HST (Yanti dan Isda., 2021).

Media tanam yang paling baik untuk digunakan organogenesis yaitu meda dengan perlakuan D1 dengan media berupa MS + NAA 2ml + BA 1 ml.

Penyebab perlakuan D1 menjadi media paling baik yaitu karena NAA merupakan salah satu hormon auksin yang memiliki sifat kimia yang stabil mobilitasnya dalam tanaman. Penggunaan NAA akan mendapatkan

(12)

pertumbuhan akar yang subur dengan strukturbiasa tanpa mempengaruhi pertumbuhan organ lainnya. NAA memiliki kisaran konsentrasi yang sempit (Astutik dkk., 2021). Hormon BA mengandung struktur dasar yang sama dengan kinetin tetapi lebih efektif karena memiliki gugus benzil. Tanaman akan memberikan responn lebih baik terhadap BA dibandingkan dengan BAP dan kinetin (Yuniati dkk., 2018).

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media tanam yang paling baik untuk organogenesis agar terjadi induksi akar dan tunas pada daun melon yaitu perlakuan D1 dengan media berupa MS + NAA 2 ml + BA 1 ml karena NAA memiliki sifat yang stabil dan memacu pertumbuhan akar, serta BA yang memiliki gugus benzil yang menyebabkan respon baik dan menghasilkan tunas.

H. Daftar Pustaka

Atutik., A, Sumiati., dan Sutoyo. 2021. Stimulasi Pertumbuhan Dendrobium sp. Menggunakan Hormon Auksin Naphtalena Acetic Acid (NAA) dan Indole Butyric Acid (IBA). Jurnal Buana Sains, 21(1): 19-28

Habibah, N.A., E.S. Rahayu., dan Y.U. Anggraito. Buku Ajar Kultur Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta. Deepublish

Rahman, N., H. Fitriani., N. Rahman., dam N. S. Hartati. 2021. Pengaruh Beragam Zat Pengatur Tumbuh terhadap Induksi Kalus Organogenik dari Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Ilmu Dasar, 22(2): 119-126 Tyas, K.N., S. Susanto., I.S. Dewi., dan N. Khumaida. 2016. Organogenesis

Tunas Secara Langsung pada Pamelo (Citrus maxima (Burm.) Merr.). Jurnal Botanic Gardens Bulletin, 19 (1): 1-10

Yanti, D., dam M N. Isda. 2021. Induksi Tunas dari Eksplan Nodus Jeruk Kasturi (Citrus microcarpa Bunge.) dengan Penambahan 6-Benzyl Amino Purine (BAP) Secara In Vitro. Jurnal Bioscepies, 14(1): 53-58

Yuniati, F., S. Haryanti., dam E. Prihastanti. 2018. Pengaruh Hormon dan Ukuran Eksplan terhadap Pertumbuhan Mata Tunas Tanaman Pisang (Musa paradisiaca var. Raja Bulu) Secara In Vitro. Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, 3(1): 20-28

Ziraluo, Y.P.B. 2021. Metode Perbanyakan Tanaman Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas poiret) dengan Teknik Kultur Jaringan atau Stek Planlet. Jurnal Investasi Penelitian, 2 (3):1037-1046

(13)

Referensi

Dokumen terkait

penelitian ini adalah (1) Jenis media (MS, B5 dan SH) berpengaruh pada peubah jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar, panjang daun, panjang akar dan serat daun; (2)

Pengaruh Media Tanam dan Panjang Stek Daun terhadap Inisiasi Tunas Muda Sansevieria

Apakah penambahan asam indol butirat (IBA) ke dalam medium tanam dapat meningkatkan induksi akar dan pertumbuhan pada tunas kelapa normal dan kelapa kopyor (Cocos

Hasil pengamatan dan analisis data menunjukkan tidak terjadi interaksi antara media tanam dengan zat pengatur tumbuh terhadap tinggi tunas setek batang jarak pagar

Interaksi antara auksin dan media tanam berpengaruh nyata pada parameter persentase melentis, panjang tunas dan jumlah daun, dimana interaksi antara growtone dan komposisi media

Hasil uji ANOVA pada pengamatan berat kering tanaman (Akar, batang, dan daun) dahlia menunjukkan bahwa perlakuan penambahan mikoriza pada media tanam berpengaruh terhadap

Apakah penambahan asam indol butirat (IBA) ke dalam medium tanam dapat meningkatkan induksi akar dan pertumbuhan pada tunas kelapa normal dan kelapa kopyor (Cocos

Pengamatan, parameter yang diamati adalah : tinggi bibit cm, diameter batang bibit mm, jumlah daun helai, panjang daun cm dan panjang akar cm HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Media Tanam