• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA DI MTS NEGERI 3 LANGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA DI MTS NEGERI 3 LANGKAT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA

DI MTS NEGERI 3 LANGKAT

Bayyinah1(*), Saiful Akhyar Lubis2, Abdul Aziz Rusman3 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia3

bayyinahpku123@gmail.com1, saifulakhyarlubis@uinsu.ac.id2, abdulazizrusman@uinsu.ac.id3

Abstract Received:

Revised:

Accepted:

31 Juli 2023 31 Juli 2023 03 Agustus 2023

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan Layanan informasi untuk menumbuhkan kemandirian belajar siswa. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: (1) Deskripsi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar Siswa di MTs Negeri 3 Langkat (2) Upaya guru BK dalam Meningkatkan kemandirian belajar Siswa di MTs Negeri 3 Langkat. (3) Deskripsi hambatan guru BK dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa di MTs Negeri 3 Langkat. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan mengumpulkan informasi menggunakan tehnik observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian informasi yang diperoleh diselidiki menggunakan pengurangan informasi. Partisipan dalam penelitian ini adalah empat guru BK. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan administrasi data untuk menumbuhkan kebebasan belajar sangat efektif dalam membantu mendorong kemandirian belajar siswa seperti percaya diri, dapat bekerja sendiri, menguasai kemampuan, mengenai waktu dan kewajiban. dalam pelaksanaan layanan informasi bagi guru BK dengan menggunakan tiga tahapan yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi.

Strategi yang digunakan dalam layanan informasi di MTsN 3 Langkat yaitu dengan metode ceramah, menggunakan media audio visual dalam memberikan informasi yang terkait dengan peningkatan kemandirian belajar. Kebiasaan siswa yang selalu mengandalkan orang lain, selalu mencari bantuan orang lain, dan keengganan untuk bereksperimen sendiri dalam hal belajar merupakan akar penyebab sulitnya mengembangkan kemandirian belajar. Beragam faktor berkontribusi terhadap kesulitan dalam mendorong siswa untuk belajar secara mandiri. Dalam belajar dan menyelesaikan tugas, siswa yang selalu mengandalkan orang lain belum tentu dapat mencapai hasil belajar yang optimal.

Keywords: Layanan Informasi; Motivasi; Kemandirian Belajar (*) Corresponding Author: Siregar, lila.siregar22@gmail.com

How to Cite: Bayyinah, B., Lubis, S. A., & Rusman, A. A. (2023). LAYANAN INFORMASI DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA DI MTs NEGERI 3 LANGKAT. Research and Development Journal of Education, 9(2), 990-998.

INTRODUCTION

Bimbingan konseling dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru BK untuk memberikan bantuan kepada peserta didik secara perorangan ataupun kelompok dalam mengembangkan potensi yang dimiliki secara mandiri dan optimal.

Secara umum, bimbingan konseling merupakan suatu bantuan yang diberikan dengan optimal kepada peserta didik secara perorangan atau kelompok, untuk bisa mandiri dan berkembang di kehidupan individu, aktivitas publik, keterampilan belajar dan pengaturan profesi melalui berbagai jenis administrasi dan latihan dukungan mengingat standar yang relevan (Hikmawati, 2011).

(2)

- 991 -

Pelaksanaan layanan informasi konseling di sekolah berfungsi untuk membantu siswa dalam memahami potensi dirinya, mengarahkan dan meningkatkan minat dan bakatnya, mengantisipasi dan berupaya mencegah berbagai masalah, serta memahami dan memahami potensi siswa Manfaat data pengarahan juga mencakup beberapa bidang pengarahan, untuk menjadi individu yang spesifik, arah sosial, studi dan profesi (Amin, 2013). Keempat bidang bimbingan tersebut dilaksanakan melalui beberapa layanan, seperti layanan orientasi, informasi, konseling individual, Layanan informasi, konseling kelompok. Namun, pelaksanaan kegiatan bimbingan konseling di sekolah masih memiliki banyak tantangan. Tantangan tersebut dapat berupa kekurangan sarana dan prasarana sekolah untuk melakukan kegiatan BK, tidak ada jam khusus untuk pelaksanaan BK dan sebagainya. Meskipun begitu, kegiatan bimbingan konseling di sekolah dapat terlaksana khususnya di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat. MTsN 3 Langkat berada di kota stabat dan memiliki guru bimbingan konseling berjumlah 4 orang yang terdiri dari 1 orang berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 3 orang berstatus hononer. MTsN 3 Langkat melaksanakan kegiatan bimbingan konseling sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Salah kegiatan bimbingan konseling yang telah dilaksanakan guru BK di MTsN 3 Langkat adalah pemberian layanan informasi. Pelaksanaan bimbingan konseling di MTsN 3 Langkat dilaksanakan 1 kali dalam seminggu di hari kamis.

Layanan informasi merupakan kegiatan dimana guru bimbingan konseling memberikan berbagai informasi secara terarah, objektif dan bijak kepada peserta didik tentang diri, sosial, belajar, dan pendidikan lanjutan (Daryanto, 2015). Berbagai informasi tersebut dapat diberikan secara klasikal atau secara massal. Di MTsN 3 Langkat, layanan informasi diberikan secara klasikal khususnya dalam bidang belajar. Adapun berbagai informasi di bidang belajar yang diberikan guru BK kepada peserta didik adalah tentang beberapa aspek yang penting dalam belajar, seperti kiat belajar yang efektif dan efisien, kiat dalam mengatur waktu belajar dan kiat memilih tempat belajar.

Pada bulan Maret 2020 pemerintah memutuskan proses pembelajaran dilakukan secara daring (Kebudayaan & Indonesia, 2020). Pembelajaran secara daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Kemudian, guru mendesain media pembelajaran dengan inovasi memanfaatkan media daring (online) agar siswa dapat membaca dan memahami materi pembelajaran secara mandiri. Dalam proses pembelajaran secara daring dibutuhkan sikap Kemandirian belajar dari masing-masing peserta didik. Belajar secara mandiri adalah suatu kondisi dimana kegiatan belajar dilakukan secara sukarela dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.

Hal itu senada dengan pendapat Tirtarahardja & La Sulo (2016), belajar bebas dicirikan sebagai latihan belajar yang lebih ditentukan oleh kemauan sendiri, keputusan sendiri, dan dibarengi dengan rasa kewajiban dari siswa atau siswa. Peningkatan dan kemajuan kemandirian belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam dirinya sendiri (internal).

Faktor ekstenal meliputi lingkungan tempat belajar dan tempat mendapatkan bimbingan yaitu keluarga dan sekolah. Selain itu, ada budaya, sosio-ekonomi, guru, kurikulum, sarana dan prasarana yang juga termasuk bagian dari faktor ekternal yang dapat memengaruhi kemandirian belajar siswa. Sementara, faktor internal meliputi intelegensi, motivasi, persepsi, sikap, bakat, konsep diri (Puspita et al., 2018). Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa Kemandirian belajar siswa dapat ditingkatkan melalui kegiatan bimbingan konseling dan motivasi belajar.

Salah satu kegiatan bimbingan konseling yang dapat digunakan untuk meningkatkan Kemandirian belajar siswa adalah layanan informasi. Hal tersebut didukung oleh fakta empiris yang menjelaskan bahwa kegiatan bimbingan konseling

(3)

- 992 -

dapat meningkatkan Kemandirian belajar siswa. Hasil penelitian menjelaskan bahwa ada peningkatan Kemandirian belajar siswa setelah diberikan layanan informasi belajar (Fitri et al., 2016). Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan presentase kemandirian siswa yang dihasilkan dari sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi belajar kepada siswa.

Kemudian, motivasi belajar juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam peningkatan Kemandirian belajar siswa. Motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari dalam diri individu untuk bertindak atau melakukan suatu kegiatan. Hasil penelitian juga menjelaskan jika motivasi siswa dalam belajar baik maka kemandirian siswa dalam belajar juga baik. Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnawati &

Samian (2015) menjelaskan bahwa semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi juga Kemandirian belajar siswa. Sementara hasil penelitian dari Zanita (2017);

Darmawanti (2017); Santoso (2021), menjelaskan bahwa motivasi belajar dapat memengaruhi Kemandirian belajar.

Prayitno menjelaskan bahwa kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan faktor kebodohan atau intelegensi yang rendah. Seringkali kegagalan tersebut dikarenakan tidak mendapat layanan informasi yang memadai khususnya informasi belajar. Informasi belajar dapat diberikan kepada siswa melalui layanan informasi yang dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling. Selain itu, motivasi dalam belajar juga penting dalam peningkatan emandirian belajar siswa (Prayitno & Amti, 2004). Sebagaimana penjelasan Riyono & Retnoningsih (2015), bahwa Kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, menentukan seberapa kuat dorongan itu, dan mengerahkan suatu tujuan dikenal sebagai motivasi. Kemudian, Daulay (2021) juga menyatakan bahwa tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang dapat memengaruhi kemandirian dalam belajar. Dengan informasi belajar yang diperoleh siswa dan memiliki motivasi peserta didik diharapkan memiliki kemandirian belajar yang tinggi serta menguasai kompetensi dan keterampilan. siswa juga diharapkan mampu mengatur waktu belajar, lokasi belajar, gaya belajar, dan sumber belajar secara efektif (Ningtiyas &

Surjanti, 2021).

METHODS

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini menggunakan penelitian kualitatif.

Menurut Yusuf (2017), penelitian kualitatif adalah prosedur permintaan yang menekankan pencarian makna, pemahaman, ide, konsep, karakteristik, gambar, serta penggambaran deskripsi yang terlibat dan multi teknik, normal dan menyeluruh, dengan fokus pada kualitas. , memanfaatkan beberapa strategi dan diperkenalkan secara naratif.

Sehubungan dengan keragaman informasi, mereka biasanya menyebutkan fakta yang dapat diamati langsung, menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi (Yusuf, 2017). Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Wampum di MTs Negeri 3 Langkat. Dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing adalah sumber data primer dan sumber data sekunder (Moleong 2010:84). Sumber informasi penting adalah sumber informasi yang diperoleh langsung dari lapangan, khususnya dari segala arah dan membimbing pendidik di MTsN 3 Langkat, berjumlah 4 orang. Para spesialis sebenarnya mengumpulkan data langsung dari sumber utama atau lokasi penyelesaian objek pemeriksaan. Sementara itu, catatan kejadian atau catatan yang jauh dari sumber primer merupakan sumber informasi tambahan. Posting, artikel, jurnal, dan tujuan web yang terkait dengan eksplorasi terarah adalah sumber informasi opsional dalam ulasan ini. Strategi pemeriksaan informasi yang akan dilakukan tergantung pada pemikiran target eksplorasi yang mengacu pada teknik Miles dan Huberman dengan tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasinya.

(4)

- 993 -

kriteria tertentu diperlukan untuk menentukan keabsahan data. Ada empat ukuran yang digunakan, yaitu validitas, adaptabilitas, reliabilitas, dan konfirmabilitas (Moleong, 2018).

RESULTS & DISCUSSION Results

1. Faktor-faktor yang memengaruhi Kemandirian belajar Siswa MTsN 3 Langkat

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat mempunyai 4 orang guru bimbingan konseling dengan jumlah siswa 944 orang. Satu orang guru bimbingan konseling (BK) minimal mengampu 150 siswa atau setara dengan 5 rombel (ruang belajar). Dengan demikian, guru bimbingan konseling (BK) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat ada yang mengampu 7 dan 10 rombel (ruang belajar). Kegiatan bimbingan konseling di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat berjalan lancar, karena mempunyai jam khusus 1 kali dalam seminggu untuk melaksanakan kegiatan bimbingan konseling secara klasikal.

Belajar bebas adalah gerakan belajar yang dilakukan secara mandiri, tidak bergantung pada orang lain. Artinya seseorang sadar dan mempunyai niat untuk melakukan aktivitas belajar tanpa ada paksaan dari orang lain. Hal ini sangat baik jika siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar secara mandiri, karena siswa berkesempatan untuk mengeksplor pengetahuan secara luas sehingga mempunyai pengalaman yang luas juga. Siswa yang belajar mandiri terlihat dari rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan diri ketika guru memberikan soal atau kuis saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga selalu memanfaatkan waktu luang yang ada untuk belajar atau melakukan hal yang baik guna mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.

Kegiatan pembelajaran siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat dilaksanakan di pagi hari. Yakni pukul 7.15 WIB sampai 14.30 WIB dan setiap hari dilakukan kegiatan Imtaq sebelum pembelajaran pertama dimulai kecuali hari senin dan jumat. Hari senin pelaksanaan upacara bendera merah putih dan hari jumat pembacaan yasin di mushalla. Bel berbunyi pada pukul 07.00 WIB sebagai tanda untuk siswa masuk ke kelas dan menunggu guru masuk ke kelas untuk memeriksa kesiapan kelas dalam mengikuti pembelajaran hari ini dan mengawasi kegiatan imtaq.

Mencermati penjelasan di atas, sangat mungkin beralasan bahwa kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan sosial dan lingkungan sekolah. Ketika menghadapi masalah yang lebih sulit, lingkungan sosial seseorang dapat memengaruhi perasaan dan pemikiran mereka. Selain itu, salah satu faktornya adalah lingkungan masyarakat karena anak-anak memiliki pergaulan yang tidak terkendali yang berarti mereka jarang tinggal di rumah dan lebih banyak bermain. Bahkan orang yang bergaul dengan mereka akan berpengaruh pada anak.

Jika dilihat dari segi lingkungan sekolah, akibat kondisi sekolah yang serba sederhana dan keterbatasan sarana prasarana, seperti tidak adanya fasilitas ruang kelas. Stabilitas belajar siswa dapat dipengaruhi oleh hal ini.

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan konseling, di ruang bimbingan konseling Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian siswa dalam belajar dapat disimpulkan terkadang hal yang di hadapi oleh siswa tidak hanya berasal dari faktor eksternal tetapi terdapat pula dari faktor internal, masalah yang terdapat dalam keluarga juga berpengaruh dalam kemandirian belajar siswa, tentunya karena motivasi dari dalam diri siswa berkurang.

(5)

- 994 -

2. Layanan Informasi Dan Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Kemandirian belajar Siswa MTsN 3 Langkat

Tenaga profesional bergelar sarjana Bimbingan dan Konseling yang mendedikasikan waktunya untuk memberikan layanan konseling dan konseling kepada siswa atau klien disebut sebagai Guru Bimbingan dan Konseling (BK), bisa laki-laki atau perempuan. Tugas Pengarahan dan Pengarahan Pendidik (BK) adalah ikut serta mengirimkan proyek-proyek pembelajaran di sekolah-sekolah, bertanggung jawab atas keseluruhan program bantuan pengarahan dan pengarahan serta memberikan data terkini baik secara individu, sosial, tinjauan dan bidang profesi.

Dalam mengembangkan kebebasan seseorang, khususnya kemandirian belajar siswa, perlu diketahui apa yang menjadi penghambat sehingga siswa sulit mengembangkan kemandirian dalam dirinya. Sesering apapun layanan informasi diberikan, tidak akan mengubah karakter siswa tersebut jika mereka kurang memiliki inisiatif dan keinginan sendiri. Ada langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mendorong belajar mandiri. Karena akan mempermudah belajar, seperti menyelesaikan tugas tanpa bergantung pada orang lain atau menunggu bantuan mereka, maka kemandirian belajar sangat penting bagi diri sendiri.

Dari paparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada tahap perencanaan tersebut sebelum melakukan proses layanan informasi guru BK harus menyiapkan seluruh perangkat layanan (RPL, Media dan lainnya) sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa tentang kemadirian belajar. Selanjutnya tahap penyelenggaraan, dimana pada tahap ini guru bimbingan konseling mengorganisasikan kegiatan layanan, mengaktifkan peserta layanan selama kegiatan berlangsung dan mengoptimalkan penggunaan metode dan media.

3. Hambatan Guru Bimbingan Konseling Dalam Meningkatkan Kemandirian belajar Siswa MTsN 3 Langkat

Guru Bimbingan Konseling berperan dalam menyelesaikan masalah siswa terutama kemandirian belajar siswa namun begitu juga guru bimbingan konseling memiliki kendala dalam menjalakan konseling untuk melihat tantangan yang dihadapi oleh siswa, terutama yang memiliki masalah internal kemandirian belajar. Hambatan dalam menjalakan bimbingan konseling kepada siswa, sebagaimana penjelasan guru BK adalah sebagai berikut.

Hasil wawancara peneliti dengan guru BK Ibu RA, S.Pd Sebagai berikut :

“Pernah, dalam melakukan layanan informasi guna meningkatkan kemandirian belajar siswa terhambat dikarenakan guru bimbingan konseling ingin menggunakan proyektor didalam kelas, tetapi masih banyak yang tidak memliki aliran listrik. Sementara dalam pemberian motivasi belajar kepada siswa juga mengalami hambatan seperti komunikasi antara orang tua siswa dan guru bimbingan konseling kurang lancer. Hal ini dikarenakan orang tua siswa yang bekerja merantau di luar kota (Wawancara 18 Maret 2023).

Hal ini senada Hasil wawancara peneliti dengan guru bk bapak IK, S.Pd sebagai Berikut:

“Kendala yang sering terjadi tidak adanya komunikasi yang baik antara guru mapel, siswa dan

(6)

- 995 -

orang tua siswa. guru bimbingan konseling seharusnya ini memiliki jam bimbingan yang luas yang berguna untuk meningkatkan layanan informasi. Kemandirian belajar siswa belum berjalan secara efektif dikarenakan sarana dan prasana sekolah yang masih kurang mendukung untuk melakukan layanan informasi dan konseling yang lebih baik dari menggunakan metode nasehat saja”

(Wawancara 17 Maret 2023).

Berdasarkan hasil wawancara maka peneliti menyimpulkan siswa menilai kinerja guru bimbingan konseling sudah baik guru bimbingan konseling memberikan penyuluhan-penyuluhan, memberikan layanan informasi kemandirian belajar siswa bagi para siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat, bahwasannya layanan infromasi dan motivasi belajar dalam pemberian bantuan atau solusi kepada siswa dalam pemberian konseling individu berjalan cukup baik sehingga pelakasanaan bimbingan dan konseling dapat berjalan lebih optimal dan efektif dalam membina siswa yang kurang termotivasi dalam belajarnya.

Discussion

Kemandirian belajar siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan sosial dan lingkungan sekolah. Ketika menghadapi masalah yang lebih sulit, lingkungan sosial seseorang dapat memengaruhi perasaan dan pemikiran mereka. Selain itu, salah satu faktornya adalah lingkungan masyarakat karena anak-anak memiliki pergaulan yang tidak terkendali yang berarti mereka jarang tinggal di rumah dan lebih banyak bermain. Bahkan orang yang bergaul dengan mereka akan berpengaruh pada anak. Jika dilihat dari segi lingkungan sekolah, akibat kondisi sekolah yang serba sederhana dan keterbatasan sarana prasarana, seperti tidak adanya fasilitas ruang kelas. Stabilitas belajar siswa dapat dipengaruhi oleh hal ini.

Kemandirian belajar merupakan suatu aktivitas belajar yang dilakukan secara mandiri, tidak bergantung dengan orang lain. Artinya seseorang sadar dan mempunyai niat untuk melakukan aktivitas belajar tanpa ada paksaan dari orang lain. Hal ini sangat baik jika siswa dapat melaksanakan kegiatan belajar secara mandiri, karena siswa berkesempatan untuk mengeksplor pengetahuan secara luas sehingga mempunyai pengalaman yang luas juga. Siswa yang belajar mandiri terlihat dari rasa percaya diri yang tinggi akan kemampuan diri ketika guru memberikan soal atau kuis saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga selalu memanfaatkan waktu luang yang ada untuk belajar atau melakukan hal yang baik guna mencapai kesuksesan di masa yang akan datang.

Hasil tersebut sejalan dengan pernyataan Heaters (dalam Nurhayati, 2018) kepercayaan diri berdampak pada kemampuan belajar mandiri seseorang. Temuan ini konsisten dengan pernyataan ini. Seperti pernyataan Steinberg (dalam Sasikirana, 2020) kebebasan belajar siswa muncul ketika siswa berakhir di tempat kepercayaan diri yang diperluas. Menurut Brawer (dalam Darmawan, 2015) kebebasan belajar merupakan kecenderungan mandiri dalam pengalaman pendidikan dalam menetapkan metodologi, melakukan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran. Kemandirian atau kepercayaan diri individu biasanya berdampak pada pola pikir kemandirian mereka. Seseorang yang memiliki sikap bebas harus dapat menyelesaikan secara ideal dan tidak bergantung pada orang lain. Adapun siswa yang mampu belajar sendiri adalah mereka yang mampu mengendalikan diri, yang bermotivasi tinggi (Winataputra et al., 2014), yang memiliki

(7)

- 996 -

rasa percaya diri atau percaya diri, dan yang memiliki cara pandang yang beragam dan adaptif (Pratiwi & Laksmiwati, 2016).

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan konseling, di ruang bimbingan konseling Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Langkat tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemandirian siswa dalam belajar dapat disimpulkan terkadang hal yang di hadapi oleh siswa tidak hanya berasal dari faktor eksternal tetapi terdapat pula dari faktor internal, masalah yang terdapat dalam keluarga juga berpengaruh dalam kemandirian belajar siswa, tentunya karena motivasi dari dalam diri siswa berkurang.

Orang tua tidak dapat menemani anaknya ke sekolah karena berbagai faktor.

Pertama-tama, elemen moneter yang mengharapkan wali menghasilkan uang untuk anak- anak mereka dan banyak lagi. Kemudian, penjelasan lainnya adalah sebagai yayasan orang tua miskin serta wali siswa yang lulus dari sekolah dasar dan kurangnya informasi sehingga wali mengalami masalah dalam menunjukkan anak-anak di rumah. Begitu pula dengan ramainya unsur wali siswa, yang sebagian besar berpopesi sebagai peternak, pedagang, pengajar, dan lain-lain (Prasetyo & Abduh, 2021). Kegiatan keterlibatan orang tua memiliki dampak yang signifikan terhadap prestasi siswa karena dalam situasi seperti ini, orang tua membantu guru dalam bekerjasama satu sama lain untuk mencapai keberhasilan pendidikan.

Keluarga merupakan bagian yang saling berhubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam inspirasi belajar siswa di sekolah. Sehingga wali memiliki komitmen yang sama dengan seluruh tenaga kerja sekolah dalam memperluas inspirasi belajar. Pengarahan dan bimbingan memiliki kewajiban yang sama seperti pengajar mata pelajaran dan semua tenaga kerja sekolah yang terkait dengan perluasan inspirasi belajar siswa. Orang tua dan konselor dapat bertemu secara rutin untuk membahas perkembangan anaknya di rumah.

Berdasarkan hasil penelitian, melakukan proses layanan informasi guru BK harus menyiapkan seluruh perangkat layanan (RPL, Media dan lainnya) sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa tentang kemadirian belajar. Selanjutnya tahap penyelenggaraan, dimana pada tahap ini guru bimbingan konseling mengorganisasikan kegiatan layanan, mengaktifkan peserta layanan selama kegiatan berlangsung dan mengoptimalkan penggunaan metode dan media.

Melalui administrasi data, pengarahan dan nasehat pendidik berharap agar peserta didik dapat memperoleh informasi yang memadai tentang dirinya, iklim dan aset pembelajaran, khususnya upaya untuk meningkatkan kebebasan peserta didik dalam belajar. Informasi dan pengetahuan tentang kegiatan pembelajaran, seperti cara belajar yang efektif dan efisien, cara memanfaatkan waktu dengan baik, dan pentingnya motivasi dalam belajar, disediakan oleh layanan informasi pembelajaran. Siswa akan menerima layanan informasi pembelajaran ini dengan harapan mereka akan memahami beberapa langkah untuk meningkatkan kemandirian belajar mereka. Pembelajaran administrasi data yang diberikan kepada siswa pada dasarnya mengharapkan perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui pengalaman yang berkembang.

Hal ini terlihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa melalui pengelolaan data dapat meningkatkan kebebasan belajar siswa. Penelitian yang diarahkan oleh Rahayu (2020) memahami bahwa administrasi data mempengaruhi kemandirian belajar siswa. Artinya, semakin baik administrasi data yang diberikan pengajar kepada siswa, maka akan semakin tinggi pula derajat kemandirian belajar siswa. Sebaliknya, tingkat kemandirian belajar siswa akan semakin rendah jika layanan informasi dilaksanakan dengan buruk atau tidak dilaksanakan sama sekali. Selain itu, penelitian Yeni (2022) menjelaskan bahwa layanan informasi dapat membantu mahasiswa menjadi lebih mandiri.

(8)

- 997 - CONCLUSION

Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka diambil beberapa kesimpulan antara alin:

1. Faktor yang memengaruhi kemandirian belajar siswa di MTs Negeri 3 Langkat adalah motivasi belajar yang rendah dari dalam diri siswa, belum mempunyai cita-cita yang jelas, rasa percaya diri yang kurang atas kemampuan yang dimiliki, sarana dan prasanan sekolah yang tidak mendukung (disebagian kelas tidak ada aliran listrik), tidak suka mata pelajaran tertentu karena banyak mencatat, lingkungan rumah yang tidak baik (anak-anak sering bermain HP dari pada belajar).

2. Layanan informasi dan motivasi belajar dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa terlaksana dengan baik. Pemberian layanan informasi terkait dengan kemandirian belajar diberikan di jam BK yaitu 1 kali dalam seminggu di hari kamis.

Kemudian, materi yang diberikan berupa meningkatkan rasa percaya diri, cara belajar yang efektif dan efesien, cara mengatur waktu yang baik dan tanggung jawab sebagai siswa. Sementara pemberian motivasi dilakukan di setiap kegiatan BK, baik itu saat konseling individu, kelompok, dan klasikal.

3. Hambatan yang terjadi dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa berasal dari sarana dan prasana sekolah yang kurang, seperti tidak ada aliran listrik di beberapa kelas sehingga pemberian informasi secara klasikal menggunakan proyektor atau media audio visual lainnya yang memerlukan listrik terbatas. Selain itu, kolaborasi guru bk dengan orang tua siswa yang kurang baik juga menjadi hambatan dalam meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini dikarenakan pola asuh orang tua dan kepedulian orang tua masing-masing siswa yang berbeda.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyimpulkan beberapa saran sebagai berikut:

1. Kepala sekolah hendaknya menghimbau kepada para pendidik untuk memacu siswa yang membutuhkan bantuan dalam mengurus masalah untuk berbuat demikian.

2. Guru bimbingan konseling untuk lebih memperkuat kerjasama dengan tenaga kerja sekolah lainnya sebagai upaya menumbuhkan inspirasi siswa untuk mewujudkan kecukupan pelaksanaan yang diantisipasi oleh sekolah. Serta membuat program yang juga mengikutsertakan guru mata pelajaran dan wali kelas sehingga berpikir kritis dapat ditangani bersama. Lebih mengembangkan kinerja jauh lebih unggul untuk memiliki bermacam-macam dalam menyelesaikan latihan atau program administrasi.

3. Pendidik mata pelajaran dan wali kelas hendaknya lebih memperhatikan siswa dalam hal pengembangan diri. Sehingga siswa dapat mengeksplorasi diri dan kemampuannya serta dapat bersaing untuk kehidupan yang akan datang.

4. Siswa untuk lebih menumbuhkan inspirasi dalam belajar bebas. Karena siapa lagi yang harus menginspirasi kalau bukan diri sendiri. Selain itu, siswa juga harus dapat bermanfaat untuk sekolah, orang tua, dan lingkungan.

REFERENCES

Amin, S. M. (2013). Bimbingan dan Konseling Islami. Jakarta: Amzah.

Darmawan, M. (2015). Peningkatan kemandirian peserta didik melalui strategi pembelajaran problem solving pada kompetensi perawatan dan perbaikan PC di kelas X TKJ SMK Negeri 3 Yogyakarta. Jurnal Eksplorasi Karya Sistem Informasi dan Sains, 6(2).

Darmawanti, A. (2018). Pengaruh Motivasi belajar terhadap kemandirian belajar pada

(9)

- 998 -

siswa yang dimediasi oleh kreativitas (Doctoral dissertation, University Of Muhammadiyah Malang).

Daryanto, M. F. (2015). Bimbingan Konseling Panduan Guru BK dan Guru Umum.

Yogyakarta: Gava Media.

Daulay, N. (2021). Motivasi Dan Kemandirian Belajar Pada Mahasiswa Baru. Al- Hikmah: Jurnal Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 18(1), 21–35.

Fitri, E., Ifdil, I., & Neviyarni, S. (2016). Efektivitas layanan informasi dengan menggunakan metode blended learning untuk meningkatkan motivasi belajar.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling, 2(2), 84–92.

Hikmawati, F. (2011). Bimbingan dan Konseling edisi revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Isnawati, N., & Samian, S. (2015). Kemandirian belajar ditinjau dari kreativitas belajar dan motivasi belajar mahasiswa. Jurnal pendidikan ilmu sosial, 25(1), 128–144.

Kebudayaan, M., & Indonesia, R. (2020). Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).

Moleong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ningtiyas, P. W., & Surjanti, J. (2021). Pengaruh Motivasi Belajar dan Kemandirian Belajar Peserta Didik Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Pembelajaran Daring Dimasa Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1660–1668.

Nurhayati, E. (2018). Psikologi Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prasetyo, A. D., & Abduh, M. (2021). Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Discovery Learning Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1717–1724.

Pratiwi, I. D., & Laksmiwati, H. (2016). Kepercayaan Diri dan Kemandirian Belajar Pada Siswa SMA Negeri œX. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 7(1), 43–49.

Prayitno & Amti, E. (2004). Layanan bimbingan dan konseling kelompok. Padang:

Universitas Negeri padang.

Puspita, M., Slameto, S., & Setyaningtyas, E. W. (2018). Peningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 sd melalui model pembelajaran problem based learning.

Justek: Jurnal Sains Dan Teknologi, 1(1), 120–125.

Rahayu, I. (2020). Pelaksanaan Layanan Informasi Pengaruhnya Terhadap Kemandirian Belajar Siswa. Jurnal Ivet Teacherpreneur.

Riyono, B., & Retnoningsih, A. (2015). Efektivitas model pembelajaran picture and picture dengan strategi inkuiri terhadap motivasi dan hasil belajar siswa. Journal of Biology Education, 4(2).

Santoso, R. (2021). Pengaruh motivasi dan sarana belajar online terhadap kemandirian belajar mahasiswa feb institut asia di masa pandemi covid-19. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 14(1), 25–36.

Sasikirana, V. (2020). Urgensi Merdeka Belajar Di Era Revolusi Industri 4.0 Dan Tantangan Society 5.0. E-Tech, 8(2), 393456.

Tirtarahardja, U., & La Sulo, S. L. (2016). Pengantar pendidikan.

Winataputra, U. S., Delfi, R., Pannen, P., & Mustafa, D. (2014). Hakikat Belajar dan Pembelajaran. Hakikat Belajar dan Pembelajaran, 4(1), 1–46.

Yeni, A. (2022). Efektifitas Layanan Informasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yusuf, M. (2017). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan.

Zanita, E. (2018). Pengaruh lingkungan belajar sekolah dan motivasi belajar terhadap kemandirian belajar pendidikan agama islam siswa SD Negeri 14 Bengkulu Selatan. Al-Bahtsu: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 3(1).

Referensi

Dokumen terkait

Keywords Lekra, priyayi, persecution, postcolonial, third space, subalternization INTERROGATING INDONESIAN NEW ORDER’S NARRATIVE OF GESTAPU The Leftist Nobles and the Indonesian

Adapun yang dikatakan oleh siswa SMP Negeri 30 Makassar Tingkat motivasi belajar siswa di sekolah ini dengan adanya Bimbingan Konseling Islami semakin baik,karena memberikan