• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAYANAN KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LAYANAN KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF SISWA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAYANAN KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF SISWA

BEHAVIORAL GROUP COUNSELING SERVICES TO ADDRESS THE AGGRESSIVE BEHAVIOR

Oleh:

Nur Faizah Universitas Halu Oleo Email: Faizahn471@gmail.com Kata Kunci:

Perilaku Agresif, dan Konseling Kelompok Behavioral

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah layanan konseling kelompok behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa SMP Negeri 14 Kendari. Pendekatan penelitian ini menggunakan pre-experimental design dengan jenis one group pre-test dan post-test design. Data dikumpulkan menggunakan angket perilaku agresif, dan dianalisis menggunakan analisis inferensial dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank. Analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada taraf signifikansi a = 0,05 diperoleh = 0,028. ( ) dengan demikian ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa SMP Negeri 14 Kendari.

Keywords:

Aggressive Behavior,

Behavioral Group Counseling.

ABSTRACT

This study aims to determine whether the behavioral group counseling service can overcome the aggressive behavior of the students of SMP Negeri 14 Kendari. This research approach uses a pre-experimental design with the type of one group pre-test and post-test design. Data were collected using an aggressive behavior questionnaire, and analyzed using inverse analysis using the Wilcoxon signed rank test. Inferential statistical analysis using the Wilcoxon signed rank test at a significance level of a = 0.05 obtained Pvalue = 0.028. Pvalue < a (0.028 < 0.05) thus H0 is rejected. It can be concluded that behavioral group counseling services can overcome the aggressive behavior of students of SMP Negeri 14 Kendari.

(2)

Pendahuluan

Peserta didik adalah individu yang sedang dalam masa perkembangan, pada masa ini senang dengan penjelajahan, mencari sesuatu yang baru sebagai bahan pertimbangan dalam mencari jati dirinya.

Peserta didik sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial membutuhkan bantuan orang lain dalam setiap kegiatannya, sebagai makhluk sosial peserta didik berinteraksi di setiap kegiatan dalam kesehariannya khususnya di lingkungan sekolah. Interaksi yang terjadi terus menerus di lingkungan sekolah ini memengaruhi pembentukan perilaku peserta didik, di mana perilaku tersebut berupa memperlihatkan perilaku positif dan menunjukkan perilaku negatif, salah satunya adalah perilaku agresif.

Menurut Fromm (Syamaun, 2014: 16), perilaku agresif tersebut terbagi atas dua makna, yakni positif atau baik (good sense) dan agresif negatif atau jelek (bad sense), agresif positif yakni tindakan menyerang atau mencapai keberhasilan walaupun ada tantangan atau kesulitan tanpa melukai atau mendatangkan penderitaan bagi orang lain guna memperoleh reward. Sedangkan agresif negatif merupakan tindakan menyerang untuk memperoleh keinginan dengan merusak, melukai atau mendatangkan penderitaan bagi orang lain. Selain itu, perilaku agresif merupakan salah satu penyimpangan tingkah laku individu karena perilaku ini mudah dikenal, terlihat jelas dan memunyai dampak langsung pada lingkungan. Perilaku agresif muncul karena kegagalan individu mendapatkan sesuatu yang diinginkannya atau keinginannya yang terhalang sehingga timbul luapan emosi yang diekspresikan dalam bentuk verbal dan non verbal.

Perilaku agresif juga terjadi pada beberapa peserta didik di SMP Negeri 14 Kendari.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara dengan guru bimbingan dan konseling (BK), bahwa guru BK kerap mendapati siswa berperilaku agresif seperti berperilaku tidak menghormati gurunya, mengganggu teman saat pembelajaran, ribut di kelas dan tidak tenang ketika guru menjelaskan di depan, menendang teman, berkelahi, mengatai teman yang tidak baik, memukul dan mengancam teman, melempar teman waktu belajar, tersinggung oleh perkataan teman lalu menyebabkan perkelahian, dan sering membuat keributan baik saat pelajaran berlangsung ataupun jam istirahat, sehingga siswa sering mendapatkan hukuman dari guru.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa peserta didik berindikasi memiliki perilaku agresif. Ketika hal tersebut dibiarkan begitu saja maka dapat memberi dampak buruk baik bagi pribadi, teman, guru, belajar dan lingkungan sekolahnya. Untuk membantu mengatasi perilaku agresif peserta didik diperlukan penanggulangannya yang salah satunya dapat dilakukan dengan memanfaatkan layanan bimbingan konseling. Menurut Prayitno (2001: 89), konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling yang berusaha untuk membantu individu mengentaskan masalah pribadinya agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi kelompok.

Upaya penanganan perilaku agresif telah dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling (BK) SMP Negeri 14 Kendari dengan memberikan layanan konseling kelompok. Namun, tampaknya, hal tersebut belum mampu mengatasi perilaku agresif peserta didik. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyak jumlah siswa yang menampilkan perilaku agresif. Oleh karena itu, untuk mengatasi perilaku agresif siswa di SMP Negeri 14 Kendari, dipandang perlu ntuk menerapkan strategi layanan konseling kelompok yang baru seperti menggunakan teknik behavioral.

Perilaku agresif merupakan satu penyimpangan tingkah laku individu sementara konseling kelompok behavioral bertujuan untuk mengubah/mengatasi perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara memperkuat perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat. Hal ini dipertegas oleh Wolpe (Latipun 2008: 145) bahwa konseling kelompok behavioral tidak hanya mengatasi simptom yang bersifat permukaan saja, tetapi juga mengatasi masalah-masalah yang mendalam, bahkan dapat mengubah perilaku dalam jangka panjang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui apakah layanan konseling behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa SMP Negeri

(3)

Pengertian perilaku agresif

Pengertian perilaku agresif dapat dipandang dari dua sudut, agresif yang positif. Kedua, agresif yang bermakna negatif. Menurut Fromm (Syamaun, 2014:16) perilaku agresif tersebut terbagi atas dua makna, yakni positif atau baik (good sense) dan negatif atau jelek (bad sense), positif yakni tindakan menyerang atau mencapai keberhasilan walaupun ada tantangan atau kesulitan tanpa melukai atau mendatangkan penderitaan bagi orang lain guna memperoleh reward. Sedangkan negatif merupakan tindakan menyerang untuk memperoleh keinginan dengan merusak, melukai atau mendatangkan penderitaan bagi orang lain. Kita dapat memaknai bahwa perilaku agresif merupakan perilaku sosial yang terbagi dua makna, yakni positif berupa tindakan menyerang atau mencapai keberhasilan untuk memperoleh reward. Sedangkan agresif negatif yang merupakan salah satu bentuk perilaku yang menyimpang karena perilaku agresif adalah suatu tindakan dengan maksud melukai atau menyakiti orang lain dengan sengaja, sehingga perilaku agresif tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk perilaku yang dapat merugikan orang lain.

Jenis perilaku agresif

Menurut Fromm (Syamaun, 2014:16), perilaku agresif tersebut terbagi atas dua, yakni positif atau baik (good sense) dan negatif atau jelek (bad sense)

1. Perilaku agresif bad sense, yakni perilaku yang identik dengan kepribadian amarah, yaitu kepribadian pra-insani akibat dominasi al-nafs (ID).

2. Perilaku agresif good sense, yakni identik dengan kepribadian lawwamah, yaitu kepribadian insane akibat dominasi al’aql dan kepribadian mutmainnah, yaitu kepribadian super insani akibat dominasi al-qabl (ego dan super ego).

Penyebab munculnya perilaku agresif

Syamaun (2014: 64-69) menjelaskan bahwa yang melatarbelakangi kecenderungan perilaku agresif dilihat dalam dua sisi, yaitu pola asuh dalam keluarga dan yang kedua polah asuh di sekolah.

1. Polah asuh dalam keluarga

Lingkungan keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama yang dikenal anak memiliki peran yang sangat menentukan dalam membantu perkembangan kepribadiannya. Dari data yang peroleh menunjukkan bahwa ada 44,4% orang tua yang memperlihatkan sikap bersikeras terhadap pendirian sendiri tanpa menghargai anak-anak mendominasi kehidupan anak, unjuk rasa, dan mengucilkan anak.

2. Polah asuh guru di sekolah

Guru di sekolah tidak hanya berperan sebagai penyalur ilmu, tetapi juga bertugas sebagai pendidik dan pembimbing.

Aspek-aspek perilaku agresif

Aspek perilaku agresif dikemukakan oleh Buss (Berkowitz, 1995) yaitu agresif fisik, agresif verbal, kemarahan dan permusuhan.

1. Agresif fisik adalah agresif yang dilakukan untuk melukai, menyakiti atau merugikan orang lain secara fisik. Hal ini termasuk memukul, menendang, berkelahi, dan membanting sesuatu. Agresif fisik merupakan komponen instrumental atau motor perilaku.

2. Agresif verbal yaitu agresif yang dilakukan untuk melukai, menyakiti atau merugikan orang lain secara verbal. Hal ini termasuk menghina orang, mengejek, mencaci maki, membentak, dan mengumpat. Agresif verbal merupakan komponen instrumental atau motor perilaku.

3. Kemarahan merupakan perasan marah terhadap seseorang atau sesuatu yang menjadi penyebab rasa sakit hati. Kemarahan yang melibatkan gairah fisiologis dan persiapan untuk agresif, merupakan komponen emosional atau afektif perilaku.

4. Permusuhan yaitu sikap yang negatif terhadap orang lain yang muncul karena perasaan tertentu seperti cemburu dan dengki.

(4)

Pengertian layanan konseling kelompok

Konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberikan umpan balik dan pengalaman belajar. Prayitno (2001: 89), mengemukakan bahwa pengertian layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.

Tujuan layanan konseling kelompok

Idealnya anggota kelompok yang memutuskan sendiri tujuan khusus yang ingin dicapai untuk kepentingan mereka sendiri yang akan menjadi pengalaman mereka sendiri dalam kelompok. Menurut Sukardi (2002: 49) konseling kelompok memiliki 4 tujuan:

1. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.

2. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.

3. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.

4. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok behavioral

Corey dan Yalom (Latipun, 2008), konseling dilaksanakan secara bertahap lima tahap dalam konseling kelompok, yaitu 1) tahap pembentukan kelompok, 2) tahap permulaan, 3) tahap transisi, 4) tahap kerja, dan 5) tahap akhir.

Pengertian behavioral

Walker dan Shea (Komalasari, Wahyuni dan Karsi, 2011) mengemukakan bahwa manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi tingkah lakunya sendiri, mengatur serta mengontrol perilakunya, dan dapat belajar tingkah laku baru. Selanjutnya Komalasari, Wahyuni dan Karsi (2011) menjelaskan bahwa behavioral merupakan menekankan pada dimensi kognitif individu pada tindakan untuk membantu mengambil langkah yang jelas, dalam mengatasi/mengubah tingkah laku. Dengan demikian behavioral merupakan suatu strategi yang untuk membantu menemukan cara berperilaku yang tepat, mengatasi/menurunkan perilaku yang tidak diharapkan.

Aplikasi teknik behavioral

Komalasari, Wahyuni dan Karsi (2011: 161) menyatakan teknik konseling behavioral terdiri atas dua jenis, yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah laku dan untuk menurunkan tingkah laku teknik untuk meningkatkan tingkah laku antara lain: penguatan positif, token economy, pembentukan tingkah laku, pembuatan kontrak, sedangkan teknik konseling untuk menurunkan tingkah laku adalah:

penghapusan, pembanjiran, penjenuhan, hukuman, dan terapi aversi, teknik meningkatkan tingkah laku.

Layanan konseling kelompok behavioral untuk mengatasi perilaku agresif siswa

Layanan konseling kelompok behavioral merupakan layanan yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Layanan konseling kelompok behavioral merupakan layanan konseling yang menerapkan strategi layanan konseling kelompok dengan teknik behavioral, hal ini bertujuan untuk mengatasi/menurunkan perilaku salah dalam penyesuaian dengan cara memperkuat perilaku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan cara-cara berperilaku yang tepat.

Menurut Hackmann, Racman dan Wolpe (Latipun, 2008: 129), layanan konseling kelompok behavioral dapat menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan individu untuk belajar merespons secara adaptif hingga mengatasi gejala neurotic. Pada kegiatan konseling kelompok behavioral setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota kelompok.

Perilaku agresif merupakan perilaku yang terbagi atas dua makna yang positif (good sense), dan

(5)

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku agresif yaitu melalui pemberian layanan konseling kelompok behavioral karena dengan layanan konseling kelompok behavioral para anggota dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi, selain itu pemberian alternatif-alternatif bantuan yang ditawarkan oleh para anggota kelompok dan adanya teknik yang digunakan dalam konseling kelompok.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Kendari yang beralamat di Jl. Samudera RT.01/RW.01, Abeli, Puday, Kecamatan Abeli, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini dilaksanakan selama tujuh kali pertemuan dengan lamanya satu kali pertemuan 2 x 45 menit. Jenis dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan menggunakan one group pre-test and post-test design.

Subjek dalam penelitian ini adalah 6 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Kendari. Adapun karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan hasil pre-test atau scoring

2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 14 kendari yang memperoleh skor tertinggi pada angket perilaku agresif.

3. Mendapat persetujuan untuk menjadi subjek penelitian dari guru BK dan wali kelas.

4. Siswa bersedia menjadi bagian dari kelompok untuk menjadi subjek penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua, yakni: perilaku agresif sebagai variabel terikat (dependen) dan konseling kelompok behavioral sebagai variabel bebas (independen). Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket. Angket disusun berdasarkan skala perilaku agresif yang dikemukakan oleh Buss (Berkowitz, 1995) yaitu agresif fisik, agresif verbal, kemarahan, dan permusuhan. Angket disajikan dengan menggunakan skala likert dengan kategori jawaban SS: Sangat Sesuai, TS: Tidak Sesuai, S: Sesuai, dan STS: Sangat Tidak Sesuai. Penyusunan angket terdiri dari pernyataan positif dan pernyataan negatif. Angket yang telah diuji coba dan memenuhi kriteria valid dan reliabel selanjutnya akan digunakan pada saat pre-test dan post-test.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran perilaku agresif peserta didik yang dikategorikan menjadi empat kategori penilaian yakni: Sangat Tinggi, Tinggi, Rendah, Sangat Rendah. Analisis statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistika non parametrik yaitu dengan uji wilcoxon signed rank untuk melihat ada tidaknya perbedaan gain score antara pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen. Guna mempermudah perhitungan uji hipotesis, maka digunakan bantuan program Computer Statistical Packages for Social Sclence (SPSS) versi 16.0.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis deskriptif pre-test dan post-test

Berdasarkan perhitungan skor pre-test, skor perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Kendari sebelum diberikan perlakuan termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata perilaku siswa mencapai 242,33 dari 6 orang subjek penelitian. Selanjutnya, berdasarkan perhitungan skor post-test diperoleh skor rata-rata perilaku siswa mencapai 114,16 dalam kategori sangat rendah, dengan skor terendah sebesar 103 dan skor tertinggi sebesar 129. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh gambaran perilaku agresif siswa SMP Negeri 14 Kendari sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut.

(6)

Tabel 1

Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test

Bila dilihat dari hasil pre-test, rata-rata perolehan skor perilaku agresif siswa sebesar 242,33.

Sedangkan hasil post-test, rata-rata perolehan skor perilaku agresif siswa sebesar 114,16. Dengan demikian rata-rata penurunan perilaku agresif siswa adalah sebesar 40%. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat perilaku agresif siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Kendari mengalami penurunan.

Analisis statistik inferensial

Hasil perhitungan uji wilcoxon signed rank dengan menggunakan SPSS 16.0. selengkapnya bisa dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Hasil Analisis Statistic Inferensial Test Statisticsb

Post-test – Pre-test

Z -2.201a

Asymp. Sig.

(2-tailed) .028

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank pada

No Nama Skor

Pre-test Post-test %

1 AL 244 106 43,12%

2 RTM 248 109 43,43%

3 RS 229 112 36,56%

4 RSA 238 129 34,06%

5 MUR 254 103 47,18%

6 ARF 241 126 35.93%

Jumlah 1.454 685

Rata-rata 242,33 114,16 40,05%

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks post tes

- pretest

Negative Ranks 6a 3.50 21.00 Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 6

a. post-test < pre-test b. post-test > pre-test c. post-test = pre-test

(7)

ditolak. Hal ini berarti layanan konseling kelompok behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa.

Pembahasan

Layanan konseling behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa, sebagaimana yang diperoleh sebagai hasil dalam penelitian ini bahwa perilaku agresif siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Kendari mengalami penurunan sebesar 40,05% setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian yang dilakukan Damayanti dan Aeni (2016) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penurunan perilaku agresif siswa melalui konseling behavioral dengan teknik modelling. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata skor perilaku agresif sebelum mengikuti konseling behavioral dengan teknik modelling adalah 73,3 dan setelah mengikuti konseling behavioral dengan teknik modelling menurun menjadi 47,2. Dari hasil t-test dengan (df) = 9 taraf signifikan 0,05 sebesar 2,262. Karena nilai thitung ≥ ttable (4,063≥ 2,262), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh efektivitas konseling behavioral dengan teknik modelling untuk mengatasi perilaku agresif pada peserta didik dan penelitian yang dilakukan oleh Hariyani (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pelaksanaan konseling individu teknik behavioral.

Hal ini tergambar dengan hasil uji t yang dilakukan dengan hasil thitung > ttabel yaitu 7.18 > 2.353 artinya terdapat pengaruh positif yang signifikan dalam pelaksanaan konseling individu teknik behavioral untuk mengurangi perilaku agresif pada siswa.

Layanan konseling kelompok behavioral merupakan layanan yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Layanan konseling kelompok behavioral memberikan kesempatan kepada anggota kelompok untuk berinteraksi antar pribadi, di mana yang selama pelaksanaan layanan anggota kelompok dapat berlatih untuk mengeluarkan gagasan, ide, saran maupun sanggahan yang bersifat membangun. Pada kegiatan konseling kelompok behavioral setiap anggota mendapatkan kesempatan untuk menggali tiap masalah yang dialami anggota kelompok.

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku agresif yaitu melalui pemberian layanan konseling kelompok behavioral karena dengan layanan konseling kelompok behavioral para anggota dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang lain dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penggunaan teknik behavioral didasarkan pada salah satu penyebab munculnya perilaku agresif yang dikemukakan Cowley (2011: 161) yaitu siswa merasa kesulitan untuk mengendalikan kemarahan mereka, dan tidak pernah mempelajari strategi untuk menenangkan diri. Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (RTM) dalam proses konseling behavioral diketahui bahwa subjek (MRT) mudah marah dan tersinggung serta sulit dalam mengendalikan emosi marahnya, sehingga hal tersebut ia salurkan dengan memukul teman dan mengajaknya untuk berkelahi.

Haninto (Wisesa, 2014), menyatakan bahwa perilaku agresif yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (non-verbal) maupun kata-kata (verbal). Schneiders (Syamaun, 2014: 42), mengelompokkan perilaku agresif atas sembilan bentuk salah satunya yaitu suka menghina. Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (RS) dalam proses konseling behavioral, diketahui bahwa subjek (RS) sering menghina dan menertawai temannya jika temannya memakai baju yang robek. Selain itu RS juga mudah marah bila temannya memprovokasinya.

Buss (Berkowitz, 1995), mengemukakan aspek perilaku agresif salah satunya yaitu agresif fisik yaitu yang dilakukan untuk melukai, menyakiti atau merugikan orang lain secara fisik, salah satunya yaitu menendang. Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (RSA) dalam proses konseling behavioral, diketahui dari proses konseling kelompok tersebut subjek (RSA) suka menendang kaki teman dan mengaitnya sampai temannya tersebut terjatuh.

Khiyaroh (2017: 26) menjelaskan perilaku agresif adalah sikap yang selalu merasa benar tidak mau mendengar, marah dan menyakiti orang lain. Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (RSA) dalam proses konseling behavioral mengenai perasaan marah pada seseorang.

Diketahui bahwa subjek mudah tersinggung dengan perkataannya teman dan hal tersebut membuat ia marah dan mudah terhasut kemudian berkelahi. Berkowitz (1995: 4) mengemukakan perilaku agresif disebabkan karena adanya luapan emosi akibat kegagalan individu mendapatkan keinginan atau

(8)

kebutuhannya sehingga diekspresikan dalam bentuk verbal maupun non verbal. Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (MUR) dalam proses konseling behavioral di mana subjek (MUR) mudah merasa marah ketika MUR ingin meminjam barang teman tetapi teman tersebut tidak ingin meminjamkan, yang kemudian MUR akan membanting barang tersebut.

Buss (Berkowitz, 1995) mengemukakan salah satu aspek perilaku agresif yaitu kemarahan merupakan perasaan marah terhadap seseorang atau sesuatu yang menjadi penyebab rasa sakit hati.

Hal ini sejalan dengan masalah yang dikemukakan oleh subjek (ARF) dalam proses konseling behavioral, diketahui bahwa subjek ARF gampang sakit hati atau membenci temannya karena ARF suka tersinggung dengan apa yang dibicarakan kemudian ia akan menghinanya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok behavioral dapat mengatasi perilaku agresif siswa kelas VIII di SMP Negeri 14 Kendari. Hal tersebut diketahui dengan diperolehnya hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji wilcoxon signed rank yakni pada taraf signifikansi a = 0,05 diperoleh = 0,028. ( ) dengan demikian ditolak dan Ha diterima.

Saran

1. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan untuk sekolah dalam mempertimbangkan waktu pemberian layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok behavioral.

2. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan agar lebih memahami dan meningkatkan pola-pola dalam pemberian layanan yang tepat sehingga mencapai tujuan dalam mengatasi perilaku agresif siswa

3. Bagi siswa, aplikasikan apa yang telah diperoleh melalui konseling kelompok behavioral dan berusaha mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri agar dapat mengatasi hambatan yang muncul.

4. Bagi penelitian selanjutnya, dalam penelitian ini, untuk mengetahui data tentang perilaku agresif siswa hanya terbatas pada penggunaan angket sebagai metode pengumpulan data. Oleh karena itu, hendaknya penelitian selanjutnya dapat mengembangkan dengan menggunakan metode yang lain untuk mengukur tingkat perilaku agresif siswa.

Daftar Pustaka

Berkowitz, L. (1995). Agresi 1 Sebab dan Akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo Cowley, Sue. (2011). Panduan Manejemen Perilaku Siswa. Bandung: Penerbit Erlangga.

Damayanti, Rika dan Aeni, Tri. (2016). Efektivitas Konseling Behavioral Dengan Teknik Modelling untuk Mengatasi Perilaku Agresif pada Peserta Didik Kelas VIII B SMP Negeri 07 Bandar Lampung. KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal), 03 (1), 01-10.

Hariyani, Novia (2013). Pengaruh Pemberian Layanan Konseling Individu Teknik Behavioral untuk Mengurangi Perilaku Agresif pada Siswa Kelas X Di SMA Negeri 1 Babalan T.A 2012/2013.

Skripsi. Universitas Negeri Medan.

Khiyaroh. (2017). Sukses Bersikap Tegas. Yogyakarta: PT Anak Hebat Indonesia.

Komalasari, Wahyuni & Karsih. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks.

Latipun. (2008). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

(9)

Prayitno. (2001). Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2002). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta.

Syamaun, N. (2014). Dampak Pola Asuh Orang tua dan Guru Terhadap Kecenderungan Perilaku Agresif Siswa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Wisesa. Dewi. (2014). Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Penurunan Perilaku Agresif. E- Journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling, 2 (1).

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 10 kali diberi layanan konseling kelompok perilaku agresif siswa mengalami penurunan, dinamika kelompok yang muncul pada

Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas konseling kelompok teman sebaya untuk mereduksi perilaku agresif siswa. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif

Isnaranti, Mayke Budi. “Mengurangi Perilaku Agresif Verbal Melalui Konseling Behavioral Dengan Teknik Behavior Contract Pada Siswa Kelas VIII-H SMP N 19 Semarang”. Jurusan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian layanan konseling individu teknik behavioral untuk mengurangi prilaku agresif pada siswa kelas X di SMA

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan informasi dalam mengatasi kecenderungan perilaku agresif siswa MTs Negeri 3 Helvetia Medan dengan

Dengan adanya hasil dari penelitian yang menunjukkan penurunan perilaku agresif verbal siswa setelah pemberian konseling kelompok self- management, maka diharapkan

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah penerapan layanan konseling kelompok efektif dalam mengatasi perilaku bullying teman kelas peserta didik kelas VIII di UPTD SMP Negeri

Deskripsi kecenderungan perilaku agresif anggota kelompok eksperimen setelah mendapatakan konseling kelompok dengan penerapan psikodrama, dua orang anggota atau