1
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VII SMPN 20 PADANG
ARTIKEL ILMIAH
FEBY PARAMUDITA EKA PUTRI NIM. 10010136
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA
KELAS VII SMPN 20 PADANG
F
eby Paramudita Eka Putri1, Mulyati2, Ade Dewi Maharani3 Program Studi Pendidikan Biologi, STKIP PGRI Sumatera Barate-mail: [email protected]
Abstract
The results students of class VII SMPN 20 Padang is still below the minimum completeness criteria (KKM). During the learning process the teacher as information providers tend to dominate classroom activities so that the interaction between teachers and students as well as fellow students less created. It is more complicated by the lack of student motivation in learning. At the time of learning takes students tend to be silent no feedback from the students in response to the material given by the teacher. This study aims to look at the effect of discovery learning learning model application to human population density of matter and its relationship with the environment as well as pollution and environmental damage in SMPN 20 Padang. This type of research is experimental research using randomized control-group design posttes only design. The population in this study were all students of class VII SMPN 20 Padang enrolled in the academic year 2015/2016. Sampling with purposive sampling technique in order to obtain a sample that is class VII.1 as an experimental class and a control class VII.6. Results of analysis of cognitive data for the experimental class and the control class 77.50 68.69 with T (table) = 1.67, while T (count)
= 2.07 hypothesis is accepted. Based on analysis of the affective ratings in the experimental class with a predicate of 3.42 (B) and the control class with the predicate of 3.13 (B) with T (table) = 1.67, while T (count) = 2.07 hypothesis is accepted. Rate psychomotor the experimental class with a predicate of 3.44 (B +) and the control class with the predicate of 3.00 (B) T (table) = 1.67, while T (count) = 2.07 hypothesis is accepted. From the results of this study concluded that the application of discovery learning model to learn science learning effect on biology in the cognitive, affective and psychomotor class VII SMPN 20 Padang.
Keywords: model of discovery learning, human population density and its relationship with the environment as well as pollution and environmental damage, learning outcomes.
PENDAHULUAN
Belajar merupakan pola pikir yang ditandai dengan adanya perubahan, dimana perubahan tersebut dapat berupa cara berbuat, bersikap, dan bertindak.
Berdasarkan hasil wawancara penulis di SMPN 20 Padang dengan ibu Nurhayani, S.Pd, guru melaksanakan pembelajaran dengan model langsung dengan metode ceramah dan diskusi. Selain wawancara penulis juga melakukan observasi langsung di dalam kelas pada tanggal 20 November 2014 Selama proses pembelajaran berlangsung guru sebagai penyedia informasi cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga interaksi antara guru dan siswa serta sesama siswa kurang tercipta. Hal tersebut lebih dipersulit dengan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung diam tidak ada umpan balik
dari siswa dalam menanggapi materi yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan nilai siswa terhadap materi yang dijelaskan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini tentu membutuhkan solusi agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada seluruh siswa agar berprestasi dan bekerjasama selama proses pembelajaran, dapat merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif.
Salah satu model yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran adalah discovery learning.
Menurut Apriani (2014: 7) model discovery learning ini dapat meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Sehingga model discovery learning ini sangatlah cocok pada materi kepadatan populasi manusia dan hubungannya dengan lingkungan serta
1
4
pencemaran dan kerusakan lingkungan, karena siswa di beri kesempatan menemukan sendiri atau mengalami proses itu sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan memberikan instruksi kepada siswa.
Sedangkan menurut Reni,S (2014: 4) pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu peserta didik dapat dengan aktif menemukan (discovery) suatu konsep atau prinsip pelajaran, sehingga proses pembelajaran akan berpindah dari guru yang mendominasi pembelajaran menjadi penerapan peserta didik yang aktif.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor IPA Biologi siswa kelas VII di SMPN 20 Padang.
Sehingga model pembelajaran discovery learning dapat berpengaruh meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model discovery learning Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang”.
Menurut Supriatiningrum (2013:
241-242) mengatakan bahwa dalam pembelajaran penemuan siswa didorong untuk belajar aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Sehingga dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning maka hasil belajar siswa akan meningkat.
Hasil belajar merupakan skor yang diperoleh siswa setelah menikuti tes hasil belajar, setelah eksperimen selesai. Hasil belajar pada materi kepadatan populasi manusia hubungannya dengan lingkungan serta pencemaran dan kerusakan lingkungan ini mencangkup 3 ranah, ranah kognitif berupa tes akhir instrument soal pilihan ganda, ranah afektif berupa penilaian sikap siswa yang akan dinilai dalam bentuk lembaran observasi selama proses pembelajaran berlangsung dan ranah psikomotor berupa penilaian laporan diskusi siswa.
Menurut Hamalik (2011: 159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar merupakan suatu indikator yang penting untuk menyatakan suatu pembelajaran. Hasil siswa dapat di ketahui dari tes yang diadakan setelah kegiatan belajar di laksanakan di sekolah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Dalam pelaksanaannya terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas ini diberikan perlakuan yang berbeda sedangkan faktor yang lainnya sama. Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran discovery learning, sedangkan pada kelas kontrol diterapkan metode ceramah dan diskusi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized control group posttest only. Penelitian dilakuakan pada bulan April-Mei 2016 semester genap kelas VII di SMPN 20 Padang. Sesuai dengan jenis penelitian, maka diperlukan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu: 1. tahap persiapan, 2.
Tahap pelaksanaan, 3. Tahap akhir.
Tahap persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: 1) Melakukan observasi, 2) Menentukan masalah penelitian, 3) Membuat rancangan penelitian berupa proposal penelitian, 4) Menentukan tempat dan jadwal penelitian, 5) Menelaah kurikulum dan menyusun perangkat pembelajaran, 6) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, 7) Menyiapkan media pembelajaran, 8) Menentukan populasi dan sampel penelitian, 9) Memilih dan menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol, 10) Membuat lembaran observasi afektif dan psikomotor, 11) Membuat kisi- kisi soal tes, 12) Menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat, 13) Melakukan uji coba soal, 14) Validasi seluruh perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian oleh validator, 15) Melakukan seminar proposal untuk memperoleh masukan-masukan agar
penelitian yang akan dilakukan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini adalah: 1) memberikan perlakuan ang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, 2) Menganalisis soal uji coba kepada kelas yang berbeda diluar kelas sampel untuk melihat keefektivitas soal yang dibuat sehingga analisis soal tersebut dapat digunakan sebagai soal tes akhir, 3) memberikan soal tes akhir yang sama kepada kelas sampel dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dimiliki oleh siswa selama tahap pelaksanaan dilakukan.
Tahap akhir
Pada tahap ini Tes akhir belajar yang diambil adalah hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pada ranah kognitif data hasil belajar dari kedua kelas sampel dianalisis dengan melakukan uji normalitas. Jika Lo<Lt, maka sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal, lakukan pula uji homogenitas apabila harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel berarti dua kelompok data mempunyai varians yang homogen. Setelah
dilakukan uji normalitas dan homogenitas dan mendapatkan hasil terdistribusi normal dan memiliki varians homogen lakukan uji hipotesis dengan rumus uji t
Pada ranah afektif dilakukan penilaian dengan menggunakan Instrumen yang berupa lembar observasi, lembaran ini bertujuan untuk melihat sikap dan minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi pada ranah afektif dilakukan setiap pertemuan yang dilakukan oleh 1 orang observer. Penilaian yang dilakukan dalam ranah ini dibuat dalam bentuk format penilaian.
Pada ranah psikomotor Penilaian hasil belajar ranah psikomotor dinilai selama proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran discovery learning dapat diketahui bahwa nilai siswa lebih tinggi dibandingkan nilai siswa dengan metode ceramah dan diskusi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Skor dan Predikat untuk Setiap Ranah Berdasarkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang
No Kelas
Kognitif Afektif Psikomotor
ketuntasan Skor rerata Huruf Modus Predikat Capaian
optimum Huruf
1 Eksperimen 3,1 B 3,42 B 3,44 B+ 55,56%
2 Kontrol 2,75 B- 3,03 B 3,00 B 48,57%
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa presentase ketuntasan hasil belajar siswa ketiga ranah yaitu afektif, kognitif dan psikomotor pada kelas eksperimen memiliki persentase ketuntasan 55,56%, sedangkan pada kelas kontrol memiliki persentase ketuntasan 48,57%.
1. Ranah Kognitif
Penilaian kognitif dilakukan pada hari terakhir penelitian, dengan soal berupa pilihan ganda yang berjumlah 50 butir soal.
Dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar pada Ranah Kognitif Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai pengetahuan berupa test akhir pada
kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 62,50%
48,28%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
% Ketuntasan Kelas Ekspermen
% Ketuntasan Kelas Kontrol Persentase ketuntasan
Kelas Sampel
Eksperimen Kontrol
6
persentase ketuntasan 62,50% dimana dari 32 siswa hanya 20 siswa yang tuntas.
Sedangkan kelas kontrol persentase ketuntasan 48,27% dimana dari 29 siswa hanya 14 siswa yang tuntas.
2. Ranah Afektif
Penilaian siswa pada ranah afektif dilakukan selama pembelajaran berlangsung.
Pada ranah ini dibutuhkan seorang observer yang menilai sikap siswa. Penilaian ranah afektif ini terdiri dari beberapa aspek yaitu rasa ingin tau, bekerja sama, berkomunikasi, dan tanya jawab. Penilaian ini dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Gambar 3. Diagram Hasil Belajar pada Ranah Afektif Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang
Gambar 4. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar pada Ranah Afektif Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang.
Gambar 3 dan Gambar 4 ini menjelaskan bahwa ranah sikap pada kelas esperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Pada nilai sikap kedua kelas sampel sama-sama memiliki predikat B. dengan presentase ketuntasan pada kelas eksperimen adalah 94,44% dan kelas kontrol 74,19%.
Penilaian akhir pada ranah afektif ini menghitung nilai modus keseluruhan.
3. Ranah Psikomotor
Penilaian pada ranah psikomotor merupakan laporan hasil diskusi siswa yang terdiri dari beberapa aspek yakni kelengkapan laporan diskusi dan menyimpulakan hasil diskusi. Hasil penilaian ini dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Diagram Hasil Belajar Pada Ranah Psikomotor Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang
3,33 3,31 3,33 3,36
3,19
3,10 3,13 3,13
2,953,00 3,053,10 3,153,20 3,253,30 3,353,40
Rasa Ingin Tau Bekerja Sama Berkomunikasi Tanya Jawab Kriteria Nilai Ketuntasan
Aspek Ranah Afektif Kedua Kelas Sampel
Eksperimen Kontrol
94,44% 74,19%
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
100,00%
% Ketuntasan Kelas Eksperimen
% Ketuntasan Kelas Kontrol Persentase Ketuntasan
Persentase Kelas Sampel
Eksperimen Kontrol
3,14 3,25
2,91
2,37
0 1 2 3 4
Kelengkapan Laporan Diskusi Menyimpulkan Hasil Diskusi Kriteria Nilai Ketuntasan
Aspek Ranah Psikomotor Kedua Kelas Sampel
Eksperimen Kontrol
7
Gambar 6. Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar pada Ranah Psikomotor Siswa Kelas VII SMPN 20 Padang
Pada Gambar 5 dan Gambar 6 ini menjelaskan bahwa ranah keterampilan pada kelas esperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Penilaian akhir pada ranah keterampilan menghitung nilai capaian optimum. Nilai capaian optimum pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen B+ (3,44) dan kelas kontrol B (3,00). Dengan persentase ketuntasan pada kelas eksperimen 75% dan kelas kontrol 64,70%.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat bahwa dari ketiga ranah yang dinilai yaitu ranah afektif, kognitif dan psikomotor terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Meskipun hipotesis diterima namun hasil belajar siswa masih banyak yang dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Pada kelas eksperimen presentase ketuntasannya dari ketiga ranah adalah 55,56% sebanyak 20 orang yang tuntas, sedangkan kelas kontrol presentase ketuntasannya 48,57% sebanyak 17 orang yang tuntas. Presentase ini mengambarkan bahwa tingkat keberhasilan belajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning berada pada tingkatan keberhasilan kurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa “tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan kurang apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dapat dikuasai siswa.
Hal ini menunjukan bahwa proses pembelajaran masih kurang berjalan
maksimal, namun hal tersebut bukan berarti model discovery learning tidak baik digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja siswa belum terbiasa dengan penerapan model discovery learning, hal ini juga bisa disebabkan karena pada saat proses pembelajaran hanya beberapa siswa yang aktif dalam diskusi kelompok, mempresentasekan hasil diskusi, sedangkan yang lainnya hanya cenderung diam, bermalas-malasan bahkan ada juga yang rebut saat diskusi.
1. Ranah Kognitif
Hasil belajar pada ranah kognitif juga dapat dilihat pada hasil persentase ketuntasannya dimana hasil persentase ketuntasan kelas eksperimen 62,50%
sedangkan persentase ketuntasan kelas kontrol 48,28%. Presentase ini mengambarkan bahwa tingkat keberhasilan belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berada pada tingkatan keberhasilan yang baik . Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa
“tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik apabila bahan pembelajaran yang diajarkan 61%-75% dapat dikuasai siswa.
Meningkatnya hasil belajar dalam proses pembelajaran yang menerapkan Model Pembelajaran discovery learning hal ini disebabkan kemampuan siswa yang berkembang secara optimal Karena pada model pembelajaran discovery learning kondisi belajar siswa lebih aktif dan kreatif.
Hal ini juga dikemukan di dalam skripsi Janggan, A (2016: 2) bahwa “pembelajaran menggunakan model Discovery Learning 75,00%
64,70%
58,00%
60,00%
62,00%
64,00%
66,00%
68,00%
70,00%
72,00%
74,00%
76,00%
%Ketuntasan Kelas Eksperimen
%Ketuntasan Kelas Kontrol
Persentase Ketuntasan
Persentase Kelas Sampel
Eksperimen Kontrol
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Ranah Afektif
Berdasarkan hasil pengamatan pada ranah afektif, penilaian dapat dilihat dari rata-rata modus yang diperoleh kedua sampel. Penilaian kompetensi afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai modus rerata yang berbeda dan predikat yang sama. Pada kelas eksperimen yaitu 3,42 yang memiliki predikat B, sedangkan kelas kontrol 3,13 yang memiliki predikat B.
Hasil belajar pada ranah afektif juga dapat dilihat dengan persentase ketuntasan, pada kelas eksperimen persentase ketuntasannya 94,44% sedangkan pada kelas kontrol persentase ketuntasannya 74,19%. Presentase ini mengambarkan bahwa tingkat keberhasilan belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berada pada tingkatan keberhasilan yang baik sekali/ optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107), bahwa tingkatan baik sekali / optimal apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
Hasil pengamatan ini menunjukan secara umum bahwa sikap siswa selama pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Rika, N (2009: 3) bahwa penerapan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tingginya hasil aspek afektif pada kelas eksperimen disebabkan oleh adanya model pembelajaran discovery learning membantu siswa sehingga merangsang siswa untuk bersikap rasa ingin tahu, bekerja sama, berkomunikasi, dan tanya jawab.
Sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kemauan siswa untuk belajar.
Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan diskusi rasa ingin tahu, bekerjasama, berkomunikasi, dan tanya jawab dari siswa . Hal ini disebabkan karena siswa menerima informasi dari guru sebagai sumber utama, sehingga pemahaman konsep pembelajaran siswa masih rendah. Selain itu dis kusi yang
dilaksanakan menjadi membosankan.
Akibatnya, siswa hanya menerima penjelasan dari guru sehingga pembelajaran menjadi membosankan. Selain itu, tidak percaya diri siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
3. Ranah Psikomotor
Penilaian ranah psikomotor pada kelas eksperimen berada pada huruf B (3,17) dari semua indikator yang diamati. Indikator yang diamati pada ranah psikomotor ini adalah kelengkapan laporan diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi. Hal ini menjelaskan bahwa nilai capaian optimum tertinggi ada pada kelas eksperimen. Dimana siswa di kelas eksperimen lebih aktif berdiskusi dan memahami apa yang harus dikerjakannya. Sedangkan pada kelas kontrol siswa lebih sedikit ikut serta dalam diskusi kelompok. Sehingga laporan diskusinya tidak dikerjakan dengan baik.
Hasil belajar pada ranah Psikomotor juga dapat dilihat pada hasil persentase ketuntasannya dimana hasil persentase ketuntasan kelas eksperimen 75%
sedangkan persentase ketuntasan kelas kontrol 64,70%. Presentase ini mengambarkan bahwa tingkat keberhasilan belajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning berada pada tingkatan keberhasilan yang baik . Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010:107) mengatakan bahwa
“tingkatan keberhasilan tersebut dikatakan baik apabila bahan pembelajaran yang diajarkan 60%-75% dapat dikuasai siswa.
dihadapi peneliti adalah kesulitan dalam mengkondisikan kelas dimana pada saat pembagian kelompok dan diskusi kelompok siswa kelas eksperimen maupun kontrol cukup sulit dikendalikan. Serta keterbatasan waktu mengajar sehingga proses pembelajaran kurang berjalan semaksimal mungkin.
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran dengan menggunakan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor di kelas VII SMPN 20 Padang
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka peneliti menyarankan beberapa hal yaitu: 1). Guru bidang studi IPA Biologi di sekolah dapat menerapkan model pembelajaran discovery learning pada materi pembelajaran yang lain, 2). Diharapkan pada penerapan oleh peneliti selanjutnya dapat memodifikasi model pembelajaran discovery learning lebih menariklagi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani. P. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SMA. Jurnal Penelitian. Hlm 6-14.
Djamarah dan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2011. Proses belajar mengajar.
Jakarta : Bumi Aksara.
Janngan, A. 2016. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Ciri - Ciri Makhluk Hidup.
Skripsi. Universitas Lampung:
Bandar Lampung.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi.
UNP Press: Padang.
Reni, S. 2014. Implementasi Pendekatan Model Discovery Learning
dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 1 Jetis Bantul.
Jurnal Penelitian. Hlm 1-6 Rika, N. 2009. Upaya Peningkatan Prestasi
Belajar IPA Siswa Kelas III Melalui Penerapan Metode Discovery Learning. Jurnal Penelitian. Hlm 2-7.
Supriatiningrum, J. 2013. Strategi Pembelajaran Biologi.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.