• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif think pair

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif think pair"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI

SISWA KELAS VII SMPN 22 PADANG

Joni Pratama, Gustina Indriati dan Evrialiani Rosba Program studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

Jhonypratama62@yahoo.com ABSTRAK

The background of this research by studying biology students' poor performance in class VII SMPN 22 Padang, where student learning outcomes is still much below the KKM is 78. This is due to the learning model used by the teacher is less varied and more dominated by the method of lecture and question and answer, learning still focused on the teacher, the student learning process looks passive and less responding to what the teacher. To overcome these problems then diterapkanlah cooperative learning model Think Pair Share (TPS). This study aims to determine the outcome learn science biology class VII SMPN 22 Padang with the implementation of cooperative learning model Think Pair Share. This type of research is an experimental research study design with Rondomized Control Group Posttest-Only Design. Sampling with purposive sampling technique. Data from cognitive assessment in the experimental class 68.76 and the control class 60.91. T-test results obtained t = 2.53 and table = 1.67 then the hypothesis is accepted. Rate affective in the experimental class with the notation B (3,11), while the control class is the predicate B (3.02). Rate psychomotor experimental class with honors A- (3.83) and predicated control class A (3.88). From the results of this study concluded that an increase in biological science student learning outcomes with the implementation of cooperative learning model Think Pair Share (TPS) class VII SMPN 22 Padang.

Keywords: cooperative, TPS, results, IPA and students PENDAHULAN

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 2 guru mata pelajaran IPA biologi, pada bulan September 2016 didapatkan informasi bahwa guru melaksanakan proses pembelajaran yang didominasi metode ceramah, tanya jawab dan proses pembelajaran terpusat pada guru.

Guru juga pernah mengunakan model pembelajaran CTL dan STAD, tetapi dari kedua model pembelajaran CTL dan model pembelajaran STAD belum bisa memaksimalkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, karena hanya sebagian siswa saja yang aktif. Dalam proses pembelajaran siswa terlihat pasif (cenderung diam), siswa kurang menanggapi apa yang disampaikan guru ketika guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas berdampak pada hasil belajar siswa yang masih rendah dibawah KKM yaitu 78 pada materi organisasi kehidupan. Siswa sulit memahami pada materi sel, jaringan, organ dan sistem organ. Dilihat dari permasalahan

di atas maka diperlukanlah solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Salah satu pembelajaran koperatif adalah model think pair share (TPS). Menurut Lufri (2007: 54), menyebutkan ada 3 langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), yaitu: langkah 1: Thinking (berfikir), Guru mengajukan suatu pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.

Langkah 2: Pairing (berpasangan): Guru meminta siswa berpasangan dengan temannya untuk mendiskusikan sekitar 4-5 menit apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Langkah 3: Sharing (berbagi): Guru meminta kepada pasangan untuk berbagi ide, informasi, pengetahuan atau pemahaman dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan.

Ini dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan sampai sekitar 25% pasangan mendapat kesempatan.

(2)

Istarani (2014: 68-69) menyatakan bahwa model pembelajaran Think Pair Share baik digunakan dalam rangka melatih berfikir siswa secara baik. Kelebihan model pembelajaran TPS yaitu dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa, dan daya analisis siswa terhadap suatu permasalahan, meningkatkan kerja sama antar siswa karena mereka dibentuk dalam kelompok, meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan menghargai pendapat orang lain, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat sebagai implementasi ilmu pengetahuan, guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan anak ketika selesai diskusi.

Kekurangan model pembelajaran TPS yaitu sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat kemampuan siswa, bahan- bahan yang berkaitan dengan suatu permasalahan tidak dipersiapkan baik oleh guru maupun siswa. kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu permasalahan yang ril atau nyata, pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relatif terbatas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar IPA Biologi siswa kelas VII SMPN 22 Padang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control- Group Postest Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 22 Padang pada semester 1 yang terdaftar tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 8 kelas, Penentuan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling yaitu pengambilan kelas sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu uji normalitas dan uji homogenitas yang hasilnya berdistribusi normal dan sanpel memiliki varians yang homogen dapat dilakukan uji hipotesi dengan mengunakan uju t uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada pembelajaran biologi di SMPN 22 Padang. Pada kedua kelas sampel diperoleh data hasil belajar biologi siswa untuk ranah afektif, kognitif, dan psikomotor

Ranah Afektif

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 1.

Percaya Diri Rasa Ingin Tahu 0

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Kelas Eksper- imen

Kelas Kontrol

Gambar 1: Nilai rata-rata hasil belajar pada ranah afektif

Penilaian ranah afektif pada kelas sampel diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran berlangsung yaitu tiga kali pertemuan. Penilaian afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari 2 indikator yaitu percaya diri dan rasa ingin tahu.

Nilai rata-rata afektif pada kelas eksperimen yaitu 3,11 berpredikat B. Modus tertinggi terdapat pada indikator rasa ingin tahu yaitu 3,11. Tingginya nilai modus rasa ingin tahu karena dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) siswa lebih termotivasi untuk belajar dibandingkan dengan pembelajaran yang biasanya didominasi metode ceramah dan tanya jawab. Menurut Hamalik (2011: 27) minat belajar siswa timbul apabila siswa tertarik akan sesuatu yang akan dipelajari dan dirasakan bermakna baginya.

Rendahnya nilai percaya diri siswa karena indikator

(3)

siswa masih belum percaya pada kemampuan dirinya sendiri seperti pada saat bertanya maupun menjawab pertanyaan teman, ini dapat dilihat pada proses pembelajaran yaitu hanya siswa-siswa itu saja yang mau bertanya ataupun menjawab pertaanya temannya sedangkan siswa yang lainnya hanya diam dan tidak memberikan pendapat apapun.

Ranah kognitif

Penilaian ranah kognitif diperoleh dari tes akhir pada materi organisasi kehidupan. Tes hasil belajar berupa tes tertulis dalam bentuk objektif. Jumlah soal tes akhir yang diberikan kepada siswa adalah sebanyak 21 soal. Hasil ranah kognitif dapat dilihat pada gambar 2.

0 10 20 30 40 50 60 70

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Ranah Kognitif

Penilaian ranah kognitif diperoleh dari hasil tes akhir kedua kelas sampel dengan soal pilihan ganda yang berjumlah 21 butir soal. Setelah penelitian dilakukan di SMPN 22 Padang, didapatkan nilai pada ranah kognitif siswa kelas eksperimen yaitu 68,76 dan pada kelas kontrol yaitu 60,91.

Pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) jumlah siswa yang tuntas yaitu 12 orang dengan presentase 35,29%, sedangkan yang tidak tuntas yaitu 22 orang dengan presentase 64,70%.

Banyaknya siswa yang tidak tuntas karena pada proses pembelajaran siswa banyak yang meribut dan susah untuk diam.

Sehingga pada saat pembelajaran siswa sulit untuk memahami apa yang disampaikan guru. Menurut Zain (2010: 107) bahwa tingkat keberhasilan belajar mengajar

dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasi oleh siswa. Penelitian ini belum menunjukan hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini bukan berarti penerapan model pembelajaran Think Pair Share tidak baik digunakan dalam proses belajar mengajar.

Pada kelas kontrol siswa yang tuntas 5 orang dengan presentase 14,70%

sedangkan yang tidak tuntas 29 orang atau 85,29%. Pada kelas kontrol guru menjelaskan materi sepenuhnya dan siswa dituntut untuk mendengarkannya, siswa bertannya jika ada materi yang kurang mengerti dan mencatat materi yang dituliskan guru dipapan tulis. Hal ini menyebabkan siswa pada kelas kontrol mudah bosan karena hanya mendengarkan guru menjelaskan sehingga nilai rata-rata kelas kontrol lebih rendah dibandingkan kelas eksperimen. Menurut Hamalik (2011:

29) Belajar merupakan suatu proses untuk mecapai tujuan, belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Tingginya rata-rata nilai kelas eksperimen dari kelas kontrol karena pada kelas eksperimen mengunakan model pembelajaran Think Pair Share sedangkan kelas kontrol mengunakan metode ceramah dan tanya jawab.

Ranah Psikomotor

Penilaian psikomotor dilakukan dengan cara menilai hasil lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan kepada siswa. Data hasil penilaian ranah psikomotor pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

Kelas Eksper- imen

Kelas Kontrol

Gambar 3: Nilai rata-rata hasil belajar pada ranah psikomotor

Gambar 2: Nilai rata-rata hasil belajar pada ranah kognitif

Indikator

(4)

Berdasarkan hasil yang telah didapat pada penilaian ranah psikomotor dilihat dari rata-rata capaian optimum kelas eksperimen lebih rendah dari kelas kontrol.

Pada ranah psikomotor yang dinilai adalah hasil diskusi siswa yang dikerjakan bersama pasangan/kelompoknya. Indikator yang dinilai pada ranah psikomotorr berupa kelengkapan hasil diskusi, kebersihan dan kerapian hasil diskusi.

Pada kelas eksperimen indikator yang tertinggi adalah kebersihan dan kerapian hasil diskusi dengan nilai rata-rata 3,83 berpredikat A- sedangkan nilai rata-rata pada indikator kelengkapan hasil diskusi yaitu 3,5 berpredikat B+. Pada kelas kontrol indikator yang tertinggi adalah kebersihan dan kerapian hasil diskusi dengan nilai rata- rata 3,88 berpredikat A sedangkan nilai rata- rata pada indikator kelengkapan hasil diskusi yaitu 3,61 berpredikat A-. Tingginya nilai psikomotor pada kelas kontrol dibandingkan kelas eksperimen karena pada kelas kontrol pada saat berdiskusi siswa lebih banyak memiliki waktu untuk berfikir dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan jumlah siswa perkelompok lebih banyak dibandingkan pada siswa kelas eksperimen.

Menurut Kunandar (2013:249) mengatakan bahwa ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Keterampilan menunjukan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar IPA biologi siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) kelas VII SMPN 22 Padang.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran yang dapat memberikan masukkan guna untuk meningkatkan hasil belajar biologi yaitu:

1. Guru bidang studi biologi khususnya, dan guru-guru bidang studi umumnya diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran Think Pair Share dalam proses pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lanjutan untuk sekolah lain dengan materi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Istarani, (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada Kunandar, 2013. Penilaian Autentik

(Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Grafindo Persada

Lufri, 2007. Strategi Pembelajaran Biologi:Teori, Praktik, dan Penelitian. Padang: UNP Press.

Zain, Aswan. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

(5)

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction