PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Dari uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini adalah bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien pneumonia di rumah sakit.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran penerapan teori keperawatan pada pasien pneumonia.
TINJAUAN PUSTAKA
Penatalaksanaan
Selain itu, penatalaksanaan dan pengobatan pasien pneumonia bergantung pada tingkat keparahan gejala yang timbul dari infeksi pneumonia itu sendiri (Shaleh, 2013). Jika pengobatan ini tidak dilakukan secara penuh, suatu saat penyakit pneumonia akan muncul kembali dan menyerang pasien (akibat bakteri Streptococcus Pneumoniae. Vaksin konjugasi pneumokokus merupakan vaksin yang merupakan bagian dari imunisasi bayi dan dianjurkan untuk semua anak di bawah umur. usia 2 tahun). tahun dan anak usia 2-4 tahun.
Sedangkan antibiotik yang umum digunakan dalam pengobatan pneumonia jenis ini antara lain penisilin, amoksisilin, dan asam klavulanat, serta antibiotik makrolida, termasuk eritromisin (baik untuk bakteri Hemophilus Influenzae. Antibiotik yang berguna dalam hal ini adalah generasi kedua dan ketiga. sefalosporin, amoksisilin dan asam klavulanat, fluoroquinolones (lefofloxacin), maxifloxacin oral, gatifloxacin oral, serta sulfametoksazol dan trimetoprim (lelucon untuk bakteri Mycoplasma. Dengan pemberian antibiotik makrolida (eritromisin, klaritromisin, azitromisin dan fluoroquinolones), antibiotik ini sering kali digunakan. diresepkan untuk pengobatan pneumonia mikoplasma (shaleh, 2013).
Namun yang lebih ditekankan dalam menangani pneumonia adalah istirahat yang cukup dan memastikan nutrisi yang tepat untuk membantu memulihkan sistem imun tubuh.
Komplikasi
Konsep Diagnosis Keperawatan
Masalah merupakan label diagnosa keperawatan yang menggambarkan hakikat respon pasien terhadap suatu kondisi kesehatan atau proses kehidupan. Misalnya diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif, pemberi resep tidak efektif, sedangkan fokus diagnostiknya adalah bersihan jalan nafas (Tim Pokja IDDPP PPNI, 2017). Tanda/gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu: a) Mayor : Tanda/gejala yang ditemukan untuk menguatkan diagnosis b) Minor : Tanda/gejala tidak boleh ditemukan, namun bila ditemukan dapat menunjang diagnosis.
Proses penegakan diagnosis atau diagnosa merupakan suatu proses sistematis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu analisis data, identifikasi masalah, dan penemuan diagnosis. Tanda/gejala yang dianggap signifikan dikelompokkan berdasarkan pola kebutuhan dasar, yang meliputi pernapasan, sirkulasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktivitas/istirahat, neurosensori, reproduksi/seksualitas, nyeri/kenyamanan, integritas ego, tumbuh kembang, kebersihan diri, konseling. /pembelajaran, interaksi sosial dan keamanan/perlindungan. Setelah data dianalisis, perawat dan pasien bersama-sama mengidentifikasi masalah aktual, risiko dan/atau promosi kesehatan.
Risiko penurunan volume cairan intravaskular, interstitial dan/atau intraseluler a) Kehilangan cairan aktif b) Berkurangnya penyerapan cairan c) Usia lebih tua.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pneumonia
Intervensi keperawatan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan klinis dan pengkajian untuk mencapai hasil yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Nyeri akut berhubungan dengan zat berbahaya fisiologis D.0077 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun L.08066. Implementasi merupakan suatu langkah dalam proses keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien (Perry, 2009).
Setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan keperawatan mengatakan bahwa tahap pengkajian atau evaluasi merupakan perbandingan kesehatan klien secara sistematis dan terencana terhadap tujuan yang telah ditentukan, dilakukan secara berkelanjutan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Pendekatan/Desain Penelitian
Subyek Penelitian
65. Askep Senior/Junior Senior sama dengan alamat KTI atau laporan Askep dari media internet).
Batasan Istilah (Definisi Operasional)
Keperawatan diawali dengan tahapan pengkajian, penegakan diagnosis, penentuan intervensi, pelaksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Prosedur Penelitian
Metode dan instrument Pengumpulan Data
Keabsahan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan
Diagnosis yang sama dengan teori yang ditemukan pada pasien 1 adalah tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan retensi sekret. Menurut penulis diagnosis bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan tertahannya sekret pada pasien 1, gejala dan tanda utama yang diperoleh memenuhi validasi untuk menentukan diagnosis menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu 80%. Diagnosis yang sama dengan teori ditegakkan pada pasien 1 dan pasien 2, yaitu defisiensi nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
Menurut penulis diagnosis defisit nutrisi berkaitan dengan ketidakmampuan mencerna makanan pada pasien 1 dan pasien 2. Tanda-tanda utama yang ditemukan sudah memenuhi validasi diagnosis sesuai buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu 80 % hingga 100%. Menurut penulis, pada pasien 1, data terpenting yang mendukung penegakan diagnosis defisit nutrisi adalah terkait ketidakmampuan mencerna makanan, yaitu pada data objektif penurunan berat badan dari 54 kg sebelum sakit menjadi 45 kg setelah sakit. Pada pasien 2, diagnosisnya adalah pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular. Tanda dan gejala utama yang didapat merupakan data subjektif dari anak pasien yang mengatakan pasien mengeluh sesak nafas.
Dari data diagnostik terpenting ditemukan pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskular pada pasien 2 tidak memenuhi validasi diagnosis sesuai buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu data harus mencapai 80%. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada pasien 2 yang sesuai dengan teori adalah intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilitas. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Diagnosis yang sesuai dengan teori yang ditemukan pada pasien 2 adalah hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Menurut penulis diagnosis hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif pada pasien 2, gejala dan tanda terpenting yang diperoleh tidak memenuhi validasi untuk menentukan diagnosis menurut buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu 80% hingga 100% data besar. Diagnosis yang mempunyai gap dengan teori yang ditemukan pada pasien 2 adalah defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. Menurut penulis diagnosis defisiensi perawatan diri berhubungan dengan kelemahan pada pasien 2, gejala dan tanda yang didapat paling penting memenuhi validasi untuk menentukan diagnosis sesuai buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu 80% sampai 100 % dari data terpenting.
Berdasarkan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), data terpenting pasien 1 dengan diagnosa keperawatan hipertermia berkaitan dengan proses penyakit yang ada. Berdasarkan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), data terpenting dimasukkan pada pasien 1 dengan diagnosis tersebut. Intervensi keperawatan yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah keperawatan disusun dengan menyesuaikan keluhan pasien dan keadaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Hasil penulisan artikel ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang pasien dengan diagnosa medis pneumonia sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan pengalaman nyata dalam menjalankan praktik nyata. Institusi pendidikan kesehatan sebaiknya mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang profesional kepada pasien khususnya asuhan keperawatan pneumonia. Artikel ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan dan sebagai bahan pertimbangan kedepannya serta dapat digunakan sebagai tambahan informasi.