• Tidak ada hasil yang ditemukan

iii (5)LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cholelithiasis Di Rawat Di Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan " iii (5)LEMBAR PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cholelithiasis Di Rawat Di Rumah Sakit"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umum
  • Tujuan Khusus

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien, Bpk. Mampu melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan keperawatan pada pasien pra dan pasca kolelitiasis di RSUD dr. .Mampu menerapkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien kolelitiasis di RSUD dr.

Manfaat Penelitian

  • Bagi Peneliti
  • Bagi Tempat Peneliti
  • Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

TINJAUAN PUSTAKA

Etiologi

Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di kandung empedu atau saluran empedu atau keduanya. Kandung empedu adalah kantung yang terletak di bawah hati yang mengkonsentrasikan dan menyimpan empedu hingga dilepaskan ke usus. Sebagian besar batu saluran koledokus berasal dari batu kandung empedu, namun ada juga yang terbentuk terutama di saluran empedu (Alhawsawi et al., 2019).

Batu empedu dapat terbentuk di saluran empedu jika empedu mengalami aliran balik akibat penyempitan saluran. Jika saluran empedu tersumbat, bakteri akan berkembang biak dan langsung menyebabkan infeksi pada saluran tersebut.

Anatomi

Untuk batu kolesterol faktor resiko timbulnya batu kolesterol adalah obesitas, maka dari beberapa sumber penyebab dan faktor resiko timbulnya batu kandung empedu (kolelitiasis) adalah penyakit hemolitik dan penyakit spesifik non hemolitik, wanita diatas 40 tahun dan menggunakan kontrasepsi hormonal , obesitas dan makanan berlemak (Widodo, 2015). Fundusnya bulat, ujung kandung empedu yang buta memanjang sedikit di atas tepi hati. Kolom merupakan bagian sempit kandung empedu yang terletak di antara korpus dan area duktus sistikus.

Empedu, yang terus-menerus disekresikan oleh hati, memasuki saluran empedu kecil di hati. Saluran empedu kecil bergabung menjadi dua saluran besar yang muncul dari permukaan bawah hati sebagai saluran hepatik kanan dan kiri, yang segera bergabung menjadi saluran hepatik komunis.

Fisiologi

Empedu mempunyai fungsi yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak, berperan dalam mengeluarkan zat sisa tertentu dari dalam tubuh terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu meningkatkan kelarutan. kolesterol, lemak dan lemak. -vitamin larut untuk membantu proses penyerapan, garam empedu merangsang pelepasan air dari usus besar untuk membantu memindahkan isinya, bilirubin (pigmen utama empedu) dikeluarkan ke dalam empedu sebagai limbah dari penghancuran sel darah merah darah, dan obat-obatan dan lainnya limbah dikeluarkan melalui empedu dan kemudian dikeluarkan dari tubuh. Garam empedu diserap kembali di usus kecil, disuling oleh hati, dan dilepaskan kembali ke empedu.

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Komplikasi

Pencegahan dan penanganan

Tindakan promosi yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak masyarakat untuk hidup sehat, menjaga pola makan sehat dan perilaku atau gaya hidup sehat. Pasien yang didiagnosis menderita kolelitiasis dapat menjalani perawatan bedah atau non bedah. Sedangkan pengobatan non bedah dengan melarutkan batu empedu dengan MTBE, ERCP dan ESWL (Bruno, 2019).

Pengobatan kolelitiasis non-bedah dengan kolelitiasis, suatu metode melarutkan batu empedu dengan memasukkan pelarut (monooctanion atau metil tersier butil eter) ke dalam kantong empedu. Pengangkatan non-bedah digunakan untuk menghilangkan batu yang tidak dikeluarkan pada saat kolesistektomi atau yang tersangkut di saluran empedu (Baloyi et al., 2020).

Pemeriksaan diagnostik

Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan selama…. diharapkan nyeri pada pasien akan berkurang atau berkurang dengan kriteria sebagai berikut : Pada pemeriksaan fisik kenyamanan nyeri pada kedua pasien dinilai dengan PQRST dimana didapatkan pasien 1 mengatakan nyeri pada perut seperti harus ' tempelkan skala nyeri. Sedangkan pasien 2 mengatakan sulit bergerak karena nyeri yang terus-menerus dan total indeks skor Barthel adalah 13 (ketergantungan sedang).

Sedangkan pada pasien 2 peneliti menunjukkan tujuan setelah melakukan tindakan keperawatan dalam jangka waktu tertentu. Serta penerapan dan penulisan kriteria luaran pada pasien 1 dan 2 tidak sesuai dengan SLKI (Standar Hasil Keperawatan Indonesia).

Tabel 2.5 intervensi keperawatan cholelithiasis
Tabel 2.5 intervensi keperawatan cholelithiasis

Pathway

Konsep Masalah Keperawatan

  • Kriteria Mayor dan Minor
  • Kondisi Klinis Terkait

Masalah keperawatan merupakan label diagnosa keperawatan yang menggambarkan hakikat respon klien terhadap suatu kondisi kesehatan atau proses kehidupan (PPNI, 2017). Berikut permasalahan yang dihadapi pasien sebelum dan sesudah kolelitiasis dengan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2017). Berikut daftar permasalahan yang dihadapi pasien sebelum dan sesudah kolelitiasis dengan menggunakan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI.

Terdapat risiko aliran darah yang tidak mencukupi ke jaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa.

Konsep Asuhan Keperawatan

  • Pengkajian
  • Diagnose keperawatan
  • Intervensi
  • Implementasi
  • Evaluasi

Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri b. Identifikasi respon nyeri non verbal d. Identifikasi faktor yang memberatkan dan. Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. kontrol lingkungan yang memperburuk rasa sakit. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam memilih strategi pereda nyeri Pendidikan :. jelaskan penyebab, masa dan pencetus nyerinya. menyarankan pemantauan nyeri secara mandiri d. mempelajari teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa sakit. Pemberian obat secara bersamaan sebelum makan, bila perlu b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk. untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan, jika perlu.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Harahap, 2019).

METODE PENELITIAN

  • Subjek penelitian
  • Batasan istilah
  • Lokasi dan waktu penelitian
  • Prosedur penelitian
  • Metode dan instrument pengumpulan data
  • Keabsahan data
  • Analisa data

Setelah surat dari Politeknik Kesehatan Kaltim masuk, mahasiswa baru dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit kolelitiasis di RSUD dr. Asuhan keperawatan dilakukan pada pasien sebelum dan sesudah operasi pada klien 1 selama 4 hari yaitu pada tanggal 8 April 2019 sampai dengan 12 April 2019. Asuhan keperawatan dilakukan pada pasien 1 selama 4 hari pada tanggal 8 April sampai dengan 12 April 2019 di ruang Flamboyansk B di dr.

Sedangkan pasien 2 dinilai kenyamanan nyerinya menggunakan PQRST, ditemukan pada pasien 2 yang mengatakan nyeri pada perut kanan atas terasa seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dengan nyeri datang dan pergi. Sedangkan pada pasien 2 saat dilakukan palpasi terdapat rasa sensitif pada daerah epigastrium, tidak terdapat benjolan maupun massa. Pada pasien 2 diagnosis nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, menurut peneliti tanda-tanda utama yang diperoleh memenuhi validasi penerapan diagnosis dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dimana tanda-tanda utama diperoleh pada pasien 2 adalah : (a) Data subyektif.

Kerugian lain dari penerapan intervensi nyeri akut yang dirancang untuk pasien 1 dan 2 adalah bahwa intervensi tersebut juga diterapkan. Tindakan intervensi risiko infeksi yang disiapkan untuk pasien 2: a) Pasien 2: pantau TTV, anjurkan keluarga untuk mengompres. Kerugian lain dari penerapan intervensi hipertermia yang disiapkan untuk pasien 2 adalah aplikasi dan tulisan.

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 pada pasien sebelum dan sesudah kolelitiasis di ruang Flamboyan B dan E di RSUD Dr. Pada hasil penelitian analisis data pada pasien pasca operasi juga terdapat permasalahan keperawatan yang sama pada kedua pasien tersebut dalam terjadinya masalah keperawatan. Hasil asesmen yang dilakukan peneliti terhadap pasien 1 dan 2 menunjukkan banyak permasalahan yang dialami kedua pasien tersebut yang belum terselesaikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data asuhan keperawatan

Pasien mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, tidak ada seorangpun yang mempunyai penyakit keturunan atau penyakit menular. Letak trakea normal pada posisinya, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada perubahan suara atau suara. Bentuk perut rata, tidak ada bayangan vena, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan atau massa, tidak ada bekas luka operasi.

Bentuk perut rata, tidak ada pembesaran, tidak ada lesi, tidak ada benjolan atau massa, tidak tampak bayangan pembuluh darah pada auskultasi. Ada nyeri tekan di daerah epigastrium, tidak ada benjolan atau massa, tidak teraba pembesaran hati, tidak ada. Pemeriksaan abdominal pada klien 1 didapatkan bentuk perut rata, tidak terdapat bayangan vena, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat benjolan atau massa, tidak terdapat bekas luka operasi.

Sedangkan klien 2 diperiksa perutnya rata, tidak ada bayangan vena, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan atau massa, kemudian dilakukan auskultasi dan mendengarkan bising usus 8x/menit. Selanjutnya pada palpasi terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium, tidak ada benjolan atau massa, tidak ada luka operasi. Kecemasan b.d khawatir akan kegagalan d.d pasien mengatakan takut dioperasi, khawatir dengan akibat kondisinya dan klien tampak cemas.

Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisiologis (tindakan bedah) d.d pasien mengatakan nyeri pada area luka operasi, nyeri seperti digaruk, nyeri seolah datang dan pergi dengan skala nyeri 5. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik pasien d.d mengatakan nyeri pada luka operasi daerah seperti rasa berdenyut dengan skala nyeri 6, pasien tampak meringis, denyut jantung meningkat, gelisah dan gangguan tidur.

Tabel 3.0 Hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada Klien 1 di Flamboyan B RSUD  dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan klien 2 di Flamboyan E RS dr
Tabel 3.0 Hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada Klien 1 di Flamboyan B RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan klien 2 di Flamboyan E RS dr

Pembahasan

  • Diagnosa keperawatan
  • Perencanaan keperawatan
  • Implementasi keperawatan
  • Evaluasi keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien 1 dengan diagnosa medis kolelitiasis dan pasien 2 dengan diagnosa medis kolelitiasis. Pada pengkajian telinga, data yang diperoleh peneliti dari kedua pasien kurang lengkap, peneliti pasien 1 dan 2 hanya melakukan penilaian pada telinga pada bagian liang telinga. Pada pasien 1 dan pasien 2 tidak dilakukan pemeriksaan tes Weber, tes Rinne dan tes Swabach.

Pada pasien 1, diagnosis nyeri akut berhubungan dengan cedera fisiologis. Menurut peneliti, gejala utama yang didapat sudah memenuhi validasi pemeliharaan diagnosis dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dimana gejala utama yang didapat pada pasien 1 adalah . Pada Pasien 2, diagnosis kecemasan berhubungan dengan kekhawatiran akan kegagalan. Menurut peneliti, gejala utama yang didapat pada Pasien 1 memenuhi validasi diagnosis dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dimana gejala utama yang didapat pada Pasien 1 juga barang. Pada pasien 1, diagnosis berkurangnya mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Menurut peneliti, gejala utama yang didapat belum memenuhi validasi diagnosis dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), sedangkan gejala utama yang didapat pada pasien 1 memenuhi validasi diagnosis.

Pada pasien 2 diagnosis hipertermia berhubungan dengan reaksi trauma, menurut peneliti tanda terpenting yang diperoleh memenuhi validasi diagnosis dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), dimana tanda terpenting yang diperoleh pada pasien 1 adalah , dulu Kerugian lain dari penerapan intervensi intervensi kecemasan yang disiapkan pada pasien 2 adalah penerapan dan penulisan kriteria outcome yang tidak sesuai dengan Standar Hasil Keperawatan Indonesia (SLKI). Kekurangan lain dari implementasi intervensi disabilitas mobilitas fisik yang disiapkan pada pasien 1 adalah penerapan dan penulisan kriteria outcome yang tidak sesuai dengan Standar Outcome Keperawatan Indonesia (SLKI).

Terdapat perbedaan keadaan pra operasi dengan pasien 2 mengalami kecemasan, sedangkan data tersebut tidak diperoleh pada pasien 1. Sedangkan pada pasien 2, peneliti hanya menemukan satu diagnosis pra operasi yang sesuai teori dan dua diagnosis pasca operasi yang sesuai teori. Dan diharapkan bagi peneliti untuk melakukan evaluasi praktik keperawatan secara lebih lengkap berdasarkan data yang diperoleh pada pasien.

Pengaruh pendidikan kesehatan pra operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien pra operasi di RSUD Kudus.

Gambar

Gambar 1.1 Kandung empedu
Tabel 2.5 intervensi keperawatan cholelithiasis
Tabel 2.6 intervensi keperawatan cholelithiasis
Tabel 2.9 Hasil Anamnesis Klien dengan Cholelithiasis
+7

Referensi

Dokumen terkait

g Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis Hasil evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis yang dilakukan pada