• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan dan Manifestasi

N/A
N/A
21-152 Cheryl Nathania Siahaan (Cheryl)

Academic year: 2024

Membagikan " Pengenalan dan Manifestasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LIMFADENITIS TB HIS2-PC1

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/view/7626/pdf

https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/63515/078%20.pdf?

sequence=1

http://repository.umsu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17197/RATNA

%20SAIDAH.pdf;jsessionid=E18C082599FA3C75B0512A206F592D6B?sequence=1

https://www.researchgate.net/publication/353100233_Literature_Review_Sistem_Skoring_

TB_Anak_Untuk_Penegakan_Diagnosis_Dalam_Pengendalian_TB_Anak

https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/jiks/article/view/4347

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2b1e21af314be1b8e478954cf8ed1 428.pdf

https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/13618/150100155.pdf?

sequence=1&isAllowed=y

Tuberkulosis dibagi menjadi dua, TB paru dan ekstra paru. Salah satu TB ekstra paru adalah limfadenitis TB. Limfadenitis TB merupakan penyakit radang kelenjar getah bening yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Limfadenitis TB terjadi karena bakteri TB yang menyebar dari bagian paru ke kelenjar getah bening melalui sistem limfatik Limfadenitis TB terjadi karena bakteri TB yang menyebar dari bagian paru ke kelenjar getah bening melalui sistem limfatik

Kebanyakan kasus limfadenitis TB pada anak timbul 6-9 bulan setelah infeksi

Mycobacterium tuberculosis, tetapi beberapa kasus dapat timbul beberapa tahun kemudian.

Kelenjar limfe pada umumnya membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit,

memiliki konsistensi kenyal dan tidak disertai nyeri. Kasus limfadenitis TB ini jika dibiarkan akan menjadi abses disertai dengan terbentuknya fistula ke kulit.

Diagnosa TB anak sulit ditegakkan, kurangnya alat diagnostik yang memadai bagi anak-anak menjadi salah satu penyebab sulitnya pengakan diagnosis TB termasuk pada kasus

limfadenitis TB anak. Hal tersebut menjadi salah satu faktor bahwa belum adanya data yang pasti mengenai kasus limfadenitis TB pada anak.

Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa kasus limfadenitis TB terjadi pada usia produktif tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada usia anak-anak. Di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Kabupaten Jember terdapat banyak kasus limfadenitis TB yang terjadi pada usia anak-anak dan belum dilakukan penelitian mengenai kasus limfadenitis TB pada anak tersebut.

DIAGNOSA LIMFADENITIS TB

Gejala limfadenitis adalah pembesaran kelenjar bening bisa asimptomatik atau bisa nyeri tekan, kulit diatasnya tidak mengalami kemerahan, demam, penurunan berat badan, fatigue dan keringat malam. Gejala limfadenitis TB tergantung pada stadium, pembesaran kelenjar getah bening biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi sekunder oleh bakteri, pembesaran kelenjar yang cepat menyebabkan abses, abses yang pecah dapat

(2)

menyebabkan terjadinya sinus yang tidak membaik dalam jangka panjang dapat terjadi pembentukan ulkus. Limfadenitis servikal dapat menimbulkan gejala kekakuan leher dan tortikolis. Limfadenitis mediastinum menimbulkan gejala batuk, stridor, dyspnea, disfagia dan efusi pleura.14 ˒ 23 Pada pemeriksaan fisik lokasi tersering pembesaran kelenjar getah bening terjadi di servikal, mediastinum, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis. Pembesaran terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal ataupun multiple. Ukuran pembesaran sekitar 2-3 cm dengan bentuk teratur ataupun tidak teratur.

Konsistensi lembut, keras, kenyal, berfluktuasi dan teraba hangat Pemeriksaan yg dilakukan utk diagnosa limfadenitis TB:Pemeriksaan mikrobiologi,kultur,sitologi,histopatologi,radiologis

Sampai sekarang diagnosis tuberkulosis didasarkan pada dijumpainya acidfast bacilli (AFB) dengan pewarnaan tradisional Ziehl-Neelsen (ZN)7,8,9,10 , atau dengan isolasi MT dari kultur yang diperoleh dari spesimen biopsi atau aspirat yang diambil dengan aspirasi jarum halus.

Dalam praktek sehari-hari, pada beberapa kasus aspirat kelenjar limfe yang diwarnai dengan May Grunewald Giemsa (MGG), tidak dijumpai sel-sel epiteloid dan (atau) sel-sel Langhans tetapi dijumpai dua struktur: 1. Badan-badan kecil berbentuk oval berwarna gelap di dalam kelompokan beberapa makrofag, dan 2. Bercak-bercak gelap dengan massa amorf bergranula halus eosinofilik pada latar belakangnya.

Pada pemeriksaan fisik lokasi tersering pembesaran kelenjar getah bening terjadi di servikal, mediastinum, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis.

Pembesaran terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal ataupun multiple.

Ukuran pembesaran sekitar 2-3 cm dengan bentuk teratur ataupun tidak teratur.

Konsistensi lembut, keras, kenyal, berfluktuasi dan teraba hangat

Anamnesis:

1.Riwayat terpapar tuberkulosis, riwayat terinfeksi tuberkulosis, atau riwayat mendapat tuberkulosis

2. Riwayat terinfeksi HIV atau kondisi medis lain yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi tuberkulosis.

3. Demam. Namun.Tidak adanya demam tidak dapat menyingkirkan tuberkulosis.

4. Lemah badan 5. Keringat malam

6.Pernah /tidaknya melakukan vaksinasi BCG 7. Nafsu makan menurun

8.Berat badan menurun

9.Terdapat benjolan pada kelenjar getah bening .Lokasi tersering di servikal, mediastinum, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis.

10.Terdapat benjolan pada area-area nodus limfa

Pemeriksaan Fisik

(3)

-Berat badan: Ditemukan berat badan menurun -Pemeriksaan Kesadaran

-Keadaan fisik;pucat/ikterus -Tanda vital

-Frekeunsi nadi -Suhu tubuh -Tanda vital -Frekuensi nafas -suara tambahan

-Perabaan hati dan limfa

-Pembesaran pada kelenjar getah bening

terjadi secara unilateral atau bilateral, tunggal ataupun multiple.

Biasa terjadi di servikal, mediastinum, aksilaris, mesentrikus, portal hepatikus, perihepatik dan kelenjar inguinalis.

Ukuran pembesaran sekitar 2-3 cm dengan bentuk teratur ataupun tidak teratur.

Konsistensi lembut, keras, kenyal, berfluktuasi dan teraba hangat.

Pembesaran kelenjar getah bening biasanya tidak nyeri kecuali terjadi infeksi sekunder oleh bakteri

1.Pemeriksaan mikrobiologi

-> mengambil specimen dr cairan sinus/FNAB(fine needle aspiration biopsy) dan dilakukan pewarnaan ziehl neelsen.

Cara melakukan biopsi aspirasi pada KGB dengan mempergunakan semprit plastik (disposable syringe) 10 cc dengan jarum halus berdiameter 0,65 mm dan panjang 3 atau 9 cm. Semprit plastik dilekatkan pada handel yang menyerupai pistol .Dilakukan aspirasi pada lesi, diambil aspirat pertama dan dibuat sediaan apus. Sediaan dikeringkan diudara dan diwarnai dengan pewarnaan Giemsa.

Hasil pemeriksaan mikrobiologi secara mikroskopis: menunjukkan adanya kuman BTA bentuk batang ramping bewarna merah fuchsin dan kultur tumbuh koloni berbentuk keju 2.Pemeriksaan kultur

Metode konvensional/agar ,mengambil specimen secara FNAB atau diambil dari cairan sinus.

Adanya 10-100 basil/mm³ menandakan hasil kultur positif.

Tujuan: diagnosis pasti dan sensitivitas terhadap antibiotik.

3. Pemeriksaan Sitologi /FNAC (fine needle aspirate cytology) menjadi pilihan utama untuk melakukan pemeriksaan non-invasif dibandingkan dengan biopsi eksisi.

FNAC memiliki sensitivitas 67% hingga 100% dan spesifisitas 80% hingga 100%.

Hasil pemeriksaan: ditemukan sel epiteloid, datia langhans ataupun massa

4.Pemeriksaan histopatologi

-Biopsi eksisi /Biopsi bedah Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.

(4)

-Hasil pemeriksaan:ditemukan nekrosis kaseosa,gambaran sel langhans 5.Pemeriksaan Radiologis

Menentukan lokasi limfadenitis tuberkulosis

Pemeriksaan CT-Scan, USG, radiologi paru dan MRI

Pada pemeriksaan CTScan ditemukan massa kelenjar getah bening, peningkatan kontras menunjukkan batas yang tebal ireguler, ditemukan tanda-tanda inflamasi pada dermis dan subkutis, penebalan pada saluran limfa dan terjadi penebalan pada otot disekitarnya yang menandakan adanya inflamasi.

Pada USG leher ditemukan lesi tunggal yang hipoekoik.

Pada MRI dijumpai massa yang disekret, konfluens dan konglumerasi

Uji Tuberkulihn:

Mantoux test

Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan 0,1cc tuberkulin P.P.D (Purified Protein Derivative) secara intradermal berkekuatan 5. T.U (intermediate strengh).

Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength).

Kadang-kadang bila dengan 5 T.U masih memberikan hasil negatif, dapat diulangi dengan 250 T.U (second strength).

Bila dengan 250 T.U masih memberikan hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan.

Pada penularan dengan kuman patogen baik yang virulen maupun tidak (M. tuberculosis atau BCG) tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluler pada permukaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibodi humoral yang dalam perannya akan menekankan antibodi seluler.

Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi :

1. Pembengkakan (indurasi) : 0-4 mm, uji mantoux negatif Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.

2. Pembengkakan (indurasi) : 5-9 mm, uji mantoux meragukan

Hal ini bisa karena kesalahan tehnik, reaksi silang dengan Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.

3. Pembengkakan (indurasi) : 10-15 mm, uji mantoux positif

Arti klinis : Mantoux posotif = golongan normal sensitivity, disini peran kedua antibodi seimbang

4. Pembengkakan (indurasi) : > 15 mm, uji mantoux positif

Arti klinis : Mantoux posotif kuat = sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Disini peran antibodi seluler paling menonjol.

 Uji tuberkulin positif, TANPA ada gejala umum dan / atau spesifik dan radiologi: INFEKSI TB (TB Laten)

 Uji tuberkulin positif, DITAMBAH gejala umum dan/ atau spesifik serta radiologi : SAKIT TB

Untuk daerah dengan

fasilitas pelayanan kesehatan terbatas

(5)

yaitu tidak tersedianya tes tuberkulin dan foto thorak bisa dapat digunakan sistem skoring ini dan anak dapat

didiagnosis TB dengan syarat skor ≥ 6

KAPITA SELEKTA

Terdapat perbedaan antara infeksi TB dengan sakit TB. Seorang anak yang positif terinfeksi TB belum ten- tu menderita sakit TB (lihat Tabel 1). Pasien sakit TB perlu mendapat terapi obat antituberkulosis (OAT) , se- dangkan infeksi TB tanpa sakit TB tidak memerlukan terapi OAT.

Pada kelompok risiko tinggi, pasien infeksi TB tanpa sakit TB, perlu mendapatkan profilaksis.

Diagnosis 1. Anamnesis Nafsu makan menurun;

Berat badan sulit naik, menetap, atau malah turun tanpa penyebab yang jelas (kemungkinan masalah gizi sebagai penyebab harus disingkir- kan dahulu dengan tata laksana yang adekuat selama 1 bulan);

Demam subfebris yang berkepanjangan, terutama jika berlanjut hingga 2 minggu (penyebab demam kronis yang lain, seperti infeksi saluran kemih, tifoid, atau malaria perlu disingkirkan);

Pembesaran kelenjar superfisial di daerah le- her, aksila, inguinal, atau tempat lain;

Keluhan respiratoris berupa batuk kronis lebih dari 3 minggu atau nyeri dada;

Keluhan gastrointestinal, seperti diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku.

Diagnosis exceptional

TUBERCULOSIS:great imitator,bs mengimitasi /mirip2 dgn penyakit paru lain Dilihat dr faktor risiko

Common place of Extracellular TB Anywhere in the body

Posterior cervical,supraclavicular(above the clavicle), Lymph node tend to feel painless,tidak sakit saat di tekan Chronic slow process->gradually enlarging ->Fistulas

Alveolar Macrophage

Most ppl r asymptomatic->3 weeks after there is cell mediated immunity -> Immune cell created granuloma wall off bacteria tissue dies in the result creating a cheese like necrosis area caseous necrosis

Hilar lymph node+ghon focus->ghon complex->fibrosis&calcification Other cases:tb remains viable but dormant

Upper lobes:oxygenation is greatest Krn dia butuh oxygen

(6)

Memory t cells->release cytca->Vascular system Systemic miliary TB

Testing:TST/mantoux test If

Larger are of induration=positive test Interferon gamma release assay Baru lanjut->Chest X ray

sPUTUM,BRONCHOALVEOLAR LAVAGE lAB:STAINING CULTURE PCR

Kekeliruan akan hasil tes ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, di antaranya:

Ketidakmampuan tubuh untuk bereaksi terhadap uji kulit karena daya tahan tubuh yang lemah.

Infeksi TB yang baru terjadi antara 8-10 bulan.

Infeksi kuman TB yang sudah lama (bertahun-tahun).

Baru melakukan vaksin yang mengandung virus hidup, seperti campak atau cacar.

Terinfeksi penyakit yang disebabkan virus, seperti campak atau cacar air.

Menderita penyakit tertentu, seperti kanker atau AIDS, yang menyebabkan daya tahan tubuh lemah.

Teknik penyuntikan yang salah.

Interpretasi yang salah dari reaksi yang muncul.

Sementara hasil tes positif palsu terjadi saat tes mantoux menunjukkan hasil yang positif, sementara pasien sesungguhnya tidak terpapar kuman TB. Kekeliruan hasil tes ini bisa disebabkan oleh:

Terindentifikasi adanya bakteri Mycobacterium, tapi bukan jenis tuberculosis.

Baru melakukan imunisasi BCG.

Teknik penyuntikan yang salah.

Interpretasi yang salah dari reaksi yang muncul.

Penggunaan botol antigen yang salah.

(7)

Smears FNAC x Mantoux-> klo g tepat baru biopsy

Pemeriksaan darah Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk tuberkulosis.

Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan. Data ini sangat penting sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai keseimbangan biologik penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu respon terhadap pengobatan penderita serta kemungkinan sebagai predeteksi tingkat penyembuhan penderita. Demikian pula kadar limfosit bisa menggambarkan biologik/ daya tahan tubuh penderida , yaitu dalam keadaan supresi / tidak.

LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.

A computerized tomography (CT) scan combines a series of X-ray images taken from different angles around your body and uses computer processing to create cross-sectional images (slices) of the bones, blood vessels and soft tissues inside your body. CT scan images provide more-detailed information than plain X-rays do.

MRI

SISTEM SKORING TB Pd Anak

(8)

Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai.

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor ≥ 6 (sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan

diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi, pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya

Chest X-ray/Foto Thorax provides a 2D image, while a chest CT scan is able to produce a 3D view of your organs. An X-ray is built to examine dense tissues, while a CT scan is better able to capture bones, soft tissues and blood vessels all at the same time

Referensi

Dokumen terkait

• Aku disebabkan oleh infeksi bakteri Bacillus tuberculosis pada paru-paru.. • Aku berjumlah

TBC atau Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan.. oleh infeksi bakteri

Lokasi infeksi Tuberkulosis Ekstra paru terbnyak 30,9% pada TB pleuritis dan gejala klinis terbanyak pada TB pleuritis dan TB limfadenitis berupa batuk, pada TB tulang berupa nyeri

Tuberculosis (TB)adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis dengan gejala yang bervariasi, akibat kuman Mycobacterium Tuberkulosis sistemik

Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis.. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian

Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh.. mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis, (Smeltzer dan Bare, 2002).. Jadi