• Tidak ada hasil yang ditemukan

LINGUISTIK UMUM (BAHASA INDONESIA)

N/A
N/A
Dikny Asti

Academic year: 2024

Membagikan "LINGUISTIK UMUM (BAHASA INDONESIA)"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Buku ini merupakan upaya nyata penulis untuk memberikan kemudahan dalam memahami, mempelajari dan mengembangkan ilmu linguistik dan ilmu pengetahuan, serta sebagai sarana untuk membuka wawasan dunia linguistik. Diharapkan buku ini juga dapat memberikan kontribusi dan membantu pembacanya untuk memahami dan mengembangkan ilmu kebahasaan.

Bab 1

Dalam bab ini akan diuraikan dan dibahas hakikat bahasa serta ciri-ciri atau ciri-ciri bahasa. Memahami hakikat bahasa dan seluk-beluk bahasa sebagai salah satu alat komunikasi terbaik yang ada pada manusia, sehingga membedakannya dengan makhluk lain, akan memudahkan kita dalam berperan sebagai pendidik dalam kinerja mengajar.

Dengan memahami aspek internal dan eksternal bahasa, maka kita akan lebih mudah mengembangkan dan mengembangkan berbagai keterampilan berbahasa.

Bab 2

Mustahil kita memahami karya sastra dengan baik tanpa memiliki pengetahuan yang baik tentang hakikat dan struktur bahasa. Selanjutnya, sebagai guru bahasa, ia tidak hanya harus melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga menjelaskan kaidah-kaidah berbahasa dengan benar.

Bab 3

Pada tahap selanjutnya, ruas-ruas rangkaian bunyi tersebut dapat disegmentasi kembali hingga sampai pada satuan-satuan rangkaian bunyi yang kita sebut suku kata atau suku kata. Artikulasi kedua ini sering disebut artikulasi sekunder dan bunyi yang dihasilkannya disebut juga bunyi pengiring.

Bab 4

Pokok bahasan kajian fonetik adalah tulisan yaitu bunyi-bunyian secara umum, tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut membedakan makna atau tidak. Apabila suatu bunyi membedakan suatu makna, maka bunyi itu disebut fonem dan bukan fonem bila tidak membedakan suatu makna. Apabila kedua kata tersebut ternyata mempunyai arti yang berbeda, maka bunyi tersebut merupakan fonem karena bunyi tersebut membedakan makna kedua kata tersebut.

Bunyi [k] pada kata pertama dan bunyi [h] pada kata kedua masing-masing merupakan fonem yang berbeda, yaitu fonem /k/ dan fonem /h/, karena kedua bunyi tersebut membedakan makna kedua kata tersebut. Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa fonem adalah satuan terkecil bunyi linguistik yang berfungsi atau membedakan makna suatu kata. Selain menggunakan fonem /k/, grafem k juga digunakan untuk mewakili fonem /g/ pada alofon [k] yang biasanya berada pada posisi akhir.

Selain digunakan untuk mewakili fonem /n/, grafem n juga digunakan untuk mewakili fonem /ň/ yang posisinya sebelum konsonan /j/ dan /c/.

Bab 5

Pembentukan kata sering juga disebut dengan proses morfologi, yaitu proses pembentukan kata yang terbentuk dari morfem dasar dengan perubahan morfemik. Kombinasi sufiks merupakan suatu proses pembentukan kata berupa pemberian sufiks dengan menggabungkan dua sufiks atau lebih yang berkaitan dengan bentuk dasarnya. Misalnya saja ada beberapa kombinasi sufiks dalam bahasa Indonesia yaitu me-kan, me-i, per-kan, per-i, berkan, me-i, mem-kan, mem-i, ber-, ter-kan, pe - dan sebagainya.

Konfiks yang terdiri dari dua unsur, satu sebelum bentuk dasar dan satu lagi setelah bentuk dasar, dan berfungsi sebagai satu morfem yang terbagi. Pertama, bentuk dasar reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat berupa morfem dasar, misalnya meja menjadi tabel, bentuk perkembangan menjadi perkembangan, dan dapat pula berupa gabungan kata, misalnya koran menjadi koran, atau koran-koran. . Klasifikasi kata disebut juga klasifikasi kata atau jenis kata; yang dalam bahasa inggris disebut part of Speech.

Pembentukan kata sering disebut dengan proses morfologi, yaitu proses terbentuknya kata yang berasal dari morfem dasar melalui perubahan morfemik.

Bab 6

Jika kita mengamati tuturan seseorang lebih dekat, terdapat seperangkat kaidah yang mengatur rangkaian kata yang membentuk suatu kalimat. Alat sintaksis ini merupakan bagian dari kemampuan mental penutur untuk menentukan apakah susunan kata, bentuk kata, dan unsur-unsur lain yang terkandung dalam ujaran tersebut membentuk sebuah kalimat atau tidak, atau apakah kalimat yang didengar atau dibaca tersebut dapat diterima atau tidak. Ada beberapa alat sintaksis yang mengorganisasikan unsur-unsur kebahasaan ke dalam satuan kebahasaan yang disebut kalimat.

Dalam bahasa Latin misalnya, susunan atau posisi kata di mana pun dalam sebuah kalimat tidak mengubah arti kalimat tersebut. Makna gramatikal meliputi bilangan, orang, jenis, tense, aspek, cara, pasif, diatesis, dan lain-lain. Secara lengkap menggambarkan fungsi sintaksis, seperti pada diagram di bawah ini, masing-masing kalimat dibagi menjadi subjek dan predikat.

Beberapa di antaranya adalah pelaku (agent), sasaran (objective), penerima (beneficiary), sebab (cause), alat (instrumental), waktu (temporal), tempat (lokatif), tindakan (aktif), pendukung (pasif), dan kepemilikan (posesif).

Bab 7

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantik, dari bahasa Yunani sema (kata benda tanda) atau dari kata kerja samaino (tanda, artinya Istilah ini digunakan oleh para ahli bahasa untuk menyebut bagian ilmu linguistik yang mempelajari makna). Berdasarkan pemikiran Reisig, perkembangan semantik dapat dibagi menjadi tiga periode pertumbuhan, yaitu periode pertama yang mencakup setengah abad, termasuk aktivitas Reisig. Arti kepala dalam bentuk-bentuk ini masih terlihat yaitu dikaitkan dengan yang di atas, karena kepala dalam konstruksi ini menunjukkan orang yang mempunyai kedudukan tertinggi (di atas - pemimpin).

Kita tahu bahwa arti asli 'kerabat', 'orang yang satu garis keturunan', jika ditambah unsur lain maka maknanya menjadi terbatas atau menyempit. Kata sastra mempunyai arti yang luas dalam bahasa Sansekerta, namun dalam bahasa Indonesia arti kata sastra kini dikaitkan hanya dengan karya keindahan yang dapat menggugah perasaan. Pergeseran makna tersebut berbentuk imperatif, seperti “segera dilaksanakan”, yang maknanya bergeser menjadi “harapan untuk melaksanakan” atau permintaan untuk dilaksanakan (terjadi eufemisme).

Pengguna bahasa dalam hal ini selalu memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk menggunakan seluruh unsur dalam bahasanya.

Bab 8

Fromkin dan Ratner dalam buku yang diedit oleh Gleason dan Ratner membahas aspek ini secara rinci. Yeni-Komshian dalam buku yang diedit oleh Gleason dan Ratner membahas secara rinci tentang masalah penerimaan bahasa ini. Ujaran berasal dari pikiran penutur dan prosesnya diselesaikan hanya ketika kata-kata yang dikeluarkan atau diucapkan menimbulkan suatu ide dari pendengar.

Menguasai kata tidak hanya berarti menguasai sejumlah besar kata dalam satu bahasa, namun bagaimana membentuk kata yang diinginkan dari bentuk yang sudah ada. Pemahaman ini akan membantu orang memilih jenis kata yang tepat dan membantu orang lain memahami maksudnya. Kita amati kata yang diucapkan, kemudian kita perhatikan bagaimana kata tersebut diucapkan, suku kata yang diucapkan (vokal dan konsonan) mana yang mengalami hambatan atau kendala dalam pengucapannya, mengapa diam dan ragu-ragu serta kesalahan apa saja yang ada. diproduksi oleh pembicara ini.

Keheningan dan keragu-raguan dalam bertutur terjadi karena penutur lupa kata yang dibutuhkannya atau mencari kata yang paling cocok, dan lain-lain.

Bab 9

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas, maka istilah wacana dapat diartikan sebagai ‘berbicara’, ‘berkata’, ‘membaca’, yang bersifat kontekstual. Kata 'wacana' sendiri berasal dari kata Latin 'discursus' yang berarti 'berlari bolak-balik', 'berlari bolak-balik'. Secara struktural, implikatur berperan sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan “apa yang terucap” dengan “apa yang tersirat”.

Konsep ini kemudian dipahami untuk menjelaskan perbedaan antara hal yang “terucap” dan hal yang “tersirat”. Kesimpulan yang menghubungkan kedua ujaran (kalimat) pada comoh (20) adalah hubungan antara kapital pada kalimat (20.a) dan Jakarta pada kalimat (20.b). Sementara itu, prinsip penafsiran lokal menganjurkan agar pembaca memahami wacana berdasarkan “konteks lokal” yang melingkupinya.

Agar lebih jelas, mari kita lihat grafik 3.2 yang menggambarkan proses terjadinya suatu peristiwa tutur (peristiwa bahasa).

Bab 10

Komunitas bahasa adalah sekelompok orang yang merasa atau mengira mereka menggunakan bahasa yang sama (Halliday, 1968). Berdasarkan pemahaman kami di atas, mereka membentuk dua komunitas bahasa yang berbeda: komunitas bahasa Dairi dan komunitas bahasa Pakpak. Bahasa Denmark, Swedia, dan Norwegia sebenarnya adalah bahasa yang sama di Skandinavia.

Ia menyatakan, varian linguistik tinggi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti ceramah, ceramah agama, dan sidang parlemen. Sedangkan ragam bahasa rendah adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi informal atau sehari-hari. Menurutnya, penggunaan dua versi bahasa tersebut juga berkaitan dengan gengsi penutur bahasa yang bersangkutan.

Peristiwa sebegini ialah peristiwa pengumpulan unsur-unsur sesuatu bahasa daripada bahasa lain.

Wacana dan Pengajaran Bahasa, Pidato Ilmiah dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta, Kamis, 8 Juni 2006.

Representasi bunyi bahasa menggunakan kaidah penulisan yang baku, yang secara umum mempunyai tiga aspek: aspek fonologis (tentang representasi fonem dengan huruf dan susunan abjad), aspek morfologi (tentang representasi satuan morfemik) dan aspek sintaksis. aspek (berkaitan dengan tanda tutur berupa karakter yang dibaca nyaring). Satuan kebahasaan yang relatif mandiri, mempunyai pola intonasi yang pasti, dan terdiri dari klausa-klausa aktual atau potensial; 2. Kalimat gramatikal adalah kumpulan kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi kalimat.

Ini dianggap paling dapat diterima (kira-kira merupakan salah satu variasi bahasa), dan biasanya digunakan dalam penggunaan resmi. Golongan kata yang berfungsi sebagai predikat; Dalam beberapa bahasa lain, verba mempunyai ciri-ciri morfologi, seperti tense, person, atau number. Wacana ini diwujudkan dalam bentuk karangan lengkap (novel, buku, seri ensiklopedia, dan lain-lain), paragraf, kalimat atau kata-kata yang membawa pesan lengkap dalam bahasanya.

Kontinum bunyi bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi (istilah ini menekankan pada bunyi bahasa lisan, sehingga berbeda dengan tuturan yang merupakan gabungan bunyi dan makna).

Melanjutkan studi di Akademi Bahasa Asing Sulawesi Selatan (1992), Melanjutkan studi sarjana (S-1) di Fakultas Sastra Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (1997) di Makassar, Mengikuti Program Sertifikat Mengajar (Mataram, 2000) di Mataram. Pada tahun 1999, beliau mulai mengabdi di Universitas Muhammadiyah Mataram dan diberi amanah menjadi ketua Program Pendidikan Bahasa Inggris pada tahun 2000-2003. Kemudian mulai tahun 2006/2007 menjadi staf pengajar (dosen tidak tetap) di Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan Guru (FITK), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, mengajar beberapa mata kuliah. : Linguistik Umum, Morfologi, Filsafat Bahasa dan Analisis Wacana.

Alhamdulillah, sejak akhir tahun 2008, beliau menjadi dosen tetap pada Program Sarjana Bahasa Inggris dan Program Pascasarjana (S-2) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. . Pada tahun 2010 hingga 2011 melanjutkan program postdoctoral di Ohio State University Amerika Serikat, yaitu di bidang penelitian dan penulisan buku. Akhir tahun 2018 hingga 2019) mendapat hibah kompetitif dari Kementerian Agama Republik Indonesia dalam bidang penelitian kolaboratif internasional dengan fokus kajian “Praktik Nilai-Nilai Demokrasi dalam Pengajaran di Kelas di Amerika.” Penelitian ini dilakukan di Amerika (Columbus, New York, North Calina dan Washington D.C.-USA.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini, dari 29 bunyi, bahwa realisasi pengucapan fonem bahasa Indonesia pada mahasiswa Thailand dapat dikemukan semua 29 bunyi yang berdasarkan 6 fonem vokal

Pelemahan bunyi yang terjadi pada kata ridho diproses saat berubahnya bunyi fonem /i/ menjadi bunyi /e/ dan bunyi /dh/ menjadi /l/ sehingga berbunyi rela, fonem vokal

McNeill (Brown, 1980: 22) menyatakan bahwa LAD terdiri dari: (a) kecakapan untuk membedakan bunyi bahasa dengan bunyi-bunyi yang lain, (b) kecakapan mengorganisasi satuan

terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat, yang mana kalimat tersusun oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya, yakni kata, suku kata, dan huruf, (2) metode ini

perubahan bunyi antara bahasa kerabat berupa penghilangan sebuah fonem pada awal sebuah kata, sinkop ( syncope ) adalah bila perubahan bunyi itu berujud penghilangan sebuah fonem

Berpijak pada teori tata bahasa transformasi generatif, dasar analisis satuan kebahasaan tidak lagi berpijak pada fonem sebagai satuan terkecil bahasa, tetapi berpijak

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bunyi /k/ dan bunyi /g/ adalah dua buah fonem yang berbeda di dalam bahasa Karo, yaitu fonem /k/ dan fonem /g/.. Pasangan /u/ dan /w/

1) Kesadaran fonologis adalah kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah kedalam kata, suku kata, dan fonem. Anak tidak bisa mengingat atau membedakan bunyi berbagai kata