• Tidak ada hasil yang ditemukan

LO skenario 2 blok indra

N/A
N/A
Layl Majenum

Academic year: 2024

Membagikan "LO skenario 2 blok indra"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Manifestasi klinis a. Telinga berair(otorrhoe)

Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.

Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopurulen yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi inflamasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.

OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasi kolesteatoma yang terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe maligna unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatoma. Sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis .

b. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun ada juga bersifat tuli

campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatoma dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatoma, tuli konduktif kurang dari 20 dB ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang-tulang pendengaran menghasilkan penurunan

pendengaran lebih dari 30 dB. Berat ringan ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui foramen rotundum atau fistula labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli sensorineural berat.

c. Otalgia ( nyeri telinga)

Pada OMSK, keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase sekret. Nyeri dapat menandakan adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan

(2)

abses otak. Nyeri telinga dapat juga berupa manifestasi dari otitis eksterna sekunder.

Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

d. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius. Keluhan vertigo merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatoma. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Fistula merupakan temuan yang serius pada OMSK, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan bisa berlanjut menjadi meningitis.2

2. Komplikasi dan prognosis dari OMSK ? - Komplikasi

Pada umumnya penyakit ini tidak memberikan rasa sakit kecuali bila terjadi komplikasi. Komplikasi yang didapatkan oleh penderita OMSK seperti labirinnitis, meningitis, dan abses otak juga dapat menyebabkan kematian. Kadangkala suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe tubatimpani pun dapat menyebabkan suatu komplikasi. 27 Komplikasi OMSK terbagi dua yaitu komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal, yaitu mastoiditis, petrositis, paralisis fasial, labirinitis. Komplikasi intrakranial antara lain abses ektradural, abses subdural, meningitis, abses otak, tromboflebitis sinus lateralis, hidrosefalus otitis.

Komplikasi :

 Komplikasi otologic

 Mastoiditis koalesen

 Petrositis

 Paresis fasialis

 Labirinitis

 Komplikasi intracranial

 Abses ekstradural

 Thrombosis sinus lateralis

 Abses subdural

 Meningitis

 Abses otak

 Hidrosefalus otitis

 Cara penyebaran infeksi

(3)

1. Hematogen 2. Erosii tulang

3. Jalan yang sudah ada

- Prognosis

Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik bila infeksi dapat dikendalikan. Pemulihan dari gangguan pendengaran dapat beragam sesuai dengan penyebabnya. Kehilangan pendengaran konduktif dapat ditangani dengan tindakan pembedahan. OMSK sendiri bukanlah penyakit yang fatal, tetapi komplikasi intrakranial dapat menyebabkan kematian 3. Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan OMSK adalah untuk menyembuhkan gejala dan meminimalkan resiko komplikasi penyakit. Pembedahan adalah satu-satunya pengobatan yang efektif pada kolesteatoma. Granulasi dan inflamasi mukosa sementara dapat diatasi dengan obat topikal dan aural toilet untuk mengurangi otorea sambil menunggu operasi. 25 Aural toilet dapat digunakan untuk membersihkan sekret dan debris dari telinga, dapat menggunakan suction dibawah mikroskop, dan telinga harus dikeringkan kembali setelah diirigasi. 4 Tetes telinga dapat diberikan yang mengandung neomycin, polymyxin,

(4)

cloromycetin atau gentamycin, dapat juga dikombinasikan dengan steroid yang mana memiliki efek anti inflamasi lokal, diberikan tiga sampai empat kali sehari.

Antibiotika sistemik juga dapat digunakan untuk OMSK yang mengalami ekserbasi akut. 4 Operasi rekonstruksi dapat dilakukan segera setelah telinga kering, miringoplasti dengan atau tanpa rekonstruksi tulang-tulang

pendengaran yang mana dapat memperbaiki pendengaran. Penutupan dari perforasi dapat mencegah terjadinya infeksi yang berasal dari telinga luar.2 4. Edukasi dan pencegahan

Edukasi bagi pasien otitis media, termasuk keluarga atau orangtua, adalah penjelasan adalah kondisi ini merupakan infeksi telinga dalam yang berbeda dengan otitis eksterna. Etiologi, faktor risiko, rencana terapi, dan

kemungkinan komplikasi dari otitis media juga harus dijelaskan. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga bahwa otitis media ringan sedang dapat sembuh sendiri tanpa antibiotik. Watchful waiting adalah menunggu 2‒3 hari sebelum peresepan antibiotik, dan anak hanya diberikan analgesik untuk meringankan gejala. Selama terapi anak dianjurkan untuk istirahat dan banyak asupan cairan.[3,17]

Anda harus segera kembali ke dokter bila terdapat perburukan gejala, seperti demam semakin meningkat (>39 derajat C), otorea berupa pus, gejala tidak membaik setelah 2‒3 hari, atau ditemukan gangguan pendengaran.[3,17]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit otitis media adalah menjaga individu terutama anak agar tidak mengalami disfungsi tuba eustachius. Menghindari faktor etiologi dan risiko penyakit antara lain dengan cara:

 Memastikan anak mendapatkan vaksinasi lengkap dan rutin, termasuk PCV (pneumococcal vaccination) yang memproteksi dari infeksi Streptococcus pneumoniae

 Mengedukasi ibu untuk memberikan ASI eksklusif bayi selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia bayi setidaknya 12 bulan, hal ini karena studi menunjukkan semakin lama durasi pemberian ASI maka semakin kecil kemungkinan anak terinfeksi otitis media akut

(5)

 Menghentikan penggunaan dot pada bayi, terutama dalam posisi telungkup

 Menjauhkan anak dari paparan asap rokok atau polusi udara

 Menghindari bayi berada di tempat umum yang berisiko terpapar infeksi saluran napas, seperti menempatkan bayi di tempat penitipan anak yang jumlah anaknya banyak[12,17]

Otitis media lebih banyak terjadi saat musim pancaroba di mana anak sering terserang flu. Karena itu, pastikan jadwal imunisasi anak lengkap

termasuk vaksinasi influenza yang dilakukan setiap tahun. Pada anak penderita alergi, harus terkontrol faktor predisposisi otitis media, seperti kongesti dan inflamasi nasal.

5. Epidemiologi dari OMSK ?

Prevalensi OMSK di seluruh dunia adalah 65 juta hingga 330 juta orang, dan 39 juta hingga 200 juta (60%) penderita OMSK memiliki gangguan pendengaran yang signifikan. Prevalensi tertinggi, berada di Tanzania, India, Kepulauan Solomon, Guam, Australia, dan Greenland dengan angka lebih dari 4%. Nigeria, Angola, Mozambik, Korea Selatan, Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Cina mengikuti dengan prevalensi 2% hingga 4%.

Prevalensi OMSK di Brazil dan Kenya dikategorikan rendah, yaitu sebesar 1%

hingga 2%. Prevalensi terendah, yaitu dibawah 1%, berada di Gambia, Arab Saudi, Israel, Inggris, Denmark, dan Finlandia.4 Faktor utama yang berkaitan dengan perkembangan dari OMSK berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan atas yang berulang, higienitas yang buruk, lingkungan padat penduduk, dan asupan nutrisi yang tidak adekuat menjadikan resiko terjadinya infeksi yang berujung pada penyakit tersebut menjadi semakin besar.

Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit yang umum ditemukan pada praktik otorhinolaryngology. OMSK lebih sering terjadi pada negara-negara berkembang. Prevalensi OMSK di dunia adalah sekitar 65- 330.000.000/tahun.6 Otitis media supuratif kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang terbanyak, terutama di negaranegara berkembang, dengan prevalensi antara 1- 46%. Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33%, dan Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin diAustralia dan bangsa Indian di Amerika Utara. 2 Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan negara maju. Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat

(6)

terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas.7 Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden otitis media supuratif kronik sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.5 Prevalensi OMSK di Indonesia pada tahun 2002 secara umum adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia. Penderita OMSK di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta sebanyak 90 pasien pada Oktober Desember 2004, di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 30 pasien pada Maret-Juni 2008, dan penderita OMSK di RS Dr. Sardjito Yogyakarta sebanyak 460 pasien pada tahun 2002.8 Sampai saat ini masih sedikit data mengenai penderita OMSK di RSUP Sanglah Denpasar selama kurun beberapa tahun terakhir dan penulis merasa perlu untuk dilakukan penelitian untuk mengetahui hal tersebut. Oleh karena itu penyusun ingin melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran karakteristik penderita otitis media supuratif kronik di RSUP Sanglah pada periode Januari-Desember 2014.

6. Patofisiologi gangguan pendengaran dari OMSK?

Kurang Pendengaran Tipe Konduktif

Conductive Hearing Loss (CHL) terjadi akibat adanya gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar dan atau di telinga tengah. Bersifat correctable, umumnya mengenai nada atau frekuensi rendah. Derajat keparahan adalah ringan sampai sedang, dan membaik jika menggunakan alat bantu dengar (hearing aid). Gejala klinis CHL umumnya suaranya pelan karena penderita mendengar suaranya sendiri terdengar keras.

Di tempat keramaian lebih jelas mendengar (parakusis willissis). Penyakit yang menyebabkan kurang pendengaran tipe konduktif adalah otitis media dan otosklerosis.

Kurang Pendengaran Tipe Sensorineural

Sensorineural Hearing Loss (SNHL) diakibatkan adanya kelainan pada telinga dalam/koklea, nervus VIII, atau di pusat pendengaran. Bersifat uncorrectable, umumnya mengenai nada tinggi. Derajat keparahan mulai dari ringan sampai berat, dan tidak ada perbaikan jika menggunakan alat bantu dengar. Gejala klinis berupa pasien kesulitan mendengar percakapan terutama di tempat keramaian dan suara bicara penderita umumnya keras. Penyakit yang dapat menyebabkan SNHL antara lain Meniere’s disease, trauma akustik, presbikusis, ototoksisitas, dan neuroma akustik.2

7. Diagnosis banding dari OMSK?

(7)
(8)

4. Otitis Media Supuratif Kronik No. ICPC-2 : H74. Chronic otitis media

(9)

No. ICD-10 : H66.1. Chronic tubotympanic suppurative otitis media H66.2. Chronic atticoantral suppurative otitis media H66.3. Other chronic suppurative otitis media Tingkat Kemampuan : 3A

Masalah Kesehatan

Survei Nasional Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran (1993-1996) di 8 provinsi Indonesia menunjukkan angka morbiditas THT sebesar 38,6%. Otitis media supuratif kronik merupakan penyebab utama gangguan pendengaran yang didapat pada anak-anak terutama pada negara berkembang. Pada tahun 1990, sekitar 28.000 kematian di seluruh dunia disebabkan oleh komplikasi otitis media. Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari 2 bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul. Terdapat dua tipe OMSK, yaitu OMSK tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan tipe bahaya (dengan kolesteatoma).

Hasil Anamnesis (Subjective) Keluhan

1. Keluar cairan dari liang telinga secara terus menerus atau hilang timbul lebih dari 2 bulan

2. Riwayat pernah keluar cairan dari liang telinga sebelumnya.

3. Cairan dapat berwarna kuning / kuning-kehijauan / bercampur darah / jernih / berbau

4. Gangguan pendengaran Faktor Risiko Higienitas kurang dan gizi buruk, infeksi saluran nafas atas berulang, daya tahan tubuh yang rendah, dan penyelam.

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective) Pemeriksaan Fisik

Otoskopi:

1. OMSK tipe aman (tubotimpani)  Perforasi pada sentral atau pars tensa berbentuk ginjal atau bundar  Sekret biasanya mukoid dan tidak terlalu berbau  Mukosa kavum timpani tampak edema, hipertrofi, granulasi, atau timpanosklerosis 2. OMSK tipe bahaya  Perforasi atik, marginal, atau sental besar (total)  Sekret sangat berbau, berwarna kuning abu-abu, purulen, dan dapat terlihat kepingan berwarna putih mengkilat  Kolesteatoma

Pemeriksaan Penunjang

1. Tes garputala Rinne, Weber, Schwabach menunjukkan jenis ketulian yang dialami pasien

(10)

2. Audiometri nada murni 3. Foto mastoid (bila tersedia) Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Komplikasi

1. Komplikasi intratemporal: Labirinitis, Paresis nervus fasialis, Hidrosefalus otik, Petrositis

2. Komplikasi intrakranial Abses (subperiosteal, epidural, perisinus, subdura, otak), Trombosis sinus lateralis, Sereberitis

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 1. Non-Medikamentos

Membersihkan dan mengeringkan saluran telinga dengan kapas lidi atau cotton bud.

Obat cuci telinga dapat berupa NaCl 0,9%, Asam Asetat 2%, atau Hidrogen Peroksida 3%.

2. Medikamentosa

a. Antibiotik topikal golongan Ofloxacin, 2 x 4 tetes per hari di telinga yang sakit b. Antibiotik oral:

• Dewasa:

- Lini pertama : Amoxicillin 3 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau Amoxicillin- Asam clavulanat 3 x500 mg per hari selama 7 hari, atau Ciprofloxacin 2 x 500 mg selama 7 hari.

- Lini kedua : Levofloxacin 1 x 500 mg per hari selama 7 hari, atau Cefadroxil 2 x 500 – 100 mg per hari selama 7 hari.

• Anak: - Amoxicillin – Asam clavulanat 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis per hari, atau - Cefadroxil 25 – 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 dosis per hari.

Rencana Tindak Lanjut

Respon atas terapi dievaluasi setelah pengobatan selama 7 hari.

Konseling dan Edukasi

1. Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

2. Menjaga agar telinga tidak kemasukan air.

3. Menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit infeksi sehingga dengan penanganan yang tepat dapat disembuhkan tetapi bila dibiarkan dapat

mengakibatkan hilangnya pendengaran serta komplikasi lainnya.

(11)

Kriteria Rujukan 1. OMSK tipe bahaya

2. Tidak ada perbaikan atas terapi yang dilakukan

3. Terdapat komplikasi ekstrakranial maupun intrakranial 4. Perforasi menetap setelah 2 bulan telinga kering Peralatan

1. Lampu kepala 2. Spekulum telinga 3. Otoskop 4. Aplikator kapas 5. Kapas 6.

Cairan irigasi telinga 7. Suction 8. Wadah ginjal (nierbekken) 9. Irigator telinga (spuit 20 - 50 cc + cateter wing needle) 10. Garputala frekuensi 512 – 1024 Hz Prognosis

1. Ad Vitam : Bonam 2. Ad functionam : Bonam 3. Ad sanationam : Bonam

Toksisitas, mekanisme kerja, obat” yg bekerja pada Antagonis paling sering : metil prednisolom Antagonis pirimidin, purin

Ab yang sering digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane

Otitis media supuratif kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek merupakan radang kronis telinga tengah dengan perforasi pada membran timpani dan riwayat keluar sekret dari

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah infeksi kronik di telinga tengah ditandai dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar terus- menerus atau

Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau

Salah satu jenis otitis media adalah Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK), yang merupakan infeksi kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

Yang disebut otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut congek adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran