• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

v ABSTRAK

KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan radang kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari dua bulan dan sekret yang keluar terus menerus atau hilang timbul. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita OMSK di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel adalah semua penderita OMSK di RSUP Sanglah tahun 2015 sebanyak 45 pasien. Pengambilan sampel menggunakan data sekunder berupa rekam medis. Sampel yang tidak memenuhi kriteria inklusi atau memenuhi kriteria ekslusi tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi pada sampel yaitu seluruh pasien yang memeriksakan diri di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar periode 1 januari hingga 31 Desember 2015 dan didiagnosis mengalami OMSK. Pasien dengan rekam medis yang tidak lengkap dan pasien yang terdiagnosis memiliki penyakit lain dieksklusi dari sampel penelitian.

Hasil penelitian menunjukan proporsi tertinggi penderita OMSK pada kelompok usia 31-40 tahun sebesar 28,9%. Jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar 51,1%. Frekuensi keluhan utama terbanyak adalah ottorhea sebanyak 60,0% dengan sisi telinga bagian kanan yang paling sering terkena 46,7% dan tipe OMSK tertinggi yaitu tipe benigna sebanyak 82,2%.

Penelitian ini menunjukan kejadian OMSK cukup sering terjadi di masyarakat, oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan sehingga mampu mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas pada pasien OMSK.

(2)

vi ABSTRACT

THE CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA IN RSUP SANGLAH DENPASAR IN

2015

Chronic suppurative otits media (CSOM) is a chronic inflammation of the middle ear with tympanic membrane perforation and history of dicharge secretion from the ear for more than two months. The discharge can be continous or intermittent. This study was conducted to determine the characteristic of patients with CSOM in Sanglah Hospital in Denpasar for the period of 2015.

This research is a descriptive study with CSOM patients in Sanglah Hospital in 2015 as it’s sample. The total amount of sample are 45. This study used secondary data that is medical records. Patients who didn’t meet the inclusion criteria or meet the exclusion criteria is not used as sample. The inclusion criteria is all of CSOM patients who went to THT-KL Poly in Sanglah Hospital for 1st January – 31st December 2015 period. Patients which medical records are uncomplete and diagnosed for another diseases were excluded from the study sample.

The results showed that the group age of 31-40 year old hold the highest proportion for CSOM patients with the percentage of 28,9%. Male sample frequency is more than female with 51,1%. The most frequent symptom for CSOM is ottorhea (60%), with right ear are the most exposed to 46,7%. The benigna type of CSOM is the highest with 82,2% of all type.

This showed that CSOM is frequently common in society, therefore more research is needed so the morbidity and mortality rate will be reduced in CSOM patients.

(3)

vii RINGKASAN

KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

Otitis media supuratif kronik adalah peradangan kronik yang terjadi pada telinga tengah dengan perforasi membrane timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (ottorhea) lebih dari 2 bulan, dapat terjadi secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Kelainan patologik irreversible kemungkinan sudah terjadi dalam waktu 2 bulan. Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan kejadian otitis media berulang pada anak. Adanya sumbatan pada tuba merupakan faktor penyebab utama otitis media.

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2004, prevalensi OMSK di seluruh dunia ± sebanyak 330 juta orang. Sedangkan di Indonesia menurut data survei kesehatan nasional indera penglihatan dan pendengaran, angka kesakitan (morbiditas) THT di Indonesia sebesar 38,6%. Prevalensi morbiditas pada kasus telinga dan gangguan pendengaran cukup tinggi, yaitu sebesar 18,5%, prevalensi OMSK di Indonesia antara 3,0-5,20%. Kira-kira kurang lebih 6,6 juta penduduk Indonesia menderita OMSK. OMSK dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu tanpa kolesteatoma disebut tipe benigna, sedangkan jika terdapat kolesteatoma disebut OMSK tipe maligna. Hal ini dipengaruhi oleh faktor higiene yang kurang, gizi rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas. Secara keseluruhan penderita OMSK dapat terjadi pada semua golongan umur.

Penelitian dilakukan di bagian Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah (RSUP) Sanglah Bali periode 01 Januari – 31 Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria insklusi dan eksklusi yang telah ditentukan, didapatkan 45 sampel.

Peneltian ini menunjukan pola distribusi penderita OMSK berdasarkan umur 0-10 tahun sebesar 13,3%, 11-20 tahun sebesar 8,9%, 21-30 tahun sebesar 17,8%, 31-40 tahun sebesar 28,9%, 41-50 tahun sebesar 17,8%, 51-60 tahun sebesar 8,9%, 61-70 tahun 4,4%. Frekuensi jenis kelamin laki-laki sebesar 51,1% dan perempuan sebesar 48,9%. Frekuensi keluhan utama gangguan pendengaran sebesar 13,3%, nyeri telinga 20,0%, ottorhea 60,0%,dan vertigo 6,7%. Frekuensi sisi telinga yang terinfeksi kiri sebesar 17,8%, kanan sebesar 46,7%, dan bilateral sebesar 35,6%. Frekuensi tipe OMSK benigna sebesar 82,2% dan maligna sebesar 17,8%.

Penelitian ini menunjukan kejadian OMSK cukup sering terjadi di masyarakat, oleh karena itu penelitian lebih lanjut diperlukan sehingga mampu mengurangi angka morbiditas maupun mortalitas pada pasien OMSK. Peneliti juga menyarankan untuk lebih lengkap dalam melakukan pencatatan rekam medis pasien. Hal itu perlu dilakukan untuk penatalaksanaan yang lebih tepat pada

(4)

viii

pasien yang terdiagnosis sebagai OMSK. Selain itu, diagnosis dini diperlukan untuk memperoleh outcome yang lebih baik.

(5)

ix SUMMARY

THE CHARACTERISTIC OF PATIENTS WITH CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA IN RSUP SANGLAH DENPASAR IN

2015

Chronic suppurative otits media (CSOM) is a chronic inflammation of the middle ear with tympanic membrane perforation and history of dicharge secretion (ottorhea) from the ear for more than two months. The discharge can be continous or intermittent, watery or thick, with the formation of clear or pus secretion. Ireversible pathological abnormality is probably already happening within two months. CSOM is almost always started with recurrence otitis media in children. The blockage in tube is the main cause of otitis media.

Based on World Health Organization (WHO) data in 2014, the prevalence of CSOM in all around the world are ± 330 million people. While in Indonesia, according to data from a sight and hearing senses national health survey, morbidity rate for ENT in Indonesia is 38,6%. Morbidity prevalency for ear and hearing disorders is quite high, with percentage of 18,5% and the prevalence of CSOM in Indonesia is between 3,0-5,20%. Approximately 6,6 million of people in Indonesia suffered CSOM. CSOM can be divided by two type, which is without cholesteatoma that called benigna type, and maligna type for CSOM with cholesteatoma. This thing is influenced by the lack of hygiene, poor nutrition, population density, and the missconception that makes people don’t seek for treatment of the disease. Overall, CSOM can occur in all age of groups.

The study was conducted at the Medical Record Installation Sanglah General Hospital, Bali for the period of 1st January – 31st December 2015. Patients who were eligible to inclusion and exclusion criteria that has been determined and obtained 45 sample.

This study shows the distribution pattern of CSOM patients based on age starts from 0-10 years who have 13,3% proportion, 11-20 years with 8,9%, 21-30 years with 17,8%, 31-40 years group with the percentage of 28,9%, 41-50 years with 17,8%, 51-60 years for 8,9%, 61-70 years for 4,4%. For the gender, it’s 51,1% for male and 48,9% for female. The frequency of main complaint of hearing disorder is 13,3%, followed by earache 20,0%, ottorhe 46,7%, and vertigo for 6,7%. For the side of left infected ears is 17,8%, right side for 46,7%, lastly bilateral for 35,6%. CSOM benigna type comes with 82,2%, and maligna is having 17,8% proportion.

This showed that CSOM is frequently common in society, therefore more research is needed so the morbidity and mortality rate will be reduced in CSOM patients. Researcher also suggested that the registration of the medical records need to be comprehensive. It needs to be done for better management to CSOM patients. Early diagnosis is required to obtain a better outcome.

(6)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI USULAN PENELITIAN ... iii

ABSTRAK ……….... v ABSTRACT ………. vi RINGKASAN ……….. vii SUMMARY ………. viii KATA PENGANTAR ... ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ……….... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 3 1.3 Tujuan Penelitian ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otitis Media Supuratif Kronis ... 6

2.2 Etiologi ... 6

2.3 Epidemiologi ... 9

2.4 Patofisiologi ... 10

2.5 Klasifikasi ... 10

2.6 Gejala dan Tanda Klinis ... 12

2.7 Diagnosis ... 13

2.8 Penatalaksanaan ... 15

2.9 Komplikasi dan Prognosis ... 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR 3.1 Kerangka Berpikir ... 19

3.2 Kerangka konsep ... 20

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

4.2 Subjek dan Sampel ... 21

4.2.1 Variabilitas Populasi ... 21

4.2.2 Kriteria Subjek ... 21

4.2.3 Besaran Sampel ... 22

4.2.4 Teknik Penentuan Sampel ……… 22

4.3 Variabel Penelitian ... 22

4.3.1 Identifikasi Variabel ... 22

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

4.4.1 Lokasi Penelitian ... 23

4.4.2 Waktu Penelitian ... 23

4.5 Bahan dan Instrumen penelitian ... 23

4.6 Cara Pengumpulan Data ……… 24

4.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 24

(7)

xi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian ……… 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 25

5.1.2 Gambaran Karakteristik Responden ……….. 25

5.1.3 Gambaran penderita OMSK berdasarkan umur ………. 25

5.1.4 Gambaran penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin………. 26

5.1.5 Gambaran penderita OMSK berdasarkan keluhan utama ………….. 27

5.1.6 Gambaran penderita OMSK berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi 27 5.1.7 Gambaran penderita OMSK berdasarkan tipe ………... 28

5.2 Pembahasan ……….. 29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 31

(8)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1.3 Gambaran penderita OMSK berdasarkan umur ……… 25 Tabel 5.1.4 Gambaran penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin……… 26 Tabel 5.1.5 Gambaran penderita OMSK berdasarkan keluhan utama …………. 27 Tabel 5.1.6 Gambaran penderita OMSK berdasarkan sisi telinga yang terinfeksi 27

(9)

xiii

DAFTAR SINGKATAN

OMSK : Otitis Media Supuratif Kronik WHO : World Health Organization RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat HIV : Human immunodeficiency virus THT : Telinga Hidung Tenggorokan

(10)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data penelitian ... 33

Lampiran 2. Output Analisis Hasil Penelitian... 35

Lampiran 3. Ethical Clearance ... 37

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ... 38

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang:

Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. OMSK merupakan penyakit infeksi telinga tengah dan sangat sering terjadi di Negara berkembang. Bakteri P aeruginosa merupakan yang paling sering menyebabkan OMSK pada orang dewasa (Saini et al., 2005). Di Indonesia, penyakit OMSK dikenal dengan istilah congek, curek, atau telinga berair. Angka kejadian OMSK di negara berkembang sangat tinggi dibandingkan dengan Negara maju.

Hal ini disebabkan oleh faktor higiene yang kurang, faktor sosioekonomi, gizi yang rendah, kepadatan penduduk, serta masih adanya kesalahpahaman masyarakat terhadap penyakit ini sehingga mereka tidak berobat sampai tuntas. OMSK dapat terjadi di segala usia. (Orluh, 2008)

OMSK ditemukan pada negara maju dan berkembang sekitar 1-46% di setiap komunitas. Pada tahun 2012 diperkirakan prevalensi OMSK di negara-negara tetangga, seperti Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia berkisar 2,4%.(Mahadevan et al., 2012). sedangkan di Indonesia menurut Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran, Depkes tahun 2006-2009 prevalensi OMSK adalah 3,1%. Usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah adalah usia 7-18 tahun, dan penyakit telinga tengah terbanyak adalah OMSK. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK.( Depkes 2012)

(12)

2

OMSK memiliki dampak sosial juga dikalangan masyarakat ini dikarenakan pasien mengalami kehilangan fungsi pendengaran secara konduktif dan sensorineural dan dapat berdampak buruk pada perkembangan anak-anak. Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali sudah terjadi komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada penderita OMSK tipe maligna seperti labirinitis, meningitis, abses otak yang dapat menyebabkan kematian.

Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara dan kerusakan koklea karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung. (Peter S et al, 2009)

Penanganan OMSK tergantung dari tipe OMSK. Bila didiagnosis tipe Benigna dilakukan penanganan konservatif atau dengan medikamentosa sedangkan tipe Maligna maka mutlak harus dilakukan operasi.

Diagnosis OMSK dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. melalui anamnesis dapat diketahui awal mula penyakit, riwayat penyakit terdahulu, faktor resiko, gejala klinis dan hal – hal terkait yang dapat mengarahkan ke diagnosis yang mungkin terjadi. . Pada pemeriksaan fisik OMSK kita menggunakan alat otoskop untuk melihat lebih jelas bagian-bagian dari membran timpani. Dan untuk Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan audiometri dan rontgen mastoid.(Acuin J et al, 2004)

(13)

3

Otitis Media Supuratif Kronis termasuk penyakit yang paling sering terjadi di Indonesia, dimana jika tidak diberi penanganan yang tepat dapat menyebabkan tambahan biaya dan dapat menimbulkan resiko komplikasi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik penderita Otitis Media Supuratif Kronis di RSUP Sanglah tahun 2015

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita otitis media supuratif kronis yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah pada periode Januari – Desember 2015

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Memperoleh data mengenai karakteristik penderita otitis media supuratif kronis yang berobat ke poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar pada periode Januari – Desember 2015

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan umur.

2. Mengetahui distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan jenis kelamin. 3. Mengetahui distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama. 4. Mengetahui distribusi frekuensi penderita OMSK berdasarkan tipe.

(14)

4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat metodelogi

Hasil penelitian ini juga berguna sebagai data dasar untuk penelitian berikutnya dengan jumlah sampel penelitian yang lebih besar, waktu penelitian yang lebih lama, dan tempat penelitian yang lebih banyak.

1.4.2 Manfaat bagi instansi

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi terkait terutama RSUP Sanglah Denpasar dalam:

a. Memberikan informasi mengenai gambaran penderita otitis media supuratif kronis yang berobat ke RSUP Sanglah Denpasar.

b. Memberikan data epidemiologi kepada penentu kebijakan dalam menentukan langkah selanjutnya yang perlu diambil dalam menghadapi penderita otitis media supuratif kronis.

1.4.3. Manfaat bagi masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyartakat mengenai karakteristik otitis media supuratif kronis.

Referensi

Dokumen terkait

Fakultas Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia, 2019, hlm 3.. penelitian menyimpulkan bahwa fasilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Syaikh Fuhaim Mustafa dalam bukunya menyebutkan bahwa tujuan pendidikan aqidah kepada anak adalah untuk, (1) memperkokoh keyakinan anak bahwa Allah-lah

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roberto (2010) di Amerika menyatakan bahwa anak sekolah dasar lebih tertarik pada makanan jajanan khususnya snack yang dibungkus

Dari hasil uji menunjukan bawa F hitung > F tabel (3,763>2,37) dan nilai sig (0,004<0,05), sehingga dapat disimbulkan bahwa nilai variabel Dewan Direksi, Komisaris

mengetahui keluhan apa saja yang diderita oleh pekerja dan faktor-faktor yang berpengaruh pada metode OWAS dengan merekam dan mengambil gambar postur kerja operator di

[r]

Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan melakukan observasi pada BiNus Career untuk mengetahui proses bisnis yang sedang berlangsung dibandingkan dengan teori

Untuk memahami proses bisnis pada e-Government berbasis web, maka terlebih dahulu diihat sistem yang ada secara keseluruhan dari sudut pandang bisnis. Dengan