GAMBARAN PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN
2009
Oleh :
SYAFEEFAH AMALEEN
070100308
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN PENDERITA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK PADA TAHUN
2009
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
SYAFEEFAH AMALEEN
070100308
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN Proposal Penelitian dengan Judul :
Gamabaran Penderita Otitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada tahun 2009
Yang dipersiapkan oleh : SYAFEEFAH AMALEEN
070100308
Proposal Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Lahan Penelitian.
Medan, 21 Nopember 2010 Disetujui ,
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1 sampai 46 % pada komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah di negara-negara berkembang. Adanya prevalensi OMSK lebih dari 1% pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain retrospective
cross sectional study untuk mengetahui gambaran penderita OMSK di
RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009. Populasi penelitian adalah seluruh peringkat usia penderita OMSK yang rawat inap dan berobat jalan pada tahun 2009 ( total sampling ).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penderita otitis media supuratif kronis di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009.
Penderita OMSK yang berobat jalan di RSUP.H.Adam Malik berjumlah 59 orang dimana terjadi penurunan kunjungan dari Januari sehingga Desember. Peringkat usia tertinggi adalah dewasa (>20 tahun) sebanyak 42 orang (72,1%) dengan laki 23 (39%) dan perempuan 19 (32,2%). Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan 1:1. Telinga yang sering terinfeksi adalah telinga kiri dengan beda 1 penderita dengan telinga kanan dan menunjukkan satu telinga lebih mudah terinfeksi dibanding dengan kedua telinga. Perforasi total merupakan perforasi tersering yaitu sebanyak 38 penderita (64,4%), maka tipe OMSK tersering adalah tipe atikoantral dengan jumlah penderita sama. Komplikasi tertinggi adalah mastoiditis kronis sebanyak 15 penderita (25,4%).
Dapat disimpulkan kejadian OMSK masih tinggi malah kebanyakkan terdeteksi pada tipe ganas. Oleh itu, perlu diberikan edukasi kepada masyarakat supaya masyarakat lebih berwaspada. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan bagi rumah sakit perlu menyediakan pengobatan yang lebih baik agar tidak memperparahkan lagi pasien.
ABSTRACT
Chronic suppurative otitis media(CSOM) is included in one of the major health problem which can be found in many population in the world and it is one of the cause of significant morbidity and motility. The prevalence rate of (CSOM) in the world states 1 to 46% in the middle to low class in developing countries. With the sufferer of CSOM more than 1% in children of one community shows that there is a magnificence rise in illness.
This study is a descriptive with retrospective cross sectional study to know the illustration of CSOM patient in Adam Malik Hospital in the year of 2009. The population in this study is the whole range of CSOM sufferer age which comes as an inpatient and outpatient in the year of 2009 ( total sampling).
CSOM patients visit Adam Malik Hospital in year of 2009 is 59 patients and the visit is decreased from January until December. The highest age is adult age (>20 years) which is 42 patients (72,1%) with proportion of 23 boys (39%) and 19 girls (32,2%) and the ratio of type of sex is 1:1. Ear side that always infected is left ear but compare to right ear, the different is only a patient that will make one of this ear can be infected easily compared to both ears. Total perforation is the most highest with 38 patients (64,4%) and at the same time it shows that the most frequent type suffered which is aticoantral with same amount. Most complication of CSOM sufferer is chronic mastoiditis which is 15 patients (25.4%).
The conclusion is OMSK tragedy is stil high and most of the patients will come to hospital with malignant type of OMSK. Because of that, people in the community should be exposed to OMSK disease so that they have sufficient knowledge on the impact of this disease to them. Hospital should give best medicine to ensure that the disease can be overcome effectively and not to worsen the situation of the patients.
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasihani. Dipanjatkan kesyukuran kepada Dzat Yang Maha Esa karena dengan izinNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Judul yang dipilih adalah “Gambaran Penderita Otitis Media Supuratif Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik pada Tahun 2009”. Karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pembelajaran semester VII di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Peneliti banyak mendapat bimbingan daripada berbagai pihak yang sangat membantu semasa penulisan dilakukan. Dengan ini, saya mengambil kesempatan untuk mengucapkan rasa setinggi-tinggi penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Rachman Saragih, S.sp. THT-KL, selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah
2. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberi bantuan dan ilmu pengetahuan kepada peneliti.
2. Orang tua peneliti yang memberi dukungan kepada penulis, moril dan material sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan penulisan dengan jaya.
3. Teman-teman kelompok penulisan karya tulis ilmiah dan juga teman-teman lain yang telah banyak memberikan saran dan bantuan kepada peneliti selama penulisan dilakukan.
Peneliti mengharapkan agar karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangan ilmiah kepada pihak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara agar dimanfaatkan.
Semoga Allah S.W.T selalu melimpahkan rahmat-NYA kepada kita semua dan semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, 21 Nopember 2010
Peneliti,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
ABSTRAK ………... iii
ABSTRACT ……… iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……… xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis ... 5
2.2. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis ... 5
2.3. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis ... 7
2.4. Epidemiologi Otitis Media Supuratif Kronis ... 8
2.5. Gejala dan Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronis .... 9
2.5.1. OMSK Tipe Tubatimpani ... 9
2.5.2. OMSK Tipe Atikoantral dengan kolesteatom ... 10
2.6. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis ... 10
2.6.1. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani ... 11
2.6.2. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral ... 11
2.7. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis ... 14
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 15
3.2. Definisi Operasional ... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18
4.1. Jenis Penelitian ... 18
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18
4.3. Populasi dan Sampel ... 18
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 18
4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 20
5.1. Hasil Penelitian ………. 20
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 20
5.1.2 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Waktu……… 20
5.1.3 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ………..……….. 21
5.1.4 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Telinga ………. ……… 22
5.1.5 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi ..……… 22
5.1.6 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK ………23
5.1.7 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Komplikasi………..23
5.2 Pembahasan ………... 25
5.2.1 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Waktu ………. 25
5.2.3 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan
Telinga ……….………. 27
5.2.4 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi ……..……….... 28
5.2.5 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK ………29
5.2.6 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Komplikasi ……… 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………... 31
6.1 Kesimpulan ……… 31
6.2 Saran ……….. 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Prevalensi OMSK Setiap Negara oleh
WHO Regional Classification ……… 8
4.1 Contoh Tabel SPSS for windows 13.0 ……….. 19
5.1 Distribusi Penderita OMSK yang Berobat Jalan berdasarkan Bulan di RSUP. H
Adam Malik pada tahun 2009 ……… 20
5.2 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H. Adam Malik pada tahun 2009
berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin ……….. 21
5.3 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009
berdasarkan Telinga ………... 22
5.4 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009
berdasarkan Letak Perforasi……… 22
5.5 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009
Berdasarkan Tipe ……… 23
5.6 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.h.Adam Malik pada tahun 2009
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ……… 15
5.1 Diagram batang Pasien OMSK berdasarkan Bulan di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009………… 25
5.2 Diagram Batang Pasien OMSK berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di RSUP.H.Adam Malik pada tahun
2009 ………...……….. 26
5.3 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan telinga di RSUP.H.Adam Malikpada tahun 2009 ………… 27
5.4 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi di RSUP.H.Adam Malik pada
tahun 2009 ……….28
5.5 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan Tipe di
RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009……….29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Komisi Etik Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 3. Surat Rekam Medis
Lampiran 4. Tabel Pengisian Rekam Medis Secara Manual
ABSTRAK
Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1 sampai 46 % pada komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah di negara-negara berkembang. Adanya prevalensi OMSK lebih dari 1% pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain retrospective
cross sectional study untuk mengetahui gambaran penderita OMSK di
RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009. Populasi penelitian adalah seluruh peringkat usia penderita OMSK yang rawat inap dan berobat jalan pada tahun 2009 ( total sampling ).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran penderita otitis media supuratif kronis di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009.
Penderita OMSK yang berobat jalan di RSUP.H.Adam Malik berjumlah 59 orang dimana terjadi penurunan kunjungan dari Januari sehingga Desember. Peringkat usia tertinggi adalah dewasa (>20 tahun) sebanyak 42 orang (72,1%) dengan laki 23 (39%) dan perempuan 19 (32,2%). Rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan 1:1. Telinga yang sering terinfeksi adalah telinga kiri dengan beda 1 penderita dengan telinga kanan dan menunjukkan satu telinga lebih mudah terinfeksi dibanding dengan kedua telinga. Perforasi total merupakan perforasi tersering yaitu sebanyak 38 penderita (64,4%), maka tipe OMSK tersering adalah tipe atikoantral dengan jumlah penderita sama. Komplikasi tertinggi adalah mastoiditis kronis sebanyak 15 penderita (25,4%).
Dapat disimpulkan kejadian OMSK masih tinggi malah kebanyakkan terdeteksi pada tipe ganas. Oleh itu, perlu diberikan edukasi kepada masyarakat supaya masyarakat lebih berwaspada. Bagi peneliti lain perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dan bagi rumah sakit perlu menyediakan pengobatan yang lebih baik agar tidak memperparahkan lagi pasien.
ABSTRACT
Chronic suppurative otitis media(CSOM) is included in one of the major health problem which can be found in many population in the world and it is one of the cause of significant morbidity and motility. The prevalence rate of (CSOM) in the world states 1 to 46% in the middle to low class in developing countries. With the sufferer of CSOM more than 1% in children of one community shows that there is a magnificence rise in illness.
This study is a descriptive with retrospective cross sectional study to know the illustration of CSOM patient in Adam Malik Hospital in the year of 2009. The population in this study is the whole range of CSOM sufferer age which comes as an inpatient and outpatient in the year of 2009 ( total sampling).
CSOM patients visit Adam Malik Hospital in year of 2009 is 59 patients and the visit is decreased from January until December. The highest age is adult age (>20 years) which is 42 patients (72,1%) with proportion of 23 boys (39%) and 19 girls (32,2%) and the ratio of type of sex is 1:1. Ear side that always infected is left ear but compare to right ear, the different is only a patient that will make one of this ear can be infected easily compared to both ears. Total perforation is the most highest with 38 patients (64,4%) and at the same time it shows that the most frequent type suffered which is aticoantral with same amount. Most complication of CSOM sufferer is chronic mastoiditis which is 15 patients (25.4%).
The conclusion is OMSK tragedy is stil high and most of the patients will come to hospital with malignant type of OMSK. Because of that, people in the community should be exposed to OMSK disease so that they have sufficient knowledge on the impact of this disease to them. Hospital should give best medicine to ensure that the disease can be overcome effectively and not to worsen the situation of the patients.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang :
Otitis media supuratif kronis (OMSK) termasuk salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di dunia, dan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan. Penyakit ini biasa ditemukan pada masyarakat kelas menengah ke bawah di negara-negara berkembang, dan menyebabkan meningkatnya biaya untuk pengobatan (Dhingra PL, 2007).
Prevalensi OMSK di dunia berkisar antara 1 sampai 46 % pada komunitas masyarakat kelas menengah ke bawah di negara-negara berkembang. Adanya prevalensi OMSK lebih dari 1% pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit, namun hal ini dapat diatasi dengan adanya pelayanan kesehatan masyarakat. Otitis media kronik terjadi secara perlahan-lahan namun dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian, dalam penanganannya memerlukan suatu kecermatan dan ketepatan agar dapat dicapai penyembuhan yang maksimal (Djaafar ZA, 2007).
Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awal dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan (Cermin dunia kedokteran no.134, 2002).
penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi (Nursiah, 2003).
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah. Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah radang kronis mukosa telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluar sekret dari telinga tengah lebih dari 2 bulan baik terus menerus maupun hilang timbul, sifat sekretnya mungkin serous, mukus atau mukopurulen (Soepardi EA, 2007).
Para peneliti mendapat persentase yang berbeda mengenai jenis bakteri pada OMSK. Adenin Adenan (1973) mendapatkan Proteus sp sebagai kuman yang dominan (48%) dan perbandingan kuman gram negatif dan positif adalah 3 : 1. 6 Brook (1979) dan Palca (1965) mengatakan bakteri aerob yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Stafilokokus. Finegald (1981) menemukan kuman aerob yang dominan adalah Pseudomonas aeruginosa (36 dari 68 penderita) sedangkan Proteus sp hanya 7 dari 68 penderita (Nursiah, 2003).
pertengahan 1930-an dan sampai sekarang masalah otitis media masih sering muncul di negara kita (Paparella MM, 1994).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk (Djaafar ZA, 2007). Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mukoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang irreversible (Ramalingam).
OMSK dapat menyebabkan gangguan pendengaran sehingga menimbulkan dampak yang serius terutama bagi anak-anak, karena dapat menimbulkan pengaruh jangka panjang pada komunikasi anak, perkembangan bahasa, proses pendengaran, psikososial dan perkembangan kognitif serta kemajuan pendidikan. Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom seperti abses ekstradural, abses subdural, tromboflebitis, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis (Djaafar ZA, 2007; Helmi, 2005; Restuti RD, 2007).
Dengan demikian, saya tertarik untuk melakukan penelitian deskriptif terhadap gambaran penderita OMSK di RSUP. H Adam Malik pada tahun 2009.
1.2. Rumusan masalah :
1.3 Tujuan penelitian :
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penderita otitis media supuratif kronis pada tahun 2009 di RSUP H. Adam Malik.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jumlah penderita OMSK yang berobat ke RSUP H. Adam Malik
2. Mengetahui peringkat usia yang tertinggi menderita OMSK dan rasio jenis kelamin
3. Mengetahui telinga yang paling sering terinfeksi yang dijumpai pada penderita OMSK di RSUP H Adam Malik
4. Mengetahui perforasi tersering dijumpai pada penderita OMSK 5. Mengetahui tipe OMSK yang paling sering dijumpai pada
penderita OMSK di RSUP H Adam Malik
6. Mengetahui komplikasi tersering pada penderita OMSK
1.4. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Memberikan informasi tambahan kepada rumah sakit dan pelayanan kesehatan tentang OMSK.
2. Menyediakan informasi OMSK kepada masyarakat supaya dapat dilakukan pencegahan dan deteksi dini.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Otitis Media Supuratif Kronis
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Soepardi, 2001).
2.2. Klasifikasi Otitis Media Supuratif Kronis OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :
1) Tipe tubotimpani 2) Tipe atikoantral
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan terbatas pada mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan muko siliar yang jelek.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:
- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
b. Penyakit tidak aktif (tenang )
- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotik (Soepardi EA, 2007).
Bentuk perforasi membran timpani adalah : 1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma (Helmi, 2005; Soepardi EA, 2007).
Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatom yang terbentuk
pars flaksida (Djaafar ZA, 2007; Nursiah, 2003; Helmi.2005, Aboet A, 2007; Paparella MM, 1994).
Secondary acquired cholesteatoma terbentuk setelah perforasi membran timpani. Kolesteatom terjadi akibat masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berkangsung lama (teori metaplasi) (Djaafar ZA,2007; Nursiah, 2003; Helmi, 2005; Aboet A, 2007; Paparella MM, 1994).
2.3. Etiologi Otitis Media Supuratif Kronis
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down Sindrome. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat (Nursiah, 2003).
Faktor Host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis(Nursiah,2003).
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK:
3. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
4. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi epitel.
5. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamosa dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
(http://www.scribd.com/doc/13607134/Otitis-Media-Kronik)
2.4. Epidemiologi Otitis Media Supuratif Kronis
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakkan studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi seperti table 1. Prevalensi OMSK setiap negara dikategorikan oleh WHO regional classification ketika workshop WHO/CIBA pada tahun 1996. Nilai prevalensi 1-2% dianggap rendah dan nilai 3-6% dianggap tinggi.
Tabel 2.1 Prevalensi OMSK Setiap Negara oleh WHO Regional
Classification
Kategori Populasi
Paling tinggi ( >4% ) Tanzania, India, Solomon Islands, Guam, Australian Aborigines, Greenland
Paling rendah ( <1% ) Gambia, Saudi Arabia, Israel, Australia, United Kingdom, Denmark, Finland, American Indians
Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek") sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan (Cermin dunia kedokteran no.134, 2002).
2.5. Gejala dan Tanda Klinis Otitis Media Supuratif Kronis 2.5.1. OMSK Tipe tubotimpani
Gejalanya berupa sekret mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal biasanya cepat menghilang, sekret mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
membran mukosa menjadi berbentuk garis . Derajat infeksi membran mukosa dapat tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang-kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Sekret terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid. Setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membran mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada omsk tipe tubatimpani.
2.5.2. OMSK Tipe Atikoantral dengan Kolesteatom
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat kepingan-kepingan kecil, berwarna putih mengkilat. Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom (Orluh, 2008).
2.6. Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis
dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas : 1.Konservatif
2.Operasi
2.6.1. Pengobatan OMSK Tipe Tubatimpani a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.
b. OMSK Tipe Tubatimpani Aktif
Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani ( toilet telinga). Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme (Fairbank, 1981).
2.6.2. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe tubatimpani atau tipe atikoantral, antara lain (Soepardi, 2001).
• Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.
• Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.
•Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid dan mempertahankan
• Miringo plasti
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi yang menetap.
•Timpanoplasti
Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe tubatimpani yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V.
•Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined
Approach Tympanoplasty)
timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK tipe atikoantral belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul kembali kolesteatoma (Soepardi EA, 2007).
2.7. Komplikasi Otitis Media Supuratif Kronis
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual penelitian
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang gambaran penderita OMSK pada tahun 2009 di RSUP. H. Adam Malik akan diuraikan berdasarkan variable katagorik. Variabel katagorik mencakup jumlah penderita OMSK, peringkat usia tertinggi, rasio kelamin, telinga paling
Jumlah penderita Pasien yang datang berobat
jalan dan dirawat inap di sub bagian THT di RSUP. H.
sering terinfeksi, letak perforasi tersering, tipe OMSK tersering dan komplikasi pasien OMSK tertinggi.
3.2 Definisi operasionil
Penderita OMSK adalah pasien yang dinyatakan menderita OMSK berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat dalam rekam medis.
Jumlah pasien OMSK yang berobat sama ada berobat jalan atau rawat inap di RSUP.H.Adam Malik untuk tahun 2009. Pasien OMSK ini dipilih dari semua peringkat usia dari anak sampai dewasa yang tercatat dalam rekam medis di RSUP H. Adam Malik.
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal
Usia adalah lamanya hidup penderita OMSK yang dihitung berdasarkan tahun sejak pasien lahir, sesuai yang tercatat dalam rekam medis yang dikategorikan atas :
1. Balita : > 6 tahun 2. Anak : 6-20 tahun 3. Dewasa : > 20 tahun
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Kategori usia Skala ukur : Ordinal
Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita OMSK sesuai yang tercatat dalam rekam medis, yang dikategorikan atas:
Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal
Telinga terdiri telinga kanan dan kiri yang terinfeksi dengan OMSK sesuai yang tercatat dalam rekam medis.
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal
Letak perforasi berdasarkan kepada dua yaitu subtotal dan total sesuai yang tercatat dalam rekam medis.
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal
Tipe OMSK terdiri dari dua tipe yaitu tipe tubatimpani dan atikoantral yang tercatat dalam rekam medis.
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
Hasil ukur : Persentase Skala ukur : Nominal
Komplikasi OMSK adalah penyakit lain yang bisa timbul karena diakibatkan dari OMSK yang tercatat dalam rekam medis.
Cara pengukuran : Penelitian deskriptif dengan desain cross sectional Alat ukur : Rekam medis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menilai gambaran penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2009. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah retrospective cross
sectional study, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan
survei rekam medis sub bagian THT di RSUP. H. Adam Malik.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik di bagian THT. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus sehingga Nopember 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah pada seluruh peringkat usia penderita OMSK yang rawat inap dan berobat jalan di RSUP. H. Adam Malik untuk tahun 2009. Sampel penelitian adalah semua populasi yang diambil berdasarkan periode waktu tertentu, yaitu pasien yang di rawat inap dan berobat jalan dari bulan Januari 2009 sampai bulan Desember 2009 (total sampling)
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Dari rekam medis sampel, peneliti akan melakukan survei terhadap variabel yang telah ditentukan. Selanjutnya peneliti menghitung nilai persentase untuk skala nominal dan mengategorikan usia pasien untuk skala ordinal. Pada proses pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis karakteristik penyakit dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS for windows 13.0.
Table 4.1 Contoh Tabel SPSS for windows 13.0
No Usia Jenis Kelamin
Letak perforasi Tipe OMSK Komplikasi
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
5.1.2 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Waktu
Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2009 berdasarkan waktu dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.1 Distribusi Penderita OMSK yang Berobat Jalan berdasarkan
Bulan di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2009
No. Bulan F (%)
tahun 2009 adalah 59 orang. Pada bulan Januari terdapat 12 penderita OMSK (20,3%), bulan Februari terdapat 8 penderita OMSK (13,6%), bulan Maret terdapat 4 penderita OMSK (6,8%), bulan April terdapat 7 penderita OMSK (11,9%), bulan Mei terdapat 7 penderita OMSK (11,9%), bulan Juni terdapat 6 penderita OMSK (10,2%), bulan Juli terdapat 2 penderita OMSK (3,4%), bulan Agustus terdapat 5 penderita OMSK (8,5%), bulan September terdapat 3 penderita OMSK (5,1%), bulan Oktober dan bulan Nopember masing-masing terdapat 1 penderita OMSK (1,7%) dan Desember terdapat 3 penderita OMSK (5,1%).
Jumlah pasien berobat jalan terbanyak pada bulan Januari dengan proporsi 20,3%, sedangkan proporsi pasien berobat jalan terkecil pada bulan Nopember dan Oktober dengan proporsi masing-masing 1,7%.
5.1.3 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2009 berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada Tahun 2009 Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
No Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
(15,3%). Proporsi usia pasien terendah pada balita ( < 6 tahun), yaitu 2 penderita (3.4%) dengan proporsi laki-laki dan perempuan masing-masing 1 penderita (1.7%).
5.1.4 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Telinga
Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP.H. Adam Malik pada tahun 2009 berdasarkan telinga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.3 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada Tahun 2009 berdasarkan Telinga
No Telinga f %
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat telinga tersering mengalami OMSK adalah telinga kiri dengan frekuensi 22 penderita OMSK (37,3%) diikuti dengan telinga kanan dengan frekuensi 21 penderita OMSK (35,6%) dan yang paling rendah adalah duplex atau kedua-dua telinga kanan dan kiri dengan frekuensi 16 penderita OMSK (27,1%).
5.1.5 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi
Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada tahun 2009 berdasarkan letak perforasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.4 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam Malik pada Tahun 2009 berdasarkan Letak Perforasi
No Letak Perforasi f Letak Perforasi (%)
1 Subtotal 21 35,6
2 Total 38 64,4
Jumlah 59 100
5.1.6 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK
Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP. H.Adam Malik pada tahun 2009 berdasarkan tipe OMSK dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 5.5 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP.H.Adam
Malik pada Tahun 2009 Berdasarkan Tipe OMSK
No. Tipe OMSK F Tipe OMSK (%)
1 Tubatimpani 21 35,6
2 Atikoantral 38 64,4
Jumlah 59 100
5.1.7 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Komplikasi
Distribusi gambaran penderita OMSK di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2009 berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.6 Distribusi Gambaran Penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik pada Tahun 2009 berdasarkan Komplikasi
No Komplikasi ( n=59 ) Jumlah
F %
1 Mastoiditis 10 16,9
2 Mastoiditis kronis 15 25,4
3 Kolesteatoma 7 11,9
4 Parase nervus facialis 1 1,7
5 Fistula aurikuler 3 5,1
6 Abses subperiotel 1 1,7
7 Abses aurikuler 4 6,8
8 Granulasi 1 1,7
5.2 Pembahasan
5.2.1 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Waktu
Distribusi proporsi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan waktu dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut :
Gambar 5.1 Diagram Batang Pasien OMSK berdasarkan Bulan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa frekuensi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009 tertinggi pada bulan Januari yaitu 12 pasien, sedangkan frekuensi terendah pada bulan Oktober dan Nopember dengan masing-masing berjumlah 1 pasien.
5.2.2 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Distribusi proporsi Pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut :
Gambar 5.2 Diagram Batang Pasien OMSK berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa proporsi usia pasien tertinggi pada usia dewasa ( > 20 tahun ), yaitu 71,2% dengan proporsi laki-laki 39% dan perempuan 32,2%. Proporsi usia pasien terendah pada usia balita ( < 6 tahun ), yaitu 3,4% dengan proporsi laki-laki dan perempuan masing-masing 1,7%.
Proporsi balita dan anak yang lebih rendah adalah karena otitis media supuratif kronis adalah komplikasi dari otitis media akut yang terjadi karena pengobatan yang tidak adekuat atau terlambat, tahap virulensi kuman yang
tinggi, daya tahan tubuh yang rendah serta hygiene yang buruk. Selain itu, adanya prevalensi OMSK lebih dari 1% pada anak-anak di suatu komunitas menunjukkan adanya suatu lonjakan penyakit (Djaafar ZA, 2007). Dalam perjalanan penyakit ini dapat berasal dari OMA stadium perforasi yang berlanjut dengan sekret tetap keluar dalam bentuk encer, bening dan mukopurulen (Nursiah, 2003)
Sex ratio pasien OMSK adalah 30:29 ~ 1:1. Bersesuaian dengan faktor predisposisi OMSK dimana faktor jantina tidak mempengaruhi tetapi yang mempengaruhi adalah faktor lingkungan,genetik, otitis media sebelumnya, ISPA, autoimun dan alergi (Helmi, 2001).
5.2.3 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Telinga
Distribusi proporsi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan telinga dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut :
Gambar 5.3 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan Telinga di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2009
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa dari dari 59 pasien yang dilakukan pemeriksaan telinga telah ditemukan telinga paling sering terjadinya OMSK adalah telinga kiri dengan proporsi 37,3% diikuti dengan telinga kanan 35,6% dan yang paling rendah pada kedua-kua telinga yaitu kanan dan kiri dengan proporsi 27,1%.
Terlihat beda antara infeksi pada telinga kiri dengan kanan adalah sebanyak 1 orang sahaja yang menunjukkan secara langsung bahwa infeksi
35,6
37,3 27,1
Kanan
Kiri
lebih mudah terjadi pada salah satu telinga samada telinga kanan maupun telinga kiri dibandingkan dengan kedua-dua telinga. Hasil penelitian Dr.Prakash dkk. (2009) menunjukkan OMSK unilateral dijumpai sebanyak 72% dibandingkan bilateral.
Telinga tengah steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologis terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachia, enzim, dan antibodi. Otitis media terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu. Sumbatan tuba eustachia merupakan faktor penyebab utama dari otitis media dikarenakan fungsinya yang terganggu sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadinya peradangan (Galih, 2010).
5.2.4 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi
Distribusi proporsi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan telinga dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut :
Gambar 5.4 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan Letak Perforasi di RSUP. H. Adam Malik pada tahun 2009 Berdasarkan gambar 5.4 dapat dilihat bahwa dari 59 pasien yang dilakukan pemeriksaan telinga akan ditemukan perforasi pada membran timpani. Letak perforasi yang paling sering terjadi adalah perforasi total dengan proporsi 64,4% sementara letak perforasi subtotal sebanyak 35,6%. Perforasi total menunjukkan bahwa pasien ini menderita tipe OMSK atikoantral. Ini berhubungan dengan mayoritas pasien yang datang berobat ke RSUP
35,6
64,4
Subtotal
H.Adam Malik adalah dewasa (>20 tahun) yang kurang mengambil berat berkenaan dengan masalah kesehatannya sehingga lambat ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan. Dalam hasil penelitian yang dilakukan Dr.Prakash dkk. (2009) ke atas anak-anak sekitar usia 5-15 tahun ditemukan letak perforasi subtotal lebih tinggi yaitu 76% dibandingkan dengan total yaitu 24%. Maka, berlaku perbedaan hasil disini disebabkan penelitian ini hanya dilakukan pada anak yang berusia 5-15 tahun sahaja.
5.2.5 Distribusi Proporsi Pasien OMSK berdasarkan Tipe OMSK
Distribusi proporsi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan tipe dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut :
Gambar 5.5 Diagram Pie Pasien OMSK berdasarkan Tipe di RSUP H.AdamMalik pada tahun 2009
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa dari 59 pasien yang dilakukan pemeriksaan telinga akan ditemukan perforasi pada membran timpani. Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis OMSK (Soepardi, 2007). Proporsi pasien dengan tipe OMSK tertinggi adalah 64,4% yaitu tipe atikoantral sementara tipe tubatimpani adalah 35,6%.
Hal ini disebabkan pasien dengan derajat penyakit ringan biasanya masih tidak menunjukkan gejala klinis, sehingga membuat pasien tidak datang untuk mencari pengobatan.
35,6
64,4
Tubatimpani
5.2.6 Distribusi Pasien OMSK berdasarkan Komplikasi
Distribusi proporsi pasien OMSK yang berobat jalan di RSUP H. Adam Malik Medan berdasarkan komplikasi dapat dilihat pada gambar 5.6 berikut :
Gambar 5.6 Diagram Batang Pasien OMSK berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi komplikasi pasien OMSK terbanyak adalah mastoiditis kronis 25,4%, diikuti mastoiditis 16,9%, kolesteatoma 11,9%, abses aurikuler 6,8%, fistula aurikuler 5,1% dan parase nervus facialis, abses subperiotel dan granulasi dengan masing-masing berproporsi 1,7%.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Hasil dari analisis dan perbahasan terhadap data dan beberapa penelitian dari penelitian lain, dapat dibuat beberapa kesimpulan terhadap gambaran penderita otitis media supuratif kronis di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2009. 1. Penderita OMSK yang datang berobat jalan ke RSUP.H.Adam Malik pada
tahun 2009 adalah sebanyak 59 orang daripada seluruh penderita yang datang ke rumah sakit dengan penurunanan kunjungan dari Januari sehingga Desember sebesar 4 kali.
2. Peringkat usia yang tertinggi adalah usia dewasa ( > 20 tahun ) sebanyak 42 orang (71,2%) dengan laki-laki 23 penderita (39%) dan perempuan 19 penderita (32,2%) dan rasio jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan adalah 1:1
3. Telinga paling sering terinfeksi adalah telinga kiri sebanyak 22 orang (37,3%) tetapi beda antara kiri dan kanan hanyalah 1 orang sahaja yang menunjukkan salah satu telinga lebih mudah terinfeksi dibandingkan dengan kedua-dua telinga
4. Perforasi total merupakan perforasi yang paling sering ditemukan pada penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik sebanyak 38 penderita (64,4%) dibandingkan dengan perforasi subtotal yaitu 21 penderita (35,6%).
5. Tipe OMSK yang paling kerap ditemukan adalah tipe atikoantral sebanyak 38 penderita (64,4%) dibandingkan dengan tipe tubatimpani sebanyak 21 penderita (35,6%)
6.2 Saran
a. Bagi masyarakat
Masyarakat seharusnya sentiasa mengunjungi puskesmas yang terdekat untuk mendapatkan informasi terbaru tentang upaya dalam memelihara kesehatan. Oleh itu, perlu diberikan edukasi kepada masyarakat supaya masyarakat merasa ada tanggungjawab untuk memelihara kesehatan masing-masing. Malah masyarakat harus membuang perasaan takut untuk menjaga kesehatan agar kualiti hidup mereka lebih terjamin.
b. Bagi peneliti
Bagi peneliti dimasa yang akan datang dapat dilakukan dibeberapa lokasi dan dilakukan penelitian lebih dalam mengenai gambaran penderita otitis media supuratif kronis.
c. Bagi lokasi penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari P, Joshi S, Barat D, Kharel B, 2009. Chronic Suppurative Otitis Media
in Urban Private School Children of Nepal. Braz J Otorhinolaryngol,
75(5) : 669-672
Chronic Suppurative Otitis Media. Avalaible from :
http://www.patient.co.uk/doctor/Chronic-Suppurative-Otitis-Media-%28CSOM%29.htm [Accesed 10 April 2010]
Department of Work and Pensions. What are Chronic Suppurative Otitis Media?, Available from : http://www.dwp.gov.uk/publications/specialist- guides/medical-conditions/a-z-of-medical-conditions/chronic-suppurative-otitis/ [Accesed 11 April 2010]
Dhingra, PL, 2007. Disease of Ear, Nose and Throat, Edisi 6, New Delhi, Elsevier : 67-85
Farida dkk, Mei 2006, Alergi sebagai Faktor Resiko Terhadap Kejadian Otitis
Media Supuratif Kronis Tipe Benigna. Available from :
http://med.unhas.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id
=147:alergi-sebagai-faktor-risiko-terhadap-kejadian-otitis-media-supuratif-kronik-tipe-benigna-&catid=100&Itemid=48 [Accesed 20 Nopember 2010]
Nursiah, S, 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan
Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan. Available from :
[Accesed 5 April 2010]
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20nursiah.pdf.
Orluh, 2008. Otitis Media Supuratif Kronis. Available from :
[Accesed 11 April 2010]
http://orluh2008.wordpress.com/2008/08/18/otitis-media-supuratif-kronis/
Pan African Medical Journal, 2010. Available from :
http://www.panafrican-med-journal.com/content/article/4/3/ful [Accesed 21 Nopember 2010]
Paparella MM, et all Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid, Editor Effendi H, Santosa K, Dalam : Boies Buku Ajar Penyakit THT, Alih Bahasa : Dr. Caroline Wijaya, Edisi 6, Jakarta, ECG, 1994 ; 88-113
Parry, D 2009. Middle Ear, Chronic Suppurative Otitis, Medical Treatment :
eMedicine Otoloryngology and Facial Plastic Surgery. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/859501-overview. [Accesed 10 April 2010]
Philip, AM 1994. Pathology and Pathogenesis of Otitis Media, Bobby R. Alford
Department of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Available from :
http://www.bem.edu/oto/grand/42194.html [Accesed 11 April 2010]
Soepardi, EA , Nurbaiti, Jenny, Restuti, DR, 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala & Leher. Fakultas Kedokteran
Riska & Rony, 2010. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Available from : http://www.docstoc.com/docs/23114232/Otitis-Media-Supuratif-Kronik-OMSK/ [Accesed 11 April 2010]
Sari, P 2010. Faktor Risiko Terjadinya Kurang Pendengaran Campuran pada
Otitis Media Supuratif Kronis , Suatu Kajian Pengaruh Lama Penyakit dan Frekuensi Eksaserbasi Akut Terhadap Terjadinya Kurang Pendengaran Campuran pada OMSK di Klinik THT RSUP Dr.Kariadi Semarang. Available from :
http://eprints.undip.ac.id/14162/ [Accesed 20 Nopember 2010]
Notoatmodjo, S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi) Jakarta : 49-56.
Soetjipto, D 2007. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Available from : http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13
[Accesed 21 Nopember 2010]
World Health Organization, Chronic Suppurative Otitis Media, Burden of Illness
and Management Options, Child and Adolescent Health and Development, Prevention of Blindness and Deafness, Geneva, Switzerland, 2004.
Availablefrom:
http://www.who.int/pbd/deafness/activities/hearing_care/otitis_media.pdf [Accesed 10 April 2010]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syafeefah Amaleen Binti Mohamed Nasur Tempat / tanggal lahir : Kelantan, Malaysia / 21 Nopember 1987
Agama : Islam
Alamat : Sri Kandi House, Kompleks Perjuangan No 1, Jl Sei Padang
Riwayat Pendidikan : 1.SPM (MRSM Transkrian, Pulau Pinang ) 2. Matrikulasi Negeri Sembilan (2005) 3. SMA Raksana, Medan (2006)
4. Fakultas Kedokteran USU (2007-2013) Riwayat Pelatihan : 1. PBSM ( Persatuan Bulan Sabit Merah) Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI-CM ( Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia Indoensia Cawangan Medan
GET FILE='C:\Users\Toshiba\Documents\Proposal OMSK EMylin KTI\SPSS KTI OMSK.sav'. CROSSTABS /TABLES=grupusia BY LTKPRFORASI /FORMAT=AVALUE TABLES /STATISTICS=CHISQ /CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 28-Nov-2010 23:53:13
Comments
Input Data C:\Users\Toshiba\Documents\Proposal
OMSK EMylin KTI\SPSS KTI OMSK.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
59
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used Statistics for each table are based on all
the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
Syntax CROSSTABS
/TABLES=grupusia BY LTKPRFORASI
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT
/COUNT ROUND CELL.
Resources Processor Time 0:00:00.031
Elapsed Time 0:00:00.078
Dimensions Requested 2
[DataSet1] C:\Users\Toshiba\Documents\Proposal OMSK EMylin KTI\SPSS KTI OMSK.sav
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
grup usia * LTKPRFORASI 59 100.0% 0 .0% 59 100.0%
grup usia * LTKPRFORASI Crosstabulation
Count
LTKPRFORASI
Total
subtotal total
grup usia balita, <6 thn 1 1 2
anak, 6 thn-20 thn 3 12 15
dewasa, >20 thn 17 25 42
Total 21 38 59
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Pearson Chi-Square 2.209a 2 .331
Likelihood Ratio 2.347 2 .309
Linear-by-Linear Association .789 1 .374
N of Valid Cases 59
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected